Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Traumatologi
berarti kekerasan atas jaringan tubuh yang masih hidup (living tissue),
sedangkan logos berarti ilmu. Jadi pengertian yang sebenarnya dari
traumatologi adalah ilmu yang mempelajari semua aspek yang
berkaitan dengan kekerasan terhadap jaringan tubuh manusia yang
masih hidup. Dalam kaitannya dengan forensik tersebut, traumatologi
dapat di manfaatkan untuk membantu menentukan jenis penyebab
trauma, waktu terjadinya trauma, cara melakukannya, akibat trauma,
kontek peristiwa penyebab trauma.
Kekerasan terhadap perempuan atau kekerasan berbasis gender
merupakan fenomena sosial yang semakin marak akhir-akhir ini,
semakin meningkat dalam aspek intensitas maupun variasi bentuk
kasusnya. Perkosaan, pelecehan seksual, perdagangan perempuan,
kekerasan dalam rumah tangga, eksploitasi seksual, kekerasan
terhadap pembantu rumah tangga, perselingkuhan, tidak memberi
nafkah, pemukulan, menampar, menendang, dan lain-lain tampaknya
akan terus ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

Kekerasan terhadap perempuan dapat terjadi di luar rumah tangga (publik) maupun di
dalam rumah tangga (domestik). Kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga
banyak terjadi baik di pedesaan maupun di perkotaan. Hasil survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia tahun 2002-2003 tentang Perempuan Indonesia menyebutkan bahwa
lebih kurang 50% perempuan menikah yang tinggal di pedesaan dan hanya menamatkan
pendidikan sekolah dasar, cenderung untuk mengalami kekerasan.
Dalam kasus ini pemukulan ini terjadi karena masalah pekerjaan di kantor. Dalam hal
ini akan dibahas mengenai kemungkinan penyebab pemukulan dan akibat yang ditimbulkan.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengajukan judul
referat " KEKERASAN FISIK .
1.2.

Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam referat ini
meliputi:

1.3.

1.2.1.

Apakah yang melatar belakangi terjadinya pemukulan ?

1.2.2.

Apa akibat yang ditimbulkan dari kekerasan fisik tersebut ?

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan referat ini sebagai berikut

1.4.

1.3.1.

Untuk mengetahui pola luka pada korban diduga penganiayaan oleh rekan kerja.

1.3.2.

Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari kekerasan fisik tersebut.

Manfaat Penelitian
Menambah informasi dan referensi terkait kekerasan fisik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi kekerasan

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kekerasan sebagai perbuatan seseorang


atau kelompok orang yang menyababkan cidera atau matinya orang lain, menyebabkan
kerusakan fisik atau barang orang lain. 4 Kekerasan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang atau sejumlah orang yang berposisi kuat (atau yang tengah merasa kuat) terhadap
seseorang atau sejumlah orang yang berposisi lebih lemah (atau dipandang berada di dalam
keadaan lebih lemah), bersaranakan kekuatannya entah fisik maupun non fisik yang superior
dengan kesengajaannya untuk menimbulkan rasa derita di pihak yang tengah menjadi obyek
kekerasan.5 Sedangkan yang dimaksud dengan luka adalah seatu keadaan ketidaksinambungan
jaringan tubuh akibat kekerasan.6
PBB juga telah memberikan batasan yang lebih realistik tentang
kekerasan yaitu sebagai any act by which severe pain or steering, whether
physical or mental, is intentionally inflicted on a person.

(setiap tindakan

dengan maksud menyakiti atau pengendalian termasuk fisik atau mental,


dengan

sengaja

ditimpakan

pada

seseorang).

Sedangkan

seorang anti

kekerasan yang bernama Joan Bondurant mendefinisikan violence sebagai the


willful application of force in such a way that is intentionally injuries to the
person or group against whom it applied. (Here) injury is understood to include
psychological as well physical harm. 8

2.2

Penyebab
Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek pada fisik maupun
psikiknya. Efek fisik berupa luka-luka, apabila diperiksa akan diketahui jenis penyebabnya,
yaitu:
a) Benda-benda mekanik
Benda tajam

Ciri-ciri umum luka akibat benda tajam adalah:


- Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata, dan sudutnya runcing.
- Bila ditautkan akan menjadi rapat ( karena benda tersebut hanya
memisahkan, tidak menghancurkan jaringan) dan membentuk garis

lurus atau sedikit lengkung.


- Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan
- Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar
Benda tumpul
Kekerasan akibat benda keras dan tumpul dapat mengakibatkan berbagai macam
jenis luka antara lain:
- Memar
Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh
kerusakan jaringan tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit.
Kerusakan tersebut disebabkan oleh pecahnya kapiler sehingga darah
keluar dan meresap ke jaringan sekitarnya.
Mula-mula terlihat pembengkakan, berwarna merah kebiruan.
Setelah 4-5 hari berubah menjadi kuning kehijauan dan sesudah lebih
dari seminggu menjadi kekuningan.
Pada orang yang menderita penyakit defisiensi atau menderita
kelainan darah, kerusakan yang terjadi akibat trauma tumpul tersebut
akan lebih besar dibandingkan pada orang normal. Oleh sebab itu,
besar kecilnya memar tidak bisa dijadikan ukuran untuk menentukan
besar kecilnya benda penybabnya atau keras tidaknya pukulan. Pada
-

wanita atau orang-orang gemuk juga akan mudah terjadi memar.


Luka lecet
Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya
lapisan luar kulit, yang cirri-cirinya adalah:
- Bentuk luka tidak teratur
- Batas luka tidak teratur
- Tepi luka tidak rata
- Kadang-kadang ditemukan sedikit perdarahan
- Permukaan tertutup oleh krusta
- Warna coklat kemerahan

Pada pemeriksaan makroskopik terlihat adanya beberapa


bagian yang masih ditutupi epitel dan reaksi jaringan

( inflamasi).
Luka robek/terbuka
Luka robek/terbuka adalah luka yang disebabkan karena persentuhan
dengan benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh
lapisan kulit dan jaringan dibawahnya. Cirri-ciri luka robek yaitu:
- Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tidak rata
- Bila ditautkan tidak rapat
- Tebing luka tidak rata serta terdapat jembatan jaringan
- Di sekitar garis batas luka ditemukan memar
- Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat

dengan tulang
b) Benda-benda fisik
Benda bersuhu tinggi
Kekerasan oleh benda bersuhu tinggi akan dapat menimbulkan luka bakar yang
cirinya sangat tergantung dari jenis bendanya, ketinggian suhunya serta lamanya

kontak dengan kulit.


Benda bersuhu rendah
Kekerasan oleh benda bersuhu dingin biasanya dialami oleh bagian tubuh yang

terbuka, seperti misalnya tangan, kaki, telinga atau hidung.


Sengatan listrik
Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka bakar sebagai

akibat berubahnya energy listrik menjadi panas.


Petir
Petir terjadi karena adanya loncatan arus listrik di awan yang tegangannya dapat

mencapai 10 mega Volt dengan kuat arus sekitar 100.000 A ke tanah.


Tekanan
Trauma akibat perubahan tekanan pada medium yang ada di sekitar tubuh
manusia dapat menimbulkan kelainan atau gangguan yang disebut disbarisme.

c) Kombinasi benda mekanik dan fisik


Luka akibat tembakan senjata api pada hakekatnya merupakan luka yang dihasilkan oleh
trauma benda mekanik ( benda tumpul ) dan benda fisik ( panas ), yaitu anak peluru
yang jalannya giroskopik ( berputar ).

d) Zat-zat kimia korosif


Zat kimia korosif dapat menimbulkan luka-luka apabila mengenai tubuh manusia. Ciriciri lukanya tergantung dari golongan zat kimia itu sendiri.
2.3

Tindak Pidana Penganiayaan dan Pengeroyokan


Dalam KUHP pasal 351 penganiayaan merupakan kejahatan terhadap tubuh orang lain.
Sedangkan Pasal 353 penganiayaan yang diawali perencanaan terlebih dahulu, ayat (1)
mengakibatkan luka, ayat (2) mengakibatkan luka berat dan ayat (3) mengakibatkan mati.
Menurut Mr. M.H.Tirtaamidjaja, pengertian penganiayaan adalah sebagai berikut: Dengan
sengaja menyebabkan sakit atau luka pada orang lain. Akan tetapi perbuatan yang menyebabkan
sakit atau luka pada orang lain, tidak dapat dianggap penganiayaan kalau perbuatan itu
dilakukan untuk menambah keselamatan badan. Perbuatan pidana penganiayaan terhadap orang
lain juga dapat diancam dengan pasal 351 KUHP yang berbunyi :
(1). Penganiayaan diancam pidana paling lama dua tahun delapan bulan atau denda
paling banyak tiga ratus rupiah.
(2). Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat yang bersalah dikenakan pidana
penjara paling lama lima tahun.
(3). Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Apabila penganiayaan itu direncanakan terlebih dahulu maka diancam dengan pasal 353
KUHP yang berbunyi :
(1). Penganiayaan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.

