Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi hidup manusia menurut WHO sehat
diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial serta bukan saja
keadaan terhindar dari sakit maupun kecacatan. Kesehatan jiwa menurut UU no. 3 tahun 1996
adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang
optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain (Teguh, 2009).
Kesehatan jiwa merupakan kpndisi yang memfasilitasi secara optimal dan selaras dengan orang
lain sehingga tercapai kemampuan menyesuaikan diri, orang lain, masyarakat dan lingkungan
(Suliswati, 2005).
Dalam UU nomer 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa setiap orang
mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.
Disebutkan pula bahwa penderita gangguan jiwa yang terlantar, menggelandang, mengancam
keselamatan dirinya dan oranglain, mengganggu ketertiban keamanan umum wajib
mendapatkan pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pravelensi gangguan
jiwa di Indonesia mencapai 245 jiwa per 1000 penduduki hal ini merupakan kondisi yang
sangat serius karena lebih tinggi 2,6 kali dari ketentuan WHO.
Halusinasi pendengaran merupakan gangguan persepsi dimana klien mendengar suara
dan bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulasi nyata dan orang lain tidak mendengarnya
(Dermawan dan Rusdi, 2013). Tanda dan gejala dari halusinasi pendengaran yaitu mendengar
suara melengking, bising, mungkin juga dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Suara itu
dirasakan tertuju pada dirinya, sehingga sering penderita terlihat bertengkar atau berbicara
sendiri dengan suara yang didengarnya. Sumber suara dapat berasal dari bagian tubuhnya
sendiri dari sesuatu yang jauh atau dekat. Kadang berhubungan dengan sesuatu yang
menyenangkan, menyuruh-nyuruh berbuat baik. Kadang berhubungan dengan sesuatu yang
mengancam, mencela, memaki dan sebagainya. Sering juga dirasakan sebagai suruhan yang
meyakinkan, misalnya menyuruh masuk ke sumur, menyuruh membunuh dan sebagainya
(Yosep, 2010 dalam Ernawati, 2013).
Berdasarkan data APA (The American Psychiatric Association), di Amerika Serikat
terdapat 300 ribu pasien skizofrenia yang mengalami episode akut setiap tahun. Angka
kematian pasien skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka kematian penduduk pada umumnya.
Pasien skizofrenia yang mencoba melakukan bunuh diri sebanyak 20-30%, dan 10% di
antaranya berhasil. Di Indonesia, Departemen Kesehatan RI, mencatat bahwa 70% gangguan
jiwa terbesar adalah Skizofrenia dan 99% pasien yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa adalah
pasien dengan diagnosis medis skizofrenia. Lebih dari 90% pasien skizofrenia mengalami
halusinasi (Yosep, 2011 dalam Bate, 2013). Pasien dengan diagnosis medis skizofrenia
sebanyak 20% mengalamai halusinasi pendengaran dan penglihatan secara bersamaan, 70%
mengalami halusinasi pendengaran, 20% mengalami halusinasi penglihatan, dan 10%
mengalami halusinasi lainnya. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa jenis halusinasi yang
paling banyak diderita oleh pasien dengan skizofrenia adalah pendengaran (Stuart & Laraia,
2005 dalam Bate, 2013).
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi Dengar di Ruang Nusa
3.
4.
5.
1.4
1.4.1
Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan wawasan tambahan bagi peneliti
mengenai ilmu dibidang kesehatan, khususnya mengenai Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Halusinasi Dengar di Ruang Nusa Indah RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang
Malang.
1.4.2
Bagi Pasien
Penelitian ini diharapkan klien dapat kooperatif mengenai Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Halusinasi Dengar di Ruang Nusa Indah RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang Malang
Tahun 2015.
1.4.3
Bagi Keluarga
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada keluarga agar keluarga pasien dapat
mengembangkan atau menerapkan ilmu/terapi untuk pasien dari rumah sakit dan dilakukan
sendiri dirumah.
