Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Secara historis polemik tentang tuhan telah bergulir sejak pertama kali
yang menggambarkan tuhan bak raksasa yang bertubuh besar, galak, beringas,
kejam dan sebagainya. Masyarakat lain ada yang menggambarkan tuhan sebagai
dzat yang pengasih, lembut, serba boleh, pemaaf, tidak beringas, tidak kejam dan
tidak pemarah. Ada pula sekelompok masyarakat yang memadukan antara dua
pandangan itu sehingga di satu sisi tuhan itu galak, beringas, dan kejam, tetapi di
menganggap tuhan berjumlah banyak, politeis; dua, tiga, empat bahkan lebih, dan
ada pula yang menganggap tuhan berjumlah satu, monoteis. Dari segi sarana
penyembahan juga memberikan gambaran yang beragam, seperti batu, pohon, roh,
patung, dan bahkan hewan. Karena beragamnya pandangan manusia tentang tuhan
dari waktu ke waktu, dari bertuhan banyak, politeis, menjadi bertuhan satu,
manusia; semakin manusia maju, maka perkembangan evolusi tuhan pun akan
semakin cepat.
dunia, dari yang paling primitif hingga modern, bahwa kebanyakan masyarakat
dewa tanah, dewa angin, dewa laut, dewa air, dan sebagainya, yang jumlahnya
dewa-dewa itu. Karena semakin ketatnya persaingan antar dewa itu dalam berebut
pengaruh terhadap manusia, maka lama kelamaan dewa-dewa itu pun jatuh
bergururan, bahkan Nitsche menyatakan bahwa tuhan telah mati. Matinya tuhan
ini bukan berarti mati yang sebenarnya, melainkan manusia sudah tidak percaya lagi
ini menyebabkan jumlah dewa atau tuhan itu semakin hari semakin berkurang,
Yang Hakiki atas tuhan-tuhan lain, dalam peperangannya yang panjang, di alam
pikiran manusia. Setelah kemenangan itu, bukannya Tuhan Yang Hakiki lepas dari
aral, rintangan dan gangguan tuhan-tuhan kecil lainnya, tetapi mereka akan terus
nifak hawa nafsu dan sebagainya, yang sepanjang waktu terus berkelindan
mempersenjatai diri dengan berbagai macam sarana yang telah dipersiapkan Tuhan
melalui syariat dan hukum-Nya. Salah satu senjata ampuh untuk mempertahankan
Puasa, yang secara harfiah berarti menahan diri, dianggap Tuhan sebagai
kecil seperti hawa nafsu makan, minum dan seks. Bila puasa ini dilakukan secara
menyingkir.
Sebagai senjata, puasa bagaikan pisau bermata dua, ke dalam dia akan
menjaga kesucian hati tempat bersemayamnya Tuhan dan ke luar dia akan
semacam ini terus berlangsung, maka amanlah kerajaan Tuhan. Bila kerajaan
Tuhan aman dari gangguan dan serangan musuh, maka evolusi Tuhan menuju
kesempurnaan tauhid pun akan segera tercapai. Bila evolusi Tuhan menuju
kesempurnaan tauhid telah tercapai, maka tidak ada lagi manusia yang akan
kecil lainnya. Itulah makna kesempurnaan evolusi Tuhan menuju tauhid yang
sesungguhnya.