Vous êtes sur la page 1sur 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metrorhagia juga dikenal sebagai perdarahan uterus disfungsional adalah
masalah yang biasanya di derita oleh seorang wanita. Metrorrhagia adalah
keadaan umum, terutama untuk beberapa tahun pertama menstruasi (pubertas
metrorrhagia). Hal ini juga diamati dengan pasien yang dekat dengan fase
menopause mereka. Pada dasarnya, kondisi ini ditandai dengan episode
perdarahan (terutama bercak namun dapat menyebabkan pendarahan parah)
di luar fase menstruasi.(Siswoyo, 2014)
Dengan demikian, episode perdarahan digambarkan sebagai tidak teratur
dalam jumlah dan pola. Mengingat siklus menstruasi normal wanita, fase
menstruasi yang\(umumnya dikenal sebagai menstruasi) harus rata-rata 4 hari
dan harus terjadi pada bulan depan nanti. Untuk mempermudah, metrorrhagia
adalah di antara bercak vagina dalam menstruasi bulanan, ancaman kesehatan
dianggap mungkin dan tidak boleh dianggap enteng. Ini harus mendorong
kita untuk mencari nasihat medis untuk sejumlah kondisi yang mendasarinya
mungkin untuk mencari penyebab kelainan tersebut. Tetapi perhatikan, orang
tidak boleh panik dan menganggapnya disebabkan oleh penyakit yang
ditakuti. (Anis, 2014)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari sistem reproduksi?
2. Bagaimana Siklus Menstruasi normal ?
3. Apa definisi dari Metroragia?
4. Apa etiologi dari Metroragia?
5. Apa saja manifestasi klinis dari Metroragia?
6. Bagaimana patofisiologi dari Metroragia?
7. Bagaimana woc dari Metroragia?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Metroragia?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari Metroragia?
10. Bagaiamana asuhan keperawatan dari Metroragia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari Sistem Reproduksi
2. Untuk mengetahui Siklus Menstruasi normal
3. Untuk mengetahui defisini dari Metroragia
4. Untuk mengetahui etiologi dari Metroragia
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Metroragia
6. Untuk mengetahui patofisiologi dari Metroragia
7. Untuk mengetahui woc dari Metroragia

8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Metroragia


9. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Metroragia
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari Metroragia
D. Manfaat
Manfaat Bagi mahasiswa
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami cara asuhan keperawatan sistem
reproduksi Metroragia dengan cepat dan tanggap dan meningkatkan
potensi diri sehubungan dengan penanggulangannya.

BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
alat reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis,
dan alat reproduksi wanita bagian lua r yang terletak di perineum.
1. Alat genitalia wanita bagian luar

Gambar 2.1 Organ Eksterna Wanita ( Bobak, IM, 2000 )


a.

Mons veneris / Mons pubis


Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol
di bagian depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit
jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya
segitiga. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak)

b.

berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan hubungan seks.


Bibir besar (Labia mayora)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong,
panjang labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing
pada ujung bawah. Kedua bibir ini dibagian bawah bertemu
membentuk perineum, permukaan terdiri dari:
1) Bagian luar
Tertutup oleh rambut yang merupakan

kelanjutan dari

rambut pada mons veneris.


2) Bagian dalam

c.

Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar


3
sebasea (lemak).
Bibir kecil (labia minora)
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian
dalam bibir besar (labia mayora) tanpa rambut yang memanjang kea
rah bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette, semantara
bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen,
permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina yaitu
merah muda dan basah.

d.

Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat
erektil, dan letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini
mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki. Fungsi
utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan

e.

seksual.
Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti
perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan

fourchette. Vestibulum

terdiri

dari

muara

uretra,

kelenjar

parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum


yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia,
f.

panas, dan friksi.


Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus

g.

vagina dan anus. Perinium membentuk dasar badan perinium.


Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan
mudah robek. Pada saat hubungan seks

pengeluaran lendir

meningkat.
h.

Himen (Selaput dara)


Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh
dan mudah robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran

i.

dari lendir yang di keluarkan uterus dan darah saat menstruasi.


Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak
pada pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia minora. Di
garis tengah berada di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil

2.

dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen.


Alat genitalia wanita bagian dalam

Gambar 2.2 Organ Interna Wanita (Bobak, IM, 2000)


a.

Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat
dan mampu meregang secara luas karena tonjolan serviks ke

bagian atas vagina. Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar


9 cm, sedangkan panjang dinding posterior 11 cm. Vagina terletak
di depan rectum dan di belakang

kandung

kemih.

Vagina

merupakan saluran muskulo- membraneus yang menghubungkan


rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan
dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena
itu dapat dikendalikan.
Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut
rugae dan terutama di bagian
vagina

bawah.

