Perbedaan pendapat dalam menentukan hari raya Idul Fitri, biasanya
disebabkan oleh perbedaan makna dalam memahami kata "ru'yah" dalam sabada Rasulullah saw. "Shuumu liru'yatin wafthiruu liru'yatin" (Berpuasalah tatkala kalian sudah melihat bulan dan berbukalah jika kalian telah melihat bulan". Pemaknaan kata "ru'yah" dalam hadits tersebut secara harfiah memang berarti melihat dengan mata kepala. Pemahaman lebih luas adalah melihat dengan mata kepala yang dibantu oleh alat-alat pembesar seperti teropong bintang dan sebagainya. Banyak di antara ulama atau sekumpulan orang muslim yang tetap berpandangan bahwa makna rukyah hanya sebatas itu saja, sehingga mereka tidak menerima pemaknaan yang lebih luas dari itu. Akan tetapi, ada pula sebagian kelompok muslim yang memberi makna rukyah tidak pada makna harfiahnya, tetapi kepada makna eksplisitnya. Memang secara harfiah makna rukyah adalah melihat bulan dengan mata kepala. Akan tetapi, dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang canggih, makna melihat tidak hanya melihat dengan mata kepala, tetapi bisa juga melihat dengan ilmu pengetahuan. Karena itu, mereka berpendapat bahwa ilmu hisab, bisa dijadikan sebagai hujjah untuk menentukan hari raya Idul Fitri, karena ilmu hisab juga termasuk dalam makna rukyah bil ilmi. Karena telah terbukti bahwa dengan ilmu hisab, para ulama mampu membuktikan tentang kemunculan hilal pada tanggal 1 Syawal, meskipun kadang- kadang belum dapat dilihat dengan mata kepala. Satu kasus misalnya, perhitungan awall bulan syawal tahun 1430, seperti yang ditulis oleh Kyai :Syamton berikut
ijtima akhir ramadan jatuh hari sabtu 19 september 1430 jam 1, 44 menit 13 detik
terbenam matahari jam 17.26.57
terbenam bulan jam 17.53.03
posisi matahari 271 derajat 13 menit 27 detik
posisi bulan 264 derajat 24 menit 25 detik
tinggi hilal hakiki 6 derajat 16 menit 40 detik
tinggi hilal mar'i/dapat dilihat 5 derajat 42 menit 11 detik
lama hilal 26 menit 5 detik
besaran cahaya 0.24%
Perhitungan di atas menggambarkan bahwa pada tahun ini, 1430 Hijriyah, tanggal 1 Syawal jatuh pada hari Ahad, tanggal 20 September 2009, karena posisi hilal berada pada 5 derajat 42 menit 11 detik dan hal itu sangat memungkinkan untuk dilihat dengan mata kepala telanjang apabila tidak tertutup awan atau mendung. Ini menunjukkan bahwa ru'yah bil ilmi telah dapat menentukan jatuhnya awal bulan syawal ini secara tepat. hanya seja dapatkah ru'yah bil ilmi itu dijadikan sebagai daar untuk ?penetapan 1 Syawal tanpa ru'yah bil aini
Semua itu tergantung kepada keyakinan kita masing-masing.....wallahu