Istilah grounded theory nampaknya sulit dicari padanannya
dalam bahasa Indonesia, rasanya memang telalu gegabah apabila memaksakan ingin memaksakan satu istilah baru pada suatu bidang ilmu yang sudah dikenal, sehingga dalam tulisan ini tetaap digunakan istilah grounded theory .
Menurut penggagasnya (glaser dan stauss) kekhasan dari
metode yang ditemukan tersebut dibandingkan dengan metode enelitian kualitatif lainnya adalah dari penghasilan teori belaskan data. Tetapi dalam tulisan Stren, rasanya lebih jelas terungkap perbedaan grounded theory dengan metode-metode pendekata dalam penelitian kualitatif yang lain adalah :
1. Kerangka kerja konseptualnya dihasilkan dari data, bukan dari
kajian terdahulu, walaupun demikian kajian terdahulu juga selalu mempengaruhi hasil akhir penelitian. 2. Peneliti yang menggunakan metode grounded theory selalu berusaha memperoleh proses-proses domain yang ada dalam situasi sosial, bukan menguraikan unit sosial yang diteliti. 3. Setiap bagian dari data dibandingkan dengan bagian data yang lain guna menemukan model kategori jawaban yang sesuai dengan tujuan penelitian. 4. Pengumpulan data dilapangan dapat dimodifikasi sedemikian rupa sejalan dengan pengembangan model kategorisasi, proposes, dan dalil yang ditemukan dilapangan guna mengembangkan teori baru, dan 5. Peneliti tidak mengikutu penggunaan langkah-langkah linier, melainkan bekerja dengan matriks diman proses-proses penelitian dilakukan secara simultan.
Menurut Suparlan, landasan berpikir pendekatan kuatitatif
adalah filsafat positivism yang dikembangkan oleh Emile Durkheim yang menyatakan bahwa tindakan-tindakan manusia mewujudkan gejal-gejala sosial yang disebut sebagai fakta sosial. Fakta sosial ini denamakan sebagai representasi kolektif yang dibedakan dari representasi individu. Fakta sosial in harus dipelajari secara objektif ayitu dengan cara memandangnya sebagai suatu benda.
Sedangkan mengenai pendekatan kualitatif, Suparlan
menyatakan bahwa landasn berpikir penelitian kualitatif mengacu pada pemikiran Max Weber, yang mengatakan bahwa pokok penelitian sosiologi bukanlah gejala-gejala sosial sebagai bentuk- bentuk maupun nilai-nilai subtantif, melainkan pada makna-makna yang berada dibalik tindakan-tindakan perorangan yang mewujudkan gejala-gejala sosial tersebut. Oleh karena itu, metode utama dalam sosiologinya Max Weber adalah verstehen atau pemahaman.
Terlepas dari pada itu, perubahan yang terjadi pada kalangan
peneliti sosial, enjadian perubahan pula pada aspek pemanfaatan metode grounded theory , seperti :
1. Kombinasi metode grounded theory dengan metode lain,
kegiatan ini akan menghasilkan ragam-ragam metode grounded theory dalam berbagai pokok masalah dan disiplin keilmuan. 2. Prosedur yang digunakan dalam metode ini mungkin akanlebih dielaborasi, prosedur ini akan disesuaikan dengan subtansi kajian ayng terus akan di kembangkan. 3. Berbagai teori atau interpretasi akan terus dikembangkan oleh ilmuan yang berbeda dan dari disiplin ilmu yang berbeda pula. Sebagai suatu konsekuensi logis, metode grounded theory akan menjadi metode yang universal, memilikio kekuatan yang mampu membahas masalah dalam cakupan luas, kompleks dan memiliki keunikan. 4. Aplikasi komputer akan lebih banyak digunakan, terutama unutk membuat matriks, pembobotan masalah dan kategorisasi yang diperoleh dilapangan.
Strauss dan Corbi dalam Denzin and Lincoln, menjelaskan
tentang adanya bebagai kecendrungan dan perubahan yang terjadi pada masa kini. Perhatian dan perubahan itu mencakup suatu bentuk sikap yang ada pada kalangan peneliti sosial, yaitu :
1. Meningkatnya perhatian dan minat pada penelitian ilmu sosial
dan perhatian untuk menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. 2. Kecendrungan untuk ter-fragmentasinya ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu prilaku. Keadaan ini membuat ilmu sosial menjadi terlepas dari konteks kebudayaannya dan ilmu prilaku tidak dapat diamati secara lebih empirik dalam prolaku keseharian. 3. Mulai kelihatan meningkatnya minat pada model interpretasi teoritis pada analisis data,penelitimulai memilih untuk mengadakanpengkajian kritis terhadap data-data yang diperoleh. Tidak hanya keterangan yang diperoleh melalui data, peneliti mencari keterangan lain di balik data-data yang ada (lewat Metode Triangulasi). Tampaknya, justru informasi yang ada di balik fakta(beyond the-facts) akan memberikan sejumlah temuan yang menarik. 4. Berkembangnya aplikasi komputer yang dibarengi dengan meningkatnya penggunaan aplikasi komputer dalam ilmu-ilmu sosial dan humaniora.