Vous êtes sur la page 1sur 6

c 

Benua paling selatan, Antartika merupakan salah satu lingkungan paling keras di planet
ini. Daerah ini tidak memiliki penduduk asli, tapi pada beberapa dekade terakhir manusia banyak
memberi perhatian pada benua ini dengan mendirikan stasiun penelitian dan klaim kepemilikan
wilayah.

Saat ini, tujuh bangsa memiliki klaim teritorial formal di Antartika: Argentina, Australia,
Chili, Perancis Inggris, Selandia Baru dan Norwegia. Beberapa klaim saling tumpang tindih,
sebagian besar wilayah Inggris, misalnya, juga diklaim oleh Argentina dan Cile. Sementara itu,
AS, Rusia dan sejumlah negara lain yang tidak ikut mengklaim, menolak klaim negara-negara
yang memperebutkan Antarika dengan dalih Antarika hanya boleh digunakan untuk penelitian
ilmiah berdasarkan Antartic Treaty 1959.

Selama krisis energi tahun 1970-an, beberapa perusahaan minyak menyatakan mendukung
penelitian di Antartika dan, pada awal tahun 1980-an, ilmuwan menemukan cadangan minyak
lepas pantai yang besar yang mengelilingi benua, kususnya Laut Weddell dan daerah Laut Ross
yang menyimpan 50 milyar barel minyak. Untuk melindungi dari eksploitasi sumber daya, yang
mungkin mengakibatkan ketidak stabilan politik dan lingkungan, beberapa negara
menandatangani 
  tahun  Protokol, yang mulai berlaku pada tahun 1998,
meletakkan moratorium untuk pertambangan dan pengeboran minyak selama minimal 50 tahun.
Bahkan jika sumber daya mineral secara tak sengaja ditelusuri melalui penelitian ilmiah, tidak
ada yang dapat mengeksploitasi mereka secara legal.

Sementara Protokol Madrid belum akan berakhir sampai 2048, beberapa negara sudah melihat ke
depan. Saat ini Inggris sedang menyiapkan sebuah ³pemberian nama´ di bawah perjanjian
Hukum Laut PBB untuk perairan lepas pantai Antartika yang ada mereka klaim. Para pejabat
Inggris berkeras bahwa hal ini hanya untuk menjaga kepentingan negara itu di wilayah tersebut,
jika larangan eksploitasi mineral dan minyak bumi mengalami perubahan. Jika diterima, klaim
ini akan mencakup lebih dari 360.000 mil persegi (932.396 km persegi) dari wilayah bawah laut.

D  
                 
                      
                
   
 
         
        
   