(2). Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan penjara
paling lama tujuh tahun.
(3). Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.

Tindak pidana pengeroyokan pasal 170 KUHP termasuk kejahatan terhadap ketertiban
umum, ayat (1) mengakibatkan luka, ayat (2) mengakibatkan luka berat dan ayat (3)
mengakibatkan mati. Pengeroyokan dalam Kamus Bahasa Indonesia artinya serangan beramairamai atau orang banyak. Sebenarnya perbuatan pengeroyokan hampir sama dengan
penganiayaan tetapi tidak berimbang kekuatannya. Dalam penganiayaan biasanya satu lawan
satu, tetapi dalam pengeroyokan pelakunya lebih banyak dibandingkan korbannya sehingga
kekuatannya tidak berimbang dan perbuatan itu dilakukan lebih brutal dibandingkan
penganiayaan. Dalam KUHP Pengeroyokan termasuk dalam kejahatan terhadap ketertiban
umum diancam dengan pasal 170 KUHP yang berbunyi :
(1) Barangsiapa terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan
terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan
(2) Yang bersalah diancam :
Ke-1. Dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika dengan sengaja
menghancurkan barang atau kekerasan yang digunakan mengakibatkan
luka-luka;

Ke-2. Dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan
mengakibatkan luka berat;
Ke-3 Dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan
mengakibatkan maut
2.4

Faktor-faktor Penentu Tindak Kekerasan Lingkup Pedesaan dan


Perkotaan
Eksistensi

manusia

meliputi

tiga

aspek

yaitu

organo-biologis

(fisik/jasmani), psiko-edukatif (mental-emosional), dan faktor sosiokultural.


Dilakukannya suatu perilaku merupakan proses interaksi yang kompleks
antara faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosiokultural.
Lahirnya tindak kekerasan khususnya kecenderungan perempuan sebagai
korban

tindak

kekerasan

sering

didasari

oleh

empat

faktor

yaitu:

masyarakat makro dengan penduduk yang padat atau besar, faktor


perbedaan secara fisik biologis dengan steriotipe maskulin dan feminim,
faktor bagaimana peran gender tersosialisasikan, dan faktor relasional
semisal miskomunikasi verbal yang antara laki-laki dengan perempuan. 9
Untuk memahami faktor yang melandasi perilaku seseorang dapat
ditilik pada faktor yang berasal dari seorang, lawan komunikasi interaksi,
dan lingkungan sosial budaya yang melingkupi, maka masalah KDRT harus
dipandang tidak hanya menyangkut soal angka korban atau angka pelaku
melainkan juga mencakup berbagai kondisi psikososial yang berdampak
pada kualitas taraf kesehatan jiwa masyarakat. Secara analogi kesehatan
jiwa masyarakat merupakan perasaan sehat, sejahtera dan bahagia (well
being), ada keserasian antara pikiran, perasaan, perilaku, dapat merasakan

kebahagiaan dalam sebagian besar kehidupannya serta mampu mengatasi


tantangan hidup sehari-hari. KDRT dapat dipandang sebagai indikator taraf
kesehatan jiwa masyarakat baik dalam dinamika masyarakat perkotaan
maupun pedesaan.
Adanya dinamika menyebabkan perubahan dan pergerakan secara
berproses, berkesinambungan dan pasti termasuk yang terjadi secara social
dan budaya. Secara sosial diartikan sebagai cara bertindak, berpikir, dan
berperasaan yang berada di luar individu dan mempunya kekuatan
memaksa dan mengendalikan individu tersebut. Sedangkan secara budaya
sering didefinisikan sebagai seluruh total dari pikiran, karya, dan hasil karya
manusia yang tidak berakar kepada nalurinya, dan yang karena itu hanya
bisa dicetuskan oleh manusia sesudah proses belajar. 10 Budaya dalam
definisi di atas berarti mencakup hampir keseluruhan dimensi kehidupan
manusia. Lebih lanjut Koentjaraningrat memecahnya ke dalam 7 unsur,
yakni sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi
kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata
pencaharian hidup dan sistem teknologi dan peralatan. Ketujuh unsur itulah
yang membentuk budaya secara keseluruhan.
Dinamika secara sosial budaya antara perkotaan dan pedesaanpun
masing-masing memiliki spesifikasi yang antara satu dengan yang lain ada
perbedaan nyata. Berdasarkan definisinya antara perkotaan dan pedesaan
menurut

