Vous êtes sur la page 1sur 11

PRODUKSI OPTIMAL DAN RTS:

INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DI PROVINSI NAD

Aliasuddin

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala

ABSTRACT

The study on optimal product and return to scale is very important because the

results of the study can be used by industrial sector to evaluate their potency in the global

market. According to this reason, this study is conducted. The objective of the study is

to evaluate the optimal product and the optimal use of inputs of the large and medium

scale industries. This study uses data of 44 groups of large and medium scale industries

in the Province of Nanggroe Aceh Darussalam. The study utilizes the ray-homothetic

production function as method of analysis. Here, there are three inputs are used in the

model of production function, without capital because the data are not available.

The results show that the optimal product is not achieved by the industries. The use

of inputs also is not optimal. Based on this, the industries should reorganize the use of

inputs to obtain the optimality conditions both product and input use.

Keywords: optimal product, return to scale, industry.

PENDAHULUAN

Optimalitas merupakan salah satu usaha yang ingin dicapai oleh setiap unit bisnis.

Ada dua segi optimalitas, pertama, maksimisasi keuntungan, kedua, minimisasi

pengeluaran. Produksi maskimum tidak menjamin keuntungan maksimum. Untuk itu,

Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol. 2, No. 2, 2002, hal. 1–7.
produksi optimal lebih baik daripada produksi maksimal karena produksi optimal

menjamin keuntungan maksimal.

Produksi optimal dapat dicapai apabila ada pengorganisasian penggunaan input

sebaik mungkin. Alokasi input yang baik ini dapat dilihat dari berapa besar sumbangan

seluruh input terhadap produksi. Jika tambahan input mengakibatkan pengurangan

produksi maka tambahan input tersebut tidak diperlukan karena pada saat tersebut

penambahan input tidak lagi efisien. Sementara itu, penambahan input yang

mengakibatkan penambahan output yang jauh lebih besar juga kurang baik karena pada

saat tersebut ongkos produksi per unit telah mengalami peningkatan. Kontribusi input

yang optimal dicapai bila tambahan input proporsional dengan tambahan output. Konsep

ini dikenal dengan istilah return to scale (RTS).

Banyak studi yang dilakukan untuk menguji RTS baik perusahaan maupun industri

di banyak negara tidak hanya di negara maju tetapi juga di negara berkembang.

Pengujian dilakukan untuk sektor pertanian dan industri karena kedua sektor ini

menyediakan data yang relatif memadai dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.

Sebagai contoh, Fare dan Yoon (1985) melakukan kajian sektor pertambangan Amerika,

Grabowski (1988) melakukan penelitian sektor pertanian di Filipina. Kajian terhadap

sektor pertanian Nepal juga dilakukan oleh Grabowski dan Sanchez (1986). Semua studi

tersebut berusaha untuk menguji produksi optimal dan RTS. Model yang digunakan

peneliti-peneliti tersebut variatif.

Model yang banyak digunakan adalah model fungsi produksi ray-homothetic.

Jumlah variabel yang digunakan juga bervariasi tergantung ketersediaan data di masing-

masing tempat. Fare dan Yoon (1985) misalnya menggunakan dua faktor input dalam

Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol. 2, No. 2, 2002, hal. 1–7.
model fungsi produksi mereka. Sedangkan Grabowski (1988), Grabowski dan Belbase

(1986), dan Grabowski dan Sanchez (1986) menggunakan empat faktor input dalam

analisis fungsi produksi yang mereka gunakan.

Model dasar dikemukakan oleh Shepherd (1970) yaitu model fungsi produksi

homothetic. Model ini mempunyai RTS yang berubah sesuai dengan gabungan input

yang digunakan. Selanjutnya, modifikasi dilakukan oleh Fare et.al. (1985) sebagai

model baru untuk mengestimasi RTS. RTS pada model Fare ini bervariasi tidak hanya

pada input tetapi juga pada output. Fungsi produksi ini merupakan gabungan fungsi

produksi yang homothetic dan juga ray-homogenous. Dalam tulisan ini model yang

digunakan adalah model yang telah dimodifikasi oleh Fare.

