Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH :
Ida Ayu Putu Trisna Dewi
(P07120014006)
Ni Kadek Susanti
(P07120014014)
(P07120014028)
KATA PENGANTAR
Izinkanlah penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi
atas Waranugraha Beliaulah penulis bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu.
Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih pihak-pihak yang sudah membantu baik
bantuan fisik maupun batin.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah yang penulis buat ini jauh dari kesempurnaan
baik dalam cara penulisannya, pemilihan katanya atau dalam penyusunannya. Maka dari itu,
penulis sangat memohon pada para pembaca agar memberikan kritik-kritik yang positif dan
bisa memperbaiki kekurangan dalam makalah ini.
September 2015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................ 1
1.4 Manfaat...................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Pembedahan............................................................................ 3
2.2 Proses Keperawatan dalam Fase Bedah Preoperatif.................................
2.3 Proses Keperawatan di Tahap Bedah Intraoperatif...................................
2.4 Proses Keperawatan dalam Perawatan Pascaoperatif...............................
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan....................................................................................................
3.2 Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asuhan keperawatan perioperatif adalah perawatan yang diberikan sebelum
(praoperasi), selama (intraoperasi), dan setelah operasi (pascaoperasi). Ini terjadi di
rumah sakit, di pusat bedah yang ada di rumah sakit, di pusat-pusat bedah yang berdiri
sendiri atau di kantor-kantor penyedia layanan kesehatan.
Seorang perawat perlu mempraktikkan tindakan asepsis bedah yang ketat, benar-benar
peduli terhadap dokumentasi, dan menekankan keselamatan klien dalam semua tahap
perawatan.
Perawat telah membuat kontribusi yang signifikan dalam menunjukkan manfaat
pendidikan dan persiapan perioperatif dan mempromosikan hasil yang positif pada klien
setelah operasi.
1.4.1
1.4.2
1.4.3
1.4.4
preoperatif.
Mahasiswa dapat mengetahui proses keperawatan di tahap bedah intraoperatif.
Mahasiswa dapat mengetahui proses keperawatan dalam perawatan
pascaoperatif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Pembedahan
Jenis-jenis prosedur bedah diklasifikasikan menurut keseriusan, urgensi dan tujuan.
Beberapa prosedur dapat tergabung ke dlam lebih dari satu klasifikasi. Misalnya, operasi
pengangkatan noda bekas luka adalah minor dalam keseriusan, elektif di urgensi dan
rekonstruksi di tujuan. Seringnya pembagian kelas-kelas tersebut tumpang tindih.
Prosedur yang mendesak juga penting dalam tingkat keseriusannya. Kadang-kadang
operasi yang samma dilakukan untuk alasan yang berbeda pada klien yang berbeda.
Klasifikasi menunjukkan kepada perawat tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh klien.
