Vous êtes sur la page 1sur 11

ANALISIS PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN DAN

IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBANGUNAN


PERTANIAN
Muhammad Iqbal

Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Jalan Ahmad Yani 70, Bogor 16161

ABSTRAK
Gambaran selama ini menunjukkan bahwa implementasi program pembangunan pertanian relatif menjadi ranahnya
para pemangku kepentingan utama yang secara signifikan berpengaruh atau memiliki posisi penting atas
keberlangsungan kegiatannya. Sementara itu, peran pemangku kepentingan lainnya yang terkena dampak, baik
positif (penerima manfaat) maupun negatif (di luar kesukarelaan) dari suatu kegiatan, relatif kurang dilibatkan
secara hakiki. Oleh karena itu, pemahaman terhadap keberadaan (eksistensi) pemangku kepentingan mutlak
diperlukan. Tulisan ini memaparkan kajian tentang eksistensi berikut penelaahan pemangku kepentingan dalam
implementasi program pembangunan pertanian. Beberapa aspek penting dalam analisis pemangku kepentingan
berkaitan dengan proses identifikasi, partisipasi, dan fasilitasi. Peran pemangku kepentingan seyogianya diwujudkan
dalam wadah (forum) organisasi guna penyamaan persepsi, jalinan komitmen, keputusan kolektif, dan sinergi
aktivitas dalam menunjang kelancaran program pembangunan pertanian.
Kata kunci: Pemangku kepentingan, analisis, pembangunan pertanian

ABSTRACT

Stakeholder’s role analysis and its implementation in agricultural development

Empirically, key stakeholders who significantly influence or have a central position towards its activities relatively
dominated implementations of agricultural development programs. Meanwhile, the role of other stakeholders who
are positively affected (beneficiaries) as well as negatively influenced (out of voluntary action) is a less essentially
involved. Thus, understanding the existence of stakeholders is considered necessary. This paper reviewed the
existence of stakeholders and its role in agricultural program implementation. Some important aspects in stakeholder
analysis were anchored in the process of identification, participation, and facilitation. Concretely, the role of
stakeholders should be organized in stakeholders’ forum to create equal perception, commitment network, collective
decision, and synergic activity to ensure the implementation of agricultural development programs.
Keywords: Stakeholders, analysis, agricultural development

P embangunan pertanian merupakan


salah satu tulang punggung pem-
bangunan nasional dan implementasinya
kelembagaan pertanian yang kokoh, 2)
meningkatkan pemanfaatan sumber daya
pertanian secara berkelanjutan, 3) me-
rakat pertanian, dan 4) terhapusnya ke-
miskinan di sektor pertanian serta me-
ningkatnya pendapatan petani (Depar-
harus sinergis dengan pembangunan mantapkan ketahanan dan keamanan temen Pertanian 2004).
sektor lainnya. Pelaku pembangunan pangan, 4) meningkatkan daya saing dan Dalam rangka mewujudkan tujuan
pertanian meliputi departemen teknis nilai tambah produk pertanian, 5) me- dan sasaran pembangunan pertanian,
terkait, pemerintah daerah, petani, pihak numbuhkembangkan usaha pertanian implementasinya tidak dapat dilepaskan
swasta, masyarakat, dan pemangku ke- yang dapat memacu aktivitas ekonomi dari ketatalaksanaan program/kegiatan, di
pentingan (stakeholders) lainnya. pedesaan, dan 6) membangun sistem mana secara konseptual program di-
Koordinasi di antara pelaku pembangunan ketatalaksanaan pembangunan pertanian formulasikan untuk rancangan pem-
pertanian merupakan kerangka mendasar yang berpihak kepada petani. Sementara bangunan yang selanjutnya diimplemen-
yang harus diwujudkan guna mencapai itu, sasaran pembangunan pertanian yaitu: tasikan dalam kegiatan. Namun seiring
tujuan dan sasaran yang ditetapkan. 1) terwujudnya sistem pertanian industrial penerapan sistem desentralisasi dan oto-
Tujuan pembangunan pertanian adalah: yang memiliki daya saing, 2) mantapnya nomi daerah, konsep pelaksanaannya
1) membangun sumber daya manusia ketahanan pangan secara mandiri, 3) ter- diarahkan pada perluasan peran pe-
aparatur profesional, petani mandiri, dan ciptanya kesempatan kerja bagi masya- merintah daerah dan segenap pemangku

Jurnal Litbang Pertanian, 26(3), 2007 89


kepentingan. Sementara itu, peran pe- Definisi Pemangku Kepentingan baik positif maupun negatif, dari hasil
merintah pusat lebih difokuskan pada pelaksanaan kegiatan. Secara garis besar,
koordinasi dan pembinaan. Dari aspek semantik, pemangku kepenting- pemangku kepentingan dapat dibedakan
Pada hakekatnya, pembangunan per- an didefinisikan sebagai perorangan, atas tiga kelompok (Crosby 1992), yaitu:
tanian diimplementasikan dalam berbagai organisasi, dan sejenisnya yang memiliki 1) Pemangku kepentingan utama, yakni
kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut andil atau perhatian dalam bisnis atau yang menerima dampak positif atau
antara lain mencakup: 1) penerapan ber- industri (Hornby 1995). Dalam konteks negatif (di luar kerelaan) dari suatu
bagai pola pemberdayaan masyarakat sektor pertanian, secara organisasi pe- kegiatan.
sebagai pelaku pembangunan agribisnis, mangku kepentingan dapat dikategorikan 2) Pemangku kepentingan penunjang,
terutama petani, 2) fasilitasi terciptanya dalam lingkup yang lebih luas, yakni adalah yang menjadi perantara dalam
iklim yang kondusif bagi perkembangan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat membantu proses penyampaian ke-
kreativitas dan kegiatan ekonomi masyara- (LSM), sektor swasta, dan komunitas. Se- giatan. Mereka dapat digolongkan atas
kat, 3) penyediaan prasarana dan sarana cara perorangan atau kelompok, pemangku pihak penyandang dana, pelaksana,
fisik oleh pemerintah dengan fokus pe- kepentingan mencakup aparat pemerintah pengawas, dan organisasi advokasi
menuhan kebutuhan publik yang men- (lingkup nasional hingga lokal), peneliti, seperti organisasi pemerintahan, LSM,
dukung sektor pertanian serta lingkungan penyuluh, petani (kontak tani, pemilik, dan pihak swasta. Dalam beberapa ke-
bisnis secara luas, dan 4) akselerasi pem- penggarap, buruh tani), pedagang (sarana giatan, pemangku kepentingan pe-
bangunan wilayah dan stimulasi tumbuh- produksi dan hasil pertanian), penyedia nunjang dapat merupakan perorangan
nya investasi masyarakat serta dunia jasa (alsintan dan transportasi), dan pihak- atau kelompok kunci yang memiliki
usaha (Departemen Pertanian 2002). pihak terkait lainnya. kepentingan baik formal maupun
Secara empiris, implementasi prog- Dalam implementasi program pem- informal.
ram pembangunan pertanian selama ini bangunan, pemangku kepentingan me- 3) Pemangku kepentingan kunci, yakni
dapat dikatakan cenderung menjadi miliki definisi dan pengertian yang ber- yang berpengaruh kuat atau penting
ranahnya para pemangku kepentingan aneka ragam. Istilah pemangku kepenting- terkait dengan masalah, kebutuhan,
utama yang secara signifikan berpengaruh an digunakan untuk mendeskripsikan dan perhatian terhadap kelancaran
atau memiliki posisi penting atas keber- komunitas atau organisasi yang secara kegiatan.
langsungan kegiatan pembangunan permanen menerima dampak dari aktivitas
tersebut. Pemangku kepentingan demikian atau kebijakan, di mana mereka berkepen-
dapat digolongkan sebagai pihak pe- tingan terhadap hasil aktivitas atau ke-
nyandang dana, pelaksana kegiatan, bijakan tersebut. Hal ini perlu disadari, Partisipasi Pemangku
organisasi pengawas dan advokasi, yang mengingat masyarakat tidak selalu me- Kepentingan
secara implisit adalah pemerintah. Semen- nerima dampak secara adil. Sebagian
tara itu, peran pemangku kepentingan masyarakat mungkin menanggung biaya Pemangku kepentingan dapat dikategori-
lainnya yang terkena dampak, baik positif dan sebagian masyarakat lainnya justru kan sebagai pelaku, sedangkan partisipasi
(penerima manfaat) maupun negatif (di luar memperoleh manfaat dari suatu kegiatan merupakan media dalam mencapai tujuan
kesukarelaan) dari suatu kegiatan, relatif atau kebijakan (Race dan Millar 2006). pelaksanaan kegiatan. Melalui partisipasi,
kurang dilibatkan secara hakiki. Gonsalves et al. (2005) mendeskripsi- pemangku kepentingan diharapkan mam-
Berdasarkan gambaran di atas, pe- kan pemangku kepentingan atas siapa pu memformulasikan dan sekaligus meng-
mahaman terhadap keberadaan (eksis- yang memberi dampak dan/atau siapa implementasikan aksi bersama.
tensi) pemangku kepentingan mutlak yang terkena dampak kebijakan, program, Selener (1997) mengklasifikasikan
diperlukan. Tulisan ini memaparkan kajian dan aktivitas pembangunan. Mereka bisa partisipasi atas dua tipe. Pertama, partisi-
tentang pengertian berikut penelaahan laki-laki atau perempuan, komunitas, pasi teknis yang dapat mempengaruhi para
pemangku kepentingan dalam pem- kelompok sosial ekonomi, atau lembaga pemegang kekuasaan untuk mengakomo-
bangunan pertanian. dalam berbagai dimensi pada setiap dasikan kebutuhan mereka. Partisipasi tipe
tingkat golongan masyarakat. Setiap ini relatif tidak bermuara pada pember-
kelompok ini memiliki sumber daya dan dayaan atau perubahan sosial masyarakat.
kebutuhan masing-masing yang harus Kedua, partisipasi politis yang memiliki
EKSISTENSI PEMANGKU terwakili dalam proses pengambilan kemampuan dalam pengambilan langkah
KEPENTINGAN keputusan dalam kegiatan pembangunan. pengawasan terhadap suatu kondisi dan
Perlu dicatat bahwa pengambilan keputus- situasi tertentu. Partisipasi tipe ini mampu
Paling tidak ada dua aspek yang berkaitan an tidak dapat dilaksanakan secara efektif meningkatkan aksi swadaya dalam pe-
erat dengan eksistensi pemangku ke- oleh satu kelompok tertentu. ngembangan dan penguatan kelembagaan.
pentingan dalam implementasi program Paling tidak ada empat alasan pen-
pembangunan pertanian, yaitu klasifikasi tingnya partisipasi dalam menunjang
dan partisipasi pemangku kepentingan. Klasifikasi Pemangku keberhasilan suatu program/kegiatan
Namun, sebelum menelaah lebih lanjut Kepentingan (Krishna dan Lovell 1985). Pertama, parti-
mengenai kedua aspek tersebut, terlebih sipasi diperlukan untuk meningkatkan
dahulu perlu dipahami definisi atau pe- Pemangku kepentingan adalah perorang- rencana pengembangan program/kegiatan
ngertian tentang pemangku kepentingan an dan kelompok yang secara aktif terlibat secara umum dan kegiatan prioritas secara
itu sendiri. dalam kegiatan, atau yang terkena dampak, khusus. Kedua, partisipasi dikehendaki