1.4.4 Bagi Institusi Terkait (Ruang Nusa Indah RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang )
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai refensi atau sumber informasi mengenai
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi. Halusinasi Dengar di Ruang Nusa Indah RSJ Dr
Radjiman Wediodiningrat Lawang Malang Tahun 2015.
1.4.5
Bab 1 : Pendahuluan
Merupakan gambaran umum dari karya tulis ilmiah ini yang meliputi latar belakang masalah,
batasan masalah, tujuan penulisan, metode atau teknik pengumpulan data dan sistematika
penulisan.
1.5.2
1.5.3
1.5.4
Bab 4 : Penutupan
Berisikan tentang kesimpulan dari pembahasan dan saran dari penulis demi meningkatkan
pelayanan keperawatan dalam rangka peningkatan profesionalisme perawat yang merupakan
tanggung jawab kita bersama.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1 Pengertian
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seoang pasien,
yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik
ataupun histerik (Maramis, 2004). Halusinasi adalah perubahan persepsi sensori : keadaan dimana
individu atau kelompok mengalami atau beresiko mengalamin suatu perubahan dalam jumlah, pola
atau interpretasi stimulus yang datang (Carpenito, 2000). Halusinasi merupakaan salah satu gejala yang
sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa, halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia.
Dari seluruh klien skizofrenia, 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain yang
disertai dengan gejala halusinasi adalah gejala panik defensif dan delirium. Berbeda dengan ilusi
dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah satu persepsi pada halusinasi
terjadi tanpa adanya stimulus internal dipersepsikan sebagai suatu yang nyata pada klien.
Hallucinations can be defined as sensory perceptions for which no external stimulus exists. The most
common types of hallucination are the following:
-
seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang paling sering adalah halusinasi
pendengaran (Auditory- hearing voices or sounds), penglihatan (Visual-seeing persons or things),
penciuman (Olfactory- smeelling odors), pengecapan (Gustatory- experiencing tastes).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar.
Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren/ persepsi
palsu (Maramis, 2005). Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa ada suara
padahal tidak ada stimulus suara. Melihat bayangan orang atau sesuatu yang menakutkan padahal tidak
ada bayangan tersebut. Membaui bau-bauan tertentu padahal orang lain tidak merasakan sensasi
serupa. Merasakan mengecap sesuatu padahal tidak sedang makan apapun. Merasakan sensasi rabaan
padahal tidak ada apapun dalam permukaan kulit.
Diperkirakan lebih dari 90% klien dengan Skizofrenia mengalami halusinasi. Meskipun bentuk
halusinasinya bervariasi sebagian besar klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa mengalami halusinasi
dengar. Suara dapat berasal dari dalam diri individu atau dari luar dirinya. Suara dapat dikenal
(familiar) misalnya suara nenek yang meninggal. Suara dapat tungga atau multipel. Isi suara dapat
memerintahkan sesuatu pada klien atau seringnya tentang perilaku klien sendiri. Klien sendiri merasa
yakin bahwa suara itu berasal dari Tuhan, setan, sahabat, atau musuh. Kadang-kadang suara yang
muncul semacam bunyi bukan suara yang mengandung arti.
2.1.2
neurobiologi (Struart & Laraia, 2005). Ini merupakan persepsi maladaptif. Jika klien yang sehat
persepsinya akurat, mampu mengidentifikasikan dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan
informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan dan
perabaan). Klien halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun stimulus tersebut
tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu hal mengalami
kelainan persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi.
Klien mengalami jika interpresentasi yang dilakukan terhadap stimulus panca indera tidak sesuai
dengan stimulus yang diterimanya.
