Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
http://ferimalinda.blogspot.com/2011/02/asuhan-keperawatan-bronkitis-padaanak.html
oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang
kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan
CO2 hasil dari metabolisme .
a.
Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh
sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran.
Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis media
bening.
Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di
depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di
bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang
udara pernapasan.
Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra
thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang
sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 8 cincin
dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 12 cincin dan mempunyai 2 cabang.
Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat
f.
g.
pertukaran gas.
Alveoli
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel sel alveolar, sel
alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel sel
yang aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan
dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang
merupakan sel sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai
mekanisme pertahanan penting.
h. Paru-paru
Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di
sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari
darah.
1.2.1 Fisiologi sistem pernafasan
Pernafasan mencakup 2 proses, yaitu :
1) Pernafasan luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran carbondioksida (CO2)
secara keseluruhan.
2) Pernafasan dalam yaitu proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan cairan sekitarnya
(penggunaan oksigen dalam sel).
Proses fisiologi pernafasan dalam menjalankan fungsinya mencakup 3 proses yaitu:
a. Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli paru.
b. Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam kapiler paru.
c. Transpor yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh.
1.3 KLASIFIKASI
Bronkhitis dapat diklasifikasikan sebagai :
1. Bronkhitis Akut
Bronkhitis akut pada bayi dan anak biasanya bersama juga dengan trakheitis, merupakan
penyakit infeksi saluran nafas akut (ISNA) bawah yang sering dijumpai. Penyebab utama
penyakit ini adalah virus. Batuk merupakan gejala yang menonjol dank arena batuk berhubungan
dengan ISNA atas. Berarti bahwa peradangan tersebut meliputi laring, trachea dan bronkus.
Gangguan ini sering juga disebut laringotrakeobronkhitis akut atau croup dan sering mengenai
2.
anak sampai umur 3 tahun dengan gejala suara serak, stridor, dan nafas berbunyi.
Bronkhitis Kronis atau Batuk Berulang
Belum ada persesuaian pendapat mengenai bronchitis kronik, yang ada ialah mengenai
batuk kronik dan atau berulang yang di singkat (BKB). BKB ialah keadaan klinis yang
disebabkan oleh berbagai penyebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan, dengan atau tanpa
disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya. Dengan memakai batasan ini secara
klinis jelas bahwa bronchitis kronik pada anak adalah batuk kronik dan atau berulang (BKB)
yang telah disingkirkan penyebab-penyebab BKB itu misalnya asma atau infeksi kronik saluran
napas dan sebagainya.
Walaupun belum ada keseragaman mengenai patologi dan patofisiologi bronchitis kronik,
tetapi kesimpulan akibat jangka panjang umumnya sama. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa bayi sampai anak umur 5 tahun yang menderita bronchitis kronik akan mempunyai resiko
lebih besar untuk menderita gangguan pada saluran napas kronik setelah umur 20 tahun,
terutama jika pasien tersebut merokok akan mempercepat menurunnya fungsi paru.
1.4 ETIOLOGI
Penyebab bronchitis sampai sekarang masih belum diketahui dengan jelas. Pada
kenyataannya kasus-kasus bronchitis dapat timbul secara congenital maupun didapat.
1.
Kelainan kongenital
Dalam hal ini bronchitis terjadi sejak dalam kandungan. Factor genetic atau factor
pertumbuhan dan factor perkembangan fetus memegang peran penting. Bronchitis yang timbul
congenital ini mempunyai ciri sebagai berikut :
a. Bronchitis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru.
b. Bronchitis konginetal sering menyertai penyakit-penyakit konginetal lainya, misalnya :
mucoviscidosis ( cystic pulmonary fibrosis ), sindrom kartagener ( bronkiektasis konginetal,
sinusitis paranasal dan situs inversus ), hipo atau agamaglobalinemia, bronkiektasis pada anak
kembar satu telur ( anak yg satu dengan bronkiektasis, ternyata saudara kembarnya juga
menderita bronkiektasis), bronkiektasis sering bersamaan dengan kelainan congenital berikut :
tidak adanya tulang rawan bronkus, penyakit jantung bawaan, kifoskoliasis konginetal.
