Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metrorhagia juga dikenal sebagai perdarahan uterus disfungsional adalah
masalah yang biasanya di derita oleh seorang wanita. Metrorrhagia adalah
keadaan umum, terutama untuk beberapa tahun pertama menstruasi (pubertas
metrorrhagia). Hal ini juga diamati dengan pasien yang dekat dengan fase
menopause mereka. Pada dasarnya, kondisi ini ditandai dengan episode
perdarahan (terutama bercak namun dapat menyebabkan pendarahan parah)
di luar fase menstruasi.(Siswoyo, 2014)
Dengan demikian, episode perdarahan digambarkan sebagai tidak teratur
dalam jumlah dan pola. Mengingat siklus menstruasi normal wanita, fase
menstruasi yang\(umumnya dikenal sebagai menstruasi) harus rata-rata 4 hari
dan harus terjadi pada bulan depan nanti. Untuk mempermudah, metrorrhagia
adalah di antara bercak vagina dalam menstruasi bulanan, ancaman kesehatan
dianggap mungkin dan tidak boleh dianggap enteng. Ini harus mendorong
kita untuk mencari nasihat medis untuk sejumlah kondisi yang mendasarinya
mungkin untuk mencari penyebab kelainan tersebut. Tetapi perhatikan, orang
tidak boleh panik dan menganggapnya disebabkan oleh penyakit yang
ditakuti. (Anis, 2014)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari sistem reproduksi?
2. Bagaimana Siklus Menstruasi normal ?
3. Apa definisi dari Metroragia?
4. Apa etiologi dari Metroragia?
5. Apa saja manifestasi klinis dari Metroragia?
6. Bagaimana patofisiologi dari Metroragia?
7. Bagaimana woc dari Metroragia?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Metroragia?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari Metroragia?
10. Bagaiamana asuhan keperawatan dari Metroragia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari Sistem Reproduksi
2. Untuk mengetahui Siklus Menstruasi normal
3. Untuk mengetahui defisini dari Metroragia
4. Untuk mengetahui etiologi dari Metroragia
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Metroragia
6. Untuk mengetahui patofisiologi dari Metroragia
7. Untuk mengetahui woc dari Metroragia
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
alat reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis,
dan alat reproduksi wanita bagian lua r yang terletak di perineum.
1. Alat genitalia wanita bagian luar
b.
kelanjutan dari
c.
d.
Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat
erektil, dan letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini
mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki. Fungsi
utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan
e.
seksual.
Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti
perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan
fourchette. Vestibulum
terdiri
dari
muara
uretra,
kelenjar
g.
pengeluaran lendir
meningkat.
h.
i.
2.
Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat
dan mampu meregang secara luas karena tonjolan serviks ke
kandung
kemih.
Vagina
bawah.
banyak
glikogen
yang
persalinan.
Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular,
pipih, cekung dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik
yang terletak di pelvis minor di antara kandung kemih dan
rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan,
licin dan terab a padat.
Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian
corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus
uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri dan
berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder.
Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup
peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan
kandung kemih. Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga
beberapa ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus
tergantung dari usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus sekitar
2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus
terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum, miometrium/lapisan otot,
dan endometrium.
1) Peritoneum
a) Meliputi dinding rahim bagian luar
b) Menutupi bagian luar uterus
c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
d) Pembuluh darah limfe dan urat saraf
e) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
2) Lapisan otot
a) Lapisan luar: seperti Kap melengkung dari fundus uteri
menuju ligamentum
b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai
c)
tersebut
terjepit
ovarii proprium
Ligamentum kardinale machenrod
(1) Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju
panggul
(2) Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri
(3) Tempat masuknya pembulu h darah menuju uterus
d) Ligamentum sacro uterinum
Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale
machenrod menuju os sacrum
e)
persalinan
5) Pembuluh darah uterus
a) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang
dinding lateral dan memberikan cabangnya menuju uterus
dan di dasar endometrium membentuk arteri spinalis uteri
b) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah
uteri.
Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
Tempat terjadinya konsepsi.
Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi
sampai mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan
d.
implantasi.
Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormonhormon
steroid.
Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum
infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui
mesovarium.
e.
B.
Menstruasi Normal
Menstruasi merupakan siklus yang kompleks dan berkaitan dengan
psikologis- pancaindra,
korteks
serebri,
aksis
hipotalamus-hipofisis-
yang
interaksi
antara
menstruasi
normal
merupakan
10
dengan
adanya
11
berbagai
ukuran
sangat
mungkin
ditemukan.
12
dari ovarium.
Fase-fase dalam Siklus Menstruasi
Setiap satu siklus menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang
terjadi dalam uterus. Fase-fase ini merupakan hasil kerjasama yang
sangat terkoordinasi antara hipofisis anterior, ovarium, dan uterus
(Bobak, 2004).