               
DIAM-DIAM, India merupakan negeri Dunia Ketiga satu-satunya yang melakukan penjelajahan ke
Antartika. Tentu tak hanya sekedar mencari petualangan. Melainkan ikut melacak informasi - dan harta
karun yang selama ini terpendam di perut bagian dunia yang lelap itu. Sebuah tim ekspedisi ilmiah
negeri itu telah mendarat di Antartika, 9 Januari lalu. "Negeri ini tampaknya akan ikut mengklaim benua
yang lengang itu," tulis K.S.R. Menon dalam majalah South, The Third World Magazine, bulan ini. Meski
belum mengeluarkan suatu pernyataan resmi, pemerintah India jelas memberikan prioritas tinggi untuk
usaha ini. Tak kurang dari Perdana Menteri Indira Gandhi memperlihatkan perhatian pribadi. Ekspedisi
ini, katanya, "merupakan perwujudan salah satu impian lama saya." Sudah sejak beberapa bulan lalu PM
Indira membentuk departemen yang berdiri sendiri dalam menangani pengembangan kebaharian, dan
tindakan itu memperlihatkan betapa pentingnya petualangan samudra tersebut bagi India sekarang,
seperti dikatakan Menon. Sebaliknya, "sukses misi ini menyangkut kepentingan vital Dunia Ketiga dalam
menghadapi Persetujuan Antartika l9."Persetujuan itu berkenaan dengan hak monopoli sejumlah negara
atas eksploitasi sumber alam yang luas di wilayah yang belum begitu dikenal itu. Terdiri dari 21 orang,
tim India meninggalkan Pelabuhan Goa di pantai barat India 6 Desember 1981. Mereka menggunakan
Polar Circle, kapal carteran milik Norwegia berukuran 600 ton, dan dipimpin oleh Dr S.Z. Qasim, bekas
direktur Institut Oseanografi Nasional India (NIO), yang kini menjabat sekretaris Departemen Lingkungan
Hidup. Bagi Qasim ekspedisi Antartika ini merupakan kesempatan kedua kalinya sebagai kepala. Tahun
lalu, dengan menggunakan kapal Gaveshini, ia memimpin ekspedisi NIO menggali nodule polymetallic
dari dasar lautan, 1000 km lepas pantai negerinya. Misi itu diselesaikannya dengan baik. Polar Circle
membawa dua helikopter untuk keperluan pendaratan plus sarana transportasi darurat. Di samping
mengumpulkan data cuaca dan oseanografi, ada pula tugas lebih penting. Yaitu, "mencari bukti bahwa
Antartika pada zaman baheula merupakan bagian dari India, dan baru saja terpisah sekitar 100 juta
tahun lalu" . . . Tim ini sudah berhasil mengumpulkan banyak sekali data ilmiah. Juga menempatkan
sebuah panel solar serta sism , sambil menghabiskan biaya US$ 2,5 juta dan mengikutsertakan dua
ilmuwan Norwegia. Mereka menamakan daerah pendaratan ekspedisi itu Dakshin Gangotri "Pendaratan
dan pemberian nama ini patut dicatat sebagai peristiwa penting," kata K.S.R. Menon dalam tulisannya.
Soalnya, beberapa negara sudah terlebih dahulu mengklaim wilayah yang sama -- tanpa hak yang jelas.
Di samping itu "tampaknya memang ada bukti geologis bahwa India dan Antartika pernah merupakan
suatu daratan yang bersambung, sampai sekitar zaman Mesozoid." Setelah itu 'benua' tadi terpecah-
pecah. Beberapa negeri, termasuk superpowers dan Jepang, selama ini sudah memperlihatkan
perhatian luar biasa terhadap Antartika. Tak perlu heran. Cadangan batubara dalam jumlah besar sudah
ditemukan di Antartika Timur, terutama di sektor yang diklaim Australia, Norwegia dan Selandia Baru.