Pada puncak (ujung)

menonjol serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang

menonjol ke dalam vagina di sebut portio. Portio uteri membagi


puncak vagina menjadi empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior,
fornik dekstra, fornik sinistra.
Sel dinding vagina mengandung

banyak

glikogen

yang

menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina


memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu
sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah
menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu
b.

persalinan.
Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular,
pipih, cekung dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik
yang terletak di pelvis minor di antara kandung kemih dan
rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan,
licin dan terab a padat.
Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian
corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus
uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri dan
berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder.
Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup
peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan
kandung kemih. Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga
beberapa ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus
tergantung dari usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus sekitar

2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus
terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum, miometrium/lapisan otot,
dan endometrium.
1) Peritoneum
a) Meliputi dinding rahim bagian luar
b) Menutupi bagian luar uterus
c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
d) Pembuluh darah limfe dan urat saraf
e) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
2) Lapisan otot
a) Lapisan luar: seperti Kap melengkung dari fundus uteri
menuju ligamentum
b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai
c)

osteum uteri internum.


Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan

tersebut

membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim.


Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan
vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan
sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah

terjepit

rapat dengan demikian perdarahan dapat terhenti.


3) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan
jaringan ikatnya bertambah.

Bagian rahim yang terletak

antara osteum uteri internum anatomikum yang merupakan


batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum
uteri histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir
kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut istmus.
Istmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan
meregang saat persalinan.
4) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh
tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga,
tonus otot-otot dasar panggul, ligamentum yang menyangga
uterus adalah ligamentum latum, ligamentum rotundum (teres
uteri) ligamentum infindibulo pelvikum (suspensorium ovarii)
ligamentum kardinale machenrod, ligamentum sacro uterinum
dan ligamentum uterinum.
a) Ligamentum latum

(1) Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus


meluas sampai ke dinding panggul
(2) Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat
longgar dan mengandung pembuluh darah limfe dan
ureter
(3) Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba
fallopi
(4) Ligamentum rotundum (teres uteri)
(5) Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis
inguinalis dan mencapai labia mayus
(6) Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
(7) Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi
b) Ligamentum infundibulo pelvikum
(1) Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju
dinding panggul
(2) Menggantung uterus ke dinding panggul
(3) Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum
c)

ovarii proprium
Ligamentum kardinale machenrod
(1) Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju

panggul
(2) Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri
(3) Tempat masuknya pembulu h darah menuju uterus
d) Ligamentum sacro uterinum
Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale
machenrod menuju os sacrum
e)

Ligamentum vesika uterinum


(1) Dari uterus menuju ke kandung kemih
(2) Merupakan jaringan ikat yang agak longgar sehingga
dapat mengikuti perkembangan uterus saat hamil dan

persalinan
5) Pembuluh darah uterus
a) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang
dinding lateral dan memberikan cabangnya menuju uterus
dan di dasar endometrium membentuk arteri spinalis uteri
b) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah

pada tuba fallopi dan ovarium melalui ramus tubarius dan


ramus ovarika.
6) Susunan saraf uterus

7) Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan oleh


saraf simpatis dan parasimpatis melalui ganglion servikalis
fronkenhouser yang terletak pada pertemuan ligamentum sakro
uterinum.
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara
kornu uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan
jalan ovum mencapai rongga uterus. terletak di tepi atas li
gamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari osteum tubae
internum pada dinding rahim. Panjang tuba fallopi 12cm diameter
3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa,
muskular, serta mukosa dengan epitel bersilia.
Tuba fallopi terdiri atas:
1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim
mulai dari osteum internum tuba.
2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan
merupakan bagian yang paling sempit.
3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan
berbentuk s.
4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki
lumbai yang disebut fimbriae tubae.
Fungsi tuba fallopi :
1) Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum
2)
3)
4)
5)

uteri.
Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
Tempat terjadinya konsepsi.
Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi
sampai mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan

d.

implantasi.
Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormonhormon
steroid.
Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum
infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui
mesovarium.

Jenis: Ada 2 bagian dari ovarium yaitu:


1) Korteks ovarii
a) Mengandung folikel primordial
b) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff

e.

c ) Terdapat corpus luteum dan albikantes


2) Medula ovarii
a) Terdapat pembuluh darah dan limfe
b) Terdapat serat saraf
Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua
lembar ligamentum latum.
Batasan parametrium
1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii

B.

Menstruasi Normal
Menstruasi merupakan siklus yang kompleks dan berkaitan dengan
psikologis- pancaindra,

korteks

serebri,

aksis

hipotalamus-hipofisis-

ovarial, dan endrogen (uterus-endometrium dan alat seks sekunder).