2. Kelainan didapat
Kelaianan didapat merupakan akibat proses berikut :
a.
Infeksi
Bronchitis sering terjadi sesudah seseorang menderita pneumonia yang sering kambuh dan
berlangsung lama, pneumonia ini merupakan komplikasi pertusis maupun influenza yang
b.
a.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
1.
2.
udara, dan infeksi saluran napas atas kronik, memudahkan terjadinya bronchitis.
Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah sebagai berikut :
Spesifik
Asma
Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).
Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hlamydia, pertusis,
tuberkulosis, fungi/jamur.
Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
Sindrom aspirasi.
Penekanan pada saluran napas
Benda asing
Kelainan jantung bawaan
Kelainan sillia primer
Defisiensi imunologis
Kekurangan anfa-1-antitripsin
Fibrosis kistik
Psikis
b. Non-spesifik
Asap rokok
Polusi udara
1.5 PATOFISIOLOGI
Virus (penyebab tersering infeksi) - Masuk saluran pernapasan - Sel mukosa dan sel silia Berlanjut - Masuk saluran pernapasan(lanjutan) - Menginfeksi saluran pernapasan - Bronkitis Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir - Pilek 3 4 hari - Batuk (mula-mula kering
kemudian berdahak) - Riak jernih - Purulent - Encer - Hilang - Batuk - Keluar - Suara ronchi
basah atau suara napas kasar - Nyeri subsernal - Sesak napas - Jika tidak hilang setelah tiga
minggu - Kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama) (Sumber :
dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981)
Apabila bronchitis kongenital patogenesisnya tidak diketahui diduga erat hubungannya
dengan genetic serta factor pertumbuhan dan perkembangan fetus dalam kandungan. Pada
bronchitis yang didapat patogenesisnya diduga melelui beberapa mekanisme : factor obstruksi
bronkus, factor infeksi pada bronkus atau paru-paru, fibrosis paru, dan factor intrinsik dalam
bronkus atau paru.
Patogenesis pada kebanyakan bronchitis yang didapat melalui dua mekanisme dasar:
1. Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul bronchitis. Infeksi pada
bronkus atau paru akan diikuti proses destruksi dinding bronkus daerah infeksi dan
kemudian timbul bronchitis.
2. Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya bronchitis, pada bagian distal obstruksi dan
terjadi infeksi juga destruksi bronkus.
Bronchitis merupakan penyakit paru yang mengenai paru dan sifatnya kronik. Keluhankeluhan yang timbul juga berlangsung kronik dan menetap . keluhan-keluhan yang timbul erat
dengan : luas atau banyaknya bronkus yang terkena, tingkatan beratnya penyakit, lokasi bronkus
yang terkena, ada atau tidaknya komplikasi lanjut.. keluhan-keluhan yang timbul umumnya
sebagai akibat adanya beberapa hal : adanya kerusakan dinding bronkus, akibat komplikasi,
adanya kerusakan fungsi bronkus.
Mengenai infeksi dan hubungannya dengan patogenesis bronchitis, data dijelaskan sebagai
berikut ;
1. Infeksi pertama ( primer )
Kecuali pada bentuk bronchitis kongenital. Masih menjadi pertanyaan apakah infeksi yang
mendahului terjadinya bronchitis tersebut disebabkan oleh bakteri atau virus. Infeksi yang
mendahului bronchitis adalah infeksi bacterial yaitu mikroorgansme penyebab pneumonia.
Dikatakan bahwa hanya infeksi bakteri saja yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding
bronkus sehingga terjadi bronchitis, sedangkan infeksi virus tidak dapat ( misalnya adenovirus
tipe 21, virus influenza, campak, dan sebagainnya ).
