Vous êtes sur la page 1sur 2

ISLAM FUTURIS

Oleh: Dr. Munirul Abidin, M. Ag.


Dalam legenda Arab, ada suatu kisah yang menarik tentang seorang kakek yang
menanam pohon zaitun. Suatu fenomena yang kontradiktif, karena kakek itu telah
berusia lanjut tetapi menanam pohon yang akan berbuah setelah puluhan bahkan
belasan tahun yang akan datang, sehingga tidak mungkin bagi sang kakek itu untuk
menikmati hasilnya. Melihat peristiwa yang aneh ini, orang-orang di sekelilingnya
bertanya, Wahai kakek, mengapa kamu menanam pohon zaitun kok tidak menanam
pohon-pohon lain saja yang lekas berbuah? Dengan bijak sang kakek itu menjawab,
Saya menanam pohon ini bukan untuk saya sendiri tetapi untuk para generasi
sesudah saya. Mendengar jawaban itu, orang-orang yang ada di sekelilingnya
tercengang dan hanya manggut-manggut.

Dari cerita di atas, paling tidak ada dua karakter yang dicerminkan oleh para
pelakunya, yaitu sang kakek yang menunjukkan suatu pandangan yang jauh ke depan
dan orang-orang di sekelilingnya yang berfikiran pendek dan sesaat. Sang kakek
berpandangan bahwa apa yang dilakukannya adalah sebuah investasi bagi masa depan
manusia secara luas, sementara mereka berpikiran sempit dan individualistis. Kakek
itu berpandangan futuristik, sementara mereka berpandangan hedonis dan
materialistis.

Sebenarnya, Islam dengan seluruh doktrinnya juga mengajarkan agar para


pemeluknya berpikiran futuristik. Seluruh rangkaian rukun iman dan Islam
mengajarkan agar manusia tidak berpikiran pendek dan sempit, melainkan berpikiran
luas dan jauh ke depan. Kaum muslimin di dalam rukun Islam diwajibkan untuk
melaksanakan shalat, puasa, haji dan sebagainya, dengan harapan bahwa ibadah-
ibadah itu, di samping berguna secara jasmani untuk kesehatan dan secara rohani
untuk menjaga kesucian jiwa, di akherat kelak mereka akan mendapatkan pahala dan
balasan yang setimpal dari Allah. Ini artinya Islam mengajarkan agar manusia tidak
tergesa-gesa dalam bertindak dan berani menangguhkan kenikmatan yang segera dan
sementara demi mendapatkan kenikmatan yang lebih besar dan abadi.

Islam mengajarkan bahwa bertindak secara tergesa-gesa sangat berbahaya bagi


kehidupan, karena ketergesa-gesaan akan berbuntut pada kecerobohan dan
kecerobohan akan berakibat pada kehancuran. Bila seseorang bertindak dengan
ceroboh maka dapat dipastikan, tindakannya itu akan membahayakan dirinya dan
bahkan orang lain. Maka dari itu, Islam mengecam tindakan yang dilakukan secara
tergesa-gesa dan menganggapnya sebagai kawan syetan sebagaimana yang dikatakan
dalam pepatah Arab bahwa tindakan yang tergesa-gesa adalah termasuk perbuatan
syetan. Bahkan Al-Quran sendiri mengecap manusia sebagai makhluk yang tergesa-
gesa.

Bila Islam mengecam tindakan yang tergesa-gesa, maka sebaliknya Islam


mengajarkan agar manusia bertindak secara teliti, jernih dan berwawasan ke depan.
Banyak sekali ayat-ayat Al-Quran yang mengisyaratkan ajaran ini. Misalnya firman
Allah dalam surat Adh-Dhuha:
Akhirat (masa depan) benar-benar lebih utama daripada yang pertama (dunia). (adh-
Dhuha: 4)
Ayat di atas menegaskan bahwa sesuatu yang berwawasan ke depan itu jauh lebih
baik daripada sesuatu yang hanya bersifat sekarang atau sesaat saja. Dalam dunia
ekonomi, pemikiran yang berwawasan jauh ke depan ini sering disebut dengan
investasi. Dalam perkembangan ekonomi modern, investasi merupakan salah satu
pilar penting untuk pengembangan bisnis yang baik. Bahkan semakin banyak orang
berinfestasi, maka semakin banyak pula dia akan mendapatkan keuntungan di masa
mendatang, karena uangnya akan aman dan keuntungan terus mengalir. Di antara
sebab keberhasilan jepang dalam meningkatkan perekonomiannya adalah karena
berprinsip pada sebuah jargon, To invest more and to consume less, yaitu
melakukan investasi lebih banyak dan sedikit mengkonsumsi barang.

Bila kita cermati, sebenarnya Islam, sedari awal telah mengajarkan betapa pentingnya
investasi dalam pengertian yang sangat luas. Islam mengajarkan bahwa seluruh
kehidupan ini pada dasarnya adalah jual beli sedangkan jual beli yang paling
menguntungkan adalah investasi. Dalam Al-Quran dijelaskan tentang dialog Nabi
bersama kaumnya yang membangkang:
..
Maukah kalian aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kalian
?dari azab yang pedih

Di sini Allah menjelaskan bahwa jual beli yang paling menguntungkan adalah
melakukan investasi untuk kelangsungan hidup di akhirat.

Pada dasarnya seluruh kehidupan kita adalah investasi-investasi. Apa yang kita
lakukan pada saat ini akan berakibat pada kehidupan berikutnya. Misalnya, seseorang
yang belajar di sebuah madrasah, pada dasarnya dia telah melakukan investasi untuk
dirinya sendiri, keluarga dan bangsanya. Dengan belajar itu maka dia akan menjadi
pandai, bila dia pandai kelak dia akan mudah mendapat pekerjaan atau dapat
membuka lapangan pekerjaan sendiri.

Intinya Islam sangat menganjurkan agar kita selalu berpikir tentang masa depan dan
masa depan itu lebih baik daripada masa sekarang. Pada hakikatnya, apa yang kita
lakukan pada saat ini baru akan kita rasakan manfaat dan mudharatnya pada masa
yang akan datang. Perbuatan baik yang kita lakukan pada saat ini, akan berbuah baik
pula di masa yang akan datang dan sebaliknya, jka kita berbuat sesuatu yang tercela
pada hari ini, maka dia akan berbuah sesuatu yang buruk pula di masa yang akan
datang. Wallahu alam bishawab.

Vous aimerez peut-être aussi