Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KONFLIK ORGANISASI
Disusun Oleh :
Contoh kasus konflik pertama yang akan kami bahas pada makalah kali ini
adalah konflik antara 2 organisasi bisnis raksasa di Amerika, yakni Pepsi Co dan
Coca Cola Co yang dikenal dengan istilah Coke vs Pepsi. Sebelum membahas
konflik yang terjadi antar keduanya kami terlebih dahulu akan sedikit
menjelaskan data singkat keduanya.
1. Data Singkat
a. Coca Cola
2
dan mengusung moto tertentu. Adapun Push Strategy menekankan
pada perluasan jaringan penjualan dengan bekerja sama dengan pihak
penjual, baik toko, distributor, sekolah mapun restoran
Hasilnya, sekarang Coca Cola telah menjadi salah satu merek yang
mendominasi pasar minuman soda di dunia. Coca cola juga terkenal
dengan beberapa merek dagangnya yang lain seperti Sprite, Fanta,
Minute Maid, Ades dan Frestea.
b. Pepsi Co
2. Gambaran Konflik
3
Persaingan antara Pepsi dan Coca Cola sangatlah ketat dan “seru”. Keduanya
mulai bersaing sejak pertama kali mereka didirikan. Bahkan persaingan
antara keduanya telah menjadi sebuah istilah di negeri asalnya yakni Pepsi
vs Coke. Persaingan yang ketat ini bisa
dilihat dari diagram pendapatan,
market value, iklan serta “fanatisme”
pelanggan keduanya. Untuk lebih jelas
dalam menggambarkan “keras”nya
persaingan keduanya kami
menampilkan beberapa gambar, iklan
serta diagram perbandigan keduanya.
Diagram 1
Selain dalam hal pendapatan dan dominasi pasar, persaingan kedua merek ini
terlihat dari iklan-iklan mereka yang sangat provokatif bahkan cenderung ofensif
(menyerang), utamanya iklan-iklan Pepsi. Pepsi dari dulu mengangkat tema
sebagai minuman generasi muda dan menganggap Coca cola sebagai minuman
orang-orang tua. Persaingan pada iklan ini akan kami
perlihatkan dalam beberapa gambar dan iklan yang
telah kami sediakan.
Gambar 1
Iklan yang Ofensif
Gambar 1
3. Analisa Konflik Iklan-iklan Ofensif
Tabel 1
4
Menurut kami jenis konflik yang terjadi antara Pepsi dengan Coca cola
adalah konflik yang sifatnya cenderung membangun (konstruktif). Kami
berpendapat demikian karena melihat dari sumber konflik itu sendiri yang
berasal dari persaingan memperebutkan pasar. Hal ini meyebabkan kedua
perusahaan terus berinovasi, berkreativitas serta mendatangkan loyalitas dan
kekompakan pegawai serta pelanggan, bahkan pernah terjadi kasus
pemukulan antara kedua karyawan sales force perusahaan ini karena adanya
loyalitas untuk memajukan perusahaannya (walaupun kasus ini secara
khusus bersifat destruktif, namun jika dilihat secara keseluruhan konflik
keduanya tetaplah konstruktif).
5
BAB II
KONFLIK DESTRUKTIF
1. CONTOH KONFLIK
2. SUMBER KONFLIK
3. PROSES KONFLIK
Sebagai contoh adalah klaim atas tari Pendet dari Bali, yang muncul
dalam iklan Visit Malaysian Year yang ditayangkan di Discovery Channel.
Ternyata, iklan ini mendapat protes dari Pemerintah Indonesia.
6
Malaysia. Mereka mendesak pemerintah bersikap tegas dan membawa
persoalan ini ke mahkamah internasional.
Setelah menimbulkan
kontroversi, Discovery Channel
menarik iklan Visit Malaysian Year,
yang di dalamnya terdapat sekuel
Tari Pendet. Malaysia mengaku
tidak mengklaim tari Pendet
sebagai bagian tarian nasionalnya.
Iklan yang mencuplik tari Pendet
dibuat oleh swasta. Tapi toh, tari
Pendet sudah telanjur ditayangkan.
Dalam level hubungan antarbangsa, apalagi serumpun, tampaknya para
pemegang kekuasaan di Malaysia sungguh tidak memahami perasaan terluka
dan kemarahan Bangsa Indonesia. Berbagai analisis bisa dibuat untuk kasus
Tari Pendet ini.
4. PENYELESAIAN KONFLIK
Jika melihat Pasal 33 Piagam PBB dan Pasal 13 Treaty of amity and
cooperation in Southeast Asia, 1976, maka Indonesia dan Malaysia diwajibkan
menyelesaikan konflik dengan jalan damai, baik dengan negosiasi,
penyelidikan, mediasi, konsiliasi, arbitrase dan penyelesaian sengketa secara
hukum, penyelesaian melalui organisasi regional atau dengan cara damai
yang lain. Penyelesaian konflik tanpa diskusi, seperti perang atau konfrontasi
harus dihindari. Menurut Emanuel Decaux Pasal 33 Piagam PBB tersebut
sebenarnya secara singkat menggariskan dua cara penyelesaian sengketa
secara hukum internasional, yaitu melalui jalur diplomasi dan jalur yuridis
(DECAUX 1997).
7
Pertama, berdasarkan Pasal 64 Agreement on Trade-Related Aspects of
Intellectual Property Rights (TRIPs), Indonesia dapat menggugat Malaysia ke
WTO dengan gugatan telah melanggar Pasal 14 TRIPs karena telah
mempublikasikan video Tari Pendet tanpa izin para penari dan perusahaan
rekaman (Bali Record).