Sekarang ini sumber tersebut memang masih sulit dicapai. Lagi pula kandungan batubaranya
diperhitungkan belum murni, banyak bercampur abu. Tapi bukankah sarana penambangan bertambah
maju, sementara cadangan bahan bakar dunia semakin gawat? Selain itu terdapat pula bijih besi yang
layak ditambang -- di Pegunungan Pangeran Charles, dekat pantai Antartika yang berhadapan dengan
Samudera Hindia. Para penjelajah Soviet menemukan pendaman bijih besi setebal 100 meter, dengan
bentangan sepanjang 120 km Cadangan ini cukup melayani kebutuhan manusia dalam keadaan
sekarang ini, untuk masa 20 tahun mendatang. Persamaan geologis yang hampir pasti, membuat para
ilmuwan Amerika mengambil kesimpulan penting. Menurut mereka, Antartika menyimpan endapan
platinum, nikel, tembaga, kromium, kobalt, bahkan emas-dalam jumlah yang cukup banyak. Gas dan
minyak tadinya tak begitu diharapkan dari wilayah ini. Namun perkiraan konservatif yang pernah dibuat
tim survei geologi AS pada 1973 menyebutkan: sekitar 15 milyar barrel minyak akan bisa digali di sekitar
Laut Ross, Laut Weddell dan Laut Bellingshausen. Antartika sendiri diperkirakan memendam sekitar 50
milyar galon. Pada 1973, kapal pengebor minyak AS Glomar Challenger menemukan isyarat gas methan
di sekitar Laut Ross. Pada 1980 perhatian makin bertambah, tatkala sebuah kongsi minyak semi-
pemerintah Jepang, Japan National Oil Corporation, memberangkatkan kapal Kajurei Maru yang
berukuran 1800 ton untuk mencari minyak. Langkah ini merupakan bagian program riset ilmiah tiga
tahun. ADA pula suara merdu dari Evgeny Tolstikov, Deputi Kepala Dinas Hidrome teorologi Uni Soviet.
Menurut tokoh ini, sumber-sumber minyak Antartika bahkan akan mengalahkan Alaska di masa depan.
Tapi agaknya, bagi negeri sedang I-erkembang, kepentingan jangka pendek yang paling diharapkan dari
Antartika adalah sumber makanan. Sudah agak lama kawasan ini dikenal kaya akan krill, sebangsa udang
dengan kandungan protein yang tinggi. Uni Soviet dan Jepang bahkan sudah melakukan eksploitasi. Krill
adalah istilah Norwegia bagi sejenis makhluk air yang merupakan makanan pokok ikan paus. Secara
umum hewan ini termasuk keluarga udang euphausia superba. Krill berkelompok secara tetap, dan
dengan demikian mudah dipanen. Banyak terdapat di sekitar Samudera Hindia, Atlantik dan Laut Ross.
Jerman Barat dilaporkan sanggup menangguk makhluk ini sekitar 40 ton per jam. Ahli-ahli Inggris
memperhitungkan 50 juta ton krill dapat dipanen setiap tahun tanpa perlu khawatir akan kelestarian
dan kesinambungan siklus hidupnya. Sementara itu, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) bahkan
muncul dengan perkiraan lebih optimistis. Mereka mengemukakan angka 150 juta ton - tiga kali
melebihi perhitungan Inggris. Tapi penangkapan krill juga tak bisa dipandang terlalu enteng. Mencari
kawanan krill bukan perkara gampang. Menghelanya ke kapal juga setengah mati. Di samping itu
diperlukan kapal nelayan bertenaga besar dengan ruang penampungan yang luas. Penangkapan krill bisa
menjadi proyek mahal. Setiap kapal nelayan yang diperlukan, menelan biaya US$ 10 sampai 20 juta.
