Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Hemoptisis atau batuk darah adalah ekspektorasi darah atau mukus berdarah akibat
pendarahan pada saluran napas di bawah laring, atau pendarahan yang keluar ke saluran
napas di bawah laring. Hemoptisis bisa banyak, atau bisa pula sedikit sehingga hanya berupa
garis merah cerah di dahak. Batuk darah masif yaitu batuk darah lebih 600mL darah dalam 24
sampai 48 jam. Hemoptisis juga bisa berupa bekuan darah hitam bila darah sudah terdapat
dalam saluran napas berhari-hari sebelum dapat didahakkan. Bila ditemukan gejala ini, maka
pasein harus diawasi dengan ketat karena tidak dapat dipastikan akan berhenti atau berlanjut,
dan harus dicari asal serta sebab perdarahan.
Pendarahan yang berasal dari sirkulasi bronkial adalah 95% radang paru, kanker paru
sementara yang berasal dari sirkulasi pulmonal 5% infark paru, emboli paru, aneurisma
Rassmussen.1,2
Etiologi
Infeksi : tuberkulosis, necrotizing pneumonia (Staphyllococcus, Klebsiella, Legionell), jamur,
parasit virus.
Kelainan paru seperti bronkitis, bronkiektasis, emboli paru, kistik fibrosis, emfisema bulosa.
Neoplasma : kanker paru, adenoma bronkial, tumor metastasis.
Kelainan hematologis : disfungsi trombosit, trombositopenia, disseminated intravascular
coagulation.
Kelainan jantung : stenosis mitral, endokarditis trikuspid.
Kelainan pembuluh darah: hipertensi pulmonar, malformasi arterivena, aneurisma aorta.
Trauma : jejas toraks, ruptur bronkus, emboli lemak.
Iatrogenik : bronkoskopi, biopsi paru, kateterisasi Swan-Ganz, limfangiografi.
Patogenesis
Secara anatomis dan tipe, asal perdarahan berbeda untuk setiap proses patologis tertentu.
Perdarahan pada lesi endobronkial berasal dari sirkulasi bronkialis, sedangkan lesi pada
parenkim berasal dari sirkulasi pulmonal. Pada keadaan kronik dimana terjadi perdarahan
berulang maka perdarahan sering kali berhubungan dengan peningkatan vaskularitas di lokasi
tersebut.
Pada tuberkulosis, perdarahan mungkin terjadi karena robekan aneurisma arteri pulmonalis
pada
dinding
kavitas
(aneurisma
Rassmussen),
karena
pecahnya
anastomosis
bronkopulmonal, atau karena proses erosif pada arteri bronkialis yang membesar. Perdarahan
akibat ulserasi mukosa bronkus juga bisa terjadi, namun jarang masif. Sedangkan pada
bronkitis, perdarahan berasal dari pembuluh darah superfisial di mukosa.1
Pada karsinoma bronkogenik, perdarahan berasal dari nekrosis tumor serta terjadi
hipervaskularisasi pada tumor, atau juga bisa berhubungan dengan invassi tumor ke
pembuluh darah besar. Pada adenoma bronkial, perdarahan sering terjadi dari ruptur
pembuluh-pembuluh darah permukaan yang menonjol. Pada bronkiektasis perdarahan terjadi
akibat iritasi oleh infeksi dari jaringan granulasi yang menggantikan dinding bronkus yang
normal.
Pada emboli paru, hemoptisis timbul akibat infark jaringan paru. Bisa juga perdarahan akibat
aliran darah berlebihan pada anastomosis bronkopulmonar pada sebelah distal dari tempat
sumbatan.
Pada trakeostomi, perdarahan bisa terjadi akibat fistula trakeoarteri terutama dari arteri
inominata.
Perdarahan difus intra pulmonar yang berasal dari pecahnya kapiler bisa terjadi pada berbagai
penyakit autoimun.2
Pemeriksaan
Anamnesis
Ditanyakan jika batuk dengan dahak purulen atau mukopurulen: kemungkinan infeksi
paru.
Ditanyakan jika batuk disertai perdarahan berbagai tempat: kemungkinan perdarahan
atau Tb paru.
Ditanyakan jika ada nyeri atau bengkak kaki dan nyeri dada: infark paru.
Ditanyakan jika disertai dengan hematuri: Sindrom Goodpasture atau lupus
enitematosus.