Badan

Pusat

Statistik

(BPS)

ada

sejumlah

kriteria

yang

membedakannya termasuk kepadatan penduduk, akses layanan sosial,


berbagai jenis kegiatan bisnis (misalnya apakah di daerah ini ada pertanian,

perikanan, perdagangan dan sektor jasa), akses pengangkutan, dan


sebagainya.
Lokasi pedesaan seperti yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
wilayah pedesaan (rural community) dengan ciri utama masyarakat hidup
dari pertanian, walaupun ada juga yang bekerja sebagai tukang batu,
tukang kayu, tukang genteng dan sebagainya Tetapi pada umumnya hidup
dari

pertaniaan,

sedangkan

pekerjaan

lainnya

merupakan

pekerjaan

sambilan saja. Walau hidup dari pertanian tetapi tidaklah setiap petani
memiliki tanah pertanian. Lokasi perkotaan (urban community) merupakan
wilayah dengan ciri kepadatan penduduknnya yang tinggi dan sifat-sifat
kehidupan serta ciri-ciri kehidupan yang berbeda dengan masyarakat
pedesaan.

Antara

masyarakat

pedesaan

dan

masyarakat

perkotaan

terdapat perbedaan yang mencolok, baik pandangan hidup, maupun caracara menilai sesuatu, terhadap makanan misalnya, orang desa hanya
memandang makanan sebagai alat yang berfungsi untuk mempertahankan
hidup, demikian juga perumahan berfungsi sebagai tempat berlindung.

11

Sementara banyak kehidupan di kota-kota yang dikarakteristik oleh


anominity atau tidak saling kenal mengenal, misalnya seseorang yang pergi
agak jauh dari rumahnya kemungkinan sudah tidak dikenal lagi oleh orangorang di tempat tersebut, walaupun sama-sama masih tinggal di daerah
yang sama. Adanya perbedaan orang satu dengan yang lain atau antara
keluarga yang satu dengan yang lain, misalnya mengenai pandangan
politiknya, ideologinya, tingkat pendidikan, latar belakang kehidupannya,
tingkat

sosial

yang

jauh

berbeda

dan

sebagainya,

menyebabkan

berkembangnya kriminalitas. Adanya bermacam-macam perbedaan tadi


seringkali menimbulkan ketegangan-ketegangan psikis maupun bermacammacam kekerasan yang terjadi termasuk dalam lingkup rumah tangga.

2.5

Akibat trauma
Kelainan yang terjadi akibat trauma dapat dilihat dari 2 aspek, yaitu:
A. Aspek medis
Konsekuensi dari luka yang ditimbulkan oleh trauma dapat berupa:
1. Kelainan fisik/organic
- Hilangnya jaringan atau bagian dari tubuh
- Hilangnya sebagian atau seluruh organ tertentu
2. Gangguan fungsi dari organ tubuh tertentu
Contoh: lumpuh, buta, tuli, atau terganggunya fungsi organ dalam.
3. Infeksi
4. Penyakit
5. Kelainan psikik
Trauma, meskipun tidak menimbulkan kerusakan otak, kemungkinan dapat menjadi
precipitating factor bagi terjadinya kelainan mental yang spektrumnya amat luas, yaitu
dapat berupa compensational neurosis, anxiety neurosis, dementia praecox primer,
manic depressive, atau psikosis.
B. Aspek yuridis
Kebijakan hukum pidana di dalam penentuan berat ringannya luka didasarkan atas
pengaruhnya terhadap:
- Kesehatan jasmani
- Kesehatan rohani
- Kelangsungan hidup janin di dalam kandungan
- Estetika jasmani
- Pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencaharian
- Fungsi alat indera
Jenis luka
1. Luka ringan
Adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya.
2. Luka sedang

Adalah luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan


pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya untuk sementara waktu.
3. Luka berat
Adalah luka yang sebagaimana diuraikan di dalam pasal 90 KUHP, yang
terdiri atas:
a. Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh dengan
sempurna
b. Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut
c. Luka yang dapat menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan
d.
e.
f.
g.
h.

pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya


Kehilangan salah satu panca indera
Cacat besar atau kudung
Lumpuh
Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu
Keguguran atau kematian janin seorang perempuan

BAB III
LAPORAN KASUS
3.1

KRONOLOGI KEJADIAN
Seorang wanita 32 tahun (korban) datang ke RS Bhayangkara pada hari sabtu, tanggal 13
Juli 2013 pukul 20.30 WIB. Mengaku telah mengalami tindakan kekerasan fisik pada dirinya
berupa pemukulan yang dilakukan oleh teman kantornya (pelaku) pada hari yang sama sekitar
pukul 10.00 WIB. Kejadian bermula ketika pelaku dan korban sedang rapat mengenai proyek
baru di kantor mereka, namun rapat tersebut menjadi pertengkaran dan pelaku tiba-tiba
memukul mata kori korban. Korban menangkis menggunakan tangan kanan namun meleset.
Lalu pelaku meninggalkan korban di ruang kantor.