90 Jurnal Litbang Pertanian, 26(3), 2007


agar implementasi kegiatan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Ketiga, partisipasi Tabel 1. Tipologi dan karakteristik partisipasi.
dibutuhkan untuk menjamin kelangsung-
an program/kegiatan. Keempat, partisipasi Tipologi Karakteristik
dapat meningkatkan kesetaraan dalam Partisipasi pasif Masyarakat berpartisipasi berdasarkan informasi yang mereka terima
implementasi kegiatan. Oleh karena itu, dari pihak luar tentang apa yang terjadi di lingkungan mereka
partisipasi merupakan suatu tatanan Partisipasi informasi Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab pertanyaan
mekanisme bagi para penerima manfaat ekstraktif yang diajukan pihak luar (misalnya peneliti dengan
dari suatu program/kegiatan. menggunakan kuesioner), di mana hasil temuan tidak dimiliki,
Pada umumnya para pemangku ke- dipengaruhi, dan diperiksa akurasinya oleh masyarakat
pentingan dalam implementasi program/ Partisipasi konsultasi Masyarakat berpartisipasi melalui konsultasi dengan pihak luar,
kegiatan terlibat secara semu (pasif). Pe- di mana pihak luar tersebut mengidentifikasi masalah dan sekaligus
mencarikan solusinya serta memodifikasi penemuan berdasarkan
tani, misalnya, hanya difungsikan sebagai respons masyarakat
target dan mereka berpartisipasi berdasar-
Partisipasi insentif Masyarakat berpartisipasi dengan menyediakan sumber daya,
kan informasi yang mereka dapatkan material misalnya tenaga kerja dan lahan untuk ditukar dengan insentif
mengenai apa yang terjadi di lingkungan material, namun partisipasi masyarakat terhenti seiring berakhirnya
mereka. Dengan kata lain, informasi dari imbalan insentif tersebut
target diinterpretasikan oleh pihak luar Partisipasi fungsional Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok dan
(kaum profesional dan ahli). Oleh karena melibatkan pihak luar dalam rangka menentukan tujuan awal
itu, pengenalan tentang tipologi dan program/kegiatan , di mana pada umumnya pihak luar terlibat setelah
tingkatan partisipasi perlu dipahami oleh keputusan rencana utama dibuat
semua pihak dalam penerapan program/ Partisipasi interaktif Masyarakat berpartisipasi dalam melakukan analisis kolektif dalam
kegiatan, khususnya di lingkup pem- perumusan kegiatan aksi melalui metode interdisiplin dan proses
pembelajaran terstruktur, di mana masyarakat mengawasi keputusan
bangunan pertanian. lokal dan berkepentingan dalam menjaga serta sekaligus memperbaiki
struktur dan kegiatan yang dilakukan
Partisipasi mobilisasi Masyarakat berpartisipasi dengan cara mengambil inisiatif dan tidak
Tipologi Partisipasi swadaya terikat dalam menentukan masa depan, di mana pihak luar hanya
diminta bantuan dan nasihat sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dalam pemanfaatan sumber daya
Secara tipologi, Pretty (1995) mengklasifi-
kasikan partisipasi atas tujuh karakteristik Sumber: Pretty (1995).
(Tabel 1). Dari ketujuh karakteristik ter-
sebut, partisipasi interaktif merupakan
jenis partisipasi pemangku kepentingan
yang dianggap paling sesuai dengan
implementasi program pembangunan dan transformatif. Jabaran lebih lanjut me- partisipasi ini, pemangku kepentingan
pertanian. Para pemangku kepentingan ngenai tipologi, pendekatan, dan manfaat berpartisipasi dalam menganalisis situasi,
harus terwakili secara khusus dalam partisipasi tersebut disajikan pada Tabel menentukan prioritas, perencanaan, im-
rancangan organisasi, di mana mereka 2. plementasi, serta monitoring dan evaluasi.
berpartisipasi dan sekaligus menjalani Dengan kata lain, masyarakat berkreasi
proses pembelajaran dalam pelaksanaan dan melalui partisipasi mereka bertang-
program pembangunan. Hal ini perlu di- Tingkat Partisipasi gung jawab atas kegiatan mereka sendiri.
sadari mengingat tidak semua pemangku Berdasarkan tingkat kedalaman,
kepentingan memiliki peluang dan Secara mendasar, partisipasi merupakan Hussein (2000) membedakan partisipasi
kesempatan yang sama, karena sebagian kunci utama dalam menjalin rasa saling me- menjadi partisipasi bersifat dangkal dan
dari mereka terbatas dalam hal kapasitas mahami, keterlibatan dalam implementasi partisipasi mendalam. Perbedaan antara
untuk berpartisipasi. Pengembangan kegiatan kolektif, dan kekuatan dalam keduanya antara lain terletak pada esensi,
kapasitas pemangku kepentingan me- membangkitkan pemberdayaan. Oleh kegiatan, dan tujuannya (Gambar 1). Se-
rupakan salah satu unsur efektif dalam karena itu, paling tidak tingkat partisipasi cara empiris, proses partisipasi dari yang
memotivasi mereka untuk berpartisipasi. dapat dikategorikan atas pertanggung- bersifat dangkal sampai yang mendalam
Berdasarkan hal ini, proses pembelajaran jawabannya, esensi kedalaman, tujuan, dimulai dari penggalian informasi secara
dan dukungan sistem yang memadai harus dan implementasinya . kualitatif dan semi-terstruktur (konsultatif),
dirancang secara khusus untuk menjawab Peringkat partisipasi berdasarkan diikuti oleh proses pengambilan keputus-
isu-isu yang relevan. pertanggungjawaban menurut Johnston an dalam menentukan kriteria indikator-
Fajber (2005) mengemukakan be- (1982) dapat dilihat pada Tabel 3. Dari indikator kunci untuk kalangan profesio-
berapa tipologi, pendekatan, dan proses kelima tingkat pertanggungjawaban nal, dan diakhiri dengan penentuan
partisipasi pemangku kepentingan, khu- tersebut, partisipasi kreativitas dapat indikator-indikator yang terkait dengan
susnya institusi pelaksana dan penerima dikategorikan sebagai tingkatan yang implementasi suatu kegiatan.
manfaat program pembangunan. Tipologi paling cocok untuk partisipasi pemangku Arnstein (1969) membagi partisipasi
partisipasi dibedakan atas empat aspek, kepentingan dalam implementasi program masyarakat dalam implementasi program
yaitu nominal, instrumental, representatif, pembangunan pertanian. Pada tingkat pembangunan partisipatif berdasarkan

