Vous êtes sur la page 1sur 21

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA

2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sumberdaya alam dan lingkungan hidup merupakan sumber penting bagi kehidupan
umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Sumberdaya alam menyediakan sesuatu yang
diperoleh dari lingkungan fisik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia,
sedangkan lingkungan merupakan tempat dalam arti luas bagi manusia dalam melakukan
aktivitasnya sehingga pengelolaan sumberdaya alam harus mengacu pada aspek konservasi
dan pelestarian lingkungan.
Kota Surabaya merupakan kota terbesar di Indonesia setelah DKI Jakarta. Secara
nasional, Surabaya merupakan pusat Indonesia bagian timur. Namun secara regional Kota
Surabaya merupakan ibukota di Jawa Timur. Dengan luas sekitar 330,48 Km 2, total
penduduk tahun 2012 pada bulan september di Kota Surabaya mencapai 3.104.584 jiwa.
Sebagai ibukota Propinsi Jawa Timur, Kota Surabaya menjadi pusat

pemerintahan,

perdagangan, jasa dan kebudayaan di Jawa Timur.


Kota Surabaya sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur terletak di tepi pantai utara
Provinsi Jawa Timur atau tepatnya berada diantara 7 9'- 7 21' Lintang Selatan dan 112 36'
- 112 54' Bujur Timur. Wilayahnya berbatasan dengan Selat Madura di sebelah Utara dan
Timur, Kabupaten Sidoarjo di sebelah Selatan dan Kabupaten Gresik di sebelah Barat.
Secara topografi, sebagian besar (25.919,04 Ha) merupakan dataran rendah dengan
ketinggian 3 - 6 meter di atas permukaan laut pada kemiringan kurang dari 3 persen,
sebagian lagi pada sebelah barat (12,77 persen) dan sebelah selatan (6,52 persen)
merupakan daerah perbukitan landai dengan ketinggian 25 - 50 meter di atas permukaan
laut dan pada kemiringan 5 15 persen. Jenis batuan yang ada terdiri dari 4 jenis yang pada
dasarnya merupakan tanah liat atau unit-unit pasir. Sedangkan jenis tanah, sebagian besar
berupa tanah alluvial, selebihnya tanah dengan kadar kapur yang tinggi (daerah perbukitan).
Sebagaimana daerah tropis lainnya, Surabaya mengenal 2 musim yaitu musim hujan dan
kemarau. Curah hujan rata-rata 172 mm, dengan temperatur berkisar maksimum 30 C dan
minimum 25 C. Secara geografis, Kota Surabaya terletak di hilir sebuah Daerah Aliran
Sungai (DAS) Brantas yang bermuara di Selat Madura. Beberapa sungai besar yang
berfungsi membawa dan menyalurkan banjir yang berasal dari hulu mengalir melintasi Kota
Surabaya, antara lain Kali Surabaya dengan Q rata2 = 26,70 m3/detik, Kali Mas dengan Q
rata2 = 6,26 m3/detik dan Kali Jagir dengan Qrata2 = 7,06 m3/detik. Sebagai daerah hilir,
Kota Surabaya dengan sendirinya merupakan daerah limpahan debit air dari sungai yang
melintas dan mengakibatkan terjadinya banjir pada musim penghujan.
I-1

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA

2012

Secara administrasi pemerintahan Kota Surabaya dikepalai oleh Walikota yang juga
membawahi koordinasi atas wilayah administrasi kecamatan yang dikepalai oleh Camat.
Jumlah kecamatan yang ada di Kota Surabaya sebanyak 31 kecamatan dan jumlah
kelurahan sebanyak 160 kelurahan dan terbagi lagi menjadi 1.405 Rukun Warga (RW) dan
9.271 Rukun Tetangga (RT).
Tabel 1.1 Banyaknya Kelurahan, Rukun Warga dan Rukun Tetangga per Kecamatan

Kota Surabaya sebagai Ibukota Provinsi Jawa Timur dan pusat

kegiatan serta

pesatnya pembangunan di berbagai sektor selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat


juga dapat menambah beban pada lingkungan terutama akibat meningkatnya limbat padat,
cair, gas hasil dari kegiatan aktivitas kegiatan usaha telah memberikan dampak pada
semakin berkurangnya daya dukung lahan dan lingkungan.
Hasil pemantauan kualitas lingkungan, memperlihatkan telah terjadi penurunan kualitas air
sungai, air tanah dan udara sehingga pencemaran Surabaya sudah mencapai ambang yang
cukup serius. Perjalanan pembangunan kota yang pada tahap awalnya hanya ditekankan
pada peningkatan produktivitas/pertumbuhan ekonomi telah mulai bergeser pada upayaupaya yang lebih proporsionil antara kepentingan ekonomi dan keseimbangan lingkungan
melalui proses perencanaan pembangunan yang lebih partisipatif yang melibatkan peran
I-2

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA

2012

serta para pelaku pembangunan (stake holder) dan masyarakat dalam setiap tahapan
pembangunan guna terwujudnya tata pemerintahan yang baik (good governance) dan tata
kelola lingkungan yang baik (good environmental governance).
1.2. Tujuan Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah
Tujuan utama penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Surabaya adalah :

Tersajinya gambaran yang se-obyektif mungkin terhadap dampak kegiatan manusia


(sosial ekonomi) maupun pengaruh gejala alam terhadap komponen kependudukan dan
lingkungan hidup pada tahun 2012.