3.2

VISUM et REPERTUM
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH JAWA TENGAH
BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

PRO JUSTITIA
VISUM et REPERTUM
No:1/VRH/BLN 7/TH 2013
Atas permintaan tertulis dari KEPOLISIAN Polres Semarang Barat melalui suratnya tanggal 13
Juli 2013, No B/2595/VII/2013, yang ditandatangani oleh Suyono, SH.MH, Nrp. 68080123, pangkat
AKP dan diterima tanggal 13 Juli 2013, jam 13.00 WIB, maka dengan ini saya, dr.Nanung sebagai
dokter yang bekerja pada Rumah Sakit Bhayangkara Semarang menerangkan bahwa pada tanggal 13
Juli 2013 jam 20.30 WIB telah memeriksa serta merawat orang, yang berdasarkan surat tersebut diatas
dan telah dibenarkan oleh yang bersangkutan bernama Erlisa Maryulin, umur 32 tahun , jenis kelamin
perempuan, pekerjaan pegawai kantor, alamat Jl.Wiroto VIII, Krobogan, Semarang Barat.
Berdasarkan surat permintaan itu, orang tersebut diduga telah mengalami peristiwa
penganiayaan.

HASIL PEMERIKSAAN

Dari pemeriksaan yang telah saya lakukan, ditemukan fakta-fakta sebagai berikut:
A. FAKTA DARI PEMERIKSAAN PERTAMA KALI
Tanggal tiga belas Juli dua ribu tiga belas
1. KEADAAN UMUM
- Tingkat kesadaran : sadar
- Denyut nadi : delapan puluh lima kali per menit
- Pernapasan : dua puluh kali per menit
- Tekanan darah : seratus tiga puluh lima per seratus sepuluh millimeter air raksa
- Suhu badan : tiga puluh enam koma tujuh derajat celcius
2. KELAINAN-KELAINAN FISIK
- Bagian luar tubuh : ditemukan luka memar berwarna kebiruan dengan batas tidak tegas pada
daerah sekitar kelopak mata kiri atas dan kelopak mata kiri bawah, bentuk melingkar, dan
ditemukan kemerahan pada bola mata kiri korban, tetapi tidak terdapat gangguan
penglihatan, serta ditemukan luka memar pada bahu kanan korban, jumlah satu buah,
berwarna kebiruan dengan batas tidak tegas, terletak pada sisi luar dari lengan kanan atas,
tujuh sentimeter dari sendi siku, sebelas sentimeter dari sendi bahu, panjang memar empat
sentimeter, lebar satu koma lima sentimeter.
- Bagian dalam tubuh : tidak ada kelainan -----------------------------------B. FAKTA YANG DIALAMI SELAMA PERAWATAN
1. Fakta berupa akibat : ---------------------------------------------------------------2. Fakta berupa tindakan medik : ---------------------------------------------------C. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TERAKHIR
Tanggal tiga belas Juli dua ribu tiga belas
1. Fakta yang berkaitan dengan kondisi jasmaniahnya : sembuh sempurna.
2. Fakta yang berkaitan dengan pekerjaannya : tidak menimbulkan halangan menjalankan
pekerjaan mata pencaharian/jabatannya sebagai pegawai kantor.
Selain fakta-fakta diatas, guna lebih memperjelas perkara maka saya telah mengambil sampel
berupa ----- sebanyak ----- dan telah saya serahkan kepada pihak penyidik yang diwakili oleh ----- Nrp.
----- untuk dimintakan pemeriksaan kepada laboratorium lain.
KESIMPULAN
Dari fakta-fakta yang kami temukan sendiri dari pemeriksaan orang tersebut maka kami
simpulkan bahwa telah diperiksa seorang wanita berusia tiga puluh dua tahun, ditemukan luka memar