Rentang respon halusinasi sebagai berikut :
RESPON MALADAPTIF
RESPON ADAPTIF
Respon adaptif
Distorsi pikiran
Gejala pikiran
Respon logis
Distorsi pikiran
Delusi halusinasi
Persepsi akurat
Perilaku aneh/tidak
Perilaku disorganisasi
Perlaku sesuai
Emosi sosial
sesuai
Menarik diri
Emosi berlebihan
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi ( unwated child) akan merasa
disingkirkan,kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang dialami
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang bersifat
halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase ( DMP). Akibat stress
berkepanjangan
menyebabkan
teraktivasinya
neurotransmiter
otak.
misalnya
terjadi
Faktor prespitasi
a. Perilaku
Respon klien terhadap halusinansi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman,gelisah
dan bingung,perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta
tidak dapat membedakan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan Heacock 1993 mencoba
memecahkan masalah halusinansi berlandaskan atas hakikat keberadaan seseorng individu
sebagai mahkluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga
halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi yaitu :
1. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa,
penggunaan obat-obatan, demam, hingga delirium,intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk
tidur dalam waktu yang lama.
2. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan
penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan
menakutkan.
3. Dimensi intelektual
Dalam dimensi ini intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi akan
memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.
4. Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comfroting , klien
menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat membahayakan.
5. Dimensi Spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas yang tidak
bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk
menyucikan diri.
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu,
diantaranya :
1.
Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara-suara orang, biasanya klien
mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
2.
3.
Halusinasi penciuman
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti: darah,
urine atau feses. Kadangkadang terhirup bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke,
tumor, kejang dan dementia.
4.
Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat.
Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5.
Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.
6.
Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena
atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
3.
4.
Pasien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari control halusinasinya menjadi
mengancam,menerima, dan memarahinya. Klien dapat berhubungan dengan orang lain.
2.1.6 Tanda Dan Gejala Halusinasi
1.
Bicara dan senyum sendiri
2.
Mendengar suar-suara
3.
Marah-marah, gelisah
4.
Merusak/menyerang
5.
Menarik diri dan menghindar dari orang lain
6.
Suka menyendiri
7.
Tidak bisa membedakan nyata dan tidak nyata
8.
Tidak dapat memusatkan perhatian/kosentrasi
9.
Bermusuhan
10.
Ekspresi muka tegang dan mudah tersingung
Karakteristik
Perilaku Klien
Tahap I
Memberi
nyaman
Tingkat
rasa
Mengalami
kesepian,
ansietas
sedang
Halusinasi
merupasan
kesenangan
Tersenyum/tertawa
bersalah
sendiri
Menggerakkan
dan ketakutan
Mencoba berfokus pada
dapat
menghilangkan ansietas
Pikiran dan pengalaman
cepat
Respon verbal yang
yang
bibir
tanpa suara
Pergerakan mata yang
pikiran
suatu
rasa
ansietas,
kontrol kesadaran
Karakteristik
Nonpsikotik
lambat
Diam dan
Perilaku Klien
berkonsentrasi
Tahap II
Menyalahkan
Tingkat
keceMasan berat
Halusinasi
menyebabkan
perasaan antipati
Pengalaman
sensori
Terjadi
peningkatan
menakutkan
Merasa dilecehkan oleh
denyut
jantng,
pengalaman
sensori
tersebut
Mulai merasa kehilangan
kontrol
Menarik diri dari orang
pernafasan
dan
tekanan darah
Perhatian
dengan
lingkungan berkurang
Konsentasi terhadap
pengalaman
sensori
lain nonpsikotik
kerja
Kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi
dengan
realitas
Tahap III
Mengontrol
Tingkat
Klien
keceMasan berat
Pengalaman
sensori (halusinasi)
Isi halusinasi menjadi
halusinasi
menyerah
menerima
tidak
dan
pengalaman
atraktif
Kesepian bila pengalaman
sensori
berakhir
di
psikotik
Perintah
ditaati
Sulit
halusinasi
berhubungan
perintah
sudah
oleh
Pengalaman
sensori
dalam
tidak
Perilaku panik
Resiko
tinggi
mencederai
Agitasi
Tidak
mampu
berespon
terhadap
lingkungan
ada
intervensi terapiutik
2.2
2.2.1
2.2.2
DO:
Klien gelisah
Klien marah-marah ingin memukul
Bermusuhan, merusak/menyerang
.2 Gangguan persepsi sensori : halusinasi
DS : saya juga mendengar suara-suara
DO:
Klien bicara dan tertawa sendiri
Klien tiba-tiba marah
Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
.3 Isolasi sosial
DS : Suara-suara itu datang saat saya sedang sendiri dikamar
DO:
Klien menyendiri dikamar
Menghindar dari pergaulan orang lain
Tidak mampu memusatkan perhatian
Selalu menunduk saat diajak bicara
2.2.3
2.2.4
Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
Rencana keperawatan
Dx : Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
Tujuan
Tujuan umum (TUM) :
Intervensi
Klien
dapat
membina hubungan
saling percaya
Tujuan
2.
