Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
36
Riyadi & Tahardi
pengakaran. Nodus apikal maupun aksiler kandungan kuinolin yang lebih rendah,
menghasilkan tunas dengan tingkat sedangkan cara setek menghadapi
multiplikasi yang berbeda pada medium kesulitan dalam menginduksi perakaran-
Murashige-Skoog (MS) standar yang nya. Untuk teknik sambungan dan okulasi
mengandung sukrosa 30 g/L dan ditambahkan
BA 1 – 5 mg/L dikombinasikan IBA 0,1 mg/L.
selain diperlukan batang bawah dalam
Selanjutnya tunas/planlet kina tersebut berhasil jumlah besar, juga perlu diperhatikan
tumbuh dan berkembang pada medium sama kesesuaian batang bawah dengan batang
yang diberi IAA 5 – 10 mg/L dikombinasikan atasnya. Kendala lain yang dihadapi
dengan IBA 0,5 mg/L. Hasil penelitian dalam penyediaan bibit secara konven-
menunjukkan bahwa tingkat multiplikasi tunas sional antara lain dengan setek sambung
aksiler lebih tinggi dari pada tunas apikal. memerlukan waktu cukup lama yaitu 10 –
Multiplikasi tunas aksiler menghasilkan jumlah 12 bulan, dengan kematian mencapai
tunas rata-rata tertinggi sebesar 24,6 tunas per 20-30 %. Selain itu, dengan teknik
eksplan pada perlakuan BA 3 mg/L sedangkan
multiplikasi tunas apikal tertinggi sebesar 17,2
pembibitan secara konvensional peme-
tunas per eksplan pada perlakuan BA 5 mg/L nuhan kebutuhan bibit jarak jauh juga
pada umur delapan minggu. Frekuensi menjadi kendala, kematian akibat
pengakaran planlet kina tertinggi mencapai pengangkutan cukup tinggi, yaitu
90% pada perlakuan IAA 10 mg/L yang mencapai 50 % (Sukasmono et al., 1980).
dikombinasikan dengan IBA 0,5 mg/L. Planlet Teknik in vitro melalui penggandaan tunas
yang dihasilkan telah berhasil diaklimatisasi pucuk dan tunas aksiler merupakan
dan dipindahkan ke tempat persemaian lapang. metoda alternatif untuk perbanyakan
tanaman kina secara cepat dan efisien
(Krikorian et al., 1982). Bibit yang
Pendahuluan
dihasilkan selain bersifat klonal juga
memiliki kejaguran yang lebih tinggi
Kulit batang tanaman kina (Cinchona
dibandingkan dengan bibit asal biji, setek,
spp.) mengandung alkaloid kuinolin
sambungan ataupun okulasi (Cestellanos
(quinoline) yang dapat digunakan sebagai
et al., 2008).
obat penyakit malaria, jantung, kram
Penelitian penggandaan tunas aksiler
(night cramps) dan penimbul rasa pahit
tanaman kina secara in vitro telah
(bittering agent) serta pencerah minuman
dilaporkan oleh Santoso et al. (2004) yang
ringan (Sumaryono & Riyadi, 2005).
menggunakan medium MS dengan
Permintaan terhadap bahan baku tersebut
penambahan BA pada konsentrasi 0 –
oleh industri minuman dan obat-obatan
5 mg/L. Penggandaan terbaik tanaman
terus meningkat, sehingga produksi kulit
kina Ledger sebanyak 7 tunas/eksplan dan
kina perlu ditingkatkan melalui perluasan
Succi sebanyak 3 – 4 tunas/eksplan yang
areal tanaman (Widayat, 2000).
diperoleh pada konsentrasi BA sebesar
Perbanyakan tanaman kina secara
3 mg/L. Untuk pengakaran planlet,
konvensional biasanya dilakukan dengan
digunakan medium B5 dengan penam-
biji, setek, sambungan dan okulasi.
bahan IBA konsentrasi 0 –2,5 mg/L. Hasil
Namun, penyediaan bibit melalui biji
pengakaran terbaik diperoleh pada
menghasilkan keragaman tanaman yang
konsentrasi IBA 2 mg/L. Selanjutnya,
tinggi akibat adanya penyerbukan silang.