Sedang masa panen binatang itu hanya tiga sampai lima bulan setahun. Tapi Jepang dan Soviet secara
rutin sudah memanennya untuk kepentingan komersial. Mereka sudah sampai pada tingkat pemasaran.
Soviet saja konon sudah mengkomersialkan krill sejak 1961. Setiap tahun mereka diperkirakan
memanen krill sekitar 5.000 sampai 10.000 ton per tahun. Dan sejak 1976 mereka memasarkannya
dalam bentuk kalengan dengan harga US$ 1,90 per kg. Jepang, dalam periode 1975-1976, menjaring
5.000 ton krill dan menjual setiap 300 gram dengan harga 40 sen dollar. Dengan potensi sumber bahari
yang demikian luas, Program Pengembangan PBB menyediakan dana sebesar US$ 200 ribu bagi suatu
program survei perikanan Laut Selatan, 1976-1977. Pelaksanaannya diserahkan kepada FAO. ADA 1977,
FAO mengusulkan program eksplorasi, eksploitasi dan pemanfaatan sumber hidup di Antartika untuk
jangka 10 tahun. Anggarannya diperkirakan US$ 45 juta. Sedangkan hasilnya akan dimanfaatkan oleh
seluruh dunia, teruama negeri sedang berkembang. Tapi usul ini kandas -- ditolak negeri-negeri
pendukung Perjanjian Antartika. Padahal, dengan menangkap 70 juta ton krill setiap tahun, dapat
disediakan 20 gram protein setiap hari untuk 1 milyar orang, yang berarti seperempat jumlah penghuni
bumi. Sejak beberapa tahun terakhir, negeri-negeri Perjanjian Antartika memang tampak
memperlihatkan sikap seperti tuan atas benua yang lengang itu. Perjanjian itu sendiri mulai berlaku
1961, disahkan oleh 12 negeri termasuk Argentina, Australia, Chili, Prancis, Selandia Baru, Norwegia dan
Inggris. Mereka secara resmi mengklaim kedaulatan atas benua itu dengan bertolak dari periode 1908-
1946. Klaim di dasarkan pada penemuan, persambungan dan persentuhan batas wilayah. Sementara itu
15% benua tersebut yangg selama ini dinamakan Pulau Marie Byrd atau Sektor Prancis -- belum pernah
diklaim orang. Tapi Belgia, Jepang, Afrika Selatan dan Uni Soviet selama ini secara resmi tak mengakui
klaim apa pun. Amerika dan Soviet masing-masing berusaha tidak menyulut api yang bakal merugikan
kedua belah pihak. "Cacat utama Perjanjian Antartika adalah ambisinya atas eksploitasi sumber
kekayaan," kata Menon lebih jauh dalam tulisannya. Banyak klaim yang ternyata saling bertentangan.
Para dalang Perjanjian Antartika agaknya terlalu dipengaruhi niat mengkomersialkan sumber mineral
kawasan tersebut, hingga memerlukan bersidang dr Buenos Aires, Juli 1981. Tujuannya membentuk
badan yang akan menguasai eksploitasi mineral tersebut. Sementara itu pihak yang menamakan diri
Kelompok 77 mencoba, melalui PBB, menuntut jalan tengah. Mereka mendesak diberlakukannya hukum
internasional di Antartika, dengan menempatkan wilayah itu sebagai "warisan bersama kemanusiaan,"
sama dengan angkasa luar dan dasar samudra. Dalam keadaan seperti itulah India tampil ke tengah
gelanggang. Ia masuk ke tengah "klub Antartika" yang eksklusif itu, sebagai negeri yang tidak
menandatangani Perjanjian Antartika. "Kehadirannya tidak cuma memperlemah posisi Perjanjian, tapi
sekaligus merupakan dorongan pada inisiatif di kawasan ini," seperti-dikatakan K.S.R. Menon