Tersusun dan tersajinya informasi secara lengkap dalam bentuk ringkasan bagi
masyarakat secara umum dan bagi para pengambil keputusan secara khusus, agar
dapat memahami dan menilai serta mengajukan usulan baik peningkatan dampak positif
maupun pencegahan atau penanggulangannya terhadap dampak lingkungan negatif
yang disebabkan oleh kegiatan manusia.

Sebagai alat bantu untuk mengevaluasi pengelolaan kependudukan dan lingkungan


hidup di Kota Surabaya.

Menyediakan data dasar bagi perbaikan pengambilan keputusan pada semua tingkat

Meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan kecenderungan dan kondisi lingkungan.

1.3. Metodologi Penyusunan


1.3.1. Sumber Data
Data dan informasi yang digunakan untuk menyusun buku laporan Status Lingkungan Hidup
Daerah Kota Surabaya adalah data dan informasi yang dikumpulkan oleh instansi-instansi
yang ada di lingkungan Pemerintah Surabaya dan data yang bersumber dari laporan
penelitian tahun 2012.

1.3.2. Pendekatan Penyusunan


Untuk mencapai maksud dan tujuan penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota
Surabaya sebagaimana dikemukakan di atas, diupayakan dalam melakukan koordinasi
penyusunan dengan memperhatikan beberapa aspek, terutama :

Aspek fungsional, yakni penelusuran adanya kaitan kegiatan dan keterpaduan fungsi
antara satu instansi dengan instansi lainnya yang menangani urusan yang telah menjadi
kewenangan Kota Surabaya. Selain itu diidentifikasi juga tugas pemerintahan dan tugas
pembangunan yang masih menjadi kewenangan pemerintah pusat.

Aspek formal, yakni upaya penerapan petunjuk tingkat nasional, yang disesuaikan
dengan kondisi dan permasalahan Kota Surabaya.

Aspek struktural, yakni penelusuran kaitan dan koordinasi kerja setiap tingkatan instansi.

I-3

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA

2012

Aspek material, yakni penelusuran adanya kaitan dan koordinasi antar instansi dalam
penyajian dan pemanfaatan data.

Aspek operasional, yakni penelusuran adanya kaitan dan keterpaduan dalam penentuan
langkah-langkah penyusunan, baik dari segi waktu dan lingkup data.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran buku laporan Status Lingkungan Hidup Daerah

Kota Surabaya ini, pendekatan yang ditempuh dalam rangka pengumpulan data dijelaskan
sebagai berikut :

Penelusuran kembali berbagai dokumen yang memuat rumusan kebijaksanaan


Pemerintah Kota Surabaya, baik tentang pembangunan sektoral maupun tentang
pengelolaan lingkungan hidup.

Pengumpulan data Tekanan terhadap lingkungan tahun 2012 dari BLH Kota Surabaya.

Data kegiatan Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya diperoleh dari BLH
Surabaya, Badan Perencanaan Pembangunanan Kota Surabaya, Badan Pemberdayaan
Masyarakat Kota Surabaya, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Surabaya, Dinas
Kesehatan Kota Surabaya, Dinas Pekerjaan Umum dan Pematusan Kota Surabaya,
Dinas Pertanian Kota Surabaya, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Surabaya,
Dinas Perhubungan Kota Surabaya, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya,
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya, Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kota Surabaya, Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Dinas Informasi dan Komunikasi
Kota Surabaya, Dinas Tenaga Kerja Kota Surabaya, Dinas Sosial Kota Surabaya dan
instansi terkait lainnya.

Data tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup
(BLH) Kota Surabaya.

1.4. Prosedur Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah


1.4.1. Proses Kegiatan
A. Tahap Pemantauan
Pemantauan dilakukan terhadap semua aspek kependudukan dan lingkungan hidup, melalui
pengumpulan data yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) serta Dinas Teknis
lainnya secara berkala yang selanjutnya disusun menjadi Buku Data.
B. Tahap Evaluasi
Evaluasi diarahkan pada tiga aspek utama, yaitu :

Kegiatan Sosial Ekonomi yang potensial menimbulkan dampak pada komponen


Kependudukan dan Lingkungan Hidup.

Upaya pengendalian dampak baik yang telah dilaksanakan oleh masing-masing instansi
sesuai dengan tugas pokoknya maupun melalui koordinasi instansi terkait.

Gambaran tentang kualitas lingkungan hidup Kota Surabaya tahun 2012.