Jurnal Litbang Pertanian, 26(3), 2007 91


Secara implisit, anak tangga parti-
Tabel 2. Tipologi, pendekatan, dan manfaat partisipasi bagi pemangku sipasi tersebut mengisyaratkan bahwa
kepentingan dalam implementasi program/kegiatan pembangunan. intervensi dari pemerintah diperlukan guna
meyakinkan para pemangku kepentingan
Pendekatan dan sekaligus penerima manfaat pem-
Tipologi Manfaat
Pelaksana Penerima manfaat
bangunan dalam menentukan pengambil-
an keputusan di antara mereka. Dengan
Nominal Legitimasi Masukan (menjaga Hubungan kondusif kata lain, intervensi pemerintah dibutuh-
(menunjukkan akses terhadap manfaat antarpemangku
eksistensi terkait kegiatan potensial) kepentingan
kan untuk memotivasi masyarakat dalam
dengan kegiatan) merealisasikan pembangunan dari bawah
Instrumental Efisiensi Biaya (memanfaatkan Pencapaian
(buttom-up approach).
(mengefisienkan alokasi waktu dan efisiensi dalam
kontribusi masyarakat tenaga kerja secara pemanfaatan
dan mengefektifkan tepat) sumber daya lokal ANALISIS PEMANGKU
pelaksanaan kegiatan)
KEPENTINGAN
Representatif Keberlanjutan Kekuatan Masyarakat mampu
(menghindari (mempengaruhi menentukan
ketergantungan) ketatalaksanaan kegiatan Analisis pemangku kepentingan ber-
kegiatan) pembangunan manfat dalam pengidentifikasian ko-
Transformatif Pemberdayaan Pemberdayaan Terciptanya munitas atau kelompok masyarakat yang
(memperkuat (meningkatkan dinamika paling banyak kena pengaruh (dampak)
kemampuan kemampuan dalam keberlanjutan dari suatu kegiatan pembangunan (Race
masyarakat dalam pengambilan keputusan kegiatan dan Millar 2006). Analisis ini juga
pengambilan dan aksi kegiatan)
keputusan dan aksi
bermanfaat dalam menentukan prioritas
kegiatan) mengenai komunitas atau kelompok
masyarakat yang dibutuhkan dalam
Sumber: Fajber (2005).
implementasi kegiatan dan manfaat
pembangunan bagi mereka.
Suatu kegiatan dapat memberikan
Tabel 3. Tingkat partisipasi dan pertanggungjawabannya.
manfaat bagi sebagian masyarakat, namun
Tingkat partisipasi Tanggung jawab dapat pula merugikan sebagian masyara-
kat lainnya. Oleh karena itu, analisis pe-
Partisipasi berdasarkan Masyarakat tidak berperan dalam pengambilan keputusan,
mangku kepentingan biasanya berhu-
pesanan atau tekanan melainkan hanya berpartisipasi menyediakan tenaga kerja
dan materi untuk suatu kegiatan bungan dengan beberapa elemen seperti
eksistensi kelompok masyarakat, dampak,
Partisipasi sukarela Masyarakat dapat menggunakan kebebasan untuk
berpartisipasi atau tidak dalam suatu kegiatan dan konsekuensi yang muncul dari pe-
laksanaan program pembangunan.
Partisipasi memberi saran Masyarakat memperoleh kesempatan lebih luas untuk
berpartisipasi dalam suatu kegiatan sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepada mereka
Partisipasi inisiatif Masyarakat berpartisipasi dengan cara mengambil inisiatif Intisari Analisis Pemangku
untuk kelancaran suatu kegiatan Kepentingan
Partisipasi kreativitas Masyarakat berpartisipasi dalam menganalisis situasi,
menentukan prioritas, perencanaan, implementasi, serta Race dan Millar (2006) menekankan
monitoring dan evaluasi beberapa intisari dalam analisis pemangku
Sumber: Johnston (1982). kepentingan yang perlu mendapatkan
perhatian, yaitu: 1) pemangku kepenting-
an itu sendiri (individu atau kelompok
yang memiliki atau terkena pengaruh dari
kegiatan pembangunan), 2) partisipasi
delapan anak tangga yang dikelompokkan kat sudah memiliki suara, namun peng- (keterlibatan), dan 3) keterkaitan sebagai
atas tiga tingkat (Tabel 4). Anak tangga ambilan keputusan masih berada di tangan bentuk dari partisipasi yang bersifat lebih
pertama dan kedua diklasifikasikan se- pemegang kekuasaan. Partisipasi demikian dari sekedar konsultasi. Di samping itu,
bagai non-partisipasi. Sementara itu, anak tergolong ke dalam kategori partisipasi dalam analisis pemangku kepentingan
tangga ketiga sampai kelima dikategorikan semu. Partisipasi riil dimulai pada anak perlu juga dipahami alur lingkaran opera-
sebagai partisipasi bersifat dorongan. tangga keenam yang ditandai dengan sionalisasi kegiatan mengingat implemen-
Anak tangga keenam hingga kedelapan proses negosiasi. Pada anak tangga ke- tasi program pembangunan umumnya
dikelompokkan sebagai partisipasi tujuh dan kedelapan, masyarakat men- memiliki dimensi sosial dalam setiap tahap
berdasarkan kekuatan warga masyarakat dapatkan peluang secara mayoritas dalam pelaksanaannya.
(power of citizen). pengambilan keputusan yang sekaligus Partisipasi akan lebih mengena jika
Partisipasi boleh dikatakan dimulai mengarahkan mereka kepada pember- dapat melahirkan keputusan penting yang
pada anak tangga ketiga di mana masyara- dayaan. memiliki dampak dan bermanfaat nyata