j   
  
     
     
     

 
j      
 j  j

  
 
 

 
 
     
!  
 "  
  

#$% &  '(
     
&
 )    "  
 
    *  


 *  

   

!
  
""
+ 
* 
"" * !   '
!   &" 
 !"      *
 "   *

j


, "
   "  
 j j

  

*
-
**   
  !
   
  *

""

  


*!

* * 

c    c 



‰   


    

r c           


     c c     !  c 
           
Perlombaan untuk mendapatkan bahan bakar kini telah mencapai sudut yang paling tidak ramah
di atas muka bumi ini: wilayah kutub. Hal ini terjadi, setelah mencairnya lapisan es di daerah
kutub, beberapa negara berspekulasi adanya harta terpendam di kedalaman di sana.
Harta yang diperkirakan, saat ini masih tertimbun dengan aman di bawah lapisan es abadi di
Kutub Utara. Akan tetapi dengan semakin banyaknya lapisan es yag mencair, semakin besar pula
kemungkinan usaha penggalian harta yang tersembunyi ini. Para peneliti Amerika Serikat
memperkirakan, seperempat dari persediaan minyak bumi dan gas bumi terdapat di wilayah yang
disebut Lomonossov Ridge, wilayah perbukitan di bawah laut sepanjang 1800 kilometer antara
Greenland dan Siberia Timur. Dan harta yang diperkirakan ini, terpendam tepat di bawah Kutub
Utara.
Tapi seorang pakar geologi Jerman, Hermann Rudolf Kudrass, tidak terlalu sependapat dengan
rekannya dari Amerika tersebut tersebut, "Sumber alam yang terdapat di Arktik merupakan tema
yang terlalu digembar-gemborkan. Di wilayah sepanjang 200 mil laut di perbatasan negara
Rusia, Kanada dan Amerika Serikat pasti terdapat sumber alam: Minyak bumi dan gas bumi.
Tapi masih dipertanyakan apakah sumber alam ini juga tersimpan di wilayah sampai ke Kutub
Utara.³
Aang pasti saat ini, bukan minyak bumi atau gas bumi yang terdapat di Kutub Utara, akan tetapi
bijih besi serta batu bara. Sementara sumber alam mineral lainnya masih dalam perkiraan, belum
diketahui keberdaannya dengan pasti. Mungkin juga terdapat nikel, tembaga, platina atau juga
emas dan perak. Dan usaha pengeboran baru bisa dilakukan jika keberadaan sumber alam ini
sudah diketahui dengan pasti. Tapi jikapun ada, biaya ekpoitasi akan sangat tinggi. Ini pula yang
menjadi masalah bagi negara-negara yang ingin mengambil keuntungan di Kutub Utara.
"Kedalaman air pada umumnya mencapai sekitar 4000 meter, yang secara teknis tidak dapat
dicapai. Seberapa dalam kita harus mengebor, itu pertanyaan besar lainnya. Semuanya akan
menjadi sangat, sangat mahal. Sehingga nantinya harga penjualannya pun akan tinggi. Karena
tentu saja para investor ingin uang mereka kembali,´ dikatakan Christian Reichert dari Institut
Ilmu Bumi dan Sumber Daya Alam Jerman.
Rusia, Kanada, Amerika Serikat Denmark serta Norwegia masih belum tahu apakah mereka akan
mengambil resiko berinvestasi atau tidak. Di wilayah sampai 200 mil laut dari lepas pantai,
kelima negara ini sebenarnya sudah dapat melakukan penelitian, mengambil kekayaan laut atau
sumber daya alam lainnya. Demikian bunyi pasal 76 Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa
Bangsa (UNCLOS). Dan menurut hukum, batas wilayah ekploitasi yang 200 mil laut ini dapat
juga diperpanjang. Itulah yang kini terutama sedang diusahakan oleh Rusia, dikatakan ahli
hukum kelautan dari Univeritas Kiel, Alexander Proelß.
Oleh karena itu, negara-negara di sekitar Arktik ingin menunjukkan, bahwa wilayah
Lomonossov Ridge ini merupakan perpanjangan alami dari wilayah daratan mereka. Siapa yang
dapat membuktikan hal ini, maka ia dapat mengekspoitasi sumber-sumber alam di dasar laut
Arktik.
Sementara di Antartika, Kutub Selatan, Inggris berusaha mengklaim wilayah bawah laut yang
sangat luas di sana, yang diperkirakan terdapat minyak bumi. Pemerintah Inggris mengharapkan
mendapatkan sebagain dari benua Antartika ini, juga mengacu pada hukum kelautan PBB. Akan
tetapi menurut hukum internasional klaim Inggris ini tidak dapat diakui. Karena aesuai Traktak
Antartika yang dikeluarkan pada tanggal 1 Desember 1959, seluruh wlayah darat dan laut 60
derajat pada garis lintang selatan merupakan wilayah bebas yang tidak dapat diduduki.
46 negara yang telah menandatangani traktat ini, termasuk Inggris, hanya diperbolehkan untuk
memanfaatkan wilayah ini bagi penelitian. Antartika bukan saja berperan besar dalam masalah
iklim global. Antartika juga bisa dikatakan sebagai dokumen sejarah planet bumi ini. Selain itu,
Protokol Lingkungan bagi Traktat Antartika juga melarang segala bentuk pertambangan sampai
tahun 2041.
Pakar hukum kelautan Alexander Proelß berpendapat, untuk melindungi Arktik juga seharusnya
diberlakukan satu perjanjian. "Walapun pada tingkat yang lebih rendah, memang telah ada upaya
untuk melindungi wilayah Arktik. Tapi tentu saja, kunjungan para kepala negara dan
pemerintahan di Greenland tidak dapat menyembunyikan fakta adanya kepentingan ekonomi.
Sulit untuk memprediksikan, bagaimana posisi upaya perlindungan lingkungan dalam hal ini.
Tidak terlihat adanya optimis yang besar, karena situasi hukum berkaitan dengan Antartika
berbeda sama sekali dan tidak bisa begitu saja diterapkan untuk Arktik.³
Antartika memang merupakan sebuah daratan, oleh karena itu hukum kelautan yang rumit tidak
berlaku untuknya. Keadaan ini telah membuat jalan terbuka bagi tercapainya Traktak Antartika
yang sekarang berlaku. Akan tetapi, perjanjian perlindungan ini akan berakhir dalam 32 tahun
mendatang. Setelah itu pertikaian mengenai sumber daya alam di wilayah ini akan benar-benar
meletus. Inggris hanya harus menunggu sebentar saja.
j  
       

