Vous êtes sur la page 1sur 3

http://monruw.wordpress.

com/category/kimia/page/2/

MonRuw

Aspirin
Maret 11, 2010 at 1:29 am (kimia) (antipiretik, asetil salisilat, aspirin, sejarah aspirin, sindrom
Reye)

Aspirin disebut juga asam asetil salisilat, sering digunakan sebagai pereda rada sakit (analgesic),
sebagai penurun demam (antipiretik) dan sebagai obat anti peradangan. Aspirin juga memiliki
sifat antipenggumpalan darah karena menghambat pembentukan tromboksan (protein pengikat
yang dihasilkan oleh platelet). Oleh karena itu aspirin digunakan sebagai obat jangka panjang
dalam dosis rendah untuk mencegah penyumbatan pembuluh darah, stroke dan serangan jantung.
Tetapi efek antipenggumpalan ini dapat menyebabkan pendarahan berlebihan terjadi, karena itu
orang yang akan menjalani pembedahan atau mempunyai masalah pendarahan tidak
diperbolahkan mengonsumsi aspirin.

Efek samping utama aspirin adalah pengikisan saluran pencernaan, pendarahan usus dan tinnitus
(gejala telinga berdenging). Aspirin sebaiknya tidak digunakan oleh anak-anak dan remaja
dibawah umur, karena dapat menyebabkan Sindrom Reye, yaitu kerusakan pada mitokondria
liver sehingga liver tidak mampu mengubah timbunan glikogen menjadi glukosa.

Dalam dosis tinggi, aspirin dapat menyebabkan kematian. Kadar mematikan aspirin adalah LD50
1,1 g/kg atau 1,1 gram aspirin untuk setiap 1 kilogram berat tubuh suatu organisme.

Pada Abad ke-5 sebelum masehi, Hippocrates menulis manuskrip tentang serbuk pahit yang
diekstraksi dari kulit kayu willow. Serbuk ini memiliki kemampuan meredakan rasa sakit dan
menurunkan demam. Tahun 1826, seorang alkemis Jerman bernama Johann Andreas Buchner
berhasil mengisolasi zat tersebut dan menamainya salisin, diambil dari nama latin pohon willow
(Salix alba). Tetapi salisin ini memiliki efek samping yang berbahaya bagi pencernaan.

Tahun 1853 seorang alkemis Prancis, Charles Frederic Gerhardt berhasil mensistetis asam
salisilat untuk pertama kalinya. Dia mencampur asetil klorida dengan garam sodium salisilat.
Hasil sintetis ini dinamai Gerhardt anhidrin asam salisilat. 6 tahun kemudian, 1859, seorang
alkemis Jerman, von Gilm berhasil mensintetis asam asetil salisilat murni dengan mereaksikan
asam salisilat dan asetil klorida.

Pada 1869 Schröder, Prinzhorn dan Kraut merekonstruksi baik reaksi Gerhardt (dari sodium
salisilat) maupun reaksi von Gilm’s (dari asam salisilat) dan menyimpulkan bahwa kedua reaksi
tersebut memberi hasil yang sama. Meraka adalah yang pertama menemukan struktur kimia
kelompok asetil berhubungan dengan alkanol.
Pada 1897, ilmuwan dari perusahaan obat dan pewarna Bayer mulai meneliti asam asetil salisilat
sebagai pengganti yang lebih aman dari obat salisin yang umum. Pada 1899, Bayer melabeli obat
ini Aspirin dan menjualnya ke seluruh dunia. Nama aspirin berasal dari “a” dari asetil dan
“spirsäure” yaitu nama kuno jerman bagi asam salisilat. Sekarang, aspirin merupakan obat yang
paling banyak digunakan di seluruh dunia, dengan perkiraan 40.000 ton aspirin dikonsumsi
setiap tahun.

Aspirin adalah turunan dari asam salisilat. Aspirin berbentuk kristal berwarna putih, bersifat
asam lemah (pH 3,5) dengan titik lebur 135°C. Aspirin mudah larut dalam cairan ammonium
asetat, karbonat, sitrat atau hidroksida dari logam alkali. Aspirin stabil dalam udara kering, tetapi
terhidrolisis perlahan menjadi asetat dan asam salisilat bila kontak dengan udara lembab. Dalam
campuran basa, proses hidrolisis ini terjadi secara cepat dan sempurna.

Reaksi pembentukannya adalah :

Sintetis aspirin termasuk reaksi esterifikasi. Asam salisilat dicampur dengan anhidrin asetat,
menyebabkan reaksi kimia yang mengubah grup alkanol asam salisilat menjadi grup asetil (R-
OH→R-OCOCH3). Proses ini menghasilkan aspirin dan asam asetat, yang merupakan produk
sampingan. Sejumlah kecil asam sulfat umumnya digunakan sebagai katalis. Asam sulfat
berfungsi sebagai donor proton sehingga ikatan rangkap pada anhidrin asetat lebih mudah
terbuka lalu bergabung dengan asam salisilat yang kehilangan hidrogennya. Setelah proses
pengikatan selesai, ion SO42- kembali mengikat proton H+ yang berlebih.

Uji Molisch
Maret 12, 2010 at 2:12 pm (kimia) (α-naphthol, karbohidrat, Molisch)

Uji molisch adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji Molisch
dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molisch, seorang alhi botani dari Australia. Uji ini
didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin furfural yang
berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin ungu di purmukaan antara
lapisan asam dan lapisan sampel

Sampel yang diuji dicampur dengan reagent Molisch, yaitu α-naphthol yang terlarut dalam
etanol. Setelah pencampuran atau homogenisasi, H2SO4 pekat perlahan-lahan dituangkan melalui
dinding tabung reaksi agar tidak sampai bercampur dengan larutan atau hanya membentuk
lapisan.

Reaksi yang terjadi adalah :


H2SO4 pekat (dapat digantikan asam kuat lainnya) berfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada
sakarida untuk menghasilkan furfural. Furfural ini kemudian bereaksi dengan reagent Molisch,
α-naphthol membentuk cincin yang berwarna ungu.

Vous aimerez peut-être aussi