Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Tetangga saya sendiri, sebut saja bernama supri dan dakir, pernah juga
mengalami hal yang mengenaskan ketika bekerja di Malaysia. Menurut
Supri, dia ke Malaysia melalui jalur penyalur tenaga kerja yang resmi dan
berangkat dengan membayar uang tertentu. Katanya, pemberangkatan
dilakukan melalui darat dan laut, yaitu lewat Sumatra dan dari Sumatra
baru nyebrang ke Malaysia. Tetapi, ketika hampir sampai di Malaysia,
perahu yang membawa para calon TKI dan TKW itu, tidak mendarat lewat
palabuhan, melainkan justru mencari tempat yang sepi untuk pendaratan,
yaitu di daerah semacam hutan bakau. Di dalam kapal itu ada beberapa
algojo yang memaksa para TKW dan TKI itu, untuk masuk ke dalam laut,
yang masih berjarak agak jauh dari daratan. Kalau tidak mau, mereka
memaksa dan menceburkan para TKI dan TKW ke dalam laut. Katanya,
ada sebagian orang yang tidak bisa berenang tenggelam di laut dan
sebagian besar lainnya bisa mendarat, tetapi harus melalui hutan bakau
tersebut. Di atas pantai, telah ditunggu oleh beberapa cukong penyalur
tenaga kerja di Malaysia. Bagi yang selamat, mereka disuruh masuk ke
dalam mobil truk untuk ditampung di sebuah penampungan tenaga kerja
ilegal. Malangnya, di tengah-tengah perjalanan, mereka terkena razia
polisi Malaysia, sehingga mereka semua dimasukkan dalam sell dan
diperlakukan secara semena-mena di dalam sel tersebut. Katanya, baju
tidak pernah ganti, makan hanya nasi putih dan setiap hari dipukul oleh
para sipir yang sok jagoan. Hampir dua bulan dia menjalani rutinitas
penyiksaan seperti itu, hingga akhirnya dia dipulangkan secara paksa
tanpa diberi pesangon. Mereka hanya menitipkan kepada kapal malaysia
yang berangkat ke Indonesia dan diturunkan di pulau Sumatra. Karena
tidak punya uang, akhirnya dia nginep di masjid beberapa hari sambil
kerja menjadi kuli bangunan di sana. Setelah mendapatkan upah, akhirnya
dia baru bisa pulang ke kampung halamannya dengan tidak membawa
hasil apa-apa kecuali duka lara.