Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Dalam bab ini, kita akan memusatkan perhatian pada tingkat keluaran yang
dipilih oleh perusahaan-perusahaan yang memaksimumkan laba. Sebelum meneliti
keputusan tersebut, sifat perusahaan dan cara-cara dimana pilihan-pilihan perusahaan
dianalisis perlu dibahas terlebih dahulu secara singkat. Pembahasan ini akan menjadi
dasar pembahasan kita tentang maksimalisasi laba dalam bab ini dan alternatif lain
yang kita telaah dalam Bab 14.
Seperti telah kami tunjukkan di awal analisis kita tentang produksi, sebuah
perusahaan merupakan perhimpunan individu yang mengorganisasikan diri mereka
sendiri dengan maksud mengubah masukan menjadi keluaran. Para individu yang
berbeda akan menyediakan jenis-jenis masukan yang berbeda, seperti keterampilan
kerja dan berbagai peralatan modal, dengan harapan dapat menerima imbalan tertentu
dari melakukan hal tersebut.
Sifat hubungan kontraktual di antara para penyedia masukan untuk sebuah
perusahaan kemungkinan cukup rumit. Setiap penyedia masukan sepakat untuk
menyerahkan masukannya untuk kegiatan produksi berdasarkan sekelompok
pemahaman tentang bagaimana masukan tersebut dipergunakan dan apa manfaat
yang diharapkan dari penggunaan itu. Dalam beberapa kasus, kontrak ini dinyatakan
secara eksplisit. Para pekerja sering kali menegosiasikan kontrak yang menyatakan
secara cukup terperinci hal-hal seperti jam kerja, peraturan kerja yang harus diikuti,
dan tingkat upah yang diharapkan. Demikian pula, para pemilik modal menanam
modal dalam sebuah perusahaan berdasarkan sekelompok prinsip hukum yang
eksplisit tentang cara-cara modal tersebut dipergunakan, kompensasi yang dapat
diharapkan untuk diterima oleh pemilik modal tersebut, dan apakah pemilik tersebut
menahan setiap laba atau kerugian setelah semua biaya ekonomi dibayarkan.
Walaupun terdapat pengaturan formal ini jelas bahwa banyak pemahaman antara
penyedia masukan dengan perusahaan bersifat implisit. Hubungan antara para
manajer dan pekerja mengikuti prosedur tertentu tentang siapa yang memiliki
kewenangan untuk melakukan hal tertentu dalam mengambil keputusan produksi. Di
antara para pekerja terdapat berbagai pemahaman yang implisit tentang bagaimana
tugas disebarkan, dan para pemilik modal kemungkinan mendelegasikan sebagian
besar dari kewenangan mereka kepada para manajer dan pekerja untuk mengambil
keputusan atas nama mereka (para pemegang saham). General motor misalnya, tidak
pernah terlibat dalam bagaimana peralatan jalur perakitan dipergunakan, walaupun
secara teknis mereka memilikinya. Semua hubungan yang eksplisit dan implisit ini
berubah sebagai tanggapan terhadap pengalaman dan kejadian-kejadian di luar
perusahaan. Sama seperti kebanyakan tim bola basket yang selalu mencoba
permainan dan strategi pertahanan yang baik. Perusahaan juga mengubah sifat
organisasi internal mereka untuk mencapai hasil jangka panjang yang lebih baik.
Hubungan yang rumit antara penyedia masukan dengan perusahaan ini
menghadirkan beberapa masalah bagi para ekonom yang berkeinginan untuk
mengembangkan generalisasi teoritis tentang bagaimana perusahaan berperilaku.
Dalam studi kita tentang teori permintaan, masuk akal bagi kita untuk membicarakan
tentang pilihan-pilihan yang dibuat oleh seorang konsumen yang rasional, karena kita
hanya meneliti keputusan-keputusan dari satu orang. Tetapi untuk perusahaan,
banyak individu kemungkinan terlibat dalam keputusan, dan setiap studi yang
terperinci tentang keputusan-keputusan seperti ini akan segera tenggelam dalam
kesulitan topik-topik psikologi, sosiologi dan dinamika kelompok.
Walaupun beberapa ekonom telah menerapkan pendekatan “perilaku” seperti
itu untuk mempelajari keputusan-keputusan perusahaan, kebanyakan menemukan
bahwa pendekatan itu terlalu menyulitkan untuk masukan umum. Sebaliknya, mereka
menerapkan pendekatan “holistik” yang memperlakukan perusahaan sebagai satu unit
pengambilan keputusan dan menyingkirkan semua masalah perilaku yang rumit
tentang hubungan di antara para penyedia masukan. Berdasarkan pendekatan ini,
sering kali memudahkan untuk mengasumsikan bahwa keputusan-keputusan sebuah
perusahaan dibuat oleh seorang manajer diktator yang secara rasional mengejar
sasaran tertentu. Kadang-kadang, masalah yang timbul dalam kompleksitas prosedur
pengambilan keputusan yang aktual dalam perusahaan dimasukkan untuk
memperlihatkan bagaimana hal-hal tersebut mempengaruhi kemampuan manajer
diktator tersebut untuk mencapai sasaran yang diinginkan, tetapi sebagian besar
diasumsikan bahwa manajer tersebut dapat bekerja dengan bebas.
Jika perusahaan secara ketat berusaha memaksimumkan laba, mereka akan
membuat keputusan secara marginal. Wirausahawan tersebut akan melakukan
eksperimen konseptual untuk menyesuaikan variabel-variabel yang dapat
dikendalikan sampai laba tidak mungkin ditingkatkan lebih lanjut lagi. Hal ini
melibatkan, katakanlah, melihat pada tambahan atau marginal yang dapat diperoleh
dari mempekerjakan satu tenaga kerja tambahan. Selama laba tambahan ini positif,
keluaran tambahan akan dihasilkan tenaga kerja tambahan akan diperkerjakan. Ketika
laba tambahan dari satu kegiatan menjadi nol, wirausahawan tersebut telah
mendorong kegiatan tersebut cukup jauh, dan melangkah lebih lanjut tidak akan
menguntungkan.
