Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
MH
Pengaturan dari UU Bo. 30 Tahun 1999 adalah untuk menjaga jangan sampai
penyelesaian sengketa melalui arbitrase menjadi berlarut-larut, didalam menjalankan
hukum formil yang utuh, maka Undang–undang tersebut memuat ketentuan tentang
pelaksanaan tugas arbitrase nasional maupun internasional, dimana pada bab VI
mengatur tentang pelaksanaan putusan sekaligus dalam satu paket, agar Undang-
undang dapat dioperasionalkan sampai kepada pelaksannan putusan, baik yang
menyangkut masalah arbitrase nasional maupun internasional, yang secara hukum
dapat dibenarkan.
Landasan Hukum
1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) UUD 1945;
2. Undang-undang nomor 14 tahun 1970 tentang Ketentuan – ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara RI tahun 1970 nomor 74, Tambahan
Lembaran Negara nomor 2951);
3. Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
4. Undang-Undang No. 5 Tahun 2005 Tentang Mahkamah Agung.
Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata diluar peradilan umum yang
didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh pihak yang
bersengketa, dimana para pihak adalah subyek hukum, baik menurut hukum perdata
maupun publik, karena adanya suatu kesepakatan berupa klausula arbitrase yang
tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum terjadi
sengketa , atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah
terjadi sengketa, yang dapat diselesaikan melalui pengadilan negeri didaearh
hukumnya yang meliputi tempat tinggal termohon, dimana pihak pemohon adalah
sebagai pihak yang mengajukan permohonan penyelesaian sengketa melalui arbitrase,
dengan bantuan seorang arbiter/lebih yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa
atau yang ditunjuk oleh Pengadilan Negeri atau lembaga arbitrase, untuk memberikan
putusan mengenai sengketa tertentu yang diserahkan penyelesaiannya melalui
arbitrase;
Dengan demikian Lembaga Arbitrase adalah suatu badan yang dipilih oleh
para pihak yang bersengketa untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu,
lembaga tersebut juga dapat memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu
hubungan hukum tertentu dalam hal sebelum timbul sengketa, sedangkan putusan
arbitrase internasional adalah putusan yang dijatuhkan oleh suatu lembaga arbitrase
atau arbiter perorangan diluar wilayah hukum RI, atau putusan suatu lembaga arbitrase
atau arbiter perorangan menurut ketentuan hukum RI dianggap sebagai suatu putusan
arbitrase internasional, terdapat pula alternatif penyelesaian sengketa yaitu lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para
pihak, yakni penyelesaian diluar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi,
konsiliasi, atau penilaian ahli.
Ruang lingkup arbitrase adalah meliputi sengketa dari para pihak, syarat
arbitrase, pengangkatan arbiter dan hak ingkar, dimana para pihak dapat menyetujui
suatu sengketa yang terjadi atau yang akan terjadi antara mereka untuk diselesaikan
melalui arbitrase dan dalam hal timbulnya suatu sengketa, maka pemohon harus
memberitahukan dengan surat tercatat, telegram, teleks, faksimile, e-mail atau dengan
buku ekspedisi kepada termohon bahwa syarat arbitrase yang diadakan oleh pemohon
atau termohon berlaku dengan tujuan untuk mengadakan penyelesaian sengketa
melalui arbitrase, atas dasar kepada perjnjian yang diadakan oleh para pihak tentang
jumlah arbiter, akan tetapi apabila tidak pernah diadakan perjanjian semacam itu,
pemohon dapat mengajukan usul tentang jumlah arbiter yang dikehendaki dalam
jumlah ganjil, kemudian kesepakatan yang telah disetujui harus dibuat dalam suatu
perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh para pihak, jika para pihak dapat
menandatangani perjanjian tertulis, maka perjanjian tertulis tersebut harus dibuat
dalam bentuk akta notaris.