Fase-fase tersebut adalah :
1) Fase menstruasi atau deskuamasi
Fase ini endometrium terlepas dari dinding uterus dengan
disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum
basale. Fase ini berlangsung selama lima
13
Fase
ini,
terjadi
penyembuhan
luka
akibat
lepasnya
cepat
yang
berlangsung sejak sekitar hari kelima ovulasi, misalnya hari ke10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32
hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal
dalam sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti.
Sejak saat ini, terjadi penebalan 8-10 kali lipat, yang berakhir
saat ovulasi. Fase intermenstum atau fase proliferasi tergantung
pada stimulasi estrogen yang berasal dari folike ovarium.
Fase proliferasi dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
a) Fase proliferasi dini, terjadi pada hari ke-4 sampai hari
ke-7. Fase ini dapat dikenali dari epitel permukaan yang
tipis dan adanya regenerasi epitel.
b) Fase proliferasi madya, terjadi pada hari ke-8 sampai hari
ke-10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat
dikenali dari epitel permukaan yang berbentuk torak yang
c)
tinggi.
Fase proliferasi akhir, berlangsung antara hari ke-11
sampai hari ke-14. Fase
permukaan
ini
dapat
dikenali
dari
mitosis.
4) Fase pramenstruasi atau fase sekresi
Fase ini berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Fase ini
endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar
berubah menjadi panjang berkelok-kelok dan mengeluarkan
getah yang makin lama makin nyata. Bagian dalam sel
endometrium terdapat glikogen dan kapur yang diperlukan
sebagai bahan makanan untuk telur yang dibuahi.
Fase sekresi dibagi dalam 2 tahap, yaitu :
a) Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih
tipis dari fase sebelumnya karena kehilangan cairan.
b) Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam
endometrium berkembang dan menjadi lebih berkelok-
14
ada
Keadaan
di
seputar
pembuluh-pembuluh
(Hanafiah, 1997).
Mekanisme siklus menstruasi
Selama haid, pada hari bermulanya diambil sebagai hari pertama
dari siklus yang baru. Akan terjadi lagi peningkatan dari FSH
sampai mencapai kadar 5 mg/ml (atau setara dengan 10 mUI/ml),
dibawah pengaruh sinergis kedua gonadotropin, folikel yang
berkembang ini menghasilkan estradiol dalam jumlah yang banyak.
Peningkatan serum yang terus-menerus pada akhir fase folikuler
akan menekan FSH dari hipofisis. Dua hari sebelum ovulasi, kadar
estradiol mencapai 150-400 pg/ml. Kadar tersebut melebihi nilai
ambang rangsang untuk pengeluaran gonadotropin praovulasi.
Akibatnya FSH dan LH dalam serum akan meningkat dan mencapai
puncaknya satu hari sebelum ovulasi. Saat yang sama pula, kadar
estradiol akan kembali menurun. Kadar maksimal LH berkisar
antara 8 dan 35 ng/ml atau setara dengan 30-40 mUI/ml, dan FSH
antara 4-10 ng/ ml atau setara dengan 15-45 mUI/ml. Terjadinya
puncak LH dan FSH pada hari ke-14, maka pada saat ini folikel akan
mulai pecah dan satu hari kemudian akan timbul ovulasi.
Bersamaan dengan ini dimulailah pembentukan dan pematangan
korpus
luteum
progesteron,
yang
sedangkan
disertai
dengan
gonadotropin
meningkatnya
mulai
turun
kadar
kembali.
15
(mulut
rahim).
Penyebabnya
bisa
karena
16
3.
4.
Manifestasi Klinis
a. Siklus menstruasi tak teratur
b. Tidak haid dalam jangka waktu lama (amenorea)
c. Sering mengalami flek
d. Nyeri
e. Tegang pada payudara
f. Cepat emosi
Patofisiologi
17
Secara garis besar, kondisi di atas dapat terjadi pada siklus ovulasi
(pengeluaran sel telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun
keadaan lain, misalnya pada wanita premenapause (folikel persistem).
Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional (perdarahan rahim) terjadi
tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi siklus ovulasi.
Pada siklus ovulasi
Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun
bersamaan dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena
rendahnya kadar hormon estrogen, sementara hormon progesteron tetap
terbentuk.
Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)
Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan
masa reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar
hormon estrogen berlebihan sedangkan hormon progesteron rendah.
Akibatnya dinding rahim (endometrium) mengalami penebalan
berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah
dan kelenjar) yang memadai. Kondisi inilah penyebab terjadinya
perdarahan rahim karena dinding rahim yang rapuh. Di lain pihak,
perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu
bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya.