Masalah RTS sangat penting mengingat RTS ini menggambarkan pada posisi mana

suatu perusahaan atau industri berada. Bila RTS perusahaan dan industri berada pada

posisi menurun (decreasing RTS –– DRTS) atau pada posisi meningkat (increasing RTS

–– IRTS) maka perusahaan dan industri tersebut belum mencapai efisiensi. Hal ini

karena efisiensi hanya dicapai pada saat RTS yang konstan (constant RTS –– CRTS)

karena menurut Nicholson (1998), Chaves dan Cox (1999) bahwa efisiensi dicapai pada

saat tersebut (CRTS).

Berdasarkan pada persoalan ini maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji

optimalitas penggunaan input industri besar dan sedang di Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam. Selain itu, dikaji pula optimalitas produksi sektor industri ini. Kajian

optimalitas penggunaan input dilakukan melalui RTS. RTS ini sangat penting karena

menggambarkan efisiensi penggunaan input.

Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol. 2, No. 2, 2002, hal. 1–7.
METODE PENELITIAN

Model Estimasi

Spesifikai fungsi produksi yang dikemukakan oleh Fare et.al (1985) adalah fungsi

produksi ray-homothetic Cobb-Douglas non-linear. Fungsi produksi ini diformulasikan

sebagai berikut:

Qe  AK    /K / L   ( L / K )L   [( K / L)   ( L / K )] (1)

di mana θ, α, β, δ, dan ζ adalah parameter. Sedangkan Q adalah produksi (output), K dan

L masing-masing sebagai modal dan tenaga kerja. Persamaan (1) dapat digunakan untuk

menguji apakah persamaan tersebut mengikuti pola Cobb-Douglas atau ray-homothetic.

Bila hasil uji menunjukkan bahwa θ = 0 maka persamaan di atas merupakan fungsi

produksi homothetic Cobb-Douglas. Jika ζ = 0 maka fungsi di atas menggambarkan

fungsi produksi ray-homogenous, namun jika θ = ζ = 0 maka fungsi di atas merupakan

fungsi produksi homogenous.

Namun, dalam penelitian ini fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi

produksi ray-homothetic Cobb-Douglas seperti berikut (Fare dan Yoon, 1985):

Q  log{K  [ K /( K  L)] L [ L /( K  L)] } (2)

Kelebihan utama persamaan (2) dibandingkan dengan persamaan (1) adalah: mudah

diestimasi, dapat diestimasi dengan OLS tanpa bias simultan. Berdasarkan persamaan

(2) RTS dapat dihitung dengan rumus

Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol. 2, No. 2, 2002, hal. 1–7.
RTS  [(K  L) /( K  L)] / Q (3)

sedangkan produksi optimal dihitung dengan

OQ  Q.RTS (4)

Persamaan (3) dan (4) secara jelas menggambarkan RTS yang tergantung pada tingkat

produksi dan gabungan input, dan juga produksi optimal juga ditentukan oleh gabungan

input.

Karena dalam studi ini ada tiga input yang digunakan yaitu tenaga kerja, bahan

baku dan energi maka digunakan fungsi produksi ray-homothetic tiga input. Fungsi

produksi ini dinyatakan

Q  log{L [ L /( L M  E )] M  [ M /( L M  E )] E  [ E /( L M  E )] } (5)

di mana Q adalah produksi, L adalah tenaga kerja, dan E adalah energi. Estimasi

terhadap persamaan (5) dilakukan dengan persamaan berikut:

Q  log   {[L /( L  M  E)] log L}  {[M /( L  M  E) log M } 

{[E /( L  M  E) log E}   (6)

di mana  ,  , dan  adalah koefisien parameter yang diestimasi dan ε adalah error term

yang diasumsikan memenuhi persyaratan regresi linear klasik. Selanjutnya, RTS

dihitung dengan rumus

RTS  [(L  M  E) /( L  M  E)] / Q (7)

Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol. 2, No. 2, 2002, hal. 1–7.
Sedangkan produksi optimal dihitung dengan rumus

OQ  (L  M  E) /( L  M  E) (8)

Alternative penghitungan produksi optimal dilakukan melalui persamaan (6), di

mana bila residual persamaan tersebut (ε) memenuhi persyaratan berikut (Aigner et.al.,

1977)

 i* / 1   , jika i > 0, i = 1,2, ...., 40.