92 Jurnal Litbang Pertanian, 26(3), 2007


tingkat kepuasan pemangku kepentingan.
Namun demikian, beberapa faktor seperti
Partisipasi dangkal Partisipasi dalam kelemahan, keterbatasan, dan konflik


harus dihindari dan dikelola guna mem-
perlancar pelaksanaan pembangunan
Fungsional Pemberdayaan pertanian. Faktor-faktor tersebut antara


lain berkaitan dengan waktu dan dana,
dominasi dan perbedaan pendapat para
pemangku kepentingan, ketersediaan
Partisipasi Partisipasi
informasi, keterampilan instruktur pe-


sebagai alat sebagai tujuan
latihan, dan kemacetan implementasi
kegiatan. Oleh karena itu, perlu diperhati-
Kerja sama Inisiasi kan dan dipahami beberapa aspek seperti


informasi tindakan visi, perencanaan, tujuan dan sasaran,
masukan, tindakan, hasil, dan perolehan
hasil operasionalisasi kegiatan pemba-
Penggalian Penggalian Penggalian Analisis perubahan
ngunan pertanian (Gambar 2).


informasi informasi informasi dan intervensi
Gambaran mengenai proses pem-
belajaran dan keterlibatan pemangku
kepentingan dalam implementasi program
Gambar 1. Karakteristik tingkat kedalaman partisipasi. pembangunan pertanian dapat dilihat
pada Gambar 3. Proses tersebut meliputi:
1) persiapan (identifikasi dan pemaduan
pemangku kepentingan, identifikasi
Tabel 4. Anak tangga dan tingkat kelompok partisipasi masyarakat dalam kerangka kerja dalam hal pengembangan
implementasi program/kegiatan pembangunan partisipatif. informasi, pemahaman terhadap pengelola
dan pengguna sumber daya, dan pemilih-
Urutan Tangga partisipasi Tingkat kelompok partisipasi an opsi kegiatan), 2) implementasi (andil,
1 Penanganan Non-partisipasi penggunaan, dan stimulasi pengetahuan),
2 Terapi dan 3) evaluasi terhadap proses dan per-
3 Informasi Partisipasi dorongan (tokenism) olehan hasil pelaksanaan program pem-
4 Konsultasi bangunan pertanian (Arthur dan Garaway
5 Konsiliasi 2005).
6 Kemitraan Partisipasi berdasarkan kekuatan warga
7 Pendelegasian kekuatan masyarakat (power of citizen)
8 Pengawasan oleh masyarakat
Implementasi Analisis
Sumber: Arnstein (1969). Pemangku Kepentingan

Secara garis besar, analisis pemangku


kepentingan perlu mengakomodasi be-
berapa komponen (Race dan Millar 2006),
terkait dengan perubahan sosial ekonomi Beberapa hal perlu dipertimbangkan yaitu: 1) komunitas atau kelompok
para pemangku kepentingan dari suatu dalam proses memadupadankan parti- masyarakat yang berhubungan dengan
kegiatan pembangunan pertanian. Oleh sipasi pemangku kepentingan dalam kepentingan suatu kegiatan, 2) isu utama
karena itu, dalam rangka merangkul pe- implementasi program pembangunan berdasarkan pengalaman masyarakat, 3)
mangku kepentingan, diperlukan beberapa pertanian. Race dan Millar (2006) men- dampak positif dan negatif kegiatan ter-
upaya sebagai berikut: 1) membangkitkan jabarkannya sebagai berikut: 1) kejelasan hadap mata pencaharian masyarakat, 4)
rasa kepemilikan pemangku kepentingan tujuan, 2) identifikasi pemangku ke- strategi untuk mengurangi atau meng-
terhadap proses dan pencapaian hasil ke- pentingan yang akan terlibat atau hanya hindari dampak negatif kegiatan, dan 5)
giatan, 2) meningkatkan hubungan dan sekedar diinformasikan, 3) peluang setiap implementasi program aksi.
pemahaman kolektif antarberbagai pe- tahap partisipasi terkait dengan situasi Crosby (1992) mengemukakan dua
mangku kepentingan, 3) meningkatkan lingkungan, 4) spesifikasi kebutuhan kata kunci dalam analisis pemangku ke-
kredibilitas pelaksanaan program pem- sesuai dengan kondisi kelompok tidak pentingan, yaitu kepentingan (interest)
bangunan, 4) menggunakan pengetahuan mampu, terpisah, lokal, wanita, korporasi, dan pengaruh (influence). Meskipun ke-
dan pengalaman pemangku kepentingan, dan lainnya, 5) variasi media, 6) keter- pentingan cukup sulit didefinisikan,
5) mengembangkan kapasitas dan pe- sediaan data dan informasi bagi semua esensinya dapat diperoleh melalui analisis
mahaman antarpemangku kepentingan, yang terlibat, 7) alokasi waktu dalam proses sosial (untuk pemangku kepentingan
dan 6) mengoptimalkan pengambilan pembelajaran bersama secara partisipatif, utama) dan dokumen kelembagaan (untuk
keputusan dan perolehan hasil kegiatan 8) arus dan alur komunikasi, serta 9) pemangku kepentingan penunjang). Se-
(Race dan Millar 2006). evaluasi terhadap perolehan hasil dan cara ringkas, kepentingan yang dimaksud

Jurnal Litbang Pertanian, 26(3), 2007 93


mangku kepentingan, keberadaan masya-
Visi rakat dapat diidentifikasi, misalnya,
▲ ▼ kelompok masyarakat yang paling terkena
Perencanaan
dampak dan terlibat dalam suatu kegiatan
(minat dan perhatian pemangku kepentingan)
pembangunan, serta pelaksanaan kegiatan
▼ yang bermanfaat bagi mereka. Perlu di-
Tujuan dan Sasaran
sadari bahwa dampak dari suatu kegiatan
(dikembangkan dan didukung oleh pemangku kepentingan kunci)
pembangunan pertanian mungkin meng-
▼ untungkan bagi sebagian pihak dan se-
Masukan
baliknya bagi pihak lain. Oleh karena itu,
(ketersediaan sumbar daya keuangan, ide dan keterampilan, serta dukungan
fisik dan moral)
analisis pemangku kepentingan paling
tidak selalu berkaitan dengan: 1) kelompok
▼ masyarakat sebagai basis kegiatan, 2)
Tindakan
(aktivitas pemangku kepentingan)
analisis dampak, dan 3) minimalisasi
konsekuensi negatif dari pelaksanaan
▼ program pembangunan. Konkretnya,
Hasil
(pemangku kepentingan terlatih)
rancangan analisis pemangku ke-
pentingan mencakup: 1) daftar masyarakat

atau kelompok masyarakat terkait dengan
Perolehan hasil
(keterpaduan, peningkatan dan kontinuitas mata pencaharian)
kepentingan kegiatan, 2) isu utama di
kalangan masyarakat, 3) dampak positif
dan negatif suatu kegiatan terhadap mata
pencaharian masyarakat, dan cara me-
Gambar 2. Analisis pemangku kepentingan dan alur lingkar operasionalisasi
ningkatkan atau mengurangi kedua
program pembangunan pertanian.
dampak tersebut, dan 4) tindakan yang
perlu dilakukan.
Secara skematis, integrasi dan inter-
aksi pemangku kepentingan dalam imple-
Proses kegiatan Identifikasi dan
mentasi program pembangunan pertanian
pemaduan pemangku
kepentingan diilustrasikan pada Gambar 4. Selain
Evaluasi
identifikasi, peran, tugas, tanggung jawab,
Identifikasi kerangka dan persepsi pemangku kepentingan, tiga

Hasil kegiatan kerja dalam hal elemen penting lainnya yaitu informasi,
pengembangan informasi
teknologi, dan kebijakan perlu mendapat-
kan perhatian dalam analisis pemangku
Persiapan kepentingan.
▼ Program/kegiatan ▲
Pemahaman terhadap
pengelola/pengguna
Penggunaan pengetahuan sumber daya Identifikasi Pemangku
Kepentingan
Pemilihan opsi kegiatan