2.Infeksi sekunder
Tiap pasien bronchitis tidak selalu disertai infeksi sekunder pada lesi, apabila sputum
pasien yang semula berwarna putih jernih kemudian berubah warnanya menjadi kuning atau
kehijauan atau berbau busuk berarti telah terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob misalnya :
fusifomis fusiformis, treponema vincenti, anaerobic streptococci. Kuman yang erring ditemukan
dan menginfeksi bronkus misalnya : streptococcus pneumonie, haemophilus influenza, klebsiella
ozaena.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
1)
anak tersebut, lebih-lebih bila keadaan ini sudah terjadi berulang kali.
Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu:
Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah
Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak
Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
Pada paru didapatkan suara napas yang kasar
Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama, yaitu:
Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan klien kurang istirahat
Daya tahan tubuh klien yang menurun
Anoreksia sehingga berat badan klien sukar naik
Kesenangan anak untuk bermain terganggu
Konsentrasi belajar anak menurun
Gejala awal Bronkhitis, antara lain :
Batuk membandel
Batuk kambuhan, berdahak-tidak, berat-tidak. Kendati ringan harus tetap diwaspadai karena bila
keadaan batuk terus menerus bisa menghebat dan berlendir sampai sesak napas.
2) Sulit disembuhkan
Bisa sering atau tidak tapi sulit disembuhkan. Dalam sebulan batuk pileknya lebih dari seminggu
dan baru sembuh dua minggu, lalu berulang lagi.
3) Terjadi kapan saja
Batuknya bisa muncul malam hari, baru tidur sebentar batuknya grok-grok bahkan sampai
muntah. Bisa juga batuk baru timbul menjelang pagi. Atau habis lari-lari, ia kemudian batukbatuk sampai muntah.
a)
1.7 KOMPLIKASI
Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
b) Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapat
c)
d)
e)
f)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
PENCEGAHAN
Menurut Ngastiyah (1997), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar
batuk tidak bertambah parah.
Membatasi aktivitas anak
Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup lehernya
Hindari makanan yang merangsang
Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak dengan air hangat
Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
Jangan mengkonsumsi makanan seperti telur ayam, karena bisa menambah produksi lendirnya.
Begitu juga minuman bersoda bisa jadi pencetus karena saat diminum maka sodanya akan naik
ke hidung dan merangsang daerah saluran pernapasan.
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BRONKHITIS
A. Dasar data pengkajian pasien
1. Identitas Klien : Nama, umur, alamat, pendidikan, agama, no. register, diagnose medis
2.
Riwayat kesehatan :
Riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetic, riwayat tentang disfungsi pernapasan
sebelumnya, bukti terbaru penularan terhadap infeksi, allergen, atau iritan lain, trauma.
3. Pemeriksaan Fisik :
a) B1 (Breathing)
Adanya retraksi dan pernapasan cuping hidung, warna kulit dan membrane mukosa pucat dan
cyanosis, adanya suara serak, stridor dan batuk. Pada anak yang menderita bronchitis biasanya
disertai dengan demam ringan, secara bertahap mengalami peningkatan distress pernapasan,
dispnea, batuk non produktif paroksimal, takipnea dengan pernapasan cuping hidung dan
retraksi, emfisema,
Gejala
1) Takipnea (barat saat aktivitas)
2) Batuk menetap dengan sputum terutama pagi hari
3) Warna sputum dapat hijau, putih, atau kuning dan dapat banyak sekali
4) Riwayat infeksi saluran nafas berulang
5) Riwayat terpajan polusi(rokok dll)
Tanda
1) Lebih memilih posisi fowler/semi fowler untuk bernafas
2) Penggunaan otot bantu nafas
3) Cuping hidung
4) Bunyi nafas krekel(kasar)
5) Perkusi redup(pekak)
6) Kesulitan bicara kalimat(umumnya hanya kata-kata yang terputus-putus)
7) Warna kulit pucat,normal atau sianosis
bronchus.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
dan perawatan di rumah
E. Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas paten.