Klien
dapat
mengenal
halusinasinya
tingkah
halusinasinya;
stimulus,
laku
bicara
dan
memandang
klien
terkait
tertawa
tanpa
kekiri,
kekanan,
klien
lain
juga
atau
tidak
menimbulkan halusinasi
b. Waktu, frekuensi terjadinya halisinasi (pagi,
siang, sore, dan malam atau jika sendiri atau
sedih)_
2.5 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan
jika terjadi halusinasi (marah, senang, sedih,
takut)
3.
Klien
mengontrol
halusinasinya
dapat
beri
kesempatan
mengungkapkan
perasaan
3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang
dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah,
menyibukan diri, dll)
3.2 Diskusikan manfaat dan cara yang igunakan
klien, jika bermanfaat beri pujian
3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus atau
mengontrol timbulnya halusinasi :
a. Katakan saya tidak mau dengar kamu
Tujuan
untuk
bercakap-cakap
atau
Klien
dapat
dukungan
dalam
keluarga
mengontrol
(pada
saat
keluarga berkunjung) :
a. Gejala halusinasi yang dialami klien
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga
halusinasinya
keluarga
yang
biarkan
sendiri,
makan
bersama,
berpergian bersama
d. Beri inforpaki waktu follow up atau kapan
perlu mendapat
5.
Klien
dapat
memanfaatkan obat
dengan baik untuk
mengontrol
halusinasinya
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
I.
IDENTITAS KLIEN
Nama
: Ny.W
Umur
: 51 tahun
Pendidikan
: D3
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Alamat
: Pasuruan
Pekerjaan
: Pensiunan PNS
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Dirawat
Tanggal Pengkajian
Ruang Rawat
Sumber Informasi
No. RM
II.
: 04-41-xx
ALASAN MASUK
Data Primer
:
Klien mengatakan tidak tahu mengapa dibawa ke RSJ lawang. Sepengetahuan klien, klien
dibawa ke RSJ karena tidak membuatkan makanan dan dipukul akhirnya dibawa oleh Mas bagyo
(suami), kakak dan anak.
Data Sekunder :
Klien mendengar suara- suara yang tidak ada wujudnya.
FAKTOR PREDISPOSISI
1. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU
1.1 Pernah Mengalami Gangguan Jiwa di Masa Lalu?
Ya, klien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa, sudah 4 kali masuk RSJ Dr.
Radjiman Wediodiningrat, awalnya dulu diantar oleh kakaknya yang bernama Wawan untuk
kontrol, dan klien tidak tahu tiba- tiba harus menginap.
1.2 Pengobatan Sebelumnya
Klien mengatakan ketika dulu di Dinsos biasanya minum obat maagh, memang dilarang
sama pak Hadi (pegawai Dinsos) karena sudah sembuh, tinggal pulangnya.
Masalah Keperawatan
2. RIWAYAT TRAUMA
No.
Jenis Trauma
Usia
Pelaku Korban Saksi
1. Aniaya Fisik
55 thn
v
2. Aniaya Seksual
3. Penolakan
4. Kekerasan Dalam Keluarga
5. Tindakan Kriminal
Klien mengatakan tidak suka sama dia, klien dikenalkan dengan Mas Bagio sama Mamanya,
dan disuruh kembali, karena sering mukul
Pengalaman Masa Lalu yang Tidak Menyenangkan (Bio, Psiko, Sosio, Kultural dan
Spiritual)
Klien mengatakan diajak liburan oleh kakak dan adiknya naik kapal ke NTB, kemudian ke
Bali. Sampai dibali nyewa hotel gedek, dan klien mengatakan tidak mungkin kalau tidak
menginap. Klien mengatakan kehabisan uang, kemudian yang dilakukan tidur dijalan, terus
datang dewa penolong memberi klien uang, klien bisa pulang kerumah.