berwarna kebiruan dengan batas tidak tegas pada daerah sekitar kelopak mata kiri atas dan kelopak
mata kiri bawah, bentuk melingkar, dan ditemukan kemerahan pada bola mata kiri korban, tetapi tidak
terdapat gangguan penglihatan, serta ditemukan luka memar pada bahu kanan korban, jumlah satu
buah, berwarna kebiruan dengan batas tidak tegas, terletak pada sisi luar dari lengan kanan atas, tujuh
sentimeter dari sendi siku, sebelas sentimeter dari sendi bahu, panjang memar empat sentimeter, lebar
satu koma lima sentimeter. Cedera tersebut menimbulkan penyakit atau halangan sementara selama tiga
hari dalam menjalankan pekerjaan sebagai pegawai kantor.
PENUTUP
Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat sumpah
pada waktu menerima jabatan sebagai dokter.

Tanda tangan,

Dr.Nanung

BAB IV
PEMBAHASAN

4.2 JENIS KEKERASAN, JENIS LUKA DAN POLA LUKA


4.2.1 Jenis Kekerasan
Trauma tumpul adalah salah satu jenis akibat tindak kekerasan yang disebabkan oleh
benda tumpul.
Dilihat dari luka korban, ditemukan luka memar berwarna kebiruan dengan batas tidak
tegas pada daerah sekitar kelopak mata kiri atas dan kelopak mata kiri bawah, bentuk
melingkar, dan ditemukan kemerahan pada bola mata kiri korban, tetapi tidak terdapat
gangguan penglihatan, serta ditemukan luka memar pada bahu kanan korban, jumlah satu
buah, berwarna kebiruan dengan batas tidak tegas, terletak pada sisi luar dari lengan kanan
atas, tujuh sentimeter dari sendi siku, sebelas sentimeter dari sendi bahu, panjang memar
empat sentimeter, lebar satu koma lima sentimeter. Hal ini merupakan ciri tanda kekerasan
akibat benda tumpul.
4.2.2 Jenis Luka
Pada kasus ini ditemukan adanya kekerasan akibat kekerasan tumpul berupa
pemukulan, yaitu pada daerah sekitar mata kiri dan pada lengan kanan atas.

BAB V
KESIMPULAN

5.1.

Kesimpulan
Dalam KUHP pasal 351 penganiayaan merupakan kejahatan
terhadap tubuh orang lain. Akibatnya dapat berupa abrasi atau
memar, memar baik superfisial maupun organ dalam, lecet, robek
dan fraktur. Derajat luka tergantung dari benda yang digunakan,
organ yang terkena, kekuatan trauma, dan kecepatan penanganan.
Pasal 353 penganiayaan yang diawali perencanaan terlebih
dahulu, ayat (1) mengakibatkan luka, ayat (2) mengakibatan luka
berat dan ayat (3) mengakibatkan mati.

5.2 Saran
Belum diketahui bagaimana proses terjadinya trauma tumpul
dilihat dari segi jaringan.
Secara hukum belum diketahui perbedaan hukuman yang diberikan
kepada pelaku trauma tumpul dengan derajat luka minimal hingga
sedang.

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, S., 2000. Ilmu Kedokteran Forensik : Pedoman Bagi Dokter Dan
Penegak Hukum. Semarang : Undip
Komnas Perempuan, 2008, Refleksi 10 Tahun Reformasi, Jakarta, hal. 2-3
Noerdin, Edriana, 2006, Potret Kemiskinan Perempuan, Jakarta: Women Research
Institute (WRI), hal 76-80 )
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hal.425.
Mufidah Ch, 2004, Paradigma Gender, Edisi Revisi, Malang:
Bayumedia Publishing, hal. 146
FKUI, 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : FKUI
Irsan, Koesparmono, Hak Asasi Manusia Dikaitkan Dengan
Penegakan Hukum, Makalah, Disampaikan pada Seminar
tentang Hak Asasi Manusia Dikaitkan denagn Penegakan
Hukum, diselenggarakan oleh Kelompok Kerja Convention
Watch, Program Studi Kajian Wanita, Program Pasca
Sarjana UI dan Universitas Atmajaya, tanggal 5 Mei 1998,
hal. 2.
Munim Abdul. 2008. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik (Revisi).
Jakarta: Penerbit Karisma
Harway, Michele and O'Neil, James M. What Causes Men's
Violence

Against

Women?

http://wost201h_domviol.tripod.com/groupactionproject/id9
.html

Koentjaraningrat.

2002.

Kebudayaan

Mentalitas

Pembangunan. Jakarta: Gramedia.hal.164

dan

Vous aimerez peut-être aussi