Pemeriksaan fisik
Periksa kulit terhadap adanya petekhiae, ekimosis, spider nevi, aneunisma arteri vena,
phlebitis.
Tanda-tanda penyakit paru kronik. Ronkhi lokal oleh perdarahan bronkial, ronki
epistaksis, dan perdarahan gusi. Hematemesis adalah muntah berwarna merah gelap
atau hitam dan bercampur makanan serta pH asam.3
Penatalaksanaan
Bergantung dari beratnya perdarahan yang terjadi dan keadaan klinis.
Pasein diminta berbaring pada posisi bagian paru yang sakit dan sedikit
yang lebih banyak. Yang dianjurkan adalah kodein sulfat 10-20mg tiap 3-4 jam.
Transfusi darah dilakukan bila Ht turun di bawah nilai 25-30% atau Hb di bawah 10g
titik perdarahan.
Embolisasi radiologis atau reseksi paru mungkin dibutuhkan pada perdarahan yang
membahayakan jiwa.
Selanjutnya terapi penyakit penyebabnya harus diberikan.1-5
Working Diagnose
Karsinoma paru atau karsinoma bronkogenik
4
Differential Diagnose
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Penularan penyakit ini melalui inhalasi droplets atau inokulasi langsung.
Tuberkulosis terbagi kepada tuberkulosis primer(childhood tuberculosis) dan tuberkulosis
sekunder (adult tuberculosis). Gejala utama TB paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan
atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam derajat rendah, sesak napas, nyeri dada, berat
badan menurun dan batuk darah.1,6
Bronkietasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang
abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan muskulur dinding
bronkus. Bronkiektasis disebabkan oleh infeksi kronik dengan nekrosis pada bronkus dan
bronkiolus. Bronkoektasis dikalsifikasikan dalam bronkoektasis silindris, fusiform, dan kistik
atau sakular. Pada kasus berat gambaran klinisnya meliputi batuk, demam, produksi sputum
purulen yang berlebihan, hemoptisis, anoreksia, penurunan berat badan, anemia, nyer pleura
dan lemah dada.1,7
Karsinoma paru
Patogenesis
Kebiasaan merokok dipastikan sebagai faktor etiologi paling penting dalam proses terjadinya
kanker paru. Secara statistik, terdapat korelasi yang tidak diragukan lagi antara frekuensi
kanker paru dan lamanya, serta jumlah rokok. Secara klinis terlihat perubahan hiperplastik
dan atipikal pada epitelium bronkus para perokok dan di sekitar kanker bronkus. Secara
eksperimental, telah diketahui sejumlah besar karsinogen dalam asap rokok (vinyl chloride,
benzo (a) pyrenes, nitroso-nor-nicotine). Pajanan linkungan meliputi radiasi (misalnya
radon), asbes (khususnya bila bercampur dengan asap), polusi udara (partikel) dan zat-zat di
lingkungan kerja yang terhirup (misalnya nikel, kromat, arsen).
Mekanisme genetik meliputi onkogen yang dominan (c-MYC, K-RAS, EGFR dan HER-2/neu)
dan kehilangan gen supresor tumor(misalnya p53, RB, p16INK4a)
Ada tiga lesi prekursor yang diketahui: displasia skuamosa serta karsinoma in situ,
hiperplasia adenomatosa atipikal dan hiperplasia sel neuroendokrinpulmoner idiopatik yang
difus.6,7
Kalsifikasi
Karsinoma paru dikalsifikasikan berdasarkan penampakan histologiknya yang dominan.
Kendati pengelompokan klinik yang paling penting adalah small cell lung cancers (SCLC)
dan non-small cell lung cancers (NSCLC).
SCLC adalah kanker paru yang paling agresif dan bertumbuh dengan cepat dari semua
kanker paru. SCLC dikaitkan sangat kuat dengan merokok. SCLC menyebar secara cepat ke
banyak tempat-tempat didalam tubuh dan paling sering ditemukan setelah mereka telah
menyebar secara ekstensif. Merujuk pada suatu tipe sel khusus seringkali terlihat pada SCLC,
kelompok kanker ini kadangkala disebut oat cell carcinoma karena bentuknya mirip dengan
bentuk gandum yang kecil dengan sedikit sitoplasma dan tanpa diferensial glandular atau
skuamosa. Gambaran ultrastruktural sel-sel kanker tersebut dapat berbentuk granula
neurosekretorik sementara pewarnaan histokimiawinya biasanya memperlihatkan marker
neuroendokrin. Tumor ini paling sering menimbulkan sindrom paraneoplastik.