Masalah Keperawatan
II.
Riwayat Pengobatan :
Pengobatan sebelumnya ketika di Dinsos hanya meminum obat maagh dan pengobatan
Sudah berhenti dilarang oleh Pak Hadi karena sudah sembuh.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Keadaan umum klien baik. Klien mampu beraktifitas secara mandiri tanpa bantuan perawat.
2. Tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Pernafasan
3. Ukur
Berat Badan
Tinggi Badan
: 110/80 mm/Hg
: 86 kali/menit
: 37C
: 20 kali/menit
: 52 kg
: 159 cm
4. Keluhan Fisik
Klien mengatakan perutnya sakit, BABnya cair berwarna merah gelap.
5. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
Kepala
: Wajah simetris, Rambut hitam, mulai tumbuh uban dan berketombe.
Mata
: Tidak ada serumen di sudut mata, konjungtiva tidak anemis, sclera
Telinga
Hidung
Mulut dan Gigi
Ekstremitas
Integument
putih.
:Agak kotor, tidak mengalami penurunan pendengaran.
: Lubang hidung simetris, bersih, tidak ada nyeri tekan
: Gigi tampak kotor.
: Tidak terdapat piting odema, tonus otot
5 5
5 5
: Tidak terdapat jejas/lesi, bersisik dan kering
Masalah Keperawatan
Keterangan gambar:
: laki-laki
: perempuan
: laki-laki mati
: perempuan mati
: garis pernikahan
: garis tinggal satu rumah
: pasien/klien
: garis keturunan
Klien merupakan anak kedua dari empat bersaudara, klien tinggal bersama kedua
orangtuanya. hubungan klien dengan kakak dan adiknya baik. hubungan orangtua dengan
klien baik. Selama ini pasien diasuh oleh ibu bapaknya selama dirumah. Ketika ada masalah
pengambilan keputusaanya secara bersamaan atau demokratis. Pola komunikasi klien dengan
ibu, bapak, dan saudaranya baik. Terakhir klien tinggal di Dinsos. Untuk genogram klien sulit
untuk dilakukan pengkajian.
2. Konsep Diri
2.1 Citra Tubuh
Klien mengatakan bahwa bagian tubuh yang paling disukai hidung karena mungil dan mulut.
2.2 Identitas
Klien mengatakan namanya Ny.W , Usia 51 tahun, dan seorang perempuan dan dia puas
menjadi seorang perempuan karena disukai banyak laki- laki.
2.3 Peran
Klien mengatakan klien bekerja untuk membantu suaminya menghidupi keluarganya.
: HDR Situasional
3. Hubungan Social
3.1 Orang yang Berarti/Terdekat
Klien mengatakan orang terdekat saat di rumah adalah Ibunya.
Klien di RS orang terdekat klien adalah Ibu Yuyun karena orangnya baik.
3.2 Peran Serta dalam Kegiatan Kelompok/Masyarakat
Klien mengatakan rutin mengikuti arisan Rp. 20.000 setiap minggu dan Di RS klien jarang
berhubungan dengan orang lain, klien banyak menyendiri dan berdiam diri.
3.3 Hambatan dalam Berhubungan dengan Orang Lain
Klien mengatakan terkadang mangkel dengan pasien yang lainnya dan tidak mengetahui
penyebabnya. Pasien mengatakan lebih nyaman bercakap- cakap hanya dengan Ibu
Suparmini
Masalah Keperawatan
4. Spiritual
4.1 Nilai dan Kepercayaan
Klien mengatakan beragama Islam dan apabila sholat beragama Kristen. Klien mengatakan
berkeyakinan sakitnya disebabkan karena lupa nama dewa penolongnya dan sakit mencret.