Pola haid merupakan suatu siklus menstruasi normal, dengan menarche
sebagai titik awal. Pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28
hari selama lebih kurang 7 hari. Lama perdarahannya sekitar 3-5 hari, ada
yang 1-2 hari diikuti darah yang sedikit-sedikit dan tidak terasa nyeri. Jumlah
darah yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncaknya hari ke-2 atau ke-3 dengan
jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. (Manuaba, 2008).
Umumnya datangnya haid pertama kali sekitar umur 10 16 tahun
(Jonesh, 2005). Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid
yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan
dinamakan hari pertama siklus (Sarwono, 2002).
Menurut Bobak, menstruasi atau haid adalah perdarahan periodik pada
uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. menstruasi ini merupakan
peristiwa yang dialami setiap perempuan. Seorang perempuan

yang

pertama kali mendapat haid adalah pertanda bahwa ia siap bereproduksi


atau menghasilkan keturunan. Fungsi
hasil

interaksi

antara

menstruasi

normal

merupakan

hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan

10

perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi


normal. Ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena
tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik
maupun lama siklus menstruasi (Jones, 2005). Perubahan Siklus Haid
1. Perubahan siklus
Haid merupakan suatu keadaan siklus haid yang berbeda dengan
yang sebelumnya, yang diukur mulai dari siklus menstruasi normal,
dengan menarche sebagai titik awal, yang dapat berkisar kurang dari
2.

batas normal sekitar 22 35 hari (Varney, 2007).


Siklus Menstruasi
Ciri khas kedewasaan wanita ditandai

dengan

adanya

perubahan-perubahan siklius pada alat kandungan sebagai persiapan


untuk suatu kehamilan. Peristiwa penting tersebut ditandai dengan
datangnya haid yaitu pengeluaran darah tiap bulan dari rahim. Ada
pameo yang mengatakan, ketika haid, rahim menangis karena
pembuahan tidak kunjung terjadi. Pendarahan akibat runtuhnya dinding
lapisan dalam rahim adalah puncak dari serangkaian peristiwa saling
berkaitan, yang bertujuan mempersiapkan rahim menampung sel telur
yang dibuahi. Bila kehamilan tidak terjadi, dinding yang sudah
dipersiapkan itu mengelupas. Siklus baru yang sama dimulai lagi.
Pengendali utama dari semua peristiwa itu ialah hipotalamus.
Bagian otak itu pun masih dapat dipengaruhi oleh emosi dan
kekecewaan. Terbukti dari kenyataan, haid dapat dipengaruhi oleh
pikiran yang kacau, atau perjalanan, dan pindah pekerjaan. Lamanya
haid terhenti tidak selalu dapat dipastikan. Ada yang dua atau tiga bulan
kemudian datang kembali, dan ada pula yang sampai setahun penuh,
bahkan dapat pula lebih. Wanita yang mengalami hal ini, memerlukan
pemeriksaan yang cermat terhadap kemungkinan menderita penyakit
yang dapat menyebabkan amenorea.
a. Gambaran Klinis Menstruasi

11

Sebagian besar wanita pertengahan usia reproduktif, perdarahan


menstruasi terjadi setiap 25-35 hari dengan median panjang siklus
adalah 28 hari. Wanita dengan siklus ovulatorik, selang waktu antara
awal menstruasi hingga ovulasi fase folikular bervariasi
lamanya. Siklus yang diamati terjadi pada wanita yang mengalami
ovulasi. Selang waktu antara awal perdarahan menstruasi fase
luteal relatif konstan dengan rata-rata 14 2 hari pada kebanyakan
wanita (Hanafi, 2002).
Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi; pada
umumnya lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari
masih dapat dianggap normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri
dari fragmen-fragmen kelupasan endrometrium yang bercampur
dengan darah yang banyaknya tidak tentu. Biasanya darahnya cair,
tetapi apabila kecepatan aliran darahnya terlalu besar, bekuan
dengan

berbagai

ukuran

sangat

mungkin

ditemukan.