Rencana Tindakan:
a. Auskultasi bunyi nafas
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat
dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.
b. Kaji/pantau frekuensi pernafasan.
Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya
proses infeksi akut.
c. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir
Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan jebakan
udara.
d. Observasi karakteristik batuk
Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau
kelemahan
e. Tingkatkan masukan cairan sampai 1500-2000 ml/hari
Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme
bronchus.
Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA
dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Rencana Tindakan:
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit.
b. Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan
c.
Latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas.
Auskultasi bunyi nafas.
Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi
d. Awasi tanda vital dan irama jantung
Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek
e.
lebih besar/kecil.
f. Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA
pernafasan
bibir
Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan
bernafas lebih efisien dan efektif.
b.
Berikan
dorongan
untuk
menyelingi
aktivitas
dan
periode
istirahat
a.
b.
c.
d.
terhadap infeksi.
e. Berikan anti mikroba sesuai indikasi
Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur.
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas.
Rencana tindakan:
a. Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat).
Rasional : Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga memudahkan tindakan
selanjutnya.
b. Berikan dorongan emosional.
Rasional : Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk menerima keadaan penyakit
c.
yang dialami.
Beri dorongan mengungkapkan ketakutan/masalah
Rasional : Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan mengurangi beban pikiran yang
dirasakan
d. Jelaskan jenis prosedur dari pengobatan
Rasional : Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya sehingga mau bekerjasama dalam
e.
7.
pemahaman
kondisi/proses
penyakit
dan
tindakan.
Intervensi :
Jelaskan proses penyakit individu
Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada rencana pengobatan.
b.
Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.
a.
Rasional : Nafas bibir dan nafas abdominal membantu meminimalkan kolaps jalan nafas dan
c.
(Keliat
Budi
Anna,
1994,
DAFTAR PUSTAKA
Proses
Keperawatan)
- Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa ; editor, Monica Ester, Edisi
3, Jakarta : EGC
- Dona L. Wong, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4, Jakrta : Buku Kedokteran
-
EGC
Keliat, Budi Anna, Proses Keperawatan
Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit, Jakarta : Buku Kedokteran EGC
- dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981)
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN BRONKHITIS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Biodata
Nama
Tempat tanggal lahir
Usia
Jenis kelamin
Nama ayah/ ibu
Pendidikan ayah/ ibu
Agama
Suku bangsa
Alamat
No. Register
Tanggal MRS
Tanggal Pengkajian
Sumber informasi
Diagnosa medis
: An. S
: Ponorogo, 10 Maret 1999
: 11 tahun (anak pertama)
: Laki-laki.
: Tn. B/ Ny. D
: SMA/ SMA
: Islam
: Jawa/ Indonesia
: Ds. Bdg Kec. Po
: 02235
: 5 September 2010 pukul 07.30 WIB
: 5 September 2010 pukul 10.00 WIB
: Ibu dan anak
: Bronkhitis alergika.
b. Keluhan utama
Ibu mengungkapkan An. S sejak makan semangka batuk terus menerus selama 2 hari,
bila untuk lari anak merasa sesak.
c. Riwayat penyakit sekarang
2 hari sebelum kunjungan ke Poli Anak, klien makan semangka. + jam setelah klien
makan semangka klien batuk-batuk, diserta dengan riak dan rasa sesak. Sesak bertambah berat
saat anak lari-lari. Kemudian oleh ibu anak dibawa ke Poli Anak RSUD Dr. Harjono Ponorogo
d. Riwayat penyakit dahulu
Klien menderita alergi sejak usia 10 bulan dengan keluhan batuk disertai dengan sesak
kemudian berobat dan sembuh. Pada usia anak 2 tahun kambuh lagi kemudian klien periksa dan
rutin kontrol selama + tahun. Pada usia 10 tahun kambuh lagi setelah memakan buah melon.