4.2 Kegiatan ibadah
Klien mengatakan selama di RS klien tidak pernah sholat maupun berdoa
Masalah Keperawatan
IV.
: Distres Spiritual
STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien tampak mengenakan pakaian tidak rapi, pakaian kusut, gigi kurang bersih pasien juga
mengatakan tidak pernah berdandan, rambutnya berantakan dan terdapat kutu pada
rambutnya
Masalah Keperawatan
3. Pembicaraan
Lambat
Saat ditanya perawat klien menjawab seperlunya saja, berbicara dengan nada pelan dan
cenderung lambat
Masalah Keperawatan
4. Aktifitas Motorik
Lesu
Klien tampak terlihat tidur dibawah pohon dan tidak banyak berkomunikasi dengan temantemannya, pasien melakukan kegiatan seperti senam pagi dan kebutuhan Activity Daily
Learning dengan arahan atau perintah oleh petugas.
Masalah Keperawatan
: Intoleransi Aktivitas
5. Kesadaran
5.1 Kuantitatif
Composmentis
Kesadaran klien Composmentis dengan GCS: 456. Dibuktikan dengan respon mata klien
dapat membuka secara spontan, tidak memiliki gangguan pada pembicaraan serta tidak
memiliki kecacatan fisik yang dapat menghambat aktifitas motorik klien.
5.2 Kualitatif
Klien mampu membangun relasi dan tidak mampu membuat batasan/limitasi.
Terbukti dari klien terkadang tampak menyendiri sambil menyanyi
Masalah Keperawaran
6. Orientasi
Waktu
Tempat
Orang
:
:
:
klien
Masalah Keperawatan
7. Perasaan
7.1 Emosi
Klien mengatakan saat ini merasa sedih apabila ditanya tentang ibunya atau keluarganya.
7.2 Afek
Adekuat: pada saat diberi stimulus/rangsangan klien mampu mengekpresikan emosi sesuai
dengan rangsangan stressor. Dibuktikan dengan:
Klien merasa senang ketika klien diberitahu klien akan segera pulang
Klien merasa sedih, klien terlihat muram dan menunduk ketika mengingat ibunya.
Masalah Keperawatan
8. Persepsi Sensori
Halusinasi pendengaran: klien mengatakan pernah mendengar suara- suara untuk disuruh
meletakkan busa diatas kepala temannya.
Masalah Keperawatan
9. Proses Pikir
9.1 Arus pikir
Koheren dan Blocking.
Klien dapat menjawab setiap pertanyaan dari perawat sesuai dengan pertanyaan yang
diajukan. Kata-kata klien dapat dimengerti dengan jelas. Klien setiap menjawab pertanyaan
tampak terputus- putus.
Masalah Keperawatan
10. Memori
10.1Daya ingat jangka pendek, klien mengatakan sampai saat ini belum ada keluarga yang
menjenguk.
10.2Daya ingat jangka panjang, klien masih mengingat kejadian dimana 3 tahun pensiunan
PNS sebagai pengatur muda, kerjaannya ngepel.
10.3Daya ingat saat ini, klien mengatakan tadi pagi sudah mandi setelah bangun tidur.
Masalah Keperawatan
Klien makan rutin sesuai jam makan RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang 2x sehari.
Klien dapat melakukan aktivitas makan dengan mandiri tanpa bantuan. Ketika pembagian
makanan diambilkan oleh perawat agar pembagiaan makanan rata dan sesuai dengan diet
masing- masing. Klien tidak pernah mencuci piringnya sendiri. Cara makan klien rapi. Porsi
makan selalu habis.
2. BAB/BAK
Bantuan Minimal
Klien mengatakan BAK sering banyak, BAB sudah 3 x mencret air ada darah. Klien dapat
melakukan BAK dan BAB sendiri dan mampu membersihkan sendiri bekas BAK da BAB
dengan menggunakan air dan sabun yang disediakan oleh ruangan.
