Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Traumatologi
berarti kekerasan atas jaringan tubuh yang masih hidup (living tissue),
sedangkan logos berarti ilmu. Jadi pengertian yang sebenarnya dari
traumatologi adalah ilmu yang mempelajari semua aspek yang
berkaitan dengan kekerasan terhadap jaringan tubuh manusia yang
masih hidup. Dalam kaitannya dengan forensik tersebut, traumatologi
dapat di manfaatkan untuk membantu menentukan jenis penyebab
trauma, waktu terjadinya trauma, cara melakukannya, akibat trauma,
kontek peristiwa penyebab trauma.
Kekerasan terhadap perempuan atau kekerasan berbasis gender
merupakan fenomena sosial yang semakin marak akhir-akhir ini,
semakin meningkat dalam aspek intensitas maupun variasi bentuk
kasusnya. Perkosaan, pelecehan seksual, perdagangan perempuan,
kekerasan dalam rumah tangga, eksploitasi seksual, kekerasan
terhadap pembantu rumah tangga, perselingkuhan, tidak memberi
nafkah, pemukulan, menampar, menendang, dan lain-lain tampaknya
akan terus ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Kekerasan terhadap perempuan dapat terjadi di luar rumah tangga (publik) maupun di
dalam rumah tangga (domestik). Kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga
banyak terjadi baik di pedesaan maupun di perkotaan. Hasil survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia tahun 2002-2003 tentang Perempuan Indonesia menyebutkan bahwa
lebih kurang 50% perempuan menikah yang tinggal di pedesaan dan hanya menamatkan
pendidikan sekolah dasar, cenderung untuk mengalami kekerasan.
Dalam kasus ini pemukulan ini terjadi karena masalah pekerjaan di kantor. Dalam hal
ini akan dibahas mengenai kemungkinan penyebab pemukulan dan akibat yang ditimbulkan.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengajukan judul
referat " KEKERASAN FISIK .
1.2.
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam referat ini
meliputi:
1.3.
1.2.1.
1.2.2.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan referat ini sebagai berikut
1.4.
1.3.1.
Untuk mengetahui pola luka pada korban diduga penganiayaan oleh rekan kerja.
1.3.2.
Manfaat Penelitian
Menambah informasi dan referensi terkait kekerasan fisik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi kekerasan
(setiap tindakan
sengaja
ditimpakan
pada
seseorang).
Sedangkan
seorang anti
2.2
Penyebab
Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek pada fisik maupun
psikiknya. Efek fisik berupa luka-luka, apabila diperiksa akan diketahui jenis penyebabnya,
yaitu:
a) Benda-benda mekanik
Benda tajam
( inflamasi).
Luka robek/terbuka
Luka robek/terbuka adalah luka yang disebabkan karena persentuhan
dengan benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh
lapisan kulit dan jaringan dibawahnya. Cirri-ciri luka robek yaitu:
- Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tidak rata
- Bila ditautkan tidak rapat
- Tebing luka tidak rata serta terdapat jembatan jaringan
- Di sekitar garis batas luka ditemukan memar
- Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat
dengan tulang
b) Benda-benda fisik
Benda bersuhu tinggi
Kekerasan oleh benda bersuhu tinggi akan dapat menimbulkan luka bakar yang
cirinya sangat tergantung dari jenis bendanya, ketinggian suhunya serta lamanya
(2). Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan penjara
paling lama tujuh tahun.
(3). Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.
Tindak pidana pengeroyokan pasal 170 KUHP termasuk kejahatan terhadap ketertiban
umum, ayat (1) mengakibatkan luka, ayat (2) mengakibatkan luka berat dan ayat (3)
mengakibatkan mati. Pengeroyokan dalam Kamus Bahasa Indonesia artinya serangan beramairamai atau orang banyak. Sebenarnya perbuatan pengeroyokan hampir sama dengan
penganiayaan tetapi tidak berimbang kekuatannya. Dalam penganiayaan biasanya satu lawan
satu, tetapi dalam pengeroyokan pelakunya lebih banyak dibandingkan korbannya sehingga
kekuatannya tidak berimbang dan perbuatan itu dilakukan lebih brutal dibandingkan
penganiayaan. Dalam KUHP Pengeroyokan termasuk dalam kejahatan terhadap ketertiban
umum diancam dengan pasal 170 KUHP yang berbunyi :
(1) Barangsiapa terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan
terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan
(2) Yang bersalah diancam :
Ke-1. Dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika dengan sengaja
menghancurkan barang atau kekerasan yang digunakan mengakibatkan
luka-luka;
Ke-2. Dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan
mengakibatkan luka berat;
Ke-3 Dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan
mengakibatkan maut
2.4
manusia
meliputi
tiga
aspek
yaitu
organo-biologis
tindak
kekerasan
sering
didasari
oleh
empat
faktor
yaitu:
Badan
Pusat
Statistik
(BPS)
ada
sejumlah
kriteria
yang
pertaniaan,
sedangkan
pekerjaan
lainnya
merupakan
pekerjaan
sambilan saja. Walau hidup dari pertanian tetapi tidaklah setiap petani
memiliki tanah pertanian. Lokasi perkotaan (urban community) merupakan
wilayah dengan ciri kepadatan penduduknnya yang tinggi dan sifat-sifat
kehidupan serta ciri-ciri kehidupan yang berbeda dengan masyarakat
pedesaan.