Identifikasi pemangku kepentingan me-


Andil pengetahuan Stimulasi pengetahuan
rupakan hal mendasar yang harus dilaku-
Implementasi kan terlebih dahulu dalam analisis pe-
mangku kepentingan terkait dengan
implementasi program pembangunan.
Gambar 3. Eksistensi pemangku kepentingan dalam lingkaran implementasi Neef (2005) menyarankan untuk membuat
program/kegiatan pembangunan pertanian. urutan topik kegiatan pembangunan
pertanian sesuai dengan keberadaan
pemangku kepentingan. Hal ini penting
dalam rangka menghindari bias metode
di antaranya terkait dengan harapan, nganan dampak negatifnya. Penilaian diagnostik jangka pendek, mematuhi kode
manfaat, sumber daya, komitmen, potensi terhadap aspek pengaruh relatif sulit etik pekerjaan, dan membuat keseimbang-
konflik, dan jalinan hubungan. dilakukan dan perlu interpretasi khusus an minat dan perhatian antarpemangku
Selanjutnya, pengaruh berkaitan untuk mendalaminya. Namun, ada be- kepentingan. Untuk mendapatkan gambar-
dengan kekuasaan terhadap kegiatan, ter- berapa faktor yang dapat dijadikan acuan an yang realistis tentang situasi tersebut,
masuk di dalamnya pengawasan terhadap dalam menilai pengaruh tersebut (Tabel 5). diperlukan penelitian yang menggabung-
keputusan yang dibuat dan fasilitasi Race dan Millar (2006) lebih lanjut kan metode kualitatif dan partisipatif yang
pelaksanaan kegiatan sekaligus pena- menekankan bahwa melalui analisis pe- pelaksanaannya relatif agak lebih lama

94 Jurnal Litbang Pertanian, 26(3), 2007


dibandingkan metode penelitian konven- kan hal tersebut adalah dengan elaborasi penting mengingat persepsi para pe-
sional. bersama melalui curah pendapat (brain- mangku kepentingan berbeda antara satu
Hasil identifikasi di atas sekaligus storming) dan observasi (Bessettee 2005). dengan lainnya, baik individu maupun
memuat tanggung jawab pemangku ke- Teknik dan metodologi bukan yang ter- kelompok. Feldman (1996) mengemukakan
pentingan, keragaan, dan indikator risiko penting, tetapi proses pendekatan dan bahwa persepsi tersebut dapat berupa
dalam kaitannya dengan peran dan tugas pembelajaran merupakan elemen krusial pandangan terhadap kebijakan, program,
pemangku kepentingan. Peran dan tugas bagi segenap pemangku kepentingan kegiatan, dan upaya promosi yang dilaku-
tersebut seyogianya diimplementasikan dalam menyikapi transparansi kebijakan kan pihak eksternal terhadap masyarakat
dalam wacana kegiatan kelompok (bukan pelaksanaan program pembangunan per- lokal. Oleh karena itu, pengetahuan ten-
berbasis individu). Hal demikian penting tanian. tang persepsi pemangku kepentingan
dalam rangka menghindari variasi hetero- mulai dari di mana mereka, apa yang mereka
genitas dan bias sosial terhadap kaum elit ketahui, apa yang mereka miliki, hingga
tertentu. Persepsi Pemangku apa yang mereka inginkan, merupakan
Transparansi kebijakan cukup pen- Kepentingan elemen penting untuk memotivasi ko-
ting dalam mengiringi peran dan tugas mitmen mereka dalam akselerasi kegiatan
serta tanggung jawab pemangku kepen- Persepsi pemangku kepentingan perlu pembangunan pertanian. Dengan kata
tingan dalam implementasi program diperhatikan dalam pengintegrasian peran lain, ini adalah proses dalam rangka
pembangunan. Realisasi dalam mewujud- dan tugas pemangku kepentingan. Hal ini integrasi tugas dan peran pemangku ke-
pentingan dalam suatu aksi kolektif
(Gabriel 2002).

Tabel 5. Faktor-faktor pengaruh keberadaan pemangku kepentingan.


Informasi dan Pelatihan
Pemangku kepentingan utama Pemangku kepentingan penunjang

Status sosial ekonomi Anggaran dan pengawasan Secara konseptual, Ballit et al. (1997) me-
Organisasi, konsensus, dan kepemimpinan Kekuasaan dan kepemimpinan
ngemukakan bahwa penyediaan informasi
boleh dikatakan lebih bersifat permintaan
Pengawasan terhadap sumber daya strategis Pengawasan terhadap sumber daya strategis
(demand driven) dibandingkan penawar-
Pengaruh informal terhadap sesama Keberadaan tenaga-tenaga spesialis an (supply driven). Oleh karena itu, pe-
pemangku kepentingan
nyediaan informasi seyogianya berbasis
Tingkat ketergantungan antarpemangku Kemampuan negosiasi kebutuhan pemangku kepentingan. Hal
kepentingan
demikian tidak hanya dimaksudkan untuk
Sumber: Crosby (1992). meningkatkan aksesibilitas pemangku
kepentingan terhadap informasi, tetapi

Prioritas, kepuasan, saran perubahan


Umpan balik

▼ ▲


Identifikasi pemangku

kepentingan Integrasi
peran/tugas ▼ ▼
▼ ▲ Monitoring/evaluasi
Tanggung jawab pemangku Peran/tugas peran/tugas
pemangku

kepentingan, keragaan, dan pemangku


indikator risiko kepentingan kepentingan

Informasi dan ▲ ▲

pelatihan

Transparansi kebijakan ▲



Persepsi pemangku

kepentingan
Transparansi/peningkatan informasi

Peningkatan kegiatan

Gambar 4. Integrasi dan interaksi pemangku kepentingan dalam implementasi program/kegiatan pembangunan.