Ketidakbekuan darah menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh


suatu sistem fibrinolitik lokal yang aktif di dalam endometrium.
Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal
selama

satu periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa

kelompok peneliti, yaitu 25-60 ml. Konsentrasi Hb normal 14 gr per


dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per g, volume darah ini
mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkan kehilangan darah
yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk setiap hari siklus
tersebut atau 150 sampai 400 mg per tahun (Bobak, 2004).
b. Aspek Hormonal Selama Siklus Menstruasi

12

Mamalia, khususnya manusia, siklus reproduksinya melibatkan


berbagai organ, yaitu uterus, ovarium, vagina, dan mammae
yang berlangsung dalam waktu tertentu atau adanya sinkronisasi,
maka hal ini dimungkinkan adanya pengaturan koordinasi yang
disebut hormon. Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh
kelenjar endokrin, yang langsung dialirkan dalam peredaran
darah dan mempengaruhi organ tertentu yang disebut organ target.
Hormon- hormon yang berhubungan dengan siklus menstruasi ialah:
1) Hormon-hormon yang dihasilkan gonadotropin hipofisis:
a) Luteinizing Hormon (LH)
b) Folikel Stimulating Hormon (FSH)
c) Prolaktin Releasing Hormon (PRH).
d) Steroid ovarium
Ovarium menghasilkan progestrin, androgen, dan estrogen.
Banyak dari steroid yang dihasilkan ini juga disekresi oleh
kelenjar adrenal atau dapat dibentuk di jaringan perifer
melalui pengubahan prekursor-prekursor steroid lain;
konsekuensinya, kadar plasma dari hormon-hormon ini
tidak dapat langsung mencerminkan aktivitas steroidogenik
c.

dari ovarium.
Fase-fase dalam Siklus Menstruasi
Setiap satu siklus menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang
terjadi dalam uterus. Fase-fase ini merupakan hasil kerjasama yang
sangat terkoordinasi antara hipofisis anterior, ovarium, dan uterus
(Bobak, 2004).
Fase-fase tersebut adalah :
1) Fase menstruasi atau deskuamasi
Fase ini endometrium terlepas dari dinding uterus dengan
disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum
basale. Fase ini berlangsung selama lima

hari (rentang tiga

sampai enam hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen,


progeseron, LH (Luteinizing Hormon) menurun atau pada kadar
terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating
Hormon) baru mulai meningkat.
2) Fase pascamenstruasi atau fase regenerasi

13

Fase

ini,

terjadi

penyembuhan

luka

akibat

lepasnya

endometrium. Kondisi ini mulai sejak fase menstruasi terjadi


dan berlangsung selama 4 hari.
3) Fase intermenstum atau fase proliferasi
Fase ini merupakan periode pertumbuhan

cepat

yang

berlangsung sejak sekitar hari kelima ovulasi, misalnya hari ke10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32
hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal
dalam sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti.
Sejak saat ini, terjadi penebalan 8-10 kali lipat, yang berakhir
saat ovulasi. Fase intermenstum atau fase proliferasi tergantung
pada stimulasi estrogen yang berasal dari folike ovarium.
Fase proliferasi dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
a) Fase proliferasi dini, terjadi pada hari ke-4 sampai hari
ke-7. Fase ini dapat dikenali dari epitel permukaan yang
tipis dan adanya regenerasi epitel.
b) Fase proliferasi madya, terjadi pada hari ke-8 sampai hari
ke-10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat
dikenali dari epitel permukaan yang berbentuk torak yang
c)

tinggi.
Fase proliferasi akhir, berlangsung antara hari ke-11
sampai hari ke-14. Fase
permukaan

ini

dapat

dikenali

dari

yang tidak rata dan dijumpai banyaknya

mitosis.
4) Fase pramenstruasi atau fase sekresi
Fase ini berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Fase ini
endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar
berubah menjadi panjang berkelok-kelok dan mengeluarkan
getah yang makin lama makin nyata. Bagian dalam sel
endometrium terdapat glikogen dan kapur yang diperlukan
sebagai bahan makanan untuk telur yang dibuahi.
Fase sekresi dibagi dalam 2 tahap, yaitu :
a) Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih
tipis dari fase sebelumnya karena kehilangan cairan.
b) Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam
endometrium berkembang dan menjadi lebih berkelok-

14

kelok dan sekresi mulai mengeluarkan getah yang


mengandung glikogen dan lemak. Endometrium menjadi
kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. Akhir masa ini,
stroma endometrium berubah kearah sel-sel; desidua,
terutama. yang
arterial.
d.