Antara
masyarakat
pedesaan
dan
masyarakat
perkotaan
terdapat perbedaan yang mencolok, baik pandangan hidup, maupun caracara menilai sesuatu, terhadap makanan misalnya, orang desa hanya
memandang makanan sebagai alat yang berfungsi untuk mempertahankan
hidup, demikian juga perumahan berfungsi sebagai tempat berlindung.
11
sosial
yang
jauh
berbeda
dan
sebagainya,
menyebabkan
2.5
Akibat trauma
Kelainan yang terjadi akibat trauma dapat dilihat dari 2 aspek, yaitu:
A. Aspek medis
Konsekuensi dari luka yang ditimbulkan oleh trauma dapat berupa:
1. Kelainan fisik/organic
- Hilangnya jaringan atau bagian dari tubuh
- Hilangnya sebagian atau seluruh organ tertentu
2. Gangguan fungsi dari organ tubuh tertentu
Contoh: lumpuh, buta, tuli, atau terganggunya fungsi organ dalam.
3. Infeksi
4. Penyakit
5. Kelainan psikik
Trauma, meskipun tidak menimbulkan kerusakan otak, kemungkinan dapat menjadi
precipitating factor bagi terjadinya kelainan mental yang spektrumnya amat luas, yaitu
dapat berupa compensational neurosis, anxiety neurosis, dementia praecox primer,
manic depressive, atau psikosis.
B. Aspek yuridis
Kebijakan hukum pidana di dalam penentuan berat ringannya luka didasarkan atas
pengaruhnya terhadap:
- Kesehatan jasmani
- Kesehatan rohani
- Kelangsungan hidup janin di dalam kandungan
- Estetika jasmani
- Pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencaharian
- Fungsi alat indera
Jenis luka
1. Luka ringan
Adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya.
2. Luka sedang
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1
KRONOLOGI KEJADIAN
Seorang wanita 32 tahun (korban) datang ke RS Bhayangkara pada hari sabtu, tanggal 13
Juli 2013 pukul 20.30 WIB. Mengaku telah mengalami tindakan kekerasan fisik pada dirinya
berupa pemukulan yang dilakukan oleh teman kantornya (pelaku) pada hari yang sama sekitar
pukul 10.00 WIB. Kejadian bermula ketika pelaku dan korban sedang rapat mengenai proyek
baru di kantor mereka, namun rapat tersebut menjadi pertengkaran dan pelaku tiba-tiba
memukul mata kori korban. Korban menangkis menggunakan tangan kanan namun meleset.
Lalu pelaku meninggalkan korban di ruang kantor.
3.2
VISUM et REPERTUM
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH JAWA TENGAH
BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
PRO JUSTITIA
VISUM et REPERTUM
No:1/VRH/BLN 7/TH 2013
Atas permintaan tertulis dari KEPOLISIAN Polres Semarang Barat melalui suratnya tanggal 13
Juli 2013, No B/2595/VII/2013, yang ditandatangani oleh Suyono, SH.MH, Nrp. 68080123, pangkat
AKP dan diterima tanggal 13 Juli 2013, jam 13.00 WIB, maka dengan ini saya, dr.Nanung sebagai
dokter yang bekerja pada Rumah Sakit Bhayangkara Semarang menerangkan bahwa pada tanggal 13
Juli 2013 jam 20.30 WIB telah memeriksa serta merawat orang, yang berdasarkan surat tersebut diatas
dan telah dibenarkan oleh yang bersangkutan bernama Erlisa Maryulin, umur 32 tahun , jenis kelamin
perempuan, pekerjaan pegawai kantor, alamat Jl.Wiroto VIII, Krobogan, Semarang Barat.
Berdasarkan surat permintaan itu, orang tersebut diduga telah mengalami peristiwa
penganiayaan.
HASIL PEMERIKSAAN
Dari pemeriksaan yang telah saya lakukan, ditemukan fakta-fakta sebagai berikut:
A. FAKTA DARI PEMERIKSAAN PERTAMA KALI
Tanggal tiga belas Juli dua ribu tiga belas
1. KEADAAN UMUM
- Tingkat kesadaran : sadar
- Denyut nadi : delapan puluh lima kali per menit
- Pernapasan : dua puluh kali per menit
- Tekanan darah : seratus tiga puluh lima per seratus sepuluh millimeter air raksa
- Suhu badan : tiga puluh enam koma tujuh derajat celcius
2. KELAINAN-KELAINAN FISIK
- Bagian luar tubuh : ditemukan luka memar berwarna kebiruan dengan batas tidak tegas pada
daerah sekitar kelopak mata kiri atas dan kelopak mata kiri bawah, bentuk melingkar, dan
ditemukan kemerahan pada bola mata kiri korban, tetapi tidak terdapat gangguan
penglihatan, serta ditemukan luka memar pada bahu kanan korban, jumlah satu buah,
berwarna kebiruan dengan batas tidak tegas, terletak pada sisi luar dari lengan kanan atas,
tujuh sentimeter dari sendi siku, sebelas sentimeter dari sendi bahu, panjang memar empat
sentimeter, lebar satu koma lima sentimeter.