I-4

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA

2012

C. Tahapan Penyusunan Laporan dan Buku Data


Penyusunan Laporan dan Buku Data dilaksanakan secara simultan. Data Lingkungan yang
terkumpul baik berasal dari sektor maupun hasil monitoring dan evaluasi (monev) BLH Kota
Surabaya disusun dan dianalisis secara komprehensif.
Permasalahan maupun isu mengenai lingkungan hidup dianalisis dan dijabarkan dengan
mengaplikasikan pendekatan model P-S-R (Pressure-State-Response). Dengan demikian
ada tiga indikator utama dalam kerangka PSR yang akan dianalisis yaitu :
1. Indikator tekanan terhadap lingkungan (pressure). Indikator ini menggambarkan tekanan
dari kegiatan manusia terhadap lingkungan dari sumberdaya alam.
2. Indikator kondisi lingkungan (state). Indikator ini menggambarkan kualitas dan kuantitas
sumberdaya alam dan lingkungan yang menggambarkan situasi, kondisi, dan
pengembangannya di masa depan.
3. Indikator respon (response). Indikator ini menunjukkan tingkat kepedulian stakeholder
terhadap perubahan lingkungan yang terjadi, baik dari kalangan pemerintah, industri,
LSM, lembaga penelitian, maupun masyarakat umum.
sehingga dihasilkan suatu output yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
maupun rekomendasi dalam proses pengambilan kebijakan oleh para pemangku
kepentingan (Stakeholder) dalam pengelolaan lingkungan hidup di wilayah Pemerintahan
Kota Surabaya pada tahun mendatang.
1.4.2. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Surabaya
Tahun 2012 didukung berbagai sektor terkait termasuk pengumpulan data monev yang
dilakukan sepanjang tahunnya, diantaranya berpedoman kepada :
1. Keputusan Walikota Surabaya Nomor 188345/237/436.1.2/2012 tahun 2012 tentang
Pembentukan Tim Penyusun Status Lingkungan Hidup Surabaya merupakan landasan
legal yang menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan penyusunan Status Lingkungan
Hidup Daerah Kota Surabaya tahun 2012.
1.5. Sistematika Penyajian
(1) Buku II (Buku Data)
Penyusunan Buku Data dikelompokkan dalam masing-masing judul tabel diantaranya
adalah Sumberdaya Alam, Demografi, Demografi Sosial, Sosial Ekonomi, Sumber
Pencemaran, Bencana Alam dan Pengelolaan Lingkungan hidup secara benar dan
akurat pada tahun 2012, dimana tentang Sumberdaya Alam berisi data tentang Kondisi
Sumberdaya alam, Demografi berisi data tentang Perubahan dan Struktur penduduk,
Demografi Sosial tentang Korelasi antara pertumbuhan dan struktur penduduk dengan

I-5

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA

2012

kebutuhan fasilitas, Sosial Ekonomi berisi data tentang Hubungan timbal balik antara
pertumbuhan dan struktur penduduk dengan aktivitas dan pengembangannya, Sumber
Pencemaran berisi data tentang Identitas terhadap sumber dan beban pencemaran
yang menekan lingkungan, serta Pengelolaan Lingkungan berisi data tentang Realitas
dari kegiatan pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Surabaya.
Buku II (Buku Data) merupakan kumpulan Data Dasar

tahun 2012 tentang Kondisi

Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya, Tekanan Terhadap Lingkungan, dan Upaya


Pengelolaan Lingkungan.

Data tersebut dikumpulkan menurut prosedur pendataan

sesuai dengan kaidah data yang benar sesuai dengan Pedoman yang diterbitkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup. Walaupun kondisi dan permasalahan Surabaya relatif
berbeda dengan Kabupaten/Kota lainnya, namun tetap diupayakan untuk memenuhi
jumlah dan jenis data (tabel data) semaksimal mungkin.
(2) Buku I (Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah)
Buku I merupakan penjelasan hasil identifikasi dan analisis data sebagaimana disajikan
pada buku II. Pada buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Surabaya
disistematisir menjadi empat bab, antara lain :
Bab 1

Menjelaskan mengenai Isu-isu Prioritas yang disertai dengan alasan dan


analisisnya dalam bentuk status, tekanan dan respon tahun 2012.

Bab 2

Menjelaskan mengenai Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya


meliputi Lahan dan Hutan, Keanekaragaman Hayati, Air, Udara, Laut Pesisir
dan Pantai, Iklim, Bencana Alam.

Bab 3

Menjelaskan

mengenai

Tekanan

Terhadap

Lingkungan

meliputi

Kependudukan, Permukiman, Kesehatan, Pertanian, Industri, Pertambangan,


Energi, Transportasi, Pariwisata, dan Limbah B3.
Bab 4

Menjelaskan tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan meliputi Rehabilitasi


Lingkungan, Amdal, Penegakan Hukum, Peran Serta Masyarakat, dan
Kelembagaan.

1.6. Isu Lingkungan Hidup Kota Surabaya


Konsep

pembangunan

di

Kota

Surabaya

didasari

oleh

kesadaran

bahwa

pembangunan ekonomi sosial, dan budaya tidak dapat dilepaskan dari lingkungan hidup.
Dan disadari bahwa pembangunan di Kota Surabaya tidak dapat dilepaskan dari
kesepakatan semua pihak baik itu antar pemerintah daerah maupun hubungan kerja sama
yang baik dengan pemerintah pusat.
Oleh karena itu dalam perkembangan pembangunan Kota Surabaya dilandasi juga
dengan kebijakan kebijakan yang telah disepakati bersama untuk dapat mengelola daerah
berbasis lingkungan hidup. Secara makro menggambarkan bahwa pembangunan yang

I-6

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA

2012

mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak dapat terhindarkan


dari penggunaan sumber daya alam, namun eksploitasi sumber daya alam yang tidak
mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan mengakibatkan merosotnya
kualitas lingkungan.
Banyak faktor yang menyebabkan kemerosotan kualitas lingkungan serta kerusakan
lingkungan yang dapat diidentifikasi dari pengamatan di lapangan, yang akan digambarkan
beberapa Isu-isu lingkungan hidup di Kota Surabaya Tahun 2012, sebagai berikut :

1.