NSCLC
adalah
kanker
paru
yang
paling
umum,
NSCLC
atau
karsinom
sel
serotonin, kalsitonin atau bombesin. Ketika didiagnosis dan paling umum terjadi pada orangorang dibawah umur 40 tahun.
Hamartoma relatif sering ditemukan dan merupakan neoplasma yang jinak, berbentuk
noduler serta tersusun dari kartilago dan jaringan mesenkim lainnya (misalnya lemak,
pembuluh darah, jaringan fibrosis). Tumor mediastinal tumbuh dari struktur lokal atau dapat
merupakan kelainan metastatik.
Kelainan sekunder pada paru yang ditimbulkan oleh tumor metastatik sering ditemukan dan
dapat terjadi lewat peluasan langsung dari organ lain. Tumor-tumor dari mana saja didalam
tubuh mungkin menyebar ke paru-paru melalui jalur limfatik atau hematogen. Pola
penyakitnya meliputi massa atau nodul yang terpisah, pertumbuhan dalam sistem limfatik
bronkial (limfangitis karsinomatosa) dan kadang-kadang mikroemboli tumor multiple.6-9
Gejala-gejala
Keluhan utama
Batuk-batuk dengan/tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen) lebih dari 3
minggu
Batuk darah
Sesak napas
Suara serak
Sulit/sakit menelan
Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri
yang hebat.
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru,
seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah
tulang. Ada pula gejala dan keluhan tidak khas seperti :
Pemeriksaan
10
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
11
Pemeriksaan dada dan paru. Dicari tanda yang mungkin berhubungan dengan tumor,
misalnya suara napas yang beurbah, suara napas tambahan, tanda atelektasis, hidrotoraks,
tempat yang terasa nyeri.
Gejala metastasis misalnya ikterus,nyeri hepatic,lesi kulit. Adakah gejala yg menungjukkan
penyebaran sekunder dari tumor primer lain?10,11
Pemeriksaan radiologi
Pada kanker paru, pemeriksaan foto rontgen dada ulang perlu dilakukan untuk menilai
doubling time-nya. Kebanyakan kanker paru mempunyai duobling time antara 37-465 hari.
Bila doubling time-nya lebih dari 18 bulan, berarti tumornya benigna. Tanda-tanda tumor
benigna lainnya adalah lesi berbentuk bulat konsentris, solid dan adanya kalsifikasi yang
tegas.
Pemeriksaan Computed Tomografi pada torak lebih sensitif daripada pemeriksaan foto dada
biasa, karena bisa mendeteksi kelainan atau nodul dengan diameter minimal 3 mm,walaupun
positif palsu untuk kelainan sebesar itu mencapai 20-60%. CT Scan bisa menjadi skrining
kedua setelah foto dada biasa.
Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) tidak rutin dilakukan karena ia hanya
terbatas untuk menilai kelainan tumor yang menginvasi ke dalam vertebra, medula spinalis,
mediastenum, di samping biayanya juga cukup mahal.
Positron Emission Tomography (PET) dapat membedakan tumor jinak dan ganas berdasarkan
perbedaan biokimia dalam metabolisme zat-zat seperti glukosa, oksigen, protein, asam
nukleat. Contoh zat yang dipakai : methionine 11C dan F-18 fluorodeoxyglucose (FD6).
Pemeriksaan Bone Scanning diperlukan bila diduga ada tanda-tanda metastasi ke tulang.
Insiden tumor Non Small Cell Lung Cancer ke tulang dilaporkan sebesar 15%.6,8,10,11
12
Pemeriksaan Laboratorium
sitologi.
Pemerriksaan faktor pembekuan darah seperti waktu perdarahan, waktu pembekuan
serta jumlah trombosit.11
Pemeriksaan histopatologi
Standar emas diagnosis kanker paru. Penting untuk menentukan ganas atau tidaknya suatu
kelainan, sekaligus menentukan jenisnya. Cara pengambilan spesimen dapat dengan cara
biopsi melalui trans bronchiol lung biopsi(TBLB) dengan tuntutan fluoroskopi atau
ultrasound. Selain itu pengambilan juga melalui ultrasound bronchoscopy dan trans-bronchial
needle-aspiration(TBNA).