Yang mana maksud dari perjanjian tertulis adalah harus memuat identitas
yang lengkap berikut masalahnya, karena jika perjanjian tertulis tidak memuat
persyaratan tersebut maka akan mengakibatkan batal demi hukum, akan tetapi terdapat
pengecualian, dimana suatu perjanjian arbitrase tidak menjadi batal apabila :
a.meninggalnya salah satu pihak, b. bangkrutnya salah satu pihak, c.novasi, d.
insolvensi salah satu pihak, e. pewarisan, f. berlakunya syarat-syarat hapusnya
perikatan pokok, g. bilamana pelaksanaan perjanjian tersebut dialihtugaskan pada
pihak ketiga dengan persetujuan pihak yang melakukan perjanjian arbitrse tersebut,
dan h. berakhirnya atau batalnya perjanjian pokok.
Jika sudah terdapat suatu perjanjian arbitrase tertulis meniadakan hak para
pihak untuk mengajukan penyelesaian sengketa atau beda pendapat yang termuat
dalam perjanjiannya ke pengadilan negeri, dimana Pengadilan negeri wajib menolak
dan tidak akan campur tangan didalam suatu penyelesaian sengketa yang telah
ditetapkan melalui arbitrase, kecuali dalam hal – hal tertentu yang ditetapkan dalam
undang-undang No. 30 Tahun 1999.
Terhadap hasil pendapat dan Putusan Arbitrase, dimana para pihak dalam
suatu perjanjian berhak untuk memohon pendapat yang mengikat dari lembaga
arbitrase atas hubungan hukum tertentu dari suatu perjanjian dan terhadap pendapat
yang bersifat mengikat, tidak dapat dilakukan perlawanan melalui upaya hukum
apapun. Dan apabila pemeriksaan sengketa telah selesai, maka pemeriksaan segera
ditutup dan ditetapkan hari sidang untuk mengucapkan putusan arbitrase tersebut yang
berdasarkan ketentuan hukum, atau berdasarkan keadilan dan kepatutan dan putusan
diucapkan dalam waktu paling lama 30 hari setelah pemeriksaan ditutup, begitu pula
dalam wakru paling lama 14 hari setelah putusan diterima oleh para pihak untuk dapat
mengajukan permohonan kepada arbiter/majelis arbitrase untuk melakukan koreksi
terhadap kekeliruan administratif atau yang isinya mengurangi sesuatu tuntutan
putusan (diatur dalam Pasal 52 sampai dengan Pasal 58 UU No. 30 Tahun 1999).
Amrizal, Hukum Bisnis: Deregulasi dan Joint Venture di Indonesia Teori dan
Praktik.Jakarta : Penerbit : Jambatan, 1996.
Allen, Linda. “ Capital Markets And Institutions “: A Global View.New York,
Brisbane, Singapore : Jhon Wiley & Sons’s, Inc., 1997.
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja. Hukum Bisnis : Kepailitan. Jakarta :
PT.Rajagrafindo Persada, 1999.
A. Pilto, Pembuktian dan Daluwarsa menurut KUH Perdata Belanda, terjemahan
M.Isa Arief, Jakarta:Internusa, 19978.
Abadulkadir Muhammad, Hukum Perikatan.Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1992.
Asmon, I.E.” Pemilikan Saham Oleh Karyawan: Suatu Sistem Demokrasi Ekonomi
Bagi Indonesia”, dalam Didik J.Rachbini, ed , Pemikiran Kea rah Demokrasi
Ekonomi. Jakarta, LP3ES, 1990.
Bernadette Waluto. Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayarn Utang.
Bandung : CV Mandar Maju, 1999.
Black and Daniel, “ Money and Bangkok”, Contemporary Pranctices, Politik and
Isues Business Publication INC.Plano, Texas 1991.
Beach, Mary E.T.” Developments In Securities Refistration and Prospektus Delivery”.
ALI-BABA Course Materiels Journal, February 1997.
Beaver, William H. “ The Nature of Mandated Disclosure”, dalam Richard A. Posner
dan Kenneth E.Scott, ed, Economic of Corporation Law and Securities
Regulation.Boston, Toronto : Little Brown & Company, 1980.
Black, Henry Campbell.Black’s Law Dictionary, Sixt Edition.ST.Paul. Minn: West
Publishing Co, 1990.
Bromberg, Alan R.” Corporate Information: Texas Gulf Sulphur and Its Implications”.
South-Western Law Journal, vol 22, 1968.
Bunch, Gary.” Chiarella : The Need For Equal Access Under Section 10(b)”. San
Diego Law Review, vol 17, 1980.
