Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan yang telah memberikan segala karunia dan
nikmat kepada hamba-Nya sehingga hamba-Nya harus tunduk dan menyembah-Nya dengan
penuh ketaatan. Seuntai kalimat syukur penulis panjatkan keharibaan Allah SWT, yang
berkat rahmat dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang sangat
sederhana ini.
Shalawat dan salam keberkahan semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi kita,
Muhammad Saw, kepada keluarganya dan sahabatnya hingga kita sebagai umatnya.
dari penulis dalam memenuhi tugas individu pada mata kuliah Filsafat Barat dan merupakan
bahan/ materi untuk seminar di kelas. Penulis menyadari akan kekhilafan dan kekurangan
dalam pembahasan atau dalam penuturan bahasanya. Oleh karenanya penulis berharap
sumbangan kritik yang kontruktif dari para pembaca demi perbaikan di masa mendatang.
Penulis
1
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ........................................................................................... 8
2
BAB 1
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat menyusun beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat skolastik ?
2. Bagaimanakah perkembangan filsafat skolastik ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian filsafat skolastik.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Filsafat barat abad petengahan (476-1492) dapat dikatakan sebagai “abad gelap”
karena berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja, saat itu tindakan gereja sangat
membelenggu kehidupan manusia, sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk
mengembangkan potensi dirinya. Semua hasil-hasil pemikiran manusia diawasi oleh kaum
gereja dan apabila terdapat pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, maka orang
yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman yang berat.1
Masa abad pertengahan dibagi menjadi 2 (dua) masa yaitu masa Patristik dan masa
Skolastik2. Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti
sekolah. Atau dari kata schuler yang mempunyai arti kurang lebih sama yaitu ajaran atau
sekolahan. Yang demikian karena sekolah yang diadakan oleh Karel Agung yang
mengajarkan apa yang diistilahkan sebagai artes liberales (seni bebas) meliputi mata
pelajaran gramatika, geometria, arithmatika, astronomi, musika, dan dialektika. Dialektika
ini sekarang disebut logika dan kemudian meliputi seluruh filsafat.3 Jadi, skolastik berarti
aliran atau yang berkaitan dengan sekolah.
Kata skolastik menjadi istilah bagi filsafat pada abad 9 s/d 15 yang mempunyai corak
khusus yaitu filsafat yang dipengaruhi agama.4 Perkataan skolastik merupakan corak khas
dari sejarah filsafat abad pertengahan. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada
teologi atau filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat
ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk5.
Sebutan skolastik mengungkapkan, bahwa ilmu pengetahuan abad pertengahan
diusahakan oleh sekolah-sekolah, dan bahwa ilmu itu terikat pada tuntutan pengajaran di
1
Ahmad Sadali dan Mudzakir, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), Cet. I, h. 80-81.
2
Asmoro Asmadi, Filsafat Umum, (Bandung: PT. Raja Grafindo Persada,2000), h.
3
Ahmad Sadali dan Mudzakir, Filsafat..., h. 81.
4
Selanjutnya dilihat dari sudut pandang pengaruh agama, skolastik ini dibagi dua yaitu Scholastik
Islam dan Scholastik Kristen, namun dalam makalah ini penulis memfokuskan pembicaraan pada Scholastik
Kristen (Barat). Lebih jelas bisa dilihat; Ahmad Sadali dan Mudzakir, Filsafat..., h. 81-91.
5
Http://www.homeartikel.co.cc/2009/06/filsafat-skolastik.html
4
sekolah-sekolah itu. Pada waktu itu rencana pelajaran sekolah-sekolah meliputi suatu studi
duniawi yang terdiri dari 7 kesenian bebas (artes liberalis) yang dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu: Trivium, 3 mata pelajaran bahasa, yang meliputi Tata Bahasa, Retorika dan Dialektika
(yaitu semacam tehnik berdiskusi), yang dimaksud sebagai Pendidikan Umum, dan
Quadravium, 4 mata pelajaran matematika, yang meliputi Ilmu Hitung, Ilmu Ukur, Ilmu
Perbintangan dan Musik, yang dimaksud bagi mereka yang ingin belajar lebih tinggi
(teologia) atau ingin menjadi sarjana. Dari sini jelas, bahwa dialektika termasuk pendidikan
yang lebih rendah (trivium), sebagai persiapan bagi quadrivium, yang dipandang lebih tinggi
kedudukannya dari pada mata pelajaran bahasa. Akan tetapi di sepanjang perjalanan abad ke
abad keadaanpun berubah. Buku-buku pegangan dialektika lama-kelamaan diganti dengan
karangan-karangan Aristoteles mengenai logika, sedang dalam perkembangannya yang lebih
lanjut lagi pelajaran Artes Liberales makin diubah menjadi studi filsafat, terutama filsafat
Aristoteles. Demikianlah filsafat menjadi penting6.