Tipe
Keseriusan
Mayor
Deskripsi
Contoh
arteri
koroner,
kehidupan
Menyangkut perubahan inimal dalam Ekstraksi
katarak,
bedah
dibanding
dengan
prosedur
mayor
Kedaruratan
Elektif
Dilakukan atas kebutuhan dasar klien; Bunionektomi,
tidak terlalu esensial dan tidak selalu plastik
penting untuk kesehatan
Mendesak
wajah,
hernia,
bedah
perbaikan
rekonstruksi
payudara
Penting untuk kesehatan klien, sering Pemotongan tumor kanker,
dilakukan
untuk
mencegah
masalah pengangkatan
kerusakan
jaringan
atau batu
kantung
disebabkan oleh
empedu,
perbaikan
darurat
tersumbat
Harus diselesaikan dengan segera untuk Memperbaiki usus buntu
menyelamatkan
jiwa
atau yang
berlubang,
mengontrol
hemoragi
internal
Tujuan
Diagnostik
Pembedahan
eksplorasi
memungkinkan
penyedia
yang Eksplorasi
layanan (insisi
ke
termasuk
laparatomi
dalam
untuk
ruang
melihat
selanjutnya
Eksisi atau pengangkatan bagian tubuh Amputasi,
Paliatif
pengangkatan
jaringan
Rekonstruktif
menyembuhkan
nekrotik, reseksi akar saraf
Pemulihan fungsi atau penampilan atas Fiksasi internal dari fraktur,
/restoratif
Prosedur
berfungsi
Pengangkatan organ dan/atau jaringan Transplantasi
transplantasi
Konstruktif
berat
untuk
ditransplantasikan
hilang
Dilakukan
ginjal,
merapatkan
penampilan seseorang
jantung
meningkatkan Blefaroplasti
untuk
mata,
mengubah
rinoplasti
bentuk
hidung
American Society of Anesthesiologists (ASA) atau Asosiasi Ahli Anastesi Amerika
memberikan klasifikasi yang didasarkan pada kondisi fisiologis klien tergantung pada
prosedur pembedahan yang diusulkan. Anestesi menciptakan risiko, bahkan pada klien
yang sehat; namun pada klien tertentu berisiko lebih tinggi, termasuk pada mereka yang
kehabisan volume atau bagi mereka yang memiliki fungsi jantung yang payah. ASA
4
status fisik kelas 1 dan 2 serta statu stabil kelas 3 sekarang telah diterima untuk operasi
rawat jalan. Sedangkan kelas 4 dan 5 memerlukan operasi rawat inap.
Kelas
P1
Deskripsi
Klien yang sehat dan normal
Karakteristik
Tidak ada gangguan fisiologis, biologis, dan
P2
organik
Klien dengan penyakit sistemik Penyakit kardiovaskular dengan pembatasan
P3
yang ringan
minimal dalam aktivitasnya
Klien dengan penyakit sistemik Hipertensi, obesitas, diabetes melitus
P4
yang berat
Klien dengan penyakit sistemik Penyakit kardiovaskular atau paru yang
yang berat dan mengancam membatasi aktivitas; diabetes berat dengan
kehidupan
P5
terkontrol
Moribund, klien yang tidak Disfungsi jantung yang berat, ginjal, hati, atau
diharapkan
P6
untuk
selamat endokrin
tanpa operasi
Klien yang dinyatakan telah Klien bisa jadi memiliki kegagalan fungsi
mati otak yang mana organnya yang
telah
luas
diangkat
kepentingan donasi
2.2.2
Pengkajian
Tujuan dari pengkajian klien sebelum operasi adalah untuk menetapkan fungsi
normal klien perioperatif untuk mencegah dan meminimalkan kemungkinan
komplikasi pascaoperasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan
pengkajian yaitu:
Pemeriksaan fisik fokus pada riwayat klien dan rencana pembedahan
Pengkajian faktor-faktor risiko bedah pada klien
Pengalaman bedah klien sebelumnya
Sumber koping pada klien
Hasil dari pemeriksaan diagnostik praoperasi
Diagnosis Keperawatan
Kelompokkan pola dalam mendefinisikan karakteristik yang dikumpulkan selama
pengkajian untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan untuk klien bedah.
Faktor-faktor yang terkait untuk setiap diagnosis unutk membangun arah
perawatan yang akan diberikan selama satu atau semua fase bedah. Berikut adalah
beberapa diagnosis keperawatan umum yang relevan dengan klien yang menjalani
operasi:
2.2.3
2.2.4
Operasi tidak dapat dilakukan secara legal atau etik sampai klien memahami
kebutuuhan prosedur, langkah-langkah yang terlibat, risiko, hasil yang diharapkan,
dan pengibatan alternatif. Merupakan tanggung jawab ahli bedah untuk
menjelaskan prosedur dan menyediakan informed consent. Setelah klien
melengkapi formulir persetujuan, tempatkan dalam catatan medis. Dokumen
tersebut dibawa ke ruang operasi bersama klien.
Promosi Kesehatan
Kegiatan promosi kesehatan selama fase praoperasi fokus pada pemeliharaan
kesehatan, pencegahan komplikasi, dan dukungan rehabilitasi yang mungkin
dibutuhkan pascaoperasi.