Pencemaran Udara
Pencemaran udara di perkotaan umumnya disebabkan oleh adanya emisi yang

ditimbulkan oleh aktivitas industri, transportasi, dan timbulan sampah dalam jumlah besar.
Kegiatan tersebut menghasilkan zat pencemar udara seperti CO2, CH4, N2O, yang
merupakan Gas Rumah Kaca (GRK).
Permasalahan transportasi khususnya transportasi darat di Kota Surabaya cukuplah
kompleks, karena transportasi merupakan suatu sistem yang saling berkaitan, maka satu
masalah yang timbul di satu unit ataupun satu jaringan akan mempengaruhi sistem tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah pada transportasi darat di Kota
Surabaya sangat beragam, antara lain ledakan penduduk, kurangnya kesadaran masyarakat
akan emisi kendaran bermotornya, tingginya pertumbuhan kendaraan bermotor, rendahnya
pelayanan angkutan umum, kurang optimalnya fasilitas alih moda, serta sarana prasarana
transportasi yang belum optimal. Tingginya populasi penduduk dan rendahnya pelayanan
angkutan umum dapat menyebabkan penggunaan kendaraan pribadi semakin meningkat.
Penggunaan kendaraan yang semakin meningkat menyebabkan kapasitas jalan tidak
seimbang sehingga akses dan jaringan jalan belum optimal.
Kota Surabaya juga merupakan tempat perantara antara Gresik dan Sidoarjo.
Masyarakat asal Sidoarjo yang bekerja di Gresik akan melewati Surabaya sehingga
menyebabkan kemacetan yang sangat padat. Kemacetan tersebut dapat secara langsung
menurunkan kualitas udara di Kota Pahlawan ini. Selain transportasi, penyebab menurunnya
kualitas udara di Kota Surabaya adalah adanya emisi industri. Adapun emisi industri turut
menyumbang terhadap penurunan kualitas udara karena belum semua industri memiliki alat
pengendali pencemar udara yang memadai.
Permasalahan gas CH4 yang dihasilkan oleh timbulan sampah juga menjadi
perhatian serius Pemerintah Kota Surabaya karena kekuatan gas CH4 sama dengan 21 kali
lebih besar daripada gas CO2. Dalam perkembangannya, Kota Surabaya relatif telah berhasil
dalam mereduksi timbulan sampah langsung dari sumbernya.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan Kota Surabaya untuk mengatasi permasalahan
transportasi adalah dengan melakukan pelebaran badan jalan dan pembangunan jalan

I-7

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA

2012

jalan baru. Upaya tersebut merupakan upaya dalam mengatasi permasalahan yang ada
pada sistem transportasi darat, mengingat transportasi darat memiliki sistem dan
permasalahan yang lebih kompleks. Namun alternatif-alternatif tersebut hanya akan sia-sia
apabila tidak diimbangi dengan kesadaran semua pihak untuk mencapai sebuah sistem
transportasi Indonesia yang berkelanjutan.
Sedangkan upaya yang dilakukan untuk mengatasi polusi asap industri adalah
dengan menggunakan teknologi pengolahan peningkatan pengawasan dan pembinaan oleh
instansi terkait guna meminimalisasi dampak pencemaran.

2.

Pencemaran Tanah
Seperti halnya transportasi, pencemaran tanah pun diakibatkan oleh kegiatan

manusia. Hal ini dapat disebabkan limbah domestik, limbah industri, dan limbah pertanian.
Limbah domestik berasal dari daerah pemukiman penduduk, perdagangan/pasar/tempat
usaha hotel dan lain-lain.
Limbah pertanian dapat berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan
tanah/tanaman, misalnya pupuk urea. Selain itu, limbah pertanian juga dapat berasal dari
sisa-sisa pestisida pemberantas hama tanaman, misalnya DDT.
Selain itu, timbunan sampah dapat menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida.
Adanya zat mercury, chrom dan arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan
gangguan terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah.
Terdapat pula limbah lain seperti oksida logam, baik yang terlarut maupun tidak pada
permukaan

tanah

menjadi

racun.Sampah

anorganik

tidak

terbiodegradasi,

yang

menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air
sehingga peresapan air dan mineral yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah
mikroorganisme di dalam tanah pun akan berkurang. Hal ini berakibat pada tanaman yang
akhirnya sulit tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh makanan untuk berkembang.
Limbah air rumah tangga berupa black water dan grey water, deterjen, oli bekas, jika
meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan zat-zat kimia yang
terkandung di dalamnya dan dapat membunuh mikro organisme di dalam tanah.
Sedang limbah padat hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang
berasal dari proses pengolahan. Dengan tertimbunnya limbah ini dalam jangka waktu lama,
permukaan tanah menjadi rusak dan air yang meresap ke dalam tanah terkontaminasi
dengan bakteri tertentu dan mengakibatkan turunnya kualitas air tanah pada musim
kemarau. Selain itu timbunan akan mengering dan mengundang bahaya kebakaran. Jumlah
industri kecil pada tahun 2012 di

Kota Surabaya sebanyak 215 .Untuk jumlah industri

sedang pada tahun 2012 di Kota Surabaya sebanyak 90 data per bulan oktober 2012.

I-8

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA


3.