Klien bisa memenuhi kebutuhan tidurnya, ibu mengungkapkan sulit mengontrol makanan yang
dikonsumsi anakanya terutama buah-buahan yang dapat menyebabkan alergi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengungkapkan bahwa ayah klien alergi terhadap debu rumah dan buah kelengkeng,
tetapi didalam anggota keluarga tidak ada yang menderita asma.
f. Riwayat kehamilan dan persalinan
Klien lahir dengan berat badan lahir 3100 gram, lahir langsung menangis, menurut ibu
klien selama hamil ibu periksa ke bidan praktek. Klien minum ASI sampai usia 6 bulan, PASI
dan bubur susu diberikan sampai anak berusia 5 tahun. Susu yang diberikan adalah Lactogen.
g. Riwayat imunisasi
Klien telah mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap yaitu: BCG, Polio, DPT, Campak
dan hepatitis.
h. Riwayat nutrisi
Ibu mengungkapkan An. S diberikan ASI sampai usia 6 bulan, PASI dimulai pada saat
usia anak mencapai 4 bulan, makanan tambahan berupa bubur susu diberikan pada saat anak
berusia 4 bulan. Pada saat pengkajian BB 34 Kg, TB 140 cm. Ibu mengungkapkan anak sulit
makan selama sakit ini, makanan yang disajikan tidak pernah dihabiskan.
i. Riwayat tumbuh kembang
Pada saat ini anak memasuki masa Industri Vs Inferior. Pada saat ini bersekolah di SD
kelas 5. Selama sekolah ini klien tidak pernah tinggal kelas, anak sering menghias kamarnya.
j. Data Psikososial
Ibu mengungkapkan bertempat tinggal di daerah yang penduduknya padat. Pendapatan
keluarga + 750.000,-/ bulan.
k. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Anak duduk di meja pemeriksaan kesadaran compomentis, anak tampak batuk-batuk,
tampak agak sesak, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 92 x/mnt, suhu 37 OC, pernafasan 26
x/mnt teratur.
2) Kepala dan leher
Kepala berbentuk simetris, rambut bersih, hitam dan penyebarannya merata, terpotong pendek.
Mata tidak ada anemi, ikterus tidak ada.
Telinga tidak ada serumen.
Hidung tidak terdapat pernafasan cuping hidung.
Mulut bersih, tidak terdapat karies gigi.
Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar, klien mampu menelan tanpa terasa sakit/ nyeri, tidak
ada kaku kuduk.
3) Dada dan thoraks
Pergerakan dada simetris, Wheezing +/+, Ronchi +/+, retraksi otot bantu pernafasan ringan.
Pemeriksaan jantung, ictus cordis terletak di midclavicula sinistra ICS 4-5, S1S2 tunggal tidak ada
bising/ murmur.
4) Abdomen
Bentuk simetris, bising usus + normal 5 x/ mnt, tidak ada nyeri tekan, hepar dan limpa tidak
teraba.
5) Ekstrimitas
Tidak ada kelainan dalam segi bentuk, uji kekuatan otot adalah 5 untuk masing-masing
ekstrimitas, GCS 15. Klien mampu menggerakkan ekstrimitas sesuai dengan arah gerak sendi.
l. Pemeriksaan penunjang medis Tanggal 5 September 2010
DL:
Hb 12,2 gr %, LED 41/ 70, leukosit 9000, diff. Count -/ -/ 3/ 56 / 40/ 1
Pemeriksaan alergi:
House dust 10,3 mm, coklat 12,7 mm, udang 12,5 mm, histamin 30,8 mm.
Foto thoraks:
Tidak didapatkan kelainan, sinus phrenicostalis tajam.