ada

Keadaan

di

seputar

pembuluh-pembuluh

ini memudahkan terjadinya nidasi

(Hanafiah, 1997).
Mekanisme siklus menstruasi
Selama haid, pada hari bermulanya diambil sebagai hari pertama
dari siklus yang baru. Akan terjadi lagi peningkatan dari FSH
sampai mencapai kadar 5 mg/ml (atau setara dengan 10 mUI/ml),
dibawah pengaruh sinergis kedua gonadotropin, folikel yang
berkembang ini menghasilkan estradiol dalam jumlah yang banyak.
Peningkatan serum yang terus-menerus pada akhir fase folikuler
akan menekan FSH dari hipofisis. Dua hari sebelum ovulasi, kadar
estradiol mencapai 150-400 pg/ml. Kadar tersebut melebihi nilai
ambang rangsang untuk pengeluaran gonadotropin praovulasi.
Akibatnya FSH dan LH dalam serum akan meningkat dan mencapai
puncaknya satu hari sebelum ovulasi. Saat yang sama pula, kadar
estradiol akan kembali menurun. Kadar maksimal LH berkisar
antara 8 dan 35 ng/ml atau setara dengan 30-40 mUI/ml, dan FSH
antara 4-10 ng/ ml atau setara dengan 15-45 mUI/ml. Terjadinya
puncak LH dan FSH pada hari ke-14, maka pada saat ini folikel akan
mulai pecah dan satu hari kemudian akan timbul ovulasi.
Bersamaan dengan ini dimulailah pembentukan dan pematangan
korpus

luteum

progesteron,

yang

sedangkan

disertai

dengan

gonadotropin

meningkatnya
mulai

turun

kadar

kembali.

Peningkatan progesteron tersebut tidak selalu memberi arti, bahwa


ovulasi telah terjadi dengan baik, karena pada beberapa wanita yang
tidak terjadi ovulasi tetap dijumpai suhu basal badan dan
endometrium sesuai dengan fase luteal. Awal fase luteal, seiring
dengan pematangan korpus luteum. Sekresi progesteron terus
menerus meningkat dan mencapai kadar antara 6 dan 20 ng/ml.

15

Estradiol yang dikeluarkan terutama dari folikel yang besar


yang tidak mengalami atresia, juga tampak pada fase luteal dengan
konsentrasi yang lebih tinggi daripada selama permulaan atau
pertengahan fase folikuler. Produksi estradiol dan progesteron
maksimal dijumpai antara hari ke-20 dan 23 (Admin, 2010).
C. Metroragia
1. Definisi
Metrorrhagia pendarahan yang terjadi di antara siklus mentruasi,
atau dengan kata lain timbul lebih sering dari biasa (yatim faisal,2001)
Metroragia adalah pendarahan uterus biasanya tidak banyak timbul
pada interfan partun mestruasi yang tidak biasanya (chandranita, 2004)
Metroragia dideskripsikan sebagai perdarahan diantara dua kejadian
menstruasi. Perdarahan pada metroragi lebih tidak teratur karena
pengaruh hormon yang tidak seimbang dan lebih sering muncul dengan
konsistensi bercak-bercak (Schorge, 2008).
Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan
dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus
sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran
suhu basal tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik (polip
endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma serviks), kelainan
2.

fungsional dan penggunaan eksogen.(www.kumpulanaskep.com)


Etiologi
Beberapa penyebab dari perdarahan diluar haid yaitu:
a. Metroragia di luar kehamilan:
1) Sebabsebab organic
Perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan olah
kelainan pada:
a) Serviks uteri; seperti
(1) Polip servisis uteri
Polip adalah tumor bertangkai yang kecil dan tumbuh
dari permukaan mukosa. Servikal polip adalah polip
yang terdapat dalam kanalis servikalis (Tiran, 2005).
(2) Erosio porsionis uteri
Erosio porsiones (EP) adalah suatu proses peradangan
atau suatu luka yang terjadi pada daerah porsio serviks
uteri

(mulut

rahim).

Penyebabnya

bisa

karena

infeksidengan kuman-kuman atau virus, bisa juga

16

karena rangsangan zat kimia /alat tertentu; umumnya


disebabkan oleh infeksi.
(3) Ulkus pada portio uteri, Ulkus portio
Ulkus portio adalah suatu pendarahan dan luka pada
portio berwarna merah dengan batas tidak jelas pada
ostium uteri eksternum.
b) Korpus uteri, seperti;
Polip endometrium, abortus imminens, abortus insipiens,
abortus incompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma,
subinvolusio uteri, karsinoma korpus uteri, sarkoma uteri,
mioma uteri.
c) Tuba fallopii;
Kehamilan ekstopik terganggu, radang tuba, tumor tuba.
d) Ovarium;
Radang overium, tumor ovarium.
2) Sebabsebab disfungsional
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan
sebab organik, dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan
disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche
dan menopause. Tetapi kelainan ini lebih sering dijumpai
sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungs ovarium. Dua
pertiga wanita dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit
untuk perdarahan disfungsional berumur diatas 40 tahun, dan 3
% dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek dijumpai pula
perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi
karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang
b.

diperlukan perawatan di rumah sakit.


Metroragia oleh karena adanya kehamilan: abortus, kehamilan
ektopik (hamil diluar kandungan).

3.

4.