2012

Pencemaran Air Limbah


Selain pencemaran tanah dan transportasi, permasalahan air limbah yang

menurunkan kualitas badan air di Kota Surabaya juga harus diperhatikan karena air
merupakan suatu kebutuhan yang sangat vital dalam menunjang sebagian besar aktifitas
warga. Karena itulah permasalahan air limbah di kota metropolis seperti di Kota Surabaya
sangat krusial. Seiring pula dengan bertambahnya kebutuhan penduduk akan produk
industri, maka secara tidak langsung akan menambah kuantitas limbah industri di Kota
Surabaya.
Air limbah Kota Surabaya secara garis besar menjadi dua yakni limbah domestik dan
indutri. Khusus air limbah domestik dari rumah tangga merupakan sumber dominan terhadap
menurunnya kualitas air buangan. Sesuai data Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya,
parameter pencemaran secara keseluruhan sungai-sungai di Kota Surabaya, mulai dari DO,
pH, BOD, COD, TSS dan deterjen menunjukkan kecenderungan naik. Urgenitas
penanganan air limbah disebabkan karena air limbah tersebut dibuang ke sungai. Di sisi lain
salah satu sungai yaitu kali Surabaya digunakan sebagai bahan baku PDAM.
Selain sungai-sungai di Kota Surabaya, keberadaan saluran drainase primer yang
seharusnya hanya menampung air hujan, saat ini berfungsi penampung air limbah rumah
tangga terutama grey water (air bekas cuci dan kamar mandi). Sehingga beberapa saluran
dalam kondisi septik yang menandakan adanya buangan tinja manusia baik langsung ke
saluran maupun melalui pipa yang dihubungkan ke sungai. Kondisi saluran drainase baik
primier, sekunder maupun tersier saat ini terisi oleh limbah domestik penduduk bahkan pada
saat-saat tertentu limbah industri membuang air limbah pada saluran yang berdekatan
dengan lokasi industri.
Berdasar dari fungsinya maka sungai-sungai di Kota Surabaya yang perlu diamankan
dari pencemaran limbah rumah tangga dan industri adalah Kali Surabaya, Kali Mas, Kali
Wonokromo dan Kali Kedurus. Keberadaan keempat sungai tersebut sangat penting karena
merupakan air baku yang diperlukan untuk memasok PDAM Kota Surabaya. Saat ini potensi
air baku yang cukup stabil adalah dari keempat sungai ini sehingga untuk tambahan
pasokan air baku ke depan perlu direncanakan agar beban polusi dapat terkurangi.
Seperi halnya kota besar lainnya yang padat penduduk, kualitas air tanah di Kota
Surabaya sudah tidak layak untuk digunakan sebagai sumber air minum. Di beberapa lokasi,
sumur penduduk terindikasi sudah terkontaminasi bakteri E-Coli dan mengandung
nitrate/nitrit. Kontaminasi ini disebabkan oleh pengelolaan air limbah rumah tangga yang
konvensional (septic tank dan sumur peresapan).
Kondisi-kondisi inilah yang melatar belakangi perlunya rencana pengembangan
Sistem Penyediaan Air Limbah (SPAL) rumah tangga Kota Surabaya disusun agar
kebutuhan air minum dalam rangka pengembangan Kota ke depan dapat terpenuhi.

I-9

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA

2012

Langkah yang direkomendasikan dalam penangan sanitasi Kota Surabaya terutama sektor
air limbah domestik memprioritaskan penyelamatan Kali Surabaya. Bila memungkinkan
dilakukan relokasi industri di sepanjang kali Surabaya di wilayah Surabaya.
Pemerintah juga perlu merumuskan strategi pengolahan air limbah di Kota Surabaya.
Diantaranya adalah SPAL industry Kota Surabaya yaitu berupa sistem individual/ unit, sistem
gabungan/ kolektif, dan gabungan sistem individual dan kolektif. Sedang untuk SPAL rumah
tangga dapat menggunakan sistem sanitasi off-site, sistem sanitasi intermediate, dan sistem
sanitasi on-site untuk limbah rumah tangga. Batasan kepadatan dan pilihan teknologi
sebagai berikut kepadatan penduduk rendah yaitu kepadatan penduduk dibawah 150 jiwa/ha
menggunakan sistem on-site. Untuk kepadatan penduduk menengah yaitu kepadatan diatas
150 jiwa sampai 300 jiwa/ha, menggunakan sistem intermediate (kombinasi onsite dan offsite). Sedang kepadatan penduduk tinggi yaitu kepadatan diatas 300 jiwa/ha, menggunakan
sistem off-site.

Bilamana dilihat dari ketiga isu lingkungan di atas maka isu pencemaran udara
merupakan isu yang memiliki tekanan yang paling besar dan mendesak untuk dicari solusi
I - 10

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA

2012

yang tepat dalam menanganinya.


A.

Kondisi Pencemaran Udara Di Kota Surabaya


Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 1, Pencemaran

udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke udara
ambient oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
Pencemaran udara dapat terjadi karena berbagai sebab. Secara umum sumber dari
pencemar udara terbagi atas:
1. Sumber alami (Natural source), contohnya: letusan gunung berapi, kebakaran hutan,
dekomposisi biotik, debu, spora tumbuhan, dan sebagainya.
2. Kegiatan manusia (Antropogenic source), contohnya: pencemaran akibat aktivitas
transportasi, industri, pembangkit listrik dan sebagainya.
3. Sumber-sumber lain, contohnya: kebocoran tangki klor, timbulan gas dari Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) sampah, uap pelarut organik, dan sebagainya.
Berdasarkan kedudukan sumbernya, sumber pencemar udara terbagi atas (Boedisantoso,
2002) :
1. Sumber bergerak (mobile source), contohnya : kendaraan bermotor, pesawat udara,
kereta api, dan sebagainya.
2. Sumber tidak bergerak (stationary source), contohnya : perumahan, daerah perdagangan,
daerah industri, dan sebagainya.