Perawatan Akut
Kegiatan perawatan akut dalam tahap praoperasi fokus pada intervensi secara fisik
mempersiapkan klien untuk bedah.
Persiapan Fisik
Tingkat persiapan fisik sebelum operasi tergantung pasa status kesehatan klien,
operasi yang direnccanakan dan preferensi dokter bedah. Persiapan ini meliputi:
Penatalaksanaan cairan normal dan keseimbangan elektrolit
Pengurangan risiko infeksi luka bedah
Pencegahan inkontinensia bowel dan kandung kemih
Persiapan pada Hari Pembedahan
Perawat menyelesaikan beberapa prosedur rutin sebelum mengirimkan klien untuk
operasi.
Kebersihan
Langkah-langkah dasar kebersihan memberikan kenyamanan tambahan
sebelum operasi. Jika klien yang dirawat di rumah sakit tidak mau mandi
lengkap, maka mandi parsial dapat menyegarkan dan menghilangkan
sekresi yang mengganggu.
Rambut dan kosmetik
Untuk menghindari cedera, minta klien untuk tidak menggunakan jepit
rambut atau klip sebelum berangkat operasi karena jepit rambut dan klip
dapat menjadi sumber listrik dan menyebabkan luka bakar dikarenakan
elektrokauter yg digunakan selama operasi. Lepaskan juga lensa kontak,
bulu mata palsu dan riasan mata.
Melepas protesa
Semua jenis perangkat palsu sangat mudah hilang atau rusak selama
operasi. Jadi klien perlu melepas semua protesa, termasuk gigi palsu parsial
atau lengkap, kaki palsu, mata buatan, dan alat bantu dengar.
Nilai keamanan
Jika klien mempunyai barang berharga, berikan semua kepada anggota
keluarga atau simpan untuk diamankan.
Mempersiapkan usus dan kandung kemih
Beberapa klien membutuhkan enema atau katartik di pagi hari sebelum
operasi untuk memastikan usus kosong. Jika demikian, berikan setidaknya
7
2.2.5
1 jam sebelum klien akan pergi, berikan waktu bagi kllien untuk defekasi
tanpa terburu-buru dan buang air kecil sebelum ke ruang operasi dan
sebelum memberikan obat preoperasi. Kandung kemih yang kosong
mengurangi rasa tidak nyaman selama prosedur dan mengurangi risiko
inkontinensia selama operasi.
Tanda-tanda vital
Operator anestesi menggunakan nilai-nilai satu set tanda vital final
preoperatif klien yang diukur perawat sebagai dasar untuk tanda-tanda vital
intraoperatif. Jika tanda-tanda vital praoperasi tidak normal, pembedahan
mungkin perlu ditunda.
Dokumentasi
Sebelum klien pergi ke ruang operasi, periksa isi laporan medis untuk
memastikan bahwa hasil laboratorium dan formulir persetujuan telah
tersedia. Periksa juga catatan perawat adalah catatan yang terkini.
Melakukan prosedur khusus
Beberapa klien memerlukan pemasangan infus IV atau tabung nasogastrik
sebelum berangkat untuk operasi atau di tempat praoperasi.
Pemberian obat praoperasi
Pemberian obat praoperasi bertujuan untuk mengurangi kecemasan klien,
sejumlah anestesi umum diperlukan, risiko mual dan muntah-muntah dan
aspirasi resultan serta sekresi saluran pernafasan.
Sensistivitas lateks/alergi
Ketika insiden dan prevalensi sensistivitas lateks dan alergi meningkat,
kebutuhan untuk mengenali sumber potensi lateks sangat penting. Jika
memang diperlukan, akomodasikan tempat khusus alergi lateks dan klien
menggunakan barang bebas lateks selama periode perioperatif dan
pemulihan.