Manifestasi Klinis
a. Siklus menstruasi tak teratur
b. Tidak haid dalam jangka waktu lama (amenorea)
c. Sering mengalami flek
d. Nyeri
e. Tegang pada payudara
f. Cepat emosi
Patofisiologi

17

Secara garis besar, kondisi di atas dapat terjadi pada siklus ovulasi
(pengeluaran sel telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun
keadaan lain, misalnya pada wanita premenapause (folikel persistem).
Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional (perdarahan rahim) terjadi
tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi siklus ovulasi.
Pada siklus ovulasi
Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun
bersamaan dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena
rendahnya kadar hormon estrogen, sementara hormon progesteron tetap
terbentuk.
Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)
Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan
masa reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar
hormon estrogen berlebihan sedangkan hormon progesteron rendah.
Akibatnya dinding rahim (endometrium) mengalami penebalan
berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah
dan kelenjar) yang memadai. Kondisi inilah penyebab terjadinya
perdarahan rahim karena dinding rahim yang rapuh. Di lain pihak,
perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu
bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya.
Jadilah perdarahan rahim berkepanjangan.

5. WOC
Diluar kehamilan
Sebab organik

Sebab disfungsional

Serviks uteri

Korpus uteri

Tuba fallopi

Ovarium

Pembesaran,

Pertumbuhan
sel abnormal

Membesar

Adanya
infeksi
kuman/
bakteri

peradangan
meluasnya
ulkus

Pembesaran
dan meluas

Adanya kehamilan (kehamilan ektopik)

Umur <20 & > 40


(masa permulaan
dan masa akhir
fungsi ovarium)

adanya kehamilan di tuba fallopi


(polip, tumor, kusta)
Sel telur tidak bisa ke uterus
Sel telur berrnidasi dituba fallopi
Sel telur mengalami pertumbuhan abnormal

Peradangan
Metroragia

Kontraksi
Menekan saraf di tuba fallopi
Merangsang saraf
MK: Nyeri Akut

Terjadinya flek

Hb
Anemia
Kelemahan fisik

MK: Kurang
Pengetahuan

MK: Intoleransi Aktifitas

MK:
Ansietas

Terjadi lebih dari 8 hari


Penggunaan pembalut terus menerus dan
pengeluaran darah >80 ml

MK: Gangguan Integritas Kulit

MK: Defisite
Volume Cairan

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid, dan kadar HCG,
FSH, LH, Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau
skrining gangguan perdarahan jika ada tampilan yang mengarah
b.

kesana.
Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan
(b) histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita
muda dengan perdarahan tidak teratur atau wanita muda (< 40 tahun)
yang gagal berespon terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah
pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus genitalia
mungkin terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting untuk
melakukan kuretase ulang dan investigasi lain yang sesuai pada
seluruh kasus perdarahan uterus abnormal berulang atau berat. Pada
wanita yang memerlukan investigasi, histeroskopi lebih sensitif
dibandingkan dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas

c.

7.

endometrium.
Laparoskopi: Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak

berhasil dalam uji coba terapeutik.


d. Uji kehamilan: untuk melihat ada tanda-tanda kehamilan
e. Pemeriksaan koagulasi : untuk memantau faktor pembekuan darah
Penatalaksanaan
a. Istirahat baring dan transfusi darah
b. Bila pemeriksaan gynecologik menunjukan perdarahan berasal dari
uterus dan tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk
sementara waktu dapat dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat
diberikan:
1) Estrogen dalam dosis tinggi
Supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan
berhenti. Dapat diberikan secar IM dipropionasestradiol 2,5 mg,
atau benzoas estradiol 1,5 mg, atau valeras estradiol 20 mg.
Tetapi apabila suntikan dihentikan perdarahan dapat terjadi lagi.
2) Progesteron
fPemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen
terhadap endometrium, dapat diberikan kaproas hidroksi
progesteron 125 mg, secara IM, atau dapat diberikan per os
sehari nirethindrone 15 mg atau asetas medroksi progesteron

(provera) 10 mg, yang dapat diulangi berguna dalam masa


pubertas.
3) Androgen: propionas testosteron 50 mg IM. Hormon ini
memiliki umpan balik positif dari perdarahan uterus akibat
hyperplasia endometrium. Pada pubertas, pengobatan bisa
dilakukan dengan terapi hormonal. Pemberian esterogen dan
progesteron dalam kombinasi dapat dianjurkan. Terapi dapat
dilaksanakan pada hari ke-5 perdarahan uterus untuk 21 hari.
Dapat pula diberikan progesteron untuk 7 hari, mulai hari ke-21
siklus haid (Astarto, 2011)
Kecuali pada pubertas, terapi yang baik dilakukan adalah
dilatasi dan kerokan (Wiknjosastro, 2010).
Ketika semua terapi sudah diberikan namun perdarahan masih
belum juga berhenti, langkah terakhir untuk metroragia adalah
histerektomi (Manuaba, 2008).

BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
METRORAGIA
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Umur: biasanya terjadi pada usia muda kurang dari 20 tahun dan pada
2.

usia diatas 40 tahun.


Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: Nyeri
b. Riwayat penyakit sekarang
1) Nyeri disertai keluarnya darah dari rahim yang tidak teratur.
2) Aktifitas istirahat tekanan darah sistol menurun, denyut nadi
meningkat (> 100 kali per menit).

3) Eliminasi perubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan


c.

frekuensi berkemih Urinalisis: peningkatan konsentrasi urine.


Riwayat penyakit dahulu
Pasien-pasien dengan metroragia mungkin menceritakan riwayat
nyeri serupa yang timbul pada setiap siklus haid serta punya riwayat

3.

abortus.
Pemeriksaan fisik
Pengkajian juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik mulai B1-B6
a. Kepala: bentuk kepala normal, tidak ada benjolan pada kepala, dan
b.

biasanya pasien mengeluhkan pusing.


Rambut: warna rambut biasanya hitam, tidak ada ketombe dan

c.

tampak bersih.
Mata: bentuk sismetris antara kiri dan kanan, konjungtiva pucat,

d.

sklera putih, penglihatan normal.


Hidung: bentuk hidung normal, terlihat ada pernapasan cuping

e.
f.

hidung.
Mulut: bentuk bibir normal, mukosa agak kering.
Telingga: bentuk telinga normal antara kanan dan kiri, bersih dan

g.

tidak ada gangguan pendengaran.


Leher: bentuk leher normal, tidak ada benjolan, tidak ada

h.

i.

j.

k.

pembesaran vena jugularis.


Jantung
23
Inspeksi: bentuk dada normal.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi: denyut jantung mengalami peningkatan.
Perkusi: pekak
Paru-paru
Inspeksi: pernapasan tidak teratur dan mengalami peningkatan.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi: bunyi napas normal regular.
Perkusi: resonan
Abdomen
Inspeksi: bentuknya normal, tidak ada pembesaran.
Palpasi: ada nyeri tekan pada bagian abdomen bawah.
Auskultasi: peristaltic usus normal
Perkusi: timpani
Ekstremitas
Inspeksi: ekstremitas atas bawah normal tetapi pasien tampak lemah,

kulit tampak pucat.


Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada ekstremitas atas atau bawah.
B. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan saraf.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan.


4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.
5. Ansietas berhubungan dengan perdarahan dan terjadinya flek.
6. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan terjadinya flek.
C. Perencanaan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan penekanan saraf.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2x24jam
nyeri dapat diadaptasi oleh pasien (nyeri berkurang).
Kriteria hasil:
a. Skala nyeri berkurang (skala 0-3)
b. Pasien tampak rileks
Intervensi

Rasional

1. Beri lingkungan tenang

1. Meningkatkan istirahat dan

dan kurangi rangsangan

meningkatkan kemampuan

penuh stress

koping

2. Kolaborasi dengan dokter


dalam pemberian

2. Analgesik dapat menurunkan


nyeri.

analgesic
3. Memudahkan relaksasi,
3. Ajarkan strategi relaksasi
(misalnya nafas berirama

terapi non farmakologi


tambahan

lambat, nafas dalam,


bimbingan imajinasi

4. Penggunaan persepsi sendiri


atau prilaku untuk

4. Evaluasi dan dukung


mekanisme koping px
5. Kompres hangat

menghilangkan nyeri dapat


membantu mengatasinya
lebih efektif
5. Mengurangi rasa nyeri dan
memperlancar aliran darah

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam pasien
memiliki Hb dalam batas normal (12-16 gr/dl).
Kriteria hasil:
a. Perderahan berkurang/berhenti.
b. Hb pasien dalam batas normal (12-16 gr/dl).

c.

Memiliki asupan cairan yang adekuat.

Intervensi

Rasional

1. Manajemen elektrolit dengan

1. Mencegah terjadinya syock.

meningkatkan keseimbangan
elektrolit

dan

komplikasi.
2. Pemantauan

mencegah

cairan

dengan

mengumpulkan

dan

menganalisis data px untuk


mengatur

keseimbangan

elektrolit.
3. Manajemen

nutrisi

2. Agar

terjadi

keseimbangan

cairan dan elektrolit.

dengan

membantu dan menyediakan


asupan makanan dan cairan
dalam diet seimbang.

3.

3. Agar input dan output seimbang.

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan.