Pada dasarnya sampai pertengahan abad ke 12 orang-orang Barat belum pernah
mengenal filsafat Aristoteles secara keseluruhan. Scholastik Islam-lah yang membawakan
perkembangan filsafat di Barat, terutama berkat tulisan dari para ahli pikir Islam seperti Ibnu
Rusyd. Peran ahli pikir Islam ini besar sekali, tidak hanya dalam pemikiran filsafat saja, akan
tetapi juga memberi sumbangan yang tidak kecil bagi bangsa Eropa, yaitu dalam bidang ilmu
pengetahuan. Namun setelah pemikiran-pemikiran Islam ini masuk ke Eropa, banyak buku
filsafat dan peranan para ahli pikir Islam atas kemajuan dan peradaban Barat sengaja
disembunyikan karena mereka (Barat) tidak mengakui secara terus terang jasa para ahli pikir
Islam itu dalam mengantarkan kemoderatan Barat.7
6
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1.(Yogyakarta: Kanisius, 1980), h. 87-88.
7
Ahmad Sadali dan Mudzakir, Filsafat..., h. 82.
8
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), Cet.
I, h. 73.
9
Ahmad Sadali dan Mudzakir, Filsafat..., h. 91.
5
Karena situasi yang ricuh, tidak banyak pemikiran filsafati yang patut ditampilkan
pada masa ini. Namun, ada beberapa tokoh dan situasi penting yang harus diperhatikan dalam
memahami filsafat masa ini.
1. Augustinus (354-430)
Menurutnya, dibalik keteraturan dan ketertiban alam semesta ini pasti ada
yang mengendalikan, yaitu Tuhan. Kebenaran mutlak ada pada ajaran agama.
Kebenaran berpangkal pada aksioma bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah dari
yang tidak ada (creatio ex nihilo). Kehidupan yang terbaik adalah kehidupan bertapa,
dan yang terpenting adalah cinta pada Tuhan
2. Boethius (480-524 M)
Dalam usianya yang ke 44 tahun, mendapat hukuman mati dengan tuduhan
berkomplot. Ia dianggap sebagai filosof akhir Romawi dan filosof pertama Skolastik.
Jasanya adalah menterjemahkan logika Aristoteles ke dalam bahasa latin dan menulis
beberapa traktat logika Aristoteles. Ia adalah seorang guru logika pada abad
pertengahan dan mengarang beberapa traktat teologi yang dipelajari sepanjang abad
pertengahan.
3. Kaisar Karel Agung
Ia memerintah pada awal abad ke-9 yang telah berhasil mencapai stabilitas
politik yang besar. Hal ini menyebabkan perkembangan pemikiran kultural berjalan
pesat. Pendidikan yang dibangunnya terdiri dari tiga jenis yaitu pendidikan yang
digabungkan dengan biara, pendidikan yang ditanggun keuskupan, dan pendidikan
yang dibangun raja atau kerabat kerajaan.10
4. Santo Anselmus (1033-1109)
Ciri khas filsafat abad pertengahan ini terletak pada rumusan Santo Anselmus
yaitu credo ut intelligam (saya percaya agar saya paham). Filsafat ini jelas berbeda
dengan sifat filsafat rasional yang lebih mendahulukan pengertian dari pada iman.
5. Peter Abaelardus (1079-1142)11
Eropa membuka kembali kebebasan berpikir yang dipelopori oleh Peter
Abelardus. Ia menginginkan kebebasan berpikir dengan membalik diktum
Augustinus-Anselmus credo ut intelligam dan merumuskan pandangannya sendiri
10
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat..., h. 73.
11
Pada referensi lain Peter Abaelardus hidup th 1079-1180 M. Lihat, Ahmad Sadali dan Mudzakir,
Filsafat..., h. 93.
6
menjadi intelligo ut credom (saya paham supaya saya percaya). Peter Abelardus
memberikan status yang lebih tinggi kepada penalaran dari pada iman.12
Pada masa Skolastik awal, filsafat bertumpu pada alam pikiran dan karya-karya
Kristianai. Tetapi sejak pertengahan abad ke-12 karya-karya non Kristiani mulai muncul dan
filosuf Islam mulai berpengaruh. Dan pada masa in merupakan kejayaan Skolastik yang
berlangus dari abad 1200-1300 M, yang disebut juga masa berbunga karena bersamaan
dengan munculnya beberapa universitas dan ordo-ordo yang menyelenggarakan pendidikan
ilmu pengetahuan.
Abad ke-13 menjadi abad kejayaan skolastik. Ada beberapa faktor yang memberi
sumbangan yang berguna bagi kejayaan skolastik antara lain:
1. Mulai abad ke-12 ada hubungan-hubungan baru dengan dunia pemikiran Yunani dan
dunia pemikiran Arab, yaitu dengan peradaban Yunani dari Italia Selatan dan Silsilia
dan dengan kerajaan Bizantium di satu pihak, dan peradaban arab yang ada di
Spanyol di lain pihak. Melalui karya orang-orang Arab dan Yahudi Eropa Barat mulai
lebih mengenal karya-karya Aristoteles, yang semula memang kurang dikenal.