Mengurangi kemungkinan salah tempat dan prosedur bedah yang salah
Tiga prinsip protokol meliputi verivikasi praoperasi yang memastikan
semua dokumen relevan dan studi tersedia sebelum memulai prosedur dan
konsisten dengan harapan klien; menandai lokasi operasi dengan tinta untuk
menandai perbedaan kiri dan kanan, struktur ganda, dan tingkatan spina;
serta waktu istirahat tepat sebelum memulai prosedur untuk verivikasi
terakhir dari klien yang benar, prosedur, tempat dan setiap implan.
Evaluasi
Evaluasi pengetahuan klien terhadap prosedur bedah dan perawatan
pascaoperasi yang direncanakan
Minta klien menunjukkan latihan pascaoperasi
Amati perilaku atau ekspresi nonverbal akan kecemasan atau ketakutan
Tanyakan apakah harapan klien sudah terpenuhi
Diagnosis Keperawatan
Tinjau diagnosis keperawatan praoperasional, dan modifikasi
mengindividualisasikan rencana perawatan di ruang operasi.
untuk
2.3.3
Perencanaan
Tujuan dan hasil. Hasil ynag berpusat pada klien dari tahap praoperasi. Sebagai
contoh, tujuan adalah untuk menjaga integritas kulit. Hasil yang diharapkan
meliputi;
a) Klien akan memiliki kulit yang utuh dan tidak menunjukkan tanda-tanda
kemerahan.
b) Klien akan bebas dari luka bakar di dasar alas.
2.3.4
Implementasi
Fokus utama dari asuhan intraoperative adalah untuk mencegah cedera dan
komplikasi berhubungan dengananestesi, operasi, posisi, dan komplikasi
berhubungan dengan anestesi, operasi, opsisi, dan penggunaan peralatan. Perawat
perioperative adalah pembela klien selama operasi dan melindungi martabat dan
hak-hak klien setiap saat.
Perawatan Akut
a) Persiapan fisik. Setelah mengamankan klien di meja kamar operasi, pasang
perangkat monitor untuk klien sebelum operasi. Klien yang menerima
anestesi umum dan regional mendapatkan pemantauan EKG kontinu.
Tempatkan elektroda pada dan kaki untuk merekam aktivitas listrik jantung.
Sebuah monitor di kamar operasi menampilkan aktivitas listrik jantung.
Oksimetri pulsasi memonitor saturasi oksigen. Pasang alas pada kauterisasi
listrik pada kulit.
b) Terapkan stoking antiemboli (misalnya stoking elastis) atau stoking
kompresi sekuensial intraoperative (terutama untuk kasus-kasus yang
berdurasi lama) atau pascaoperasi sesuai dengan kebijakan instidusi.
Dokumentasikan perangkat aplikasi, pengisian kembali kapiler, dan toleransi
klien terhadap prosedur. Untuk operasi ekstremitas, nilai denyut perifer distal
di lokasi operasi. Ukur suhu secara kontinu melalui kandung kemih,
kerongkongan, atau rectum.
c) Pengenalan Anestesi. Klien yang menjalani prosedur bedah menerima satu
tempat dari empat tipe anestesi, yaitu : umum, regional, local, atau sedasi
sadar.
9
e)
f)
g)
h)
d) Anestesi Umum. Agen anestesi modern lebih mudah untuk pemulihan dan
memungkinkan klien untuk sembuh dengan efek negative yang lebih sedikit.
Anestesi umum menghasilkan imobilisasi, klien yang tenang dan tak bergerak
dan tidak ingat prosedur bedah. Amnesia klien bertindak sebagai alat
pelindung dari peristiwa yang tidak menyenangkan terhadap prosedur.