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien
dapat mempertahankan kelembapan daerah genital dengan baik.
Kriteria hasil:
a. Interigas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,
b.

temperature, hidrasi, pigmentasi)


Pasien menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan

c.
d.

mencegah terjadinya cedera berulang.


Perfusi jaringan baik
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit.
Intervensi
1. Monitor kulit akan adanya
kemerahan.
2. Jaga kebersihan kulit agar
tetap bersih dan kering.

Rasional
1. Untuk mengetahui ada
tidaknya infeksi.
2. Pada kulit yang lembab akan
mudah tumbuhnya bakteri atau

3. Berikan HE kepada pasien


untuk menjaga kebersihan
dengan cara menganti
pembalut setiap 4-5jam
sekali/saat pembalut terasa
penuh.
4. Melaporkan adanya gangguan
sensasi pada daerah genital.
4.

jamur.
3. Untuk mencegah terjadinya
iritasi pada kulit saat
menggunakan pembalut dalam
waktu yang lama.
4. Untuk mengetahui perubahan
pada daerah genital.

Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan.


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam pasien
dapat beraktivitas seperti semula.
Kriteria hasil:
a. Pasien dapat mengidentifikasi faktorfaktor yang memperberat dan
memperingan intoleran aktivitas dan pasien mampu beraktivitas.
Intervensi
5. Beri lingkungan tenang dan

Rasional
5. Menghemat energi untuk

perode istirahat tanpa

aktivitas dan regenerasi seluler/

gangguan, dorong istirahat

penyembuhan jaringan

sebelum makan
6. Tingkatkan aktivitas secara

6. Tirah baring lama dapat


menurunkan kemampuan

bertahap
7. Menurunkan penggunaan
3. Berikan bantuan sesuai
kebutuhan

energi dan membantu


keseimbangan supply dan
kebutuhan oksigen

8. Ansietas berhubungan dengan perdarahan dan terjadinya flek.


Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam kecemasan
pada pasien berkurang.
Kriteria hasil:
a. Pasien dapat mengungkapkan factor-faktor yang membuat pasien
cemas.
b. Pasien nampak relaks.

Intervensi
1. Memberikan bantuan

Rasional
1. Secara psikologis

secara fisik dan psikologis,

meningkatkan rasa aman

memberikan dukungan

dan meningkatkan rasa

moral.
2. Menerangkan prosedur
operasi dengan sebaikbaiknya.
3. Mengatur waktu khusus

saling percaya.
2. Meningkatkan
/memperbaiki pengetahuan/
persepsi klien.
3. Meningkatkan rasa aman

dengan klien untuk

dan memungkinkan klien

berdiskusi tentang

melakukan komunikasi

kecemasan klien.

secara lebih terbuka dan

4. Beri kesempatan kepada


klien untuk
mengungkapkan
ansietasnya.
5. Berikan privasi klien
dengan orang terdekatnya.

lebih akurat.
4. Dapat menghilangkan
ketegangan terhadap
kekhawatiran yang tidak
diekspresikan.
5. Memberi waktu untuk
mengekspresikan perasaan,
menghilangkan ansietas dan
perilaku adaptasi.

5.

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan terjadinya flek.


Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam pasien
mengetahui penyebab dari timbulnya flek.
Kriteria hasil:
a. Pasien mengetahui penyebab dari flek.
b. Pasien mampu menjelaskan factor penyebabnya.
c. Pasien mengetahui pengobatan dari metroragia.
Intervensi

Rasional

1. Kaji pengetahuan pasien


tentang penyakitnya.
2. Jelaskan tanda dan gejala,
penyebab, dll.
3. Jelaskan program

1. Mempermudah dalam
memberikan penjelasan
pada pasien.
2. Meningkatkan pengetahuan
dan mengurangi cemas

pengobatan.

pasien.
3. Mempermudah intervensi
pada pasien.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metroragia dideskripsikan sebagai perdarahan diantara dua kejadian
menstruasi. Perdarahan pada metroragi lebih tidak teratur karena pengaruh
hormon yang tidak seimbang dan lebih sering muncul dengan konsistensi
bercak-bercak (Schorge, 2008).
Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan
dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus
sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu
basal tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium,
karsinoma endometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsional dan
penggunaan estrogen eksogen.
B. Saran

Kita sebagai perawat sebaiknya memahami dan dapat mengaplikasikan


segala sesuatu yang terdapat dimakalah ini agar terciptanya perawat yang
profesional dalam menerapkan asuhan keperawatan secara komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-nurhendif5401-2-babii.pdf

30

http://fk.unand.ac.id/images/skills_lab_Blok_3.2_revisi_2012.pdf
https://kpsfkunmul.files.wordpress.com/2014/03/trapmed-pemeriksaanug-feminina-blok-5.pdf

31

Vous aimerez peut-être aussi