Pemeriksaan serologi
13
Beberapa tes yang dipakai adalah CEA(Carcinoma Embryonic Antigen), NSE (Neuronspecific enolase) dan Cyfra 21-1(cytokeratin fragments). Tes ini lebih banyak dipakai untuk
evaluasi hasil pengobatan kanker paru.
Diagnosa kanker paru
1. Menentukan apakah lesi intra torakal tersebut sebagai tumor jinak atau ganas
2. Menentukan staging penyakit
3. Kemudian menentukan apakah letak lesi sentral atau perifer, yang bertujuan untuk
menentukan bagaimana cara pengambilan jaringan tumor. Untuk lesi perifer,
kombinasi bronkoskopi dengan biopsi, sikatan, bilasan, transtorakal biopsi/aspirasi
dan tuntunan USG atau CT Scan akan memberikan hasil yang lebih baik. Sedangkan
untuk lesi sentral, pemeriksaan sitologi sputum diikuti bronkoskopi fleksibel.
4. Secara radiologis dapat ditentukan ukuran tumor (T), kelenjar getah being torakal (N)
dan metastasis ke organ lain (M).
Staging Kanker Paru
Staging (penderajatan) untuk kanker paru berdasarkan tumor (T) dan penyebarannya ke getah
bening (N) dan organ lain (M).
Stage SCLC terdiri dari :
Stage terbatas (limited) jika hanya melibatkan satu sisi paru (hemitoraks)
Stage luas (extensived) jika sudah meluas dari satu hemitoraks atau menyebar ke
organ lain.
STAGE
Stadium
TNM
Occult carcinoma
Tx N0 M0
Tis N0 M0
14
IA
T1 N0 M0
IB
T2 N0 M0
IIA
T1 N1 M0
IIB
T2 N1 M0, T3 N0 M0
IIIA
IIIB
IV
Sebarang T sebarang N M1
15
16
Tumor Primer
To :
Tx
Tumor primer sulit dinilai, atau tumor primer terbukti dari penemuan sel tumor
ganas pada sekret bronkopulmoner tetapi tidak tampak secara radiologis atau bronkoskopis.
Tis
Karsinoma in situ
T1
Tumor dengan garis tengah terbesar tidak melebihi 3 cm, dikelilingi oleh jaringan
paru atau pleura viseral dan secara bronkoskopik invasi tidak lebih proksimal dari bronkus
lobus (belum sampai ke bronkus utama). Tumor sembarang ukuran dengan komponen invasif
terbatas pada dinding bronkus yang meluas ke proksimal bronkus utama.
T2
Mengenai bronkus utama sejauh 2 cm atau lebih distal dari karina, dapat mengenai pleura
viseral
-
Berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif yang meluas ke daerah hilus,
Tumor sembarang ukuran, dengan perluasan langsung pada dinding dada (termasuk
tumor sulkus superior), diafragma, pleura mediastinum atau tumor dalam bronkus utama
yang jaraknya kurang dari 2 cm sebelah distal karina atau tumor yang berhubungan dengan
atelektasis atau pneumonitis obstruktif seluruh paru.
T4
besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, karina, tumor yang disertai dengan efusi pleura
ganas atau tumor satelit nodul ipsilateral pada lobus yang sama dengan tumor primer.
N
Nx
17
No
N1
subkarina
N3
Metastasis
pada
hilus
atau
mediastinum
kontralateral
atau
KGB
skalenus/supraklavikula ipsilateral/kontralateral
Mx
Mo
M1
Ditemukan metastasis jauh. Nodul ipsilateral di luar lobus tumor primer dianggap
sebagai M1
Kategori M1 dapat dirincikan sebagai berikut ini:
Paru : PUL
Hepar : HEP
Otak : BRA
Kulit : SKI
Pleura : PL
Peritoneum: PER
Tulang: OSS
Lain-lain : OTH
Ringkasan
TX : Sitologi positif
T1 : < 3 cm
T2 : > 3 cm/meluas ke daerah hilus/mengenai pleura viseral
T3 : dinding dada
18
T4 : mediasteinum, jantung, pembuluh darah besar, karina, trakea, esofagus dll, efusi pleura
ganas
N1: peribronkial, hilus ipsilateral
N2: mediastenum ipsilateral
N3: mediastenum kotralateral, skalemus atau supraklavikula
M0: tidak ada metastasis jinak
M1: metastatis jinak pada organ
Staging kanker paru dapat dilakukan secara diagnosis klinis (c TNM), reseksi surgikalpatologis (p TNM), evaluasi surgikal (s TNM), retreatment (r TNM) dan autopsi ( a TNM).
