Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Identitas Pasien
Nama
: Ny. FM
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 18 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
: Sumogawe 06/02 Getasan Kab.
Semarang
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Anamnesa
Keluhan utama:
Timbul benjolan di bibir kemaluan sebelah kiri
Riwayat
Penyakit/Pengobatan
Anamnesa
Riwayat Haid:
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lama Haid: 7 hari
Riwayat Obstetri
Gravida
: P1A0
Menikah
: 1 kali
Lama perkawinan : 1 tahun
Anak I
Kepala :
Mata : konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Hidung : pernafasan cuping hidung (-), mukosa nasal normal, Secret (-)
Mulut : sianosis (-)
Telinga : Secret (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax : Payudara : hiperpigmentasi areola & papilla mammae
Pulmo : Inspeksi : simetris statis dan dinamis, retraksi (-),
Ketertinggalan gerak nafas (-)
Palpasi :vokal fremitus kanan sama dengan kiri, ketertinggalan gerak nafas (-)
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler
: Ronkhi (-), Wheezing (-)
Jantung : Inpeksi : Ictus cordis tak tampak, bentuk dada normal
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS IV, ictus cordis kuat angkat
Perkusi : Redup, batas jantung normal
Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Inpeksi : striae gravidarum (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : Hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-), massa (-)
Perkusi : timpani
Ekstremitas
Superior
Inferior
Akral dingin
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
Varises
-/-
-/-
Oedem
-/-
-/-
Capillary Refill
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hb
12.2
11.7-
g/dL
15.5
3.6-11
3.8-
Leukosit
6.4
Eritrosit
4.82
Hematokrit
36.2
6.4
35-47
MCV
73.6
82-98
Mikro m3
MCH
24.8
>= 27
Pg
MCHC
33,7
32-36
g/dL
RDW
13,8
Tombosit
309
10-16
150-
PDW
14.0
MPV
8.2
Limfosit
1.5
Monosit
0,5
Granulosit
4.4
1.0
2-4
Limfosit %
23,4
25-40
Monosit %
7,5
2-8
69.1
50-80
0.2-
Granulosit %
PCT
Protein urin
HbsAg
0.263
Negatif
Non reaktif
Ribu
Juta
%
Ribu
400
10-18
7-11
1.0-
Mikro m3
103/mikro
4.5
0.2-
103/mikro
103/mikro
0.5
Negati
Diagnosa Awal
P1A0, 18 tahun, dengan abses bartholini sinistra
Sikap
Non medikamentosa
Pro Marsupialisasi
Medikamentosa :
Ceftriaxon 1 gr, 2x1
Dexametason 2 ampul/6 jam
Prognosis
dubia ad bonam
Follow Up
Pembahasan
Abses Bartholin adalah infeksi pada kelenjar
Bartholin. Umumnya mendadak, biasanya
disebabkan oleh infeksi gonokokus dapat oleh
bakteri lain. Bila terjadi sumabatan utama pada
duktus kelenjar Bartholin menyebabkan retensi
sekresi dan dilatasi kistik. Kelenjar Bartholin
membesar, merah, nyeri, dan lebih panas dari
daerah sekitarnya. Isi di dalam berupa nanah
dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat
(biasanya akibat infeksi) mengumpul di dalam
menjadi abses
Pembahasan
Tatalaksana
Pada pasien dianjurkan untuk dilakukan
marsupialisasi karena jika terus dibiarkan dapat
menimbulkan gejala dan komplikasi lebih lanjut
seperti nyeri, infeksi, demam, dispareuni, dan
bahkan dapat menjadi keganasan.
Abses Bartholin
Definisi
Abses Bartholin adalah abses pada kelenjar
Bartholin (kelenjar vestibularis major). Masingmasing wanita memiliki dua kelenjar Bartholin.
Bila salah satu kelenjar Bartholin terinfeksi, bisa
terjadi abses Bartholin. Jika saluran keluar dari
kelenjar Bartholin tersumbat, bisa menyebabkan
abses. Pada abses rongganya berisi pus. Paling
sering disebabkan oleh infeksi bakteri.
Gejala
Gejala yang paling umum
dialami oleh penderita
abses Bartholin, yaitu :8
Terasa panas, dan
membengkak pada labia
mayor
Demam
Vagina sakit dan sensitif
Sakit pada saat
hubungan seksual
(dispareunia)
Etiologi
Etiologi abses Bartholin yang paling
sering adalah :8
E. coli
Gonococcus (organism penyebab
gonorrhea)
Staphylococcus aureus
Streptococcus
Abses Bartholin dapat
didiagnosis melalui
pemeriksaan pelvis, dan
pemeriksaan kultur pus. Pada
pemeriksaan pelvis dapat
ditemukan pembesaran kelenjar
Bartholin dan bila tersentuh
sedikit saja pasien akan merasa
kesakitan. Biopsi dianjurkan
pada wanita yang usia > 40
tahun untuk menyingkirkan
adanya tumor.