Hubungan ini antara maksimalisasi laba dan marginalisme dapat paling jelas
diperlihatkan jika kita meneliti tingkat keluaran yang dipilih untuk diproduksi
perusahaan ketika berusaha untuk memperoleh laba maksimum. Pertama, kita harus
mendefinisikan “laba”. Dalam kegiatannya, perusahaan menjual tingkat keluaran
tertentu q, dengan harga pasar P per unit. Penghasilan total (TR) karena itu diketahui :
TR(q) = P(q).q
Selisih antara pendapatan dan biaya disebut laba ekonomi (g) karena baik
pendapatan dan biaya bergantung pada jumlah yang diproduksi, laba ekonomi akan
juga bergantung pada jumlah tersebut, yaitu :
π(q) = P(q).q – TC(q) = TR(q) – TC(q) (13.1)
Kondisi yang diperlukan untuk memilih nilai q yang memaksimumkan laba
ditemukan dengan menetapkan derivatif. Persamaan di atas dalam kaitannya dengan q
menjadi sama dengan O.
dπ dTR dTC
= π' (q) = − =O (13.2)
dq dq dq
dTR dTC
= (13.3)
dq dq
D (pendapatan rata-rata)
P1
MR
wq2
STC = 4v + (13.7)
400 *
Dimana V dan W secara berurutan merupakan biaya per unit modal dan tenaga
kerja. Jika w = v = $4, persamaan di atas dapat ditulis sebagai :
q2
STC = 16 (13.8)
100 *
Biaya marginal jangka pendek sekarang diketahui :
∂STC 2q q
SMC = = = (13.9)
∂q 100 50
Akibatnya, nilai minimum untuk SAVC terjadi ketika q dan SMC = 0. Karena
itu mencerminkan kurva penawaran perusahaan tersebut untuk setiap harga positif
perusahaan hanya akan menutup diri ketiak P = 0. Tetapi, perhatikan bahwa biaya
total rata-rata jangka pendek diketahui
STC 16 q
SAC = = + (13.14)
q q 100
Kesimpulan
Dalam bab ini, kita mempelajari keputusan penawaran dari sebuah perusahaan
yang memaksimumkan laba. Sasaran umum kita adalah memperlihatkan bagaimana
perusahaan seperti ini menanggapi sinyal harga dari pasar, dan dalam menangani
masalah ini, kita mengembangkan sejumlah hasil analisis :
• Untuk memaksimumkan laba, perusahaan harus memilih untuk
memproduksi tingkat keluaran dimana pendapatan marginal (pendapatan dari
penjualan satu unit tambahan) sama dengan biaya marginal (biaya produksi satu
unit tambahan).
• Jika perusahaan merupakan penerima harga, keputusan keluarannya tidak
mempengaruhi harga keluarannya, sehingga pendapatan marginal diketahui dari
harga ini. Tetapi, jika perusahaan menghadapi permintaan dengan kemiringan
yang menurun untuk keluarannya, perusahaan dapat menjual lebih banyak hanya
pada harga yang lebih rendah. Dalam kasus ini, pendapatan marginal akan lebih
kecil daripada harga dan bahkan dapat negatif.
• Pendapatan marginal dan elastisitas harga dari permintaan berkaitan dengan
rumus :
1
MR = P
1 +
eq , P
Dimana P adalah harga pasar dari keluaran perusahaan dan eqP adalah elastisitas
harga dari permintaan terhadap produknya.
• Kurva penawaran untuk perusahaan penerima harga yang memaksimumkan
laba ditetapkan oleh bagian kurva biaya marginal yang memiliki kemiringan
positif di atas titik biaya variabel rata-rata minimum (AVC). Jika harga turun di
bawah AVC minimum, pilihan yang memaksimumkan laba bagi perusahaan
adalah menutup perusahaan dan tidak mempengaruhi apapun.
• Masalah maksimisasi laba perusahaan dapat pula didekati sebagai masalah
pilihan masukan yang optimal. Walaupun pendekatan alternatif ini memberikan
hasil yang sama seperti pendekatan yang didasari pilihan keluaran, pendekatan ini
membantu menjelaskan hubungan antara biaya masukan dan keputusan
penawaran.
PENDAHULUAN
Yang telah kita ketahu tentang mikroekonomi adalah cabang dari ilmu ekonomi yang
mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan harga-harga pasar
dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro
meneliti bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut mempengaruhi
penawaran dan permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan
bagaimana harga, pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang
dan jasa selanjutnya.[1][2] Individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi
secara optimal, bersama-sama individu lainnya di pasar, akan membentuk suatu
keseimbangan dalam skala makro; dengan asumsi bahwa semua hal lain tetap sama
(ceteris paribus).
Kebalikan dari ekonomi mikro ialah ekonomi makro, yang membahas aktivitas
ekonomi secara keseluruhan, terutama mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi,
pengangguran, berbagai kebijakan perekonomian yang berhubungan[3], serta dampak
atas beragam tindakan pemerintah (misalnya perubahan tingkat pajak) terhadap hal-
hal tersebut
PENUTUP
Di Susun Oleh :
MUH. FURQAN A.
JAMALUDDIN
DIAN EKA LESTARI
A IZWAHYUDI DWI KARYA
AHMADI USMAN
IBRIATI KARTIKA ALIMUDDIN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS EKONOMI
2010