Tingkat kualitas udara akan sangat dipengaruhi oleh hal-hal berikut :


1. Interaksi atmosfer
Potensi dispersi dan difusi zat pencemar sangat menentukan kualitas udara pada
akhirnya.
2. Faktor meteorologi
Faktor ini sangat mempengaruhi waktu dan kapasitas atmosfer untuk menyerap dan
mendispersikan serta mengendapkan zat pencemar. Contoh faktor-faktor meteorologi
yang mempengaruhi pencemaran udara seperti angin, turbulensi, stabilitas atmosfer,
hujan, kabut dan radiasi surya.
Menurut Sukarto (2006), transportasi atau pengangkutan adalah perpindahan barang
atau orang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik
yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin. Konsep
transportasi didasarkan pada adanya perjalanan (trip) antara asal (origin) dan tujuan
(destination).

I - 11

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA

2012

Transportasi merupakan sumber utama dari pencemaran udara di perkotaan.


Kegiatan transportasi menyumbangkan kira-kira 45%, 50%, dan 90% dari Nitrogen Oksida
(NOx), total Hidrokarbon (HC) dan emisi Karbon Monoksida (CO) (Olsson, 1994). Meskipun
perkembangan teknologi terbaru secara signifikan dapat mengurangi jumlah emisi, namun
tingkat kenaikan dari jumlah kendaraan bermotor yang cukup tinggi dan jauhnya jarak
perjalanan membuat hal tersebut tidak berguna lagi (Carbajo and Faiz, 1994). Oleh karena
itu, pelaksanaan dari pengendalian pencemaran udara menjadi sangat penting untuk
mencegah efek kerugian pada perkembangan lalu lintas pada perkotaan yang memiliki
populasi penduduk sangat padat (Crabbe and Elsom, 1998).
Faktor penting yang menyebabkan pengaruh kegiatan transportasi menjadi dominan
terhadap peningkatan emisi karbon perkotaan di Indonesia, antana lain:
1. Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial).
2. Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada.
3. Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat akibat terpusatnya kegiatankegiatan perekonomian dan perkantoran di pusat kota.
4. Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang ada, misalnya
daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat kota.
5. Kesamaan waktu aliran lalu lintas.
6. Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor.
7. Faktor perawatan kendaraan.
8. Jenis bahan bakar yang digunakan.
9. Jenis permukaan jalan.
Secara umum permasalahan pencemaran udara di Kota Surabaya diakibatkan oleh
transportasi, asap industri dan gas metana yang dihasilkan oleh timbulan sampah di Kota
Surabaya. Dalam Data Carbon Footprint Kota Surabaya, jumlah kendaraan bermotor
berbagai jenis di Surabaya mencapai 1.827.806 unit pada tahun 2010 sedangkan
pertambahan kendaraan bermotor tiap tahunnya mencapai 30 %. Sepeda motor
mendominasi komposisi kendaraan bermotor di Kota Surabaya yaitu sebesar 80 % dari total
seluruh kendaraan bermotor di Kota Surabaya.

Dengan volume kendaraan bermotor yang besar, pencemaran udara di Surabaya


harus mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Kota Surabaya. Hal ini dikarenakan
emisi karbon dioksida yang dihasilkan akibat dari kendaraan bermotor juga akan semakin
besar seiring dengan terus meningkatnya volume kendaraan bermotor setiap tahunnya.

Selain itu, seiring dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah dari tahun ke
tahun, maka kebutuhan akan produk pun ikut bertambah. Hal ini memacu perkembangan

I - 12

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA

2012

industri di Surabaya. Limbah padat dari industri dan rumah tangga yang berupa sampah pun
keberadaannya tak terelakkan lagi.

Untuk sektor sampah rumah tangga, Kota Surabaya cukup berhasil dalam
menanganinya. Hal tersebut dapat dilihat dari penurunan timbulan sampah sebesar 1200
ton/hari pada tahun 2010 yang semula 1800 ton/hari pada tahun 2005 (sumber: data Adipura
2011 - 2012). Dalam pengelolaan sampah perkotaan, Kota Surabaya berhasil mendapatkan
berbagai penghargaan nasional maupun internasional diantaranya penghargaan Adipura
sejak tahun 2005 2012, penghargaan Indonesia Green Region Award (IGRA) pada
September 2011, Asean Environmental Award pada Nopember 2011 dan Upaya pelestarian
lingkungan menjadikan Kota Surabaya sebagai juara Indonesian Green Region Award
(IGRA) 2012 untuk kategori kota.. Berbagai penghargaan tersebut telah menunjukkan bahwa
Kota Surabaya dapat mengelola sampah perkotaan dengan baik. Namun pengelolaan
sampah di kota Surabaya tetap harus mendapatkan perhatian serius karena timbulan
sampah perkotaan di Surabaya masih mencapai 1200 ton/hari.

Dalam perkembangannya, Kota Surabaya menggunakan Sanitary Landfill sebagai


Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA). Saat ini Kota Surabaya hanya mempunyai 1 unit
Sanitary Landfill dengan luas lahan sebesar 37,4 Ha.

B.