Riyadi & Tahardi (2005) melaporkan
Biasanya turunannya mempunyai
37
Perbanyakan in vitro tanaman kina (Cinchona ledgeriana Moens) melalui tunas....
hasil penelitiannya tentang pengaruh Pusat Penelitian Teh dan Kina, Gambung,
kombinasi NAA dengan IBA terhadap Jawa Barat. Biji kina yang berasal dari
pertumbuhan dan perkembangan tunas, buah masak. Biji disterilkan dalam larutan
jumlah daun dan pengakaran tanaman kina kloroks 20% selama 15 menit diikuti
Succi (C. succirubra Pavon) asal nodus dengan sterilisasi dalam larutan Dithane
apikal in vitro. Konsentrasi NAA yang M-45 (1 g/L) selama dua jam sambil
digunakan adalah 0,05 – 2,0 mg/L sedang- dikocok dengan kecepatan 80 rpm di atas
kan untuk IBA adalah 0 – 1,5 mg/L. Hasil mesin pengocok. Biji dibilas beberapa
terbaik diperoleh pada konsentrasi NAA kali dengan akuades steril lalu
0,05 mg/L ditambah IBA 0,05 mg/L dikecambahkan dalam cawan Petri yang
dengan rata-rata pertumbuhan tinggi tunas berisi kertas saring basah. Biji dikecam-
36,3 mm, jumlah daun 11,5 buah dan bahkan dalam ruang dengan pencahayaan
frekuensi pengakaran 13,1 planlet selama 14 jam/hari selama 2–4 minggu.
empat minggu. Dari beberapa penelitian Kecambah dipindahkan ke medium padat
tersebut, belum diketahui perbandingan MS dengan konsentrasi 50% unsur makro
tingkat multiplikasi antara tunas apikal tanpa ZPT sampai tingginya mencapai
dengan tunas aksiler. Selain itu, daya + 15 cm. Kecambah tersebut digunakan
multiplikasi tunas kina tersebut masih sebagai sumber eksplan untuk penelitian
perlu ditingkatkan untuk mengefisiensikan multiplikasi tunas dan pembesaran/
proses penggandaannya. pertumbuhan serta pengakaran tunas
Sumber eksplan untuk perbanyakan menjadi planlet.
tunas tanaman kina secara in vitro, selain
tunas aksiler juga dapat digunakan tunas Multiplikasi tunas
apikal. Namun, daya penggandaan tunas
apikal dibandingkan dengan tunas aksiler Sumber eksplan yang digunakan
belum diketahui. Oleh karena itu, penting adalah tunas apikal dan aksiler dengan
untuk diteliti tingkat penggandaan tunas panjangnya + 10 mm berasal dari
dari kedua sumber eksplan tersebut. kecambah in vitro. Medium yang
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui digunakan adalah Murashige-Skoog
tingkat multiplikasi tunas apikal dan (1962) mengandung 3% sukrosa dan
aksiler tanaman kina (C. ledgeriana) ditambah 1 – 5 mg/L BA yang masing-
secara in vitro. Selain itu, juga ditentukan masing dikombinasikan dengan 0,1 mg/L
pengaruh kombinasi konsentrasi ZPT yang IBA, gelrite 2,5 g/L. pH medium diatur
efektif dan efisien untuk pertumbuhan dan menjadi 5,7 sebelum disterilisasi.
perkembangan tunas yang meliputi: Sterilisasi medium dilakukan dengan
jumlah daun, tinggi tunas dan tingkat autoklaf pada suhu 121 0C dengan tekanan
pengakaran planlet tanaman kina tersebut. 1,5 atm selama 20 menit. Kultur
diinkubasikan di dalam ruang terang di
bawah lampu TL dengan intensitas cahaya
Bahan dan Metode 30 µmol foton/m2/detik dengan periode
penyinaran 14 jam pada suhu 26 0C dan
Bahan penelitian yang digunakan kelembaban relatif + 60% selama empat
adalah tanaman kina (Cinchona dan delapan minggu yang masing-masing
ledgeriana Moens) yang berasal dari diulang sebanyak 10 kali. Setelah tercapai
38
Riyadi & Tahardi
39
Perbanyakan in vitro tanaman kina (Cinchona ledgeriana Moens) melalui tunas....
a b c
d e
f g
Gambar 1. Kultur in vitro tanaman kina (a) kecambah in vitro umur 3-4 minggu yang digunakan
sebagai sumber eksplan, (b) multiplikasi tunas apikal umur delapan minggu, (c) multiplikasi
tunas aksiler umur delapan minggu, (d) pemisahan tunas dari multiplikasi tunas apikal umur
delapan minggu, (e) pemisahan tunas dari multiplikasi tunas aksiler umur delapan minggu,
(f) planlet berakar sempurna yang siap diaklimatisasi umur enam minggu dan (g) bibit hasil
aklimatisasi umur 12 minggu.