Jurnal Litbang Pertanian, 26(3), 2007 95


juga untuk meningkatkan status sosial 1) Efisiensi, prinsip ini berhubungan bagai pihak hilir atau pembeli (downsteram
ekonomi mereka dalam relevansinya dengan alokasi waktu dan sumber buyer). Sementara itu, pemangku ke-
dengan kegiatan pembangunan. daya yang digunakan dalam implemen- pentingan lainnya adalah pemerintah
Pelatihan diberikan kepada pemang- tasi program pembangunan. Dalam daerah, LSM, perusahaan industri, dan
ku kepentingan (masyarakat) sebagai ke- kaitan tersebut, monitoring dan pihak swasta terkait lainnya. Dalam
rangka dasar dalam menciptakan dan evaluasi partisipatif dirancang guna operasionalisasinya, semua pemangku
sekaligus meningkatkan kesadaran mereka memperoleh masukan terkait dengan kepentingan tersebut bergabung dalam
terhadap konsep pelaksanaan program biaya, kesesuaian teknis, waktu, dan wadah organisasi Forum Komunikasi DAS
pembangunan pertanian. Pelatihan men- tujuan kegiatan. Cidanau (FKDC) yang tujuan utamanya
cakup unsur kepemimpinan, pengambilan 2) Tingkat keefektifan, prinsip ini men- adalah untuk memperlancar mekanisme
keputusan, teknis ketatalaksanaan, pe- jelaskan apakah proses kegiatan ber- PES di wilayah setempat. Secara lengkap,
ngembangan inovasi, aksesibilitas terha- manfaat atau tidak dalam kaitannya mekanisme implementasi PES di DAS
dap sumber daya, dan aspek sosial ekono- dengan tujuan dan sasaran, atau pen- Cidanau dapat dilihat pada Gambar 5.
mi pembangunan lainnya. Pelatihan ter- capaian hasil yang positif dari kegiatan
sebut diharapkan dapat menghasilkan pembangunan pertanian.
dampak ganda melalui determinasi spesifik 3) Relevansi dan kesesuaian, prinsip ini
lokasi (Aggrawal 2002). menggambarkan manfaat, kode etik, IMPLEMENTASI ANALISIS
kelenturan kegiatan partisipatif dalam PERAN PEMANGKU
konteks pelaksanaan program pemba-
KEPENTINGAN DALAM
ngunan pertanian.
PEMBANGUNAN
Monitoring dan Evaluasi Lebih lanjut, Vernooy (2005) meng-
garisbawahi bahwa aspek pemahaman PERTANIAN
Monitoring dan evaluasi merupakan kondisi pemangku kepentingan (komuni-
elemen krusial lainnya dalam analisis pe- tas) sebelum pelaksanaan program/ Selama ini ada kesan bahwa inisiasi pro-
mangku kepentingan. Kedua elemen ini kegiatan pembangunan merupakan titik gram pembangunan pertanian seolah-olah
penting untuk melihat perkembangan tumpu penting dalam monitoring dan cenderung lebih besifat pendekatan dari
kegiatan dan mendapatkan bahan masukan evaluasi partisipatif. Aspek tersebut dapat atas (top-down approach). Namun,
(umpan balik) untuk perbaikan dan pe- digali melalui analisis pendasaran parti- implementasi beberapa program pem-
nyempurnaan implementasi program sipatif sebelum kegiatan pembangunan bangunan pertanian sebetulnya cukup
pembangunan pertanian. Sesuai dengan dimulai. Hal ini penting dalam rangka mengakomodasi peran para pemangku
spirit partisipasi, monitoring dan evaluasi membedakan beberapa aspek yang terkait kepentingan. Dua program pembangunan
seyogianya dilakukan secara partisipatif. dengan proses dan aneka bentuk keluaran pertanian yang telah dan sedang di-
Gonsalves et al. (2005) mendefinisi- kegiatan seperti hasil, pencapaian, per- laksanakan dapat dijadikan sebagai
kan monitoring dan evaluasi partisipatif olehan, dan dampak. Lengkapnya, uraian contoh acuan, yaitu PIDRA (Participato-
sebagai upaya bersama antara para pe- mengenai aspek-aspek tersebut disajikan ry Integrated Development in Rainfed
mangku kepentingan dalam melakukan pada Tabel 6. Area) dan Prima Tani (Program Rintisan
pengawasan dan penilaian pelaksanaan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi
program pembangunan. Monitoring dan Teknologi Pertanian). PIDRA diimplemen-
evaluasi partisipatif bermanfaat dalam Forum Pemangku Kepentingan tasikan sejak tahun 2001 hingga 2008,
meyakinkan tanggung jawab para pemang- sedangkan Prima Tani dimulai pada tahun
ku kepentingan terhadap hasil pemba- Sebagaimana telah dikemukakan sebelum- 2005 (Badan Penelitian dan Pengembang-
ngunan. Dengan kata lain, kegiatan ini nya, implementasi program pembangunan an Pertanian 2004a; Badan Ketahanan
sekaligus merupakan proses pembelajaran pertanian harus ditunjang oleh partisipasi Pangan 2005).
dan ketatalaksanaan dalam implementasi pemangku kepentingan. Pemangku
program pembangunan pertanian. kepentingan seyogianya diorganisir dalam
Dalam monitoring dan evaluasi par- suatu wadah (forum) untuk memudahkan PIDRA
tisipatif, kriteria dan indikator kegiatan proses integrasi dan interaksi, sekaligus
dirancang secara kolektif oleh semua pe- dalam rangka menerapkan analisis PIDRA dilaksanakan berdasarkan ke-
mangku kepentingan. Dalam hal ini, ke- keberadaan pemangku kepentingan. setaraan kemitraan antarpemangku ke-
rangka kerja faktor-faktor kunci pengawas- Kasus dalam implementasi program pentingan executing agencies, yakni
an dan penilaian berikut arahannya di- pembayaran jasa lingkungan (payment for Badan Ketahanan Pangan tingkat nasional
rancang guna mendapatkan umpan balik environmental services/PES) di daerah sampai provinsi dan kabupaten dengan
dan pelaksanaan program pembangunan aliran sungai (DAS) Cidanau, Banten implementing agencies yaitu instansi
pertanian. dapat dijadikan salah satu acuan dalam teknis terkait dan LSM. Hubungan antara
Vernooy (2005) memberikan kunci proses analisis integrasi dan interaksi kedua badan (agencies) tersebut diutama-
arahan dalam implementasi kegiatan pemangku kepentingan (LP3ES 2005). kan dalam bentuk koordinasi dan sinkro-
monitoring dan evaluasi partisipatif ber- Pemangku kepentingan utama dalam nisasi secara terpadu dalam program aksi
dasarkan prinsip efisiensi, keefektifan, dan Program PES di DAS Cidanau meliputi penanggulangan kemiskinan melalui pem-
relevansi atau kesesuaian dengan uraian petani hulu selaku penjual jasa (upstream berdayaan usaha mikro kecil di wilayah
sebagai berikut: seller) dan PT Krakatau Tirta Industri se- PIDRA (Badan Ketahanan Pangan 2005).

96 Jurnal Litbang Pertanian, 26(3), 2007


pelayanan pendukung yang berbasis
Tabel 6. Proses, hasil, perolehan, pencapaian, dan dampak kegiatan moni- inovasi teknologi dalam suatu kawasan
toring dan evaluasi partisipatif. ‘laboratorium agribisnis’. Prinsip yang di-
gunakan dalam kegiatan Prima Tani adalah
Aspek Deskripsi build, operate, dan transfer (BOT) yang
Proses Metode dan pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan mengandung arti bahwa model inovasi
monitoring dan evaluasi partisipatif yang diperkenalkan dan dimasyarakatkan
Hasil Hasil kongkret dan tidak kongkret (tangible) dari kegiatan merupakan sesuatu yang baru, sifatnya
monitoring dan evaluasi partisipatif masih introduksi awal untuk selanjutnya
Pencapaian Pengaruh dan pihak yang melakukan tindakan dari pelaksanaan diestafetkan kepada institusi teknis yang
monitoring dan evaluasi partisipatif melaksanakan program pengembangan
Perolehan Perubahan yang muncul dan dapat dimanfaatkan oleh pemangku dalam skala luas (massal). Tujuan Prima
kepentingan dari proses dan hasil monitoring dan evaluasi partisipatif Tani adalah untuk membangun model
Dampak Transformasi sosial dari kegiatan monitoring dan evaluasi partisipatif percontohan sistem dan usaha agribisnis
berbasis inovasi teknologi yang memadu-
Sumber: Vernooy (2005).
kan sistem inovasi dan kelembagaan
agribisnis (Badan Penelitian dan Pengem-
bangan Pertanian 2004a).
Prima Tani diimplementasikan melalui
tahapan: 1) perencanaan (penentuan
lokasi, survei pendasaran, PRA, dan

Industri
rancang bangun laboratorium agribisnis),

dan 2) sosialisasi kegiatan. Kegiatan tahap
PDAM berikutnya adalah: 1) implementasi tek-

Kelompok LSM (LP3ES dan PT Krakatau


nologi dan kelembagaan dalam rangka


Tani Rekonvasi Bhumi) Tirta Industri


Sektor Swasta pembentukan laboratorium agribisnis, unit


▲ ▲ ▲ ▲
industri agribisnis, dan sistem usaha tani
▼ PLN intensifikasi-diversifikasi, 2) supervisi,

Forum
Komunikasi
monitoring, dan evaluasi, 3) pengorgani-

DAS Cidanau sasian, 4) koordinasi, 5) pembinaan, dan


6) pemassalan (Sahardi et al. 2005).
Keterangan : pelayanan/pembayaran air Kunci strategis peran Prima Tani
▼ ▼ ▼