Tekanan Pencemaran Udara di Kota Surabaya


Dari hasil perhitungan besarnya kekuatan emisi di jalan masuk Kota Surabaya dan di

dalam Kota Surabaya dapat diketahui total keseluruhan emisi kendaraan bermotor Kota
Surabaya. Jumlah total emisi CO2 dari sektor transportasi di Kota Surabaya mencapai
5.269.460 ton CO2/tahun. Dengan emisi terbesar pertama dihasilkan oleh mobil solar karena
jumlah mobil solar se Surabaya terdata lebih banyak dan lebih diminati masyarakat karena
hemat bahan bakar.
Sedangkan Emisi terbesar kedua dihasilkan oleh sepeda motor karena jumlahnya
juga banyak dan diminati masyarakat serta lebih irit bahan bakar dibanding mobil. Jika
kebutuhan sepeda motor tak terkendali, bisa berpotensi sebagai penyumbang emisi terbesar
di jalan-jalan Kota Surabaya. Truck, Mobil Bensin dan Kendaraan umum menjadi penghasil
emisi terbesar selanjutnya.
Dalam permasalahan sampah perkotaan, lahan TPA Benowo sebagai satu satunya
TPA yang dimiliki oleh Kota Surabaya lambat laun akan terisi penuh oleh sampah. Saat ini
tinggi timbunan sampah di TPA Benowo sudah mencapai sekitar 15 m sedangkan
Pemerintah Kota Surabaya berencana untuk membatasi ketinggian timbunan sampah di

I - 13

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA

2012

TPA Benowo sampai sekitar 20 m. Keterbatasan lahan untuk TPA di Kota Surabaya harus
menjadi perhatian serius Pemerintah Kota Surabaya.
Perilaku masyarakat Surabaya yang semakin konsumtif juga membuat permasalahan
sampah menjadi semakin kompleks. Hal ini terlihat pada pengelolaan sampah di TPA di
tahun 2011, volume sampah masuk per hari mencapai 10.000 m3/hari. Perkiraan jumlah
timbulan sampah tahun 2011 untuk 806.794 rumah tangga yaitu sebesar 1200 ton/hari.
Sedangkan komposisi sampah di Surabaya tahun 2011 terdiri dari organik sebesar 39,7 Ha,
kertas sebesar 18,3 Ha, plastik sebesar 25,8 Ha, logam sebesar 2,5 Ha, dan kayu 1,9 Ha.
Sumber sampah di Surabaya tahun 2011 terdiri atas Pemukiman 79,19%, pasar 8,6%,
pertokoan 1,64%, hotel 1,11%, rumah Sakit 1,37%, jalan 0,62%, industri 6,86%, dan lahan
terbuka 0,61%.
Berkaitan dengan pengelolaan TPA Benowo pasca operasi. Dengan timbulan 1200
ton yang masuk ke TPA Benowo setiap harinya, maka juga akan dihasilkan gas CH4 dalam
jumlah yang besar pula. Jika setiap 1 ton sampah menghasilkan 50 Kg CH4, maka potensi
gas metana yang akan dihasilkan mencapai 60 ton gas CH4. Jika dikonversi dengan CO2
menjadi sebesar 3.465 ton.
Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius mengingat gas CH4 merupakan salah
satu Bahan Perusak Ozon (BPO) di atmosfer bumi sehingga menyebabkan terjadinya
pemanasan global. Satu mol CH4 dapat menangkap panas yang dipantulkan kembali oleh
bumi 25 kali lebih banyak daripada satu mol CO2. Dengan kemampuan tersebut maka CH4
mempunyai andil 25 kali lebih besar dalam pemanasan global daripada CO2.
C.

Respon Penanganan Pencemaran Udara di Kota Surabaya


Berdasarkan data di atas, maka Pemerintah Kota Surabaya melaksanakan program

program untuk menangani permasalahan udara perkotaan diantaranya :


Pembatasan Kendaraan Pribadi
Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya telah menggalakkan suatu sistem
pembatasan kendaraan pribadi dengan cara menyelenggarakan Car Free Day

rutin

setiap minggu sekali dan hari bebas kendaraan di sekitar kantor Pemerintah Kota
Surabaya setiap hari Jumat di minggu terakhir tiap bulan.

I - 14

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA

2012

Green Transportation
Transportasi hijau atau green transport dapat diterapkan melalui banyak cara,
seperti mengganti bahan bakar minyak yang digunakan kendaraan bermotor dengan
bahan bahar yang lebih ramah lingkungan, pengurangan penggunaan kendaraan
bermotor pribadi, ataupun peningkatan kualitas fasilitas transportasi.
Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat sangat penting dalam pewujudan green transportasi
karena tanpa adanya peran dan kesadaran dari masyarakat maka upaya green
transportation tidak akan berjalan dengan maksimal.
Ruang Terbuka Hijau
Adanya penanaman pepohonan di Jalur-jalur Surabaya sangat bermanfaat
karena dapat menyerap banyak gas beracun yang berasal dari asap kendaraan
bermotor. Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan unsur kota yang terpenting dalam
menyejukkan kota. RTH antara lain terdiri dari kawasan kota, kawasan hijau, jalur hijau,
kawasan hijau khusus, kawasan rekreasi, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau
olahraga, kawasan hijau pemakaman, kawasan hijau pertanian, dan kawasan hijau
pekarangan.