3. Mandi
Bantuan Minimal
Klien saat pengkajian perawat bertanya kepada klien tentang kebersihan dirinya terutama
mandi. Dan klien menjawab kalau mandi rutin 2 kali sehari, katisen dolanan air pilek tetapi
tidak gosok gigi. Klien mandi hanya menggunakan air saja, tanpa menggunakan sabun dan
apabila menggunakan sabun, klien mengatakan tidak bersih mandinya.
4. Berpakaian/Berhias
Bantuan Minimal
Klien mengatakan mampu menggunakan pakaian secara mandiri, namun cara berpakaian
klien kurang rapi, klien berhias menyisir rambut, memakai bedak, dan memakai lipstick
setiap hari dipakaikan oleh perawat.
5. Istirahat Dan Tidur
Tidur Siang, lama 13.00 s/d 16.00
Tidur Malam, lama 18.30 s/d 05.00
Aktifitas sebelum/sesudah tidur : ngobrol- ngobrol dengan Ibu S atau Ibu N
Klien mengatakan sebelum tidur aktivitas yang dilakukan yaitu ngobrol- ngobrol dengan
temannya Ibu S teman dari Dinsos, karena orangnya enak diajak ngobrol, atau dengan Ibu N
tetapi kadang tidak mau tidur sama aku tidak tahu kenapa.
6. Penggunaan Obat
Bantuan Minimal
Klien mampu minum obat sendiri yang sebelumnya sudah disiapkan oleh perawat. Setiap
meminum obat klien disuruh oleh perawat mengambil minum terlebih dahulu.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan Lanjutan
Sistem Pendukung
8. Aktifitas dalam Rumah
Mempersiapkan makanan
Menjaga kerapian rumah
: Ya
: Bila pulang dari RSJ klien mengatakan akan kontrol secara
rutin.
: Klien akan meminta kelurga untuk mengantarkan saat
mengontrol.
: Tidak
: Klien tidak mampu sendiri dan tidak menyipkan untuk pasien
yang lain.
: Klien tidak mampu melakuakan Activity Day Living secara
mandiri.
: Klien tidak dapat mencuci pakaiannya sendiri.
: Klien dibantu oleh kedua orangtuanya.
Mencuci pakaian
Pengatur keuangan
MEKANISME KOPING
Adaptif
Olahraga
Maladaptif
Reaksi lambat/berlebihan
Menghindar
4.
5.
6.
petugas.
Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Klien lulusan D3 di UNRAM dulu bisa bekerja di administrasi di PT Cendrawasih sebelum
jadi manten.
Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Klien mengatakan tidak ingin bekerja lagi, sudah pindah- pindah sudah capek.
Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Klien mengatakan rumahnya cukup besar dan luas dan tinggal bersama ibu bapaknya.
Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Tidak ada masalah, klien mengatakan gajiannya cukup setiap bulan Rp 100.000 untuk beli
7.
8.
dan klien pernah MRS di RSJ Dr. Radjiman dengan keluhan yang sama.
Masalah lainnya, spesifiknya
Klien merasa bosan di RSJ dan ingin pulang.
ASPEK MEDIS
Diagnosis medik
Terapi medik
: F. 20. 13
(Schizophrenia Hebiprenik Episodic Berulang)
: Haldod 2,5 mg
1
0
1
Chlorpomazin 100 mg
1/2
Data
Diagnosa Keperawatan
DS :
Klien
Gangguan
mengatakan
mendengar
suara
untuk
menyuruh
Persepsi
Sensori
Halusinasi Pendengaran
2.
banyak diam.
Tatapan mata mudah beralih
DS :
Isolasi Sosial : Menarik Diri
Klien mengatakan lebih senang
menyendiri
bisa
bebas
dan
tampak
menyendiri
dibawah pohon
Klien tampak melamun
Menghindar dari pergaulan orang
lain
Tidak
mampu
memusatkan
perhatian
3.
DS :
Klien
bahwa
berfungsi,
tidak
berfikir.
DO :
Klien tampak bingung
dapat
Somatik.
Kerusakan
komunikasi
_______________________
NIM.
INTERVENSI KEPERAWATAN
3.6 INTERVENSI
NamaPasien
: Ny. W
Ruangan
: Nusa Indah
Dx. Medis
: F.20.13
No.