Chatamarrassjid. Menyingkap Tabir Perseroan (Pencieng the Corporate Veil).Kapita
Selekta Hukum Perusahaan.Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000.
Carl, Bernd Kaeblig, Indonesia Intellectual Property Law, First Edition., editor :
Gregory J.Churchill, Maret 1993.
Coffe, Jhon C.Jr.” Market Failure And The Economic Case For A Mandatory
Disclosure System”.Virginia Law Review, vol. 70, 1984.
Corgill, Dennis.S.” Insider Trading, Price Signals, and Noisy Information”. Indiana
Law Journal, vol. 71, 1996.
Davis, Jeffry L.” Disorgement in Insider Trading Cases : A Proposed Rule”. Securities
Regulation Law Journal, vol.22, 1994.
Downes, John dan Jordan Elliot Gooman, “ Dictionary of Finance and Investment
Term “. Diterjemahkan oleh Soesanto Budhidarmo. Jakarta : PT.Elex Media
Komputindo, 1991.
E. Suherman. Faillissement (Kepailitan).Bandung : Bina Cipta, 1988.
Eisert, Edward G “ Legal Strategis for Avoiding Class Action Law Suit Against
Mutual Funds”. Securities Regulation Law Journal. Vol.24, 1996.
Frederic.S.Mishkin, The Economics of Money, Bangking and Financial Market, Sixth
Edition, Addison Wesley Longman USA, 2001.
Fischel, Daniel R.” Efficient Capital Markets, The Crash, and the Fraud on the Market
Theory”. Delaware Journal of Corporate Law, vol. 74, 1989.
Freilich, Harold I. dan Ralph S,Janvery.” Understanding’Best Efforts’Of ferings”.
Securities Regulation Law Journal, vol .17, 1989.
Fischel, Daniel R.” Efficient Capital Markets, The Crash, and the Fraud on the Market
Theory”. Delaware Journal of Corporate Law, vol. 74, 1989.
Freilich, Harold I. dan Ralph S,Janvery.” Understanding’Best Efforts’Of ferings”.
Gallant, Peter.” The Eurobond Market, First Publishied”.New York :New York
Institute of Finance, 1988.
Goelzer, Daniel L. Esq.” Management’s Discussion and Analysis and Environmental
Disclosure”.Preventive Law Reporter, Summer, 1995.
Grossfeld, Berhard.” The Strenght and Weakness of Comparative Law”.Oxford :
Clarendon, Press, 1990.
Gilson, Ronald J.dan reiner H. Kraakman.” The Mechanisms of Market
Efficiency”.Virginia Law Journal, vol. 24, 1997.
Harzel Leo & Richard Shepro.” Setting the Boundaries for Disclosure”.Delevare
Journal of Corporate Law, vol. 74 1989.
I. Jerry Hoff, Indonesia Bankruptcy Law, editor: Gregory.J, Churchill, Januari 1999.
J. Eggens, In En Uittreden Van Leden Bij Vennoot Schappen Onder Firma, Ptasaran
(Praeadvies) untuk Konggres ke 4 Ned Indise Juristen Vereeniging di zaman
tahun 1936 di Jakarta : diumumkan dalam lampiran pada T.144.
Kansil, C.S.T. Hukum Perusahaan Indonesia (aspek Hukum Dalam
Ekonomi),Jakarta : Pradnya Paramita, 1995.
Kartini Mujadi. Hakim Pengawas dan Kurator dalam Kepailitan dan dalam Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang. Newslleter No. 33 Tahun IX, Jakarta : Yayasan
Pusat Pengkajian Hukum, 1998.
Karnaen Perwataatmadja dan Muhammad Syafe’I Antonio, “Apa dan Bagaimana
Bank Islam”, PT.Dara Bhakti Prima Yasa Yogyakarta, 1992.
Karmel, Roberta S.” Is the Shingle Theory Dead”.Washington & Lee Law Review,
vol 52, 1995.
M.N. Purwosutjipto. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. Jilid.8 : Perwasitan,
Kepailitan dan Penundaan Pebayaran. Jakarta : PT. Djambatan, 1992.
Martiman Prodjohamidjo. Proses Kepailitan menurut Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang No. I Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang
tentang Kepailitan, Bandung : CV Mandar Maju, 1999.