I - 15

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA

2012

RTH telah menjadi kesatuan program pembangunan di banyak negara dan


diintensifkan untuk mengatasi pemanasan global (global warming) yang disebabkan
peningkatan karbon dioksida di udara. Dalam kerangka pelaksanaan perdagangan emisi
karbon dunia maka percepatan pengadaan RTH dimaksudkan untuk menyerap karbon
dioksida ke dalam jaringan tumbuhan.
Dewasa ini tren pembangunan ke arah serba beton dan besi dengan anti ruang
perkotaan sudah menyebar kemana-mana. Tren tersebut seharusnya diimbangi dengan
pengembangan lansekap yang bertumpu pada alam seperti RTH.
Gangguan yang terlihat sekarang bahwa RTH telah banyak berubah menjadi
lahan beton dan baja. RTH tersebut telah tergantikan oleh kemegahan gedung-gedung
I - 16

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA

2012

pencakar langit. Namun bukan berarti sebuah kota harus terhambat pembangunannya
hanya karena mengedepankan aspek keseimbangan lingkungan. Sebuah kota tetap
dapat mempertahankan aspek pembangunan tetapi tidak mengesampingkan aspek
lingkungan. Kota yang demikian harus mencari alternatif solusi untuk mempertahankan
kesetimbangan lingkungannya. Diantaranya adalah dengan melakukan pembangunan
jalan dan monorail, pemberdayaan angkutan massal, dan penambahan RTH. Kondisi
ideal RTH Surabaya yang seharusnya memenuhi 20% luas kota atau sekitar 6.527.353,6
ha RTH. Menurut data Bappeko, luasan RTH kota Surabaya tahun 2011 sebesar
6.671,21 Ha. Jika dibandingkan dengan luas Kota Surabaya yang sebesar 33.084 Ha,
maka luas RTH mencapai 20,19 % dari luas kota.

Sedangkan langkah paling efektif untuk dapat mengatasi besarnya timbulan


sampah di Kota Surabaya adalah dengan mereduksi sampah dari sumbernya langsung.
Menyadari akan hal tersebut maka Pemerintah Kota Surabaya membuat program
program yang disusun untuk dapat mereduksi sampah dari sumbernya langsung
diantaranya :
Rumah Kompos
Jumlah penduduk yang semakin meningkat di Kota Surabaya menyebabkan
timbulan sampah juga semakin meningkat, oleh karena itu alangkah baiknya jika
timbulan sampah tersebut diproses lebih lanjut menjadi kompos. Terdapat 16 rumah
kompos di Surabaya, masing -masing terletak di Keputih, Wonorejo, Rungkut Asri,
I - 17

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA

2012

Tenggilis Utara, Tenggilis Rayon Taman, Bratang, Menur, Srikana, Keputran,


Gayungsari, Bibis Karah, Jambangan, Putat Jaya, Sonokwijenan, Benowo, dan
Sumberejo.

Rumah kompos di Kota Surabaya melakukan proses pengolahan sampah


organiknya berasal dari daun-daun dan ranting pohon. Di samping itu juga menggunakan
keranjang takakura dalam pengolahan sampah di Surabaya. Melalui proses metabolisme
mikro organisme, dalam kondisi cukup oksigen, bahan organic sampah dapat diuraikan
kembali (dekomposisi) menjadi senyawa yang lebih sederhana hingga membentuk
jaringan sel. Proses composting menghasilkan energy panas, apabila diukur maka
temperaturnya akan naik kemudian suhu menurun pada saat proses composting
berakhir, demikian hingga pada waktunya sudah menjadi kompos.
Green & Clean dan Bank Sampah
Terdapat sekitar 30.000 orang yang telah menjadi kader lingkungan di kawasan
Kota Surabaya. Selain banyaknya kader lingkungan, juga terdapat beberapa bank
sampah di Kota Surabaya yaitu Bank Sampah Bina Mandiri dan Bank Sampah Rukun
Karya, keduanya terletak di Kelurahan Baratajaya, Kecamatan Gubeng.

I - 18

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA

2012

Bank Sampah Bina Mandiri menawarkan nasabah untuk menyimpan hasil


penjualan sampahnya dalam bentuk simpanan buku tabungan yang dapat diambil
sewaktu-waktu. Tidak dikenakan biaya administrasi dan prosesnya sangat mudah untuk
membuka rekening serta menabung.

I - 19

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA

2012

Proses menabung di Bank Sampah adalah nasabah menyetor sampah yang


sudah dipilah, lalu sampah nasabah tersebut ditimbang oleh teller, kemudian hasil
penjualan sampahnya dimasukkan dalam buku tabungan Bank Sampah Mandiri.
Nasabah dapat mengetahui update tabungannya serta mengambilnya sewaktu-waktu.
Penerapan 3R di Kota Surabaya
Pengolahan sampah berbasis masyarakat di Surabaya dilakukan dengan
mengolah sampah organik menjadi kompos, sampah anorganik dijual pada pengepul
atau dipergunakan menjadi material daur ulang, serta dengan pengembangan dan
peningkatan rumah kompos.

3R terdiri atas reuse, reduce, dan recycle. Reuse berarti menggunakan kembali
sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya.
Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Dan Recycle
berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang
bermanfaat.

I - 20

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA

2012

Penerapan sistem 3R atau reuse, reduce, dan recycle menjadi salah satu solusi
pengelolaan sampah di samping mengolah sampah menjadi kompos atau memanfaatkan
sampah

menjadi

Pembangkit

Listrik

Tenaga

Sampah

(PLTSa).

Dalam

perkembangannya, Pemerintah Kota Surabaya telah melakukan beberapa penjajakan


untuk bekerja sama dengan investor dalam memanfaatkan kandungan gas metana pada
TPA Benowo sebagai pembangkit Listrik Tenaga Sampah.

I - 21

Vous aimerez peut-être aussi