1
Diagnosa
Perencanaan
Kriteria Hasil
Tujuan
Keperawatan
Gangguan sensori
TUM :
persepsi: halusinasi
Pasien dapat
pasien menunjukkan
pendengaran
mengontrol
tanda-tanda percaya
halusinasi yang
dialami
TUK1 :
Pasiendapat BHSP
kepada perawat :
a. Ekspresi wajah
bersahabat
b. Menunjukkan rasa tenang
c. Ada kontak mata
d. Mau berjabat tangan
e. Mau menyebut nama
f. Mau menjawab salam
g. Mau berdampingan
dengan perawat
h. Mau mengutarakan
Masalahnya
Intervensi
Rasional
1.1 Klien sudah percaya
kepada perawat akan
membuat
mempermudah
kerjasama sehingga
klien lebih kooperatif
TUK 2 :
Pasien dapat
mengenal
halusinasi
a.
b.
c.
d.
e.
menyebutkan :
Isi
Waktu
Jenis
Frekuensi
Situasi dan kondisi yang
menimbulkan halusinasi
2.2 Setelah dilakukan
2.2 Memfasilitasi pasien
intervensi keperawatan
pasien mengatakan
mengalami halusinasi
a. Marah
b. Takut
untuk
mengungkapkan
persepsi sec ara
terbuka.
31-08-2015/
08.00 WIB
Implementasi
SP1 :
1. Membina
hubungan saling
percaya
2. Mengidentifikasi
jenis
halusinasinya
3. Mengidentifikasi
isi halusinasinya
4. Mengidentifikasi
waktu
halusinasinya
5. Mengidentifikasi
frekuensi
halusinasinya
6. Mengidentifikasi
situasi yang
menimbulkan
halusinasi
7. Mengidentifikasi
respon pasien
terhadap
halusinasi.
8. Mengajarkan
pasien
menghardik
halusinasi
9. Menganjurkan
pasien cara
menghardik
halusinasi dalam
jadwal kegiatan.
Evaluasi
S : Klien mengatakan :
Pagi mbak
Nama saya Ny. W R
Nama panggilan Ny. W
Pasien mengatakan mendengar suara
perempuan tanpa wujud, suaranya gini mbak
iku delehen busa nang dhuwurre ndasse
koncomu
Pasien mengatakan suara-suara itu muncul
saat klien istirahata, kemudian pasien tidak
merasa terganggu, dan pasien mengikutinya.
Suara-suara itu muncul pada waktu saya
istirahat.
Suara-suara itu seperti suara perempuan
yang menyuruh saya untuk menaruh busa
diatas kepala temannya.
Iya, mbak.
O:
A:
P : Untuk pasien
2.
SP 2 :
1. mengevaluasi
Pagi juga
jadwal kegiatan Baik mbak
harian pasien
Iya mbak
2. melatih
10 menit saja
mengendalikan
Disini saja mbak
halusinasi
Iya, bercakap-cakap dengan orang lain
dengan
Ada 2 cara untuk mengontrol halusinasi yaitu
bercakap-cakap
dengan menghardik dan bercakap-cakap.
dengan orang Iya, dimasukkan dalam jadwal harian
lain.
O:
3. Menganjurkan
Pasien bercakap-cakap dengan pasien lain
pasien
Pasien pakukan latihan bercakap-cakap
mepakulkan
kegiatan
kedalam jadwal kegiatan harian
bercakap-cakap A :
dengan orang
Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan
lain
dalam
bercakap-cakap dengan pasien lain.
jadwal kegiatan
Pasien
mampu
memasukkan
latihan
harian.
mengontrol halusinasi dengan cara bercakapcakap dengan orang lain ke dalam jadwal
harian.
P:
1.
Untuk pasien :
Ya, anjurkan pasien menggunakan cara
menghardik dan bercakap-cakap saat suara
itu muncul.
Anjurkan pasien latihan cara menghardik
dan bercakap-cakap dan memasukkan dalam
jadwal harian
2.
Untuk perawat :
Lanjut SP 3