v  

j  
           j        
j 
j 
  
 

j      
     j          
 
     
       


 
  
 
 
j       
j       


      
         


        !   
  
  

j    

 

  " 
#     $%  
   
         
  &  &  & '&
  ()
 *   j 
+  + +  "  "  ,    - .  j
j   ( /
    &
 
.   0

     
         

  
1 2
  3
  ,  , ,  0 ,
 j 
-
/
(/  
4  .5
0   6
 

Nama Perjanjian : Treaty Antartika


Istilah : Treaty ( Perjanjian )
Jenis Perjanjian : Multilateral
Subjek : Dalam perjanjian ini ada 28 negara yang ikut serta Yakni, Argentina,
Australia, Austria, Belgia, Belarusia, Brasil, Bulgaria, Kanada, Chili, Cina, Kolombia,
Kuba, Republik Ceko, Denmark, Ekuador, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman,
Yunani, Guatemala, Hungaria, India, Italia, Jepan, Korea DPRK, Korea ROK,
Monako, Netherlands, Selandia Baru, Norwegia, Papua Nugini, Peru, Polandia,
Romania, Rusia, Republik Slovakia, Afrika selatan, Spanyol, Swedia, Swiss, Turki,
Ukraina, Kerajaan England, Amerika Serikat, Uruguai, dan Venezuela.

Isi Perjanjian : Perjanjian ini dimulai pada tahun 1959 dirancang untuk
melindungi burung asli, mamalia, tanaman, dari antartika serta tempat untuk
melakukan penelitian dan bebas perang. Perjanjian Antartika mulai berlaku pada
tanggal 23 Juni 1961 setelah ratifikasi oleh negara-negara dua belas kemudian aktif
di Antartika sains. Ini juga dikuatkan dengan adanya Hukum publik 95-541 dari 28
Oktober 1978 (92 Stat. 2048) yang mengimplementasikan langkah-langkah dengan
melarang, antara tindakan-tindakan lain, pengambilan, impor dan pengangkutan
burung dan mamalia asli ke Antartika tanpa izin oleh orang-orang yang tunduk
pada yurisdiksi Amerika Serikat, dan mengimpor dan mengekspor binatang
tersebut ke dalam atau keluar dari Amerika Serikat. Yang bertujuan :
1. Untuk mendemilitarisasi Antartika, untuk membuatnya sebagai zona bebas dari
uji coba nuklir dan pembuangan limbah radioaktif, dan untuk memastikan bahwa
itu digunakan hanya untuk tujuan damai;
2. Untuk meningkatkan kerjasama ilmiah internasional di Antartika;
3. Mengesampingkan sengketa kedaulatan teritorial

Vous aimerez peut-être aussi