- Bagian dalam tubuh : tidak ada kelainan -----------------------------------B. FAKTA YANG DIALAMI SELAMA PERAWATAN
1. Fakta berupa akibat : ---------------------------------------------------------------2. Fakta berupa tindakan medik : ---------------------------------------------------C. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TERAKHIR
Tanggal tiga belas Juli dua ribu tiga belas
1. Fakta yang berkaitan dengan kondisi jasmaniahnya : sembuh sempurna.
2. Fakta yang berkaitan dengan pekerjaannya : tidak menimbulkan halangan menjalankan
pekerjaan mata pencaharian/jabatannya sebagai pegawai kantor.
Selain fakta-fakta diatas, guna lebih memperjelas perkara maka saya telah mengambil sampel
berupa ----- sebanyak ----- dan telah saya serahkan kepada pihak penyidik yang diwakili oleh ----- Nrp.
----- untuk dimintakan pemeriksaan kepada laboratorium lain.
KESIMPULAN
Dari fakta-fakta yang kami temukan sendiri dari pemeriksaan orang tersebut maka kami
simpulkan bahwa telah diperiksa seorang wanita berusia tiga puluh dua tahun, ditemukan luka memar
berwarna kebiruan dengan batas tidak tegas pada daerah sekitar kelopak mata kiri atas dan kelopak
mata kiri bawah, bentuk melingkar, dan ditemukan kemerahan pada bola mata kiri korban, tetapi tidak
terdapat gangguan penglihatan, serta ditemukan luka memar pada bahu kanan korban, jumlah satu
buah, berwarna kebiruan dengan batas tidak tegas, terletak pada sisi luar dari lengan kanan atas, tujuh
sentimeter dari sendi siku, sebelas sentimeter dari sendi bahu, panjang memar empat sentimeter, lebar
satu koma lima sentimeter. Cedera tersebut menimbulkan penyakit atau halangan sementara selama tiga
hari dalam menjalankan pekerjaan sebagai pegawai kantor.
PENUTUP
Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat sumpah
pada waktu menerima jabatan sebagai dokter.
Tanda tangan,
Dr.Nanung
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN
5.1.
Kesimpulan
Dalam KUHP pasal 351 penganiayaan merupakan kejahatan
terhadap tubuh orang lain. Akibatnya dapat berupa abrasi atau
memar, memar baik superfisial maupun organ dalam, lecet, robek
dan fraktur. Derajat luka tergantung dari benda yang digunakan,
organ yang terkena, kekuatan trauma, dan kecepatan penanganan.
Pasal 353 penganiayaan yang diawali perencanaan terlebih
dahulu, ayat (1) mengakibatkan luka, ayat (2) mengakibatan luka
berat dan ayat (3) mengakibatkan mati.
5.2 Saran
Belum diketahui bagaimana proses terjadinya trauma tumpul
dilihat dari segi jaringan.
Secara hukum belum diketahui perbedaan hukuman yang diberikan
kepada pelaku trauma tumpul dengan derajat luka minimal hingga
sedang.
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, S., 2000. Ilmu Kedokteran Forensik : Pedoman Bagi Dokter Dan
Penegak Hukum. Semarang : Undip
Komnas Perempuan, 2008, Refleksi 10 Tahun Reformasi, Jakarta, hal. 2-3
Noerdin, Edriana, 2006, Potret Kemiskinan Perempuan, Jakarta: Women Research
Institute (WRI), hal 76-80 )
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hal.425.
Mufidah Ch, 2004, Paradigma Gender, Edisi Revisi, Malang:
Bayumedia Publishing, hal. 146
FKUI, 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : FKUI
Irsan, Koesparmono, Hak Asasi Manusia Dikaitkan Dengan
Penegakan Hukum, Makalah, Disampaikan pada Seminar
tentang Hak Asasi Manusia Dikaitkan denagn Penegakan
Hukum, diselenggarakan oleh Kelompok Kerja Convention
Watch, Program Studi Kajian Wanita, Program Pasca
Sarjana UI dan Universitas Atmajaya, tanggal 5 Mei 1998,
hal. 2.
Munim Abdul. 2008. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik (Revisi).
Jakarta: Penerbit Karisma
Harway, Michele and O'Neil, James M. What Causes Men's
Violence
Against
Women?
http://wost201h_domviol.tripod.com/groupactionproject/id9
.html
Koentjaraningrat.
2002.
Kebudayaan
Mentalitas
dan