= (9)
 / ,
*
i jika i  0,

Persamaan (9) mempunyai dua komponen, kedua komponen tersebut adalah:

i = i + i, i = 1,2, ...., N. (10)

Komponen pertama sebelah sama dengan menggambarkan gangguan simetris dan

diasumsikan terdistribusi secara bebas dan identik dengan distribusi N(0,2).

Komponen kedua diasumsikan terdistribusi secara bebas dari komponen pertama dan

memenuhi persyarata i  0. Bagian kedua dengan distribusi N(0,2) di atas nol yang

diperhitungkan. Komponen inilah yang menjadi pertimbangan dalam menghitung

produksi optimal. Sementara itu, pengujian RTS dilakukan dengan perumusan sebagai

berikut

RTS        1 (11)

Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol. 2, No. 2, 2002, hal. 1–7.
Estimasi persamaan (6) dilakukan untuk menghitung produksi optimal dan sekaligus

menguji RTS. Estimasi fungsi produksi dan uji RTS dilakukan dengan menggunakan

program Shazam Professional Edition Version 9 (Whistler et.al, 2001).

Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang telah

dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Data ini diperoleh dari Laporan Statistik Industri Besar dan Sedang Darussalam Istimewa

Aceh 1998 (BPS, 2000). Sesuai dengan ketersedian data yang ada, ada tiga kategori

faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, energi dan bahan baku. Data

produksi dan faktor produksi dalam satuan rupiah kecuali tenaga kerja (orang). Terdapat

empat puluh kelompok industri dalam laporan tersebut, semuanya mempunyai kode

industri lima angka (digit).

Hipotesis

1. Produksi industri besar dan sedang di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam belum

optimal.

2. Industri besar dan sedang tidak constant return to scale.

HASIL PENELITIAN

Hasil estimasi terhadap fungsi produksi sangat baik karena semua koefisien

estimasi sesuai dengan teori. Semua koefisien bertanda positif yang berarti setiap ada

kenaikan input maka output akan mengalami peningkatan. Namun, keadaan ini tidak

Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol. 2, No. 2, 2002, hal. 1–7.
berlaku untuk tenaga kerja. Hal ini terbukti pada interval keyakinan variabel ini dimulai

dari -0,02804 hingga 0,9511 pada tingkat keyakinan 95 persen. Keadaan ini bermakna

bahwa peningkatan tenaga kerja boleh jadi menyebabkan peningkatan produksi tetapi

juga mengakibatkan berkurangnya produksi karena rangnya dimulai dari nol. Ketiga

faktor produksi ini juga signifikan karena P-Value dari F-hitung sebesar 0.000. Dengan

demikian maka ketiga faktor ini secara simultan relatif berpengaruh terhadap produksi.

Namun, besarnya pengaruh ketiga faktor ini sebesar 41,21 persen. Pengaruh ini sangat

rendah karena masih ada faktor lain yang cukup berperan seperti modal, namun data

untuk modal ini tidak tersedia sehingga analisis yang dilakukan tidak lengkap.

Bila dilihat dari pelanggaran asumsi klasik dapat dikatakan tidak terjadi karena

autokorelasi dan multikolenearitas tidak ditemukan dalam estimasi fungsi produksi ini.

Karena semua persoalan pelanggaran asumsi klasik tidak begitu besar maka model dalam

penelitian ini dapat digunakan sebagai alat uji RTS dan produksi optimal. Hasil estimasi

lengkap fungsi produksi ini disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Ray-Homothetic

Variabel Koefisien Estimasi t-hitung P-Value


Konstanta 7.8765 4.88 0.000
Tenga Kerja 0.46153 1.91 0.065
Bahan Baku 0.55858 5.12 0.000
Energi 0.34924 2.37 0.023
__ 2
R 2  0.4573 R  0.4121 Fhit = 10,11 DW = 2.63

Hasil estimasi dari persamaan yang disajikan di Tabel 1 digunakan untuk menguji

optimalitas produksi industri besar dan sedang di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol. 2, No. 2, 2002, hal. 1–7.
Hasil uji memperlihatkan bahwa produksi industri belum optimal karena nilainya sebesar

38.72 yang berarti masih kurang sebesar 1.28 dari 40 yang seharusnya. Dengan

demikian maka hipotesis yang menyatakan bahwa produksi belum optimal tidak dapat

ditolak.