2. Analisa data
Nama : An S
Umur : 11 thn
Ruang
: Delima
No register : 02235
Data
Etiologi
Masalah
S: Ibu mengungkapkan anak batuk disertai Peningkatan produksi secret Ketidakefektifan
O:
teratur.
- TTV :
TD : 100/70 mmHg,
N : 92 x/mnt,
S : 37OC,
RR : 26 x/mnt teratur.
S: - Ibu mengungkapkan sulit mengontrol Ketidakpatuhan
Ketidakefektifan
penatalaksanaan
regimen pengobatan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : An. S
Umur : 11 thn
No
1
Tanggal Muncul
5 Sept 2010
Ruang
: Delima
No register : 02235
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan
jalan
Tanggal Teratasi
nafas -
yang
ditandai
dengan
Ibu
TT
5 Sept 2010
berhubungan
dengan
C. RENCANA TINDAKAN
Nama : An. S
Umur : 11 thn
No
Tujuan
Ruang
: Delima
No register : 02235
Kriteria hasil
Rencana tindakan
Rasional
Dx. Kep
1.
Ketidakefektifan
batuk
mengeluarkan sek
adekuat.
4.
Lakukan
nebulizer
5.
suction
dan
4. Mengeluarkan sec
Untuk
me
Orang
mengetahui
tua
faktor-
faktor
yang
menunjukkan
2.
Ketidakefektifan
keinginan
untuk
penatalaksanaan
berperan
aktif
yang
dilakukan
untuk
menghindari kontak
dengan alergen.
pengobatan
dan
perawatan
agar
efektif
dari
petugas.
D. IMPLEMENTASI
Nama : An. S
Umur : 11 thn
Tgl/ Pukul
5 Sept 2010
1.30 WIB
menjadi
bahan
3.
Diskusikan
memungkinkan
keluarga
alternatif
dengan
mengenai
tindakan
yang
dan
Alternatif cara y
oleh
keluarga
jalan
keluar
anak
jika
kooperatif.
4. Kolab Imunoterapi
dalam pemberian nebulizer
.
ya
dengan keadaan ke
Positif
positif
Ruang
: Delima
No register : 02235
Pengetahuan yang
keluarga kooperti
setelah
mendapat
penjelasan
bahan-
tindakan perawatan
timbulnya alergi. 2.
Orang
tua
tua
tentang
mempengaruhi
Orang
keluarga
rei
meningkatkan ras
untuk berperan a
perawatan klien
Untuk mengencerk
5 Sept 2010
2.30 WIB
klien dirumah.
5. Melakukan suction
1. Memberikan penjelasan tentang faktor alergen yang seharusnya
2.
6 Sept 2010
08.00 WIB
1.
6 Sept 2010
10.00 WIB
2.
E. EVALUASI
Nama : An S
Umur : 11 thn
Ruang
: Delima
No register : 02235
yang
tentang
diberikan
oleh penjelasan
tindakan
yang petugas
dilakukan
untuk mungkin
yang
tentang
diberikan
oleh
tindakan
yang
dilakukan
untuk
Subyektif :
Subyektif :
Ibu mengungkapkan belum begitu Ibu mengungkapkan sudah mengerti
mengerti penjelasan tentang faktor penjelasan
tentang
faktor
yang
yang menjadi penyebab batuk batuk menjadi penyebab batuk batuk dan
dan sesak pada anaknya dan cara sesak pada anaknya dan cara untuk
untuk menghindarinya.
Obyektif :
Ibu dapat
menjelaskan
menghindarinya.
Obyektif :
kembali Ibu dapat
menjelaskan
kembali
tentang alergen dan usaha untuk tentang alergen dan usaha untuk
menghindarinya namun belum lancer
Assesment :
Masalah belum teratasi.
Planning :
Berikan health
education
menghindarinya.
Assesment :
Masalah teratasi.
Planning :
tentang Rencana
perawatan
kontrol dihentikan.
dihentikan,