▲ ▲ ▲

komunikasi dan fasilitasi dalam implementasi kegiatannya bertumpu


nota kesepakatan (MoU) PES
pada jaringan kerja sama, baik secara
internal maupun eksternal antarpemangku
kepentingan. Jaringan kerja sama internal
Gambar 5. Mekanisme skim pembayaran jasa lingkungan (PES) di DAS Cidanau, difungsikan dalam rangka mewujudkan
Banten. kerja sama sinergis antara Unit Kerja dan
Unit Pelaksana Teknis lingkup Badan
Litbang Pertanian dalam pembentukan/
pembangunan laboratorium agribisnis.
Instansi teknis yang cukup berperan Secara institusional, PIDRA antara
Sementara itu, jaringan kerja sama ekster-
dalam kegiatan PIDRA antara lain adalah lain diimplementasikan melalui: 1) pe-
nal diarahkan untuk mewujudkan hubung-
Bappeda, Kimpraswil, Perhutani, Kantor ningkatan kemampuan para petugas
an sinergis antara jaringan Badan Litbang
Pemberdayaan Masyarakat, Dinas pelaksana melalui pelatihan ketatalak-
Pertanian dengan Pemerintah Daerah,
Indakop, BRI, Dinas Kesehatan, Dinas sanaan kegiatan, PRA (Participatory
BUMN, swasta, dan masyarakat setempat
Pertanian, dan Dinas Kehutanan (PIDRA Rural Appraisal), PME (Participatory
(Badan Penelitian dan Pengembangan
Jatim 2006). Instansi-instansi tersebut Monitoring and Evaluation), studi
Pertanian 2004b).
tergabung dalam forum koordinasi (komisi banding, dan lokakarya, 2) pengadaan
pelaksana) yang memiliki fungsi mem- tenaga konsultan untuk bidang ketata-
fasilitasi ketatalaksanaan program serta laksanaan, pengembangan masyarakat,
sekaligus menghindari tumpang tindih dan PME, dan 3) penyediaan fasilitas dan Analisis Peran Pemangku
kegiatan di wilayah PIDRA. Sebagai ujung sarana kerja untuk mendukung kelancaran Kepentingan
tombak program ini adalah petugas teknis kegiatan.
lapang dari instansi pemerintah dan Idealnya, program pembangunan per-
fasilitator LSM yang berperan dalam tanian dilaksanakan secara terpadu
memfasilitasi pendampingan masyarakat Prima Tani antarberbagai pemangku kepentingan
dalam wadah Kelompok Afinitas Mandiri agar perencanaan, pelaksanaan, dan
(KAM), federasi (gabungan beberapa Prima Tani merupakan suatu model pe- keberlanjutan kegiatan sesuai dengan
KAM), Lembaga Pembangunan Desa ngembangan agribisnis terpadu antara sasaran, yakni dalam konteks mewujudkan
(LPD), dan tenaga relawan. penelitian, penyuluhan, agribisnis, dan harapan para penerima manfaat. Dalam

Jurnal Litbang Pertanian, 26(3), 2007 97


implementasinya, perlu diupayakan urun pihak pemangku kepentingan lainnya. terhadap kegiatan, termasuk di dalamnya
rembug antarberbagai pemangku ke- Dengan demikian, kegiatan yang di- pengawasan terhadap keputusan yang
pentingan pada saat sosialisasi kegiatan. maksud dapat dimanfaatkan sebagai ajang telah dibuat dan fasilitasi pelaksanaan
Secara formal, urun rembug tersebut dapat pertemuan untuk saling berintegrasi dalam program/kegiatan pembangunan pertani-
diwadahi dalam suatu forum pemangku konteks analisis peran pemangku ke- an, dan penanganan dampak negatifnya.
kepentingan, di mana forum ini sekaligus pentingan. Oleh karena itu, implementasi analisis pe-
sebagai ajang untuk menganalisis peran mangku kepentingan mencakup aspek
pemangku kepentingan yang beragam dari identifikasi pemangku kepentingan,
segi latar belakang, kepentingan, motivasi, KESIMPULAN DAN persepsi pemangku kepentingan, informasi
harapan, dan keinginan. IMPLIKASI KEBIJAKAN dan pelatihan, serta monitoring dan
Beberapa komponen pokok yang evaluasi.
perlu mendapatkan perhatian dalam
analisis peran pemangku kepentingan Kesimpulan
dalam implementasi program/kegiatan Implikasi Kebijakan
pembangunan pertanian adalah pemerin- Selama ini, implementasi program/kegiatan
tah, organisasi nonpemerintah, sektor pembangunan pertanian cenderung men- Pemangku kepentingan seyogianya
swasta, dan petani. Pertama, peran pe- jadi ranahnya para pemangku kepentingan diorganisir dalam suatu wadah (forum)
merintah jelas sangat berpengaruh, yakni utama yang secara signifikan berpengaruh komunikasi untuk mempermudah proses
sebagai perencana dan pelaksana. Kedua, atau memiliki posisi penting atas keber- integrasi dan interaksi serta sekaligus me-
peran organisasi nonpemerintah (LSM) langsungan kegiatan. Pemangku ke- nerapkan analisis pemangku kepentingan
tidak kalah pentingnya dalam konteks pentingan tersebut tergolong sebagai guna memperlancar pelaksanaan program/
mikro spesifik lokasi. Ketiga, peran swasta penyandang dana, pelaksana kegiatan, kegiatan pembangunan pertanian. Pe-
sangat strategis terutama dalam hal pe- organisasi pengawas dan advokasi, yang mangku kepentingan mencakup empat
nyediaan barang dan jasa, penyediaan secara implisit adalah pemerintah. Se- pilar eksistensi sosial kemasyarakatan,
modal, dan pemasaran. Keempat, peran mentara itu, peran pemangku kepentingan yaitu pemerintah dengan jajaran instansi-
petani sebagai pelaku utama dan sekaligus lain yang terkena dampak, baik positif nya, masyarakat dengan lapisan sosialnya,
sebagai penerima manfaat. (penerima manfaat) maupun negatif (di luar sektor swasta dengan korporasi usahanya,
Dari keempat komponen pokok di kesukarelaan), dari suatu kegiatan relatif dan LSM dengan kelompok institusinya.
atas, petani memegang peran sentral dalam kurang dilibatkan secara hakiki. Oleh Keempat pilar tersebut harus memiliki
implementasi program pembangunan karena itu, analisis pemangku kepentingan unsur kesamaan persepsi, jalinan komit-
pertanian. Petani peserta program/kegiatan penting dilakukan dalam mengidentifikasi men, keputusan kolektif, dan sinergi
pembangunan pertanian lazimnya di- komunitas atau kelompok masyarakat aktivitas dalam menunjang pelaksanaan
himpun dalam organisasi kelompok tani yang paling terpengaruh oleh suatu ke- program/kegiatan pembangunan pertani-
yang memiliki fungsi sebagai media giatan pembangunan pertanian. an.
musyawarah petani dan sekaligus ber- Analisis pemangku kepentingan juga Sejalan dengan pelaksanaan otonomi
peran dalam akselerasi kegiatan. Namun, bermanfaat dalam menentukan prioritas daerah, peran pemerintah daerah sangat
beberapa kasus ditemui bahwa kelompok mengenai komunitas atau kelompok strategis dalam menjembatani para pe-
tani dibentuk dalam kaitannya dengan masyarakat yang dibutuhkan dan sejauh mangku kepentingan guna memperlancar
implementasi program/kegiatan. Akibat- mana implementasi program/kegiatan pembangunan pertanian. Dalam hal ini,
nya, eksistensi kelompok tani seperti itu pembangunan bermanfaat bagi mereka. fungsi peran pemerintah pusat (Departe-
berakhir seiring selesainya kegiatan. Analisis pemangku kepentingan meliputi men Pertanian) seyogianya lebih bersifat
Akibat lebih luas, manfaat program/ beberapa aspek, yaitu: 1) pemangku sebagai koordinator dan fasilitator, se-
kegiatan hanya dirasakan pada saat kepentingan itu sendiri (individu atau hingga implementasi program pemba-
implementasi tanpa keberlanjutan. kelompok yang memiliki atau terkena ngunan pertanian berjalan efisien dan
Sehubungan dengan hal tersebut, pengaruh dari pelaksanaan program/ efektif.
eksistensi kelompok tani harus dilandasi kegiatan pembangunan pertanian), 2)
oleh prinsip partisipatif. Dengan kata lain, partisipasi, dan 3) keterkaitan sebagai
kelompok tani dibentuk oleh petani bentuk partisipasi yang bersifat lebih dari DAFTAR PUSTAKA
sendiri, sementara pihak luar hanya ber- sekedar konsultasi. Di samping itu, dalam
peran sebagai fasilitator. Hal yang perlu analisis pemangku kepentingan juga perlu Aggrawal, J. 2002. Training method for commu-
digarisbawahi adalah perlu adanya pem- dipahami alur operasionalisasi kegiatan nity development in India. Country Paper
in the Asian Productivity Organization
bekalan kelompok tani yang difasilitasi pembangunan pertanian mengingat im-
Seminar. Held in the Republic of Korea, 1−
oleh fasilitator. Materi pembekalan berkait- plementasinya memiliki dimensi sosial. 26 August 1998. D.A. Cruz (Ed.) Asian
an dengan pemberdayaan seperti fungsi, Kepentingan dan pengaruh merupa- Productivity Organization, Tokyo.
tugas, perencanaan, dan pengawasan, se- kan kunci dalam analisis pemangku
Arnstein, S.R. 1969. A ladder of citizen partici-
hingga kelompok tani dapat tumbuh dan kepentingan. Kepentingan antara lain pation. Journal of the American Institute of
berkembang menjadi organisasi yang berkaitan dengan harapan, manfaat, Planners. 35(4): 216−224.
mandiri. Pembekalan kelompok tani tidak sumber daya, komitmen, potensi konflik, Arthur, R.I. and C.J. Garaway. 2005. Learning in
hanya difasilitasi oleh fasilitator atau tim dan jalinan hubungan. Sementara itu, action: A case from small waterbody fish-
pakar, tetapi juga dengan mengundang pengaruh berkaitan dengan kekuasaan eries in Lao PDR. In J. Gonsalves, T. Becker,