Kecuali melalui karya orang-orang Arab tulisan-tulisan Aristoteles dikenal melalui
karya para bapak gereja Timur, yang sejak zaman itu dikenal juga.
2. Timbulnya universitas-universitas. Didirikannya Universitas Almamater di Paris yang
merupakan gabungan dari beberapa sekolah. Dan universitas inilah yang menjadi
awal (embrio) berdirinya universitas di Paris, Oxford, Mont Pellier, Cambridge dan
lainnya.13 Pada abad pertengahan, umumnya universitas terdiri atas empat fakultas,
yaitu kedokteran, hukum, sastra (fakultas Atrium), dan teologi.14
3. Timbulnya ordo-ordo baru, yaitu ordo Fransiskan (didirikan 1209 M.) dan ordo
Dominikan (didirikan 1215 M.)15. Ordo-ordo ini muncul karena banyaknya perhatian
orang terhadap ilmu pengetahuan, sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk
memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh
terhadap kehidupan kerohanian dimana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang
12
Http://anungadhy-uin-bi-2b.blogspot.com/2008/07/filsafat-skolastik-dan-pendapat-dari.html. tgl 1
Maret 2010.
13
Ahmad Sadali dan Mudzakir, Filsafat..., h. 94.
14
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat..., h. 75.
15
Harun Hadiwijono, Sari…, h. 99 - 100.
7
peranan di bidang filsafat dan teologi, seperti; Albertus de Grote, Thomas Aquines,
Binaventura, J.D. Scotus, William Ocham.16
8
pandangannya. Dunia ini dan hidup manusia terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat adikodrati
dan kodrati, tingkat atas dan bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya dapat dipahami dengan
mempergunakan akal. Hidup kodrati ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi sempurna
kalau disempurnakan oleh hidup rahmat (adikodrati). "Tabiat kodrati bukan ditiadakan,
melainkan disempurnakan oleh rahmat," demikian kata Thomas Aquinas19.
19
Http://anungadhy-uin-bi-2b.blogspot.com/2008/07/filsafat-skolastik-dan-pendapat-dari.html. tgl 1
Maret 2010.
20
Ahmad Sadali dan Mudzakir, Filsafat..., h. 99.
9
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis membahas tentang filsafat skolastik pada bab sebelumnya, maka
penulis hendak mengambil kesimpulan pembahasan ini sebagai berikut :
Filsafat barat abad petengahan (476-1492) dapat dikatakan sebagai “abad gelap”
karena berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja, saat itu tindakan gereja sangat
membelenggu kehidupan manusia, sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk
mengembangkan potensi dirinya. Masa abad pertengahan dibagi menjadi 2 (dua) masa yaitu
masa Patristik dan masa Skolastik. Aliran skolastik berkaitan dengan sekolah dan merupakan
corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Filsafat skolastik adalah filsafat yang
mempunyai corak semata-mata agama, filsafat yang mengabdi kepada teologi, atau filsafat
yang rasional memecahkan persolan-persoalan mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian,
kerohanian, baik buruk, filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan kodrat, akan dimasukkan
ke dalam bentuk sintesa yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal, filsafat Nasrani,
karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja. Dengan demikian Sebutan skolastik
mengungkapkan, bahwa ilmu pengetahuan abad pertengahan diusahakan oleh sekolah-
sekolah, dan bahwa ilmu itu terikat pada tuntutan pengajaran di sekolah-sekolah itu. Ahli
pikir skolastik antara lain, Augustinus, Santo Anselmus, Peter Abaelardus, Thomas Aquinas,
William Ockham.
Sebagai manusia penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, nampaknya masih banyak yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, penulis berharap
adanya saran dan kritikan para pembaca makalah ini yang sifatnya membangun, demi
perbaikan dimasa yang akan datang. Walaupun demikian, penulis sudah berusaha untuk
mempersembahkan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Penulis mengucapkan terima kasih
banyak kepada pihak-pihak yang turut serta mendorong dan membantu penulis untuk
menyelesaikan makalah ini
Akhirnya, hanya kepada Allah jualah penulis berharap agar makalah ini benar-benar
bermanfa'at. Semoga amal ibadah dan kerja keras kita senantiasa mendapatkan ridha,
ampunan dan pahala dari Allah SWT. Amiin.
10
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani. Filsafat Umum, Bandung Pustaka Setia, Cet.
I, 2008.
Syadali, Ahmad dan Mudhzakir. Filsafat Umum, Bandung: Pustaka Setia, Cet. I. 1999.
Http://gilanguinbi-2a.blogspot.com/2008/07/tugas-filsafat-filsafat-skolastik-dari.html.
Diambil pada tanggal 7 maret 2010
Http://anungadhy-uin-bi-2b.blogspot.com/2008/07/filsafat-skolastik-dan-pendapat-dari.html.
Diambil tgl 1 Maret 2010.
11