Penyedia anestesi umum dengan rute IV dan inhalasi melalui tiga fase
anestesi, yaitu : induksi, pemeliharaan, dan munculnya. Pembedahan yang
membutuhkan anestesi umum melibatkan prosedur mayor dengan manipulasi
jaringan yang luas. Induksi meliputi pemberian obat anestesi dan intubasi
andotrakeal. Tahap pemeliharaan meliputi posisi klien, persiapan untuk insisi,
dan prosedur pembedahan itu sendiri. Tingkat anestesi yang tepat terjaga
selama fase ini. Selama tiga fase, anestesi mengalami penurunan dank lien
mulai terbangun. Karena waktu paruh pendek obat ini, sadar klien sering
terjadi di ruang operasi. Durasi anestesi bergatung pada lamanya operasi.
Risiko terbesar dari anestesi umum adalah efek samping dari agen anestesi
termasuk depresi kardiovaskular atau iritabilitas, depresi pernapasan, serta
kerusakan hati dan ginjal.
Anestesi Regional. Induksi anestesi regional menghasilkan hilangnya sensasi di
daerah tubuh. Metode induksi, seperti tulang belakang, epidural, atau block saraf
perifer memengaruhi porsi jalur sensorik yang dibius. Tidak ada kehilangan
kesadaran yang terjadi akibat anestesi regional, tetapi klien sering mengantuk.
Operator anestesi memberikan anestesi regional dengan infiltrasi dan aplikasi
lokal. Risiko dapat terjadi pada anestesi infiltrasi, terutama dalam kasus anestesi
spinal. Karena tingkat anestesi bisa meningkat, yang berarti bahwa agen anestesi
bergerak ke atas di tulang belakang, hal ini mungkin akan mempengaruhi
pernapasan. Perpindahan anestesi ini tergantung pada jenis obat, jumlah, dan
posisi klien.
Anestesi local. Anestesi local melibatkan hliangnya sensasi di tempat yang
diinginkan (misalnya bagian kulit yang tumbuh atau kornea mata). Agen obat
bius (misalnya lidocaine) menghambat konduksi saraf samapai obat tersebut
berdifusi ke dalam sirkulasi. Agen disuntikkan secara local atau dioleskan. Klien
mengalami kehilangan dalam sensasi nyeri da sentuhan serta aktivitas motoric
dan otonom (misalnya mengosongkan kandung kemih). Local anestesi umum
dilakuakan untuk prosedur minor dalam operasi rawat jalan. Penyedia perawatan
kesehatan sering masuk ke daerah operasi dengan memberikan anestesi local
untuk mempromosikan nyeri pascaoperasi.
Sedasi Sadar. Sedasi sadar secara rutin digunakan untuk prosedur yang tidak
memerlukan anestesi lengkap melainkan tingkat kesadaran yang ditekan. Seorang
klien di bawah sedasi sadar independen harus mempertahankan jalan napas yang
paten dan ventilisasi yang memadai dan mampu merespons dengan tepat terhadap
rangsangan verbal atau stimulus taktil ringan (rothrock, 2007). Sedatif IV yang
bekerja singkat, seperti midazolam (Versed) diberikan.
Posisi Klien Bedah. Selama anestasiu umum, tenaga perawat dan dokter beah
sering tidak memposisikan klien sampai tahap relaksasi lengkap. Pendekatan
10
Evaluasi
Evaluasi intervensi dilakukan selama fase intraoperative selama prosedur bedah.
Terus pantau tanda vital serta asupan dan keluaran. Ukur suhu tubuh klien selama
dan pada penyelesaian prosedur. Periksa kulit di bawah landasan alas dan di
daerah di mana posisi tertekan. Untuk klien yang tidak mendapat anestesi umum,
tanyakan dengan sering kepada merakatentang rasa sakit, mati rasa, suhu ruangan
yang dirasakan, dan kenyamanan secara kesuluruhan. Berikan informasi yang
terkini kepada anggota keluarga di ruang tunggu.
11
12
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan saran-saran kepada berbagai
pihak, yaitu:
1. Kepada staf pengajar, agar lebih banyak memberikan materi tentang Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Penyakit/Kasus Bedah.
2. Kepada mahasiswa, diharapkan tulisan ini dapat dijadikan motivasi untuk lebih
14
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A., Anne Griffin Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku 3.
Jakarta: Salemba Medika.