Jadilah perdarahan rahim berkepanjangan.
5. WOC
Diluar kehamilan
Sebab organik
Sebab disfungsional
Serviks uteri
Korpus uteri
Tuba fallopi
Ovarium
Pembesaran,
Pertumbuhan
sel abnormal
Membesar
Adanya
infeksi
kuman/
bakteri
peradangan
meluasnya
ulkus
Pembesaran
dan meluas
Peradangan
Metroragia
Kontraksi
Menekan saraf di tuba fallopi
Merangsang saraf
MK: Nyeri Akut
Terjadinya flek
Hb
Anemia
Kelemahan fisik
MK: Kurang
Pengetahuan
MK:
Ansietas
MK: Defisite
Volume Cairan
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid, dan kadar HCG,
FSH, LH, Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau
skrining gangguan perdarahan jika ada tampilan yang mengarah
b.
kesana.
Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan
(b) histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita
muda dengan perdarahan tidak teratur atau wanita muda (< 40 tahun)
yang gagal berespon terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah
pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus genitalia
mungkin terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting untuk
melakukan kuretase ulang dan investigasi lain yang sesuai pada
seluruh kasus perdarahan uterus abnormal berulang atau berat. Pada
wanita yang memerlukan investigasi, histeroskopi lebih sensitif
dibandingkan dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas
c.
7.
endometrium.
Laparoskopi: Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
METRORAGIA
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Umur: biasanya terjadi pada usia muda kurang dari 20 tahun dan pada
2.
3.
abortus.
Pemeriksaan fisik
Pengkajian juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik mulai B1-B6
a. Kepala: bentuk kepala normal, tidak ada benjolan pada kepala, dan
b.
c.
tampak bersih.
Mata: bentuk sismetris antara kiri dan kanan, konjungtiva pucat,
d.
e.
f.
hidung.
Mulut: bentuk bibir normal, mukosa agak kering.
Telingga: bentuk telinga normal antara kanan dan kiri, bersih dan
g.
h.
i.
j.
k.
Rasional
meningkatkan kemampuan
penuh stress
koping
analgesic
3. Memudahkan relaksasi,
3. Ajarkan strategi relaksasi
(misalnya nafas berirama
c.
Intervensi
Rasional
meningkatkan keseimbangan
elektrolit
dan
komplikasi.
2. Pemantauan
mencegah
cairan
dengan
mengumpulkan
dan
keseimbangan
elektrolit.
3. Manajemen
nutrisi
2. Agar
terjadi
keseimbangan
dengan
3.
c.
d.
Rasional
1. Untuk mengetahui ada
tidaknya infeksi.
2. Pada kulit yang lembab akan
mudah tumbuhnya bakteri atau
jamur.
3. Untuk mencegah terjadinya
iritasi pada kulit saat
menggunakan pembalut dalam
waktu yang lama.
4. Untuk mengetahui perubahan
pada daerah genital.
Rasional
5. Menghemat energi untuk
penyembuhan jaringan
sebelum makan
6. Tingkatkan aktivitas secara
bertahap
7. Menurunkan penggunaan
3. Berikan bantuan sesuai
kebutuhan
Intervensi
1. Memberikan bantuan
Rasional
1. Secara psikologis
memberikan dukungan
moral.
2. Menerangkan prosedur
operasi dengan sebaikbaiknya.
3. Mengatur waktu khusus
saling percaya.
2. Meningkatkan
/memperbaiki pengetahuan/
persepsi klien.
3. Meningkatkan rasa aman
berdiskusi tentang
melakukan komunikasi
kecemasan klien.
lebih akurat.
4. Dapat menghilangkan
ketegangan terhadap
kekhawatiran yang tidak
diekspresikan.
5. Memberi waktu untuk
mengekspresikan perasaan,
menghilangkan ansietas dan
perilaku adaptasi.
5.
Rasional
1. Mempermudah dalam
memberikan penjelasan
pada pasien.
2. Meningkatkan pengetahuan
dan mengurangi cemas
pengobatan.
pasien.
3. Mempermudah intervensi
pada pasien.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metroragia dideskripsikan sebagai perdarahan diantara dua kejadian
menstruasi. Perdarahan pada metroragi lebih tidak teratur karena pengaruh
hormon yang tidak seimbang dan lebih sering muncul dengan konsistensi
bercak-bercak (Schorge, 2008).
Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan
dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus
sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu
basal tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium,
karsinoma endometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsional dan
penggunaan estrogen eksogen.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-nurhendif5401-2-babii.pdf
30
http://fk.unand.ac.id/images/skills_lab_Blok_3.2_revisi_2012.pdf
https://kpsfkunmul.files.wordpress.com/2014/03/trapmed-pemeriksaanug-feminina-blok-5.pdf
31