98 Jurnal Litbang Pertanian, 26(3), 2007


A. Braun, D. Campilon, H. de Chaves, E. Fajber, E. 2005. Participatory research and de- Environmental Services/PES) di Daerah
Fajber, M. Capiriri, J.R. Caminade, and R. velopment in natural resource manage- Aliran Sungai Cidanau, Banten. Lembaga
Vernooy (Eds.) Participatory Research and ment: Towards social and gender equity. In Penelitian, Pendidikan, Penerangan Eko-
Development for Sustainable Agricultural J. Gonsalves, T. Becker, A. Braun, D. nomi dan Sosial, Jakarta.
and Natural Resource Management: A Campilon, H. de Chaves, E. Fajber, M.
Neef, A. 2005. Identifying local stakeholders’
Resource Book. International Potato Capiriri, J.R. Caminade, and R. Vernooy
research priorities: Metodological chal-
Center-Users Perspective with Agricultural (Eds.). Participatory Research and Devel-
lenges. In J. Gonsalves, T. Becker, A. Braun,
Research and Development, Philippines. opment for Sustainable Agricultural and
D. Campilon, H. de Chaves, E. Fajber, M.
Natural Resource Management: A resource
Badan Ketahanan Pangan. 2005. Program Pe- Capiriri, J.R. Caminade, and R. Vernooy
book. International Potato Center-Users
ngembangan Lahan Kering Terpadu (PIDRA). (Eds.). Participatory Research and Develop-
Perspective with Agricultural Research and
Badan Ketahanan Pangan, Jakarta. ment for Sustainable Agricultural and Natural
Development, Philippines.
Resource Management: A resource book.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Feldman, R.S. 1996. Understanding Psychology. International Potato Center-Users Perspec-
2004a. Rancangan Dasar Program Rintisan
McGraw Hill, Boston. tive with Agricultural Research and Develop-
dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi
ment, Philippines.
Teknologi Pertanian (Prima Tani). Badan Gabriel, R.L. 2002. Farmer Field School: A Second
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Look Theoretical Application of Social PIDRA Jatim. 2006. Laporan Program PIDRA
Jakarta. Psychology in Rural Development. Profes- Tahap-1 (2001−2004) dan Tahap-2 (2005−
sorial Chair Lecture Delivered at the Institute 2008). Proyek Pengembangan Lahan Kering
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
of Community Education, College of Public Terpadu (PIDRA) Provinsi Jawa Timur,
2004b. Baseline Survey Program Rintisan
Affair, UPLB, Philippines. Surabaya.
dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Tek-
nologi Pertanian (Prima Tani). Badan Pene- Gonsalves, J., T. Becker, A. Braun, D. Campilon, Pretty, J. 1995. Regenerating Agriculture: Poli-
litian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. H. de Chaves, E. Fajber, M. Capiriri, J.R. cies and practice for sustainability and self-
Caminade, and R. Vernooy. 2005. Participa- reliance. Earthscan Publications, London.
Ballit, S., M.R. Calvelo, and L. Masias. 1997.
tory Research and Development for Sus-
Communication for Development for Latin Race, D. and J. Millar. 2006. Training Manual:
tainable Agricultural and Natural Resource
America: A regional experience. Food Agri- Social and community dimensions of ACIAR
Management: A resource book (glossary).
culture Organization, Rome. Projects. Australian Center for International
International Potato Center-Users Perspec-
Agricultural Research – Institute for Land,
Bessettee, G. 2005. Participatory development tive with Agricultural Research and
Water, and Society of Charles Sturt University,
communication: Reinforcing the participa- Development, Philippines.
Australia.
tory natural resource management (NRM)
Hornby, A.S. 1995. Oxford Advanced Learner’s
research and action process. In J. Gonsalves, Sahardi, M.Z. Kanro, D. Sahari, M.A. Bilang, H.
Dictionary of Current English. C. Jonathan,
T. Becker, A. Braun, D. Campilon, H. de Muhammad, H. Djuddawi, dan Kasman.
K. Kavanagh, and M. Ashby (Eds.). Oxford
Chaves, E. Fajber, M. Capiriri, J.R. 2005. Laporan Participatory Rural Appraisal
University Press, Oxford.
Caminade, and R. Vernooy (Eds.). Participa- (PRA) Prima Tani di Desa Kamanre, Keca-
tory Research and Development for Hussein, K. 2000. Monitoring and Evaluating matan Kamanre, Kabupaten Luwu, Provinsi
Sustainable Agricultural and Natural Resource Impact on Livelihoods: Lessons from ex- Sulawesi Selatan. Balai Pengkajian Teknologi
Management: A resource book. Internatio- perience. Department for International Pertanian Sulawesi Selatan, Makassar.
nal Potato Center-Users Perspective with Development, United Kingdom.
Selener, D. 1997. Participatory Action Research
Agricultural Research and Development,
Johnston, M. 1982. The labyrinth of community and Social Change. Cornell University, Ithaca,
Philippines.
participation: Indonesia’s experience. Com- New York.
Crosby, B.L. 1992. Stakeholder Analysis: A vital munity Development Journal 17(3): 202−
Vernooy, R. 2005. Monitoring and evaluating
tool for strategic managers. Technical Notes, 207.
participatory research and development:
No. 2. Agency for International Develop-
Krishna, R. and C. Lovell. 1985. Rural and Some key elements. In J. Gonsalves, T.
ment, Washington DC.
Development in Asia and the Pacific. The Becker, A. Braun, D. Campilon, H. de Chaves,
Departemen Pertanian. 2002. Pedoman Umum Synopsis of ADB Regional Seminar on Rural E. Fajber, M. Capiriri, J.R. Caminade, and R.
Bantuan Langsung Masyarakat Tahun 2002. Development in Asia and the Pacific, 15− Vernooy (Eds.). Participatory Research and
Departemen Pertanian, Jakarta. 23 October 1984. Asian Development Bank, Development for Sustainable Agricultural
Manila. and Natural Resource Management: A
Departemen Pertanian. 2004. Strategi dan
resource book. International Potato Center-
Kebijakan Pembangunan Pertanian. Depar- LP3ES. 2005. Laporan Pelaksanaan Skim
Users Perspective with Agricultural Research
temen Pertanian, Jakarta. Pembayaran Jasa Lingkungan (Payment for
and Development, Philippines.

Jurnal Litbang Pertanian, 26(3), 2007 99

Vous aimerez peut-être aussi