Untuk staging kanker paru, sedikit diperlukan pemeriksaan CT scan torak, USG abdomen
(atau CT Scan abdomen), CT scan otak dan bone scanning.6,11
Pengertian
90 100 0
70 - 80 1
50 70 2
30 50 3
10 - 30 4
19
Medika mentosa
Pengobatan kanker parudidasarkan atas jenis histologi, derajat (stage, stadium) dan tampilan
(performance status) penderita. Di samping itu perlu juga diperhatikan faktor umur, faal paru,
faal jantung dan faal organ lainnya.
Tujuan pengobatan kanker secara kuratif menyembuhkan atau memperpanjangkan masa
bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup pasein. Secara paliatif mengurangi
dampak kanker dan meningkatkan kualitas hidup. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus
terminal untuk mengurangi dampak fisik maupun psikologis kanker baik pada pasein maupun
keluarga. Pengobatan suportif menunjang pengobatan kuratif paliatif dan terminal seperti
pemberian nutrisi, transfusi darah dan komponen darah, growth factors obat anti nyeri dan
obat anti infeksi.
Pengangkatan
tumor
Kuratif
Absolut
Diseksi kelenjar
Metastasis pada
sempurna
kelenjar
20
Non-kuratif
Relatif
Relatif
Absolut
Adeno Ka
I
Bedah
Bedah
Bedah
II
IIIA
Bedah
Bedah
Radiasi
+Radiasi
+Radiasi
+Kemo
Bedah
Bedah
Kemo
Kemo
+Radiasi
+Radiasi
+Radiasi
+Radiasi
+Kemo
+Kemo
Bedah
Bedah
Kemo
Kemo
+Radiasi
+Radiasi
+Radiasi
+Radiasi
+Kemo
+Kemo
Kemo
Kemo
+Bedahh
+Bedahh
+Radiasih
Kemo
Radiasi
IIIB
IV
Radiasi
Kemo
Kemo
+Radiasi
+Radiasi
+Radiasih
Kebanyakan obat sitostatik mempunyai aktivitas cukup baik pada NSCLC dengan tingkat
respons antara 15-33%, walaupun demikian penggunaan obat tunggal tidak mencapai remisi
komplit. Resimen CAMP yang terdiri dari siklofosfamid, doksorubisin metrotreksat dan
prokarbasin, tingkat respon regimen 26%. Beberapa protokol resimen lainnya kemudian
dikembangkan dan diperbandingkan dengan CAMp seperti CAV memberikan tingkat respon
26%.
Obat-obat baru saat ini telah banyak dihasilkan dan dicobakan sebagai obat tunggal seperti
Paclitaxel, Docetaxel, Vinorelbine, Gemcitabine dan Irenotecan denga hasil yang cukup
menjanjikan, begitu juga bila dimasukkan ke regimen lama menbentuk regimen baru.
Selain terapi biologi seperti BCG, levamisole, interferon dan interleukin tetapi
penggunaannya dengan kombinasi modalitas lainnya hasilnya masih kontroversial.
Terapi gen dengan cara transplantasi stem sel dari darah tepi maupun sumsum tulang
alogenik.6,8,11
Prognosis
Prognosis dari kanker paru merujuk pada kesempatan untuk penyembuhan dan tergantung
dari lokasi dan ukuran tumor, kehadiran gejala-gejala, tipe kanker paru, dan keadaan
kesehatan secara keseluruhan dari pasien.
SCLC mempunyai pertumbuhan yang paling agresif dari semua kanker-kanker paru, dengan
suatu waktu kelangsungan hidup median (median survival time) dari hanya dua sampai empat
bulan setelah didiagnosis jika tidak dirawat. (Itu adalah pada dua sampai empat bulan separuh
dari semua pasien-pasien telah meninggal). Bagaimanapun, SCLC adalah juga tipe kanker
paru yang paling responsif pada terapi radiasi dan kemoterapi. Karena SCLC menyebar
sangat cepat dan biasanya berhamburan pada saat diagnosis, metode-metode seperti
pengangkatan secara operasi atau terapi radiasi lokal berkurang efektif dalam merawat tipe
tumor ini. Bagaimanapun, ketika kemoterapi digunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan
metode-metode lain, waktu kelangsungan hidup dapat diperpanjang empat sampai lima kali.