Komplikasi
Jika abses Bartholin tidak diterapi dengan baik,
akan berkembang menjadi kista Bartholin. Jika
menjadi kista, kista harus dibuang. Jika abses
Bartholin terjadi pada wanita usia > 40 tahun
dapat menjadi pemicu terjadinya tumor di
kelenjar Bartholin, meskipun ini sangat jarang.
Penatalaksanaan
Treatment yang paling umum digunakan :
Mengeluarkan abses
Antibiotik
Antibiotik spektrum luas dapat digunakan untuk
profilaksi. Biasa digunakan amoxicillin + asam
klavulanat atau cefazolin. Pada wanita usia 40
tahun keatas dianjurkan untuk melakukan eksisi
seluruh kelenjar Bartholin oleh karena
kemungkinan timbulnya suatu keganasan.
1. Kateter Word
Kateter word ini memang dirancang untuk kasus
kista/abses bartholin. Setelah dipasang, kateter word
ini dibiarkan selama 4 minggu, dan penderita
dianjurkan untuk tidak melakukan aktifitas seksual,
sampai kateter dilepas. setelah 4 minggu akan
terbentuk saluran drainase baru dari kista bartholin,
secara kosmetik hasilnya cukup bagus karena
orifisiumnya akan mengecil dan hamper-hampir tidak
kelihatan.
Komplikasi pemasangan kateter Word :
rekurens
perdarahan
sepsis dan infeksi yang progresif
2. Marsupialisasi
Marsupialisasi adalah pilihan terapi apabila setelah
penggunaan kateter Word terjadi rekurensi (atau
tidak ada kateter Word). Prinsipnya : buat insisi
elips dengan skalpel diluar atau didalam cincin
hymen, jangan diluar labium mayor karena dapat
timbul fistel (selain itu juga jelek hasilnya), insisi
harus cukup dalam mengiris kulit dan dinding
kista/abses bawahnya (untuk kemudian dibuang).
Apabila terdapat pus dibersihkan dan dikeluarkan,
bila bekas insisi terbuka lebar atau darah banyak
mengalir dapat dilakukan penjahitan dengan
mendekatkan luka antar sayatan. Angka rekurensi
sekitar 10%.
3. Eksisi
Eksisi dilakukan jika terjadi rekurensi berulang,
sebaiknya tindakan ini dilakukan di kamar operasi oleh
karena biasanya akan terjadi perdarahan yang banyak
yang berasal dari plexus venosus bulbus vestibuli, dan
pernah dilaporkan terjadinya septik syok pasca tindakan,
komplikasi lain adalah selulitis dan dyspareuni.
4. Kehamilan dengan kista/abses Bartholin
Oleh karena pada kehamilan vaskularisasi daerah pelvis
meningkat. Untuk kasus asimtomatis sebaiknya tindakan
operatif ditunda hingga setelah persalinan, namun jika
tidak dapat dihindari maka dapat dilakukan dengan
pemberian antibiotik spektrum luas (relatif aman untuk
kehamilan) dan anestesi lokal dapat diberikan pada
kasus abses bartholin.
Daftar Pustaka
Junqueira, et ell. Histologi Dasar. Edisi ke-8. Alih bahasa dr. Jan
Tambayong. 1998. Jakarta : EGC
Sugeng. Anatomi Organ Reproduksi. Data modifikasi tahun 2008.
Tersedia pada website www.biologiwordpress.com
Anonim. Abses Bartholin. Data modifikasi tanggal 27 Oktober 2009.
Tersedia pada website http://en.wikipedia.org/wiki/Bartholin%27s_gland.
Anonim. Kelenjar Bartholin. Data modifikasi tanggal 1 Januari 2010.
Tersedia pada website www.wikipedia.org.
Andreas. Abses Kelenjar Bartholin. Data modifikasi tahun 2008. Tersedia
pada website www.obgynunairwordpress.com.
Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6.
2006. Jakarta : EGC
Bloom and Fowcett. Buku Ajar Histologi. Edisi 12. 2003.Jakarta : EGC
Anonim. Abses Bartholin. Data modifikasi tahun 2009. Tersedia
pada website www.mamashealth.com.
Anonim. Bartholinitis. Data modifikasi tahun 2008. Tersedia pada
website www.emedicine.medscape.com.
Sarwono,P. Ilmu Kandungan. Edisi kedua.2008. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.