M. Polak, Handboek voor het Ned. Handels-en Faillis-sementsrecht. Jilid I, cetakan ke
5, cetakan ke 4 dan cetakan ke 3.Disingkat dengan Polak I(5), Polak I(4) dan
Polak I(3) , cetakan ke 3 ini adalah yang masih paling cocok dengan KUHD.
Muhammad Syafe’I Antonio,”Bank Syariah”, dari Teori kePraktik, Gema Insani,
2001.
Nsngoi, Ronald.Peningkatan Produktifitas Organisasi Perusahaan, Analisis Nomor 3
Vol. 15 Maret 1986,p.232-239.
N. Lapolwa dan Daniel S. Kuswandi, “ Akintansi Bank”, Lembaga Pengembangan
Perbankan Indonesia, Jakarta, 1993.
Parwoto Wignjosumarto, Tugas dan Wewenang Hakum Pemeriksa/Pemutus Perkara
Hakim Pengawas dan Kuratir/Pengurus, Juli 2001.
--------- Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. I Tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang=Undang tentang Kepailitan ,edisi bahasa Indonesia
dan Inggris.
Retnowulan Sutantio. Kapita Selekta Hukum Ekonomi dan Perbankan. Jakarta :
Mahkamah Agung RI, 1996.
Rachmadi Usman. Pasal-Pasal tentang Hak Tanggungan atas Tanah. Jakarta : PT.
Djambatan, 1998.
R.M. Mac Iver dan Charles H.Page. “ Society an Introductory analysis.” Mac Millian
& Co,Ltd.London, 1961, hal 213.
Subekti. Hukum Perjanjian.Jakarta : Internusa, 1980.
Subekti dan R Tjitrosudibio. KUH Dagang dan Undang-Undang Kepailitan,
terjemahan Wetboek van Koophandel en Faillissementsverodening. Jakarta :
Pradnya Paramita, 1982.
Wirjono Prodjodikoro. Azasazas Hukum Perjanjian.Bandung: Sumur, 1993.
Sukrisno, “ Perencanaan Strategis Bank”, Lembaga Pengembangan Perbankan
Indonesia, Jakarta 1992.
Securities Regulation Law Journal, vol .17, 1989.
Ter Haar, Bzn.B. “ Beginselen En Stelsel Van Het Adar Recht”. J.B. Woters
Groningen. Jakarta, 1950.
Thomas Suryono DKK, “ Kelembagaan Perbankan”, Penerbit PT. Gramedia, Jakarta,
1998.
Tirole, Jean. The Theory of Industrial Organisasi.USA Masachusetts Institute of
Technology, 1989.
Treuman, Walter et al.US Busness Law, 2nd Verlag Otto Schmidi KG Koeln, 1990.
----------- UU Kepailitan di Indonesia, I Jerry Hoff, Penerjemah Kartini Muljadi,
Oktober 2000.
----------- UU No. 10 Tahun 1998.
----------- UU No. 23 Tahun 1999.
----------- UU No. 3 Tahun 2004.
----------- UU No. 30 Tahun 1999.
Zainal Asikin. Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia. Jakarta :
PT Rajagrafindo Persada, 2001.
Soewardu. “ Sekitar Kodifikasi Hukum Nasional di Indonesia “Jakarta, 1950, hal..60.
Ceramah Koesano tentang “ Pembangunan Hukum Adat”.
Kartohadiprodjo, Soedirman. “ Hukum Nasional” beberapa catatan, Bina tjipta, 1968,
Hartono, Sunarjati. “ Capita Selecta Perbandingan Hukum”. Alumni (Stensil)
Bandung, 1970, hal. 21-23.
Star Nauta Carsten, C- Verwer, J. ” Proe Advies Derde Juristen Conggres”. Di Jakarta
disertai Verwer J 1934. De Bataviasche Gronthuur, Een Europeesch
Gewoonterechtelijke Opstalfiguur.NV.Drukkerij J.de Boer, Tegal, 1934.
Koentjaraningrat. “ Rintangan-Rintangan mental dalam pembangunan ekonomi di
Indonesia.” Terbitan tak berkala, seri no. 12, Lembaga Reasearch Kebudayaan
Nasional, Jakarta, 1969, hal. 19.