22
Pada kelompok Limited Disease kemungkinan hidup rata-rata naik menjadi 1-2 tahun,
sedangkan 20% tetap hidup dalam 2 tahun. 30% meninggal karena komplikasi lokal dari
tumor, 70% meninggal karena karsinomatosis dan 50% bermetasis ke otak (autopsi).
Pada non-small cell lung cancer (NSCLC), yang terpenting pada prognosis kanker ini adalah
menentukan stadium penyakit. dibanding dengan jenis lain dari NSCLC, karsinoma
skuamosa tidaklah seburuk yang lainnya. Pada pasein yang dilakukan tindakan bedah,
kemungkinan hidup 5 tahun setelah operasi adalah 30%. Survival setelah tindakan bedah,
70% pada occult carcinoma; 35-40% pada stadium I; 10-15% pada stadium II dan kurang
dari 10% pada stadium III. 75% karsinoma skuamosa meninggal akibat komplikasi torakal,
25% karena ekstra torakal, 2% di antara meninggal karena gangguan sistem saraf sentral.
40% adenomakarsinoma dan karsinoma sel besar meninggal akibat komplikasi torakal, 55%
karena torakal. 15% adenokarsinoma dan karsinoma sel besar bermetasis ke otak dan 8-9%
meninggal karena kelainan sistem saraf sentral. Kemungkinan hidup rata-rata pasein tumor
metastasis bervariasi, dari 6 bulan sampai dengan 1 tahun, dimana hal ini sangat tergantung
pada performance status (skala Karnofsky), luasnya penyakit dan adanya penurunan berat
badan dalam 6 bulan terakhir.6,8,9,11
Epidemiologi
Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 2002 dilaporkan terdapat
169 400 kasus baru (merupakan 13% dari semua kanker baru yang terdiagnosis) dengan 154
900 kematian (merupakan 28% dari selurh kematian akibat kanker), di Inggeris prevalensi
kejadiannya mencapai 40 000 per tahun, sedangkan Indonesia menduduki peringkat 4 kanker
terbanyak. Angka kematian akibat kanker paru di seluruh dunia mencapai kurang lebih satu
juta penduduk setiap tahunnya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65%) life time
risk 1:13 dan pada perempuan 1:20.6
Kesimpulan
Gejala hemoptisis merupakan salah satu gejala pada karsinoma paru. Selain karsinoma paru,
banyak penyakit lain juga boleh menyebabkan hemoptisis sehingga pasein harus didiagnosis
dan dipastikan penyebabnya. Dengan itu pengobatan spesifik dapat diberikan.
23
Daftar pustaka
1. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kedua.pp.485-7
2. Ceva W. Pitoyo.Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam
Jilid
Edisi
Pertama.Hemoptisis.pp.220-1
3. Pengelolaan Pasien dengan Kedaruratan Paru. H. Luhur Soeroso, H. Sugito, R.S.
Parhusip, Sumarl, Usman. Bagian Ilmu Penyakit Paru Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utaral UPF, Paru Rumah Sakit Dr Pirngadi, Medan.
4. Hemoptisis Masif. Zul Dahlan.Subunit Pulmonologi Laboratorium/UPF Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
5. At a Glance of Medicine. Erlangga Medical Series.pp.47
6. Zulkifli Amin.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Pertama.Kanker
paru.pp.1015-21
7. Robbins Dasar Patologi Penyakit Edisi Kelima.pp.451-4
8. Kanker paru-paru. Diunduh dari Karsinoma paru.
http://www.infopenyakit.com/2008/06/penyakit-kanker-paru-paru.html
9. Peter C. Hayes and Thomas W. Mackay. Diagnosis dan Terapi.Karsinoma
Bronkiol.pp.97-8
10. At A Glance of Anamnesis. Erlangga Medical Series.pp.171
11. Ismid DI Busroh dan Nirwan Arif.Kumpulan Kuliah
Ilmu
Bedah
24
25