Figure 1. In vitro culture of cinchona (a). in vitro germinants as explant source, 3-4 weeks (b) apical
shoot multiplication, eight-week-old, (c) axillary shoot multiplication, eight-week-old, (d)
shoots separated from multiplying apical shoot cluster, eight-week-old, (e) shoots separated
from multiplying axillary shoot cluster, eight-week-old, (f) plantlet with roots ready to be
acclimated, six-week-old and (g) plantlets that have been acclimated, twelve-week-old.
baik pada nodus aksiler maupun apikal diperoleh pada perlakuan konsentrasi BA
(Tabel 1). Tingkat multiplikasi tunas rata- 5 mg/L dikombinasikan dengan IBA
rata pada nodus aksiler tertinggi sebanyak 0,1 mg/L. Santoso et al. (2004), melapor-
24,6 tunas yang diperoleh pada perlakuan kan multiplikasi tunas aksiler tanaman
konsentrasi BA 3 mg/L dikombinasikan kina Ledger terbaik menggunakan BA
dengan IBA 0,1 mg/L, sedangkan pada 5 mg/L sebesar 13,2 tunas pada umur 16
nodus apikal hanya 17,2 tunas yang minggu dan 45 tunas pada umur 24
40
Riyadi & Tahardi
Tabel 1. Pengaruh zat pengatur tumbuh (ZPT) terhadap multiplikasi tunas asal nodus apikal dan aksiler
tanaman kina setelah empat dan delapan minggu pada medium MS.
Table 1. Effect of plant growth regulators (PGR) on shoot multiplication from apical and axillay nodes
of cinchona after four and eight- week-old on MS media.
41
Perbanyakan in vitro tanaman kina (Cinchona ledgeriana Moens) melalui tunas....
Tabel 2. Pengaruh zat pengatur tumbuh (ZPT) terhadap pertumbuhan tinggi tunas dan jumlah daun
tanaman kina setelah enam minggu pada medium MS.
Table 2. Effects of plant growth regulators (PGR) on shoot length and leaf number in cinchona after
six- week-old on MS media.
Kombinasi ZPT
Combination of PGR Tinggi tunas Jumlah daun
(mg/L) Shoot length Leaf number
(mm) (buah/sheets)
IAA IBA
5 0 22,2 a 7,8 a
10 0 21,4 a 7,8 a
5 0,5 16,5 a 7,4 a
10 0,5 16,1 a 6,4 a
*) Angka dalam kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak
berganda Duncan pada α = 0,05.
*) Means in the same column followed by the same letters are not significantly different according to
Duncan’s multiple range test at α = 0.05.
dibandingkan nodus apikal karena pada dari 3-4 kali lipat dari awal kultur yang
satu nodus yang sama terdapat dua mata tingginya hanya 5 mm (Gambar 1f). Pada
tunas untuk nodus aksiler dan satu mata parameter tinggi tunas dan jumlah daun
tunas pada nodus apikal. Selain itu, perbedaannya tidak signifikan untuk
dengan adanya pemotongan tunas apikal semua konsentrasi ZPT dengan uji jarak
maka dominansi tunas apikal terhadap berganda Duncan pada α = 0,05 (Tabel 2).
tunas aksiler menjadi hilang sehingga Rata-rata tinggi tunas tertinggi sebesar
pertumbuhan mata tunas pada nodus 22,21 mm yang diperoleh pada perlakuan
aksiler menjadi pesat. Menurut Ruttink IAA 5 mg/L, sedangkan jumlah daun
et al. (2007) pada nodus apikal terdapat tertinggi diperoleh pada perlakuan IAA
penumpukan hormon tumbuh internal 5 mg/L ataupun 10 mg/L. Persentase
terutama auksin yang mempengaruhi pengakaran tertinggi sebesar 90% di-
pertumbuhan tunas. Akibat penumpukan peroleh pada perlakuan IAA 10 mg/L.
hormon di bagian pucuk tersebut, maka Pertumbuhan tinggi tunas mulai
pengaruh hormon di bagian mata tunas terlihat pada umur + 5 hari dan berkem-
aksiler menjadi lemah, sehingga bang cukup pesat pada umur 15 hari
memunculkan fenomena yang disebut “ setelah tanam. Dari empat perlakuan
dominansi apikal.” konsentrasi ZPT yang diuji, hasilnya
menunjukkan bahwa tinggi tunas pada
Pertumbuhan dan pengakaran tunas semua perlakuan mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang cukup pesat
Tunas-tunas hasil multiplikasi setelah meskipun perbedaannya tidak signifikan.
dikulturkan selama enam minggu telah Pemberian IAA secara tunggal dengan
menampakkan pertumbuhan dan perkem- konsentrasi 5 mg/L pada kultur tunas kina
bangan cukup pesat yang mencapai lebih telah cukup untuk memacu pertumbuhan
42
Riyadi & Tahardi
100
Persentase perakaran
Percentage of root (%)
80
60
40
20
0
IAA 5 IAA 10 IAA 5 + IBA 0,5 IAA 10 + IBA 0,5
Konsentrasi ZPT (PGR concentration)
Gambar 2. Persentase planlet kina (C. ledgeriana Moens) yang berakar pada medium pembesaran setelah
enam minggu.
Figure 2. Root percentage of cinchona plantlet (C. ledgeriana Moens) on development media after six-
week-old.
43
Perbanyakan in vitro tanaman kina (Cinchona ledgeriana Moens) melalui tunas....
44
Riyadi & Tahardi
45
Perbanyakan in vitro tanaman kina (Cinchona ledgeriana Moens) melalui tunas....
46