Selanjutnya pengujian RTS dilakukan dengan menggunakan uji Wald melalui

restriksi koefisien estimasi yang harus sama dengan satu. Sebagai alternatif pengujian

dilakukan pula untuk RTS lebih besar dari satu dan lebih kecil dari satu yang masing-

masingnya mewakili IRTS dan DRTS. Hasil uji memperlihatkan bahwa penggunaan

faktor produksi oleh industri besar dan sedang belum optimal. Hasil ini disajikan di

Tabel 2.

Tabel 2. Pengujian Efisiensi Faktor Produksi

Return to Scale (RTS) Wald  2 P-Value


Decreasing 4.523 0.03
Constant 0.816 0.36
Increasing 0.434 0.51
Catatan: df untuk  sebesar 1.
2

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Industri besar dan sedang belum lagi mencapai produksi optimal. Namun, selisih

antara produk optimal dengan produk aktual tidak terlalu jauh. Sedangkan penggunaan

faktor produksi juga masih jauh dari optimal. Berdasarkan pada hasil ini industri besar

dan kecil masih belum optimal.

Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol. 2, No. 2, 2002, hal. 1–7.
Saran

Industri besar dan sedang harus melakukan evaluasi diri terhadap optimalitas

pencapai produksi dan penggunaan faktor produksi. Evaluasi ini sangat penting

mengingat persaingan global segera dimulai. Optimalitas ini merupakan syarat mutlak

yang harus terpenuhi agar industri ini mampu bersaing dengan industri lain yang sejenis

dari negara-negara lain. Evaluasi ini yang terpenting pada aspek ketenagakerjaan karena

sumbangan input ini masih diragukan mungkin karena kualitas tenaga kerja yang

digunakan relatif rendah.

REFERENSI

Aigner, D., C.A. Knox, and P.Schmidt. 1977. Formulation and estimation of stochastic
frontier production function models. Journal of Econometrics, 6, 21-37.

Badan Pusat Statistik. 2000. Statistik Industri Besar dan Sedang Daerah Istimewa Aceh
1998. Banda Aceh: BPS.

Chaves, J.P. and T.L. Cox. 1999. A Generalized Distance Function and the Analysis of
Production Efficiency. University of Wisconsin – Madison Staff Paper Series No.
422.

Fare, R. and B.J. Yoon. 1985. Return to scale in U.S. surface mining of coal”. Resource
and Energy, 7, 341-352.

Fare, R., L. Jansson and C.A.K. Lovell. 1985. Modelling scale economies with Ray-
homothetic production function. Review of Economics and Statistics, 67, 624-629.

Grabowski, R. 1988. Economies of scale in agriculture and the Ray-homothetic


production function: An empirical illustration from the Philippines”. Singapore
Economic Review, 33(2), 40-48.

Grabowski, R. and K. Belbase. 1986. An analysis of optimal scale and factor intensity in
Nepalese agriculture: An application of Ray-homothetic production function.
Applied Economics, 18, 1051-1063.

Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol. 2, No. 2, 2002, hal. 1–7.
Grabowski, R. and O. Sanchez. 1986. Return to scale in agriculture: An empirical
investigation of Japanese experience”. European Review of Agricultural
Economics, 13, 189-198.

Nicholson, W. 1998. Microeconomic Theory: Basic Principles and Extension. Seventh


Edition. New York: The Dryden Press.

Shepherd, R.W. 1970. Theory of Cost and Production Functions. New Jersey: Princeton
University Press.

Whistler, D., K.J. White, S.D. Wong, and D. Bates. 2001. Shazam: The Econometrics
Computer Program Version 9, User’s Preference Manual. Canada: Northwest
Econometrics, Ltd.

Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol. 2, No. 2, 2002, hal. 1–7.

Vous aimerez peut-être aussi