Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
MUKADDIMAH
Yayasan Bina Umat Serumpun Sebalai didirikan oleh para pemimpin umat di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang mencintai dakwah amar makruf nahi
mungkar atas prakarsa Bapak Ir. H. Eko Maulana Ali, S.AP, M.Sc. dengan pendiri
.
Kemudian melalui musyawarah dan pertemuan para tokoh agama,
organisasi dan kemasyarakatan Islam yang ada Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, maka pada tanggal 1 April 2008 Masehi bertepatan dengan tanggal 10
Rabi ul Awwal 1429 Hijriah bertempat di Kantor Gubernur Kepulauan Bangka
Belitung di Pangkalpinang.
Musyawarah dan pertemuan dilaksanakan sebagai aktualisasi untuk
mengembangkan dakwah Ilallah mengingat semakin banyaknya pengaruh
negative dan sekaligus untuk mencegah terjadinya penyimpangan etika serta
moral di kalangan umat islam di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung disebabkan
cepatnya arus globalisasi dan infomasi teknologi. Disamping itu belum
terkoordinirnya pelaksanaan dakwah antar elemen masyarakat, lembaga dakwah
dan pemerintah, yang berpengaruh pada lesunya kegiatan dakwah.
Kondisi inilah yang mendorong para pendiri Yayasan Bina Umat Serumpun
Sebalai untuk membentuk satu wadah tempat berhimpunnya para da i, mubaligh
dan cendekiawan muslim dari berbagai unsur untuk mengintensifkan dan
meningkatkan mutu dakwah di Negeri Serumpun Sebalai.
Gagasan dan pemikiran para pendiri tersebut diharapkan dapat membentuk
karakter dakwah yang kuat melalui Yayasan Bina Umat Serumpun Sebalai yang
peduli dan peka terhadap persoalan-persoalan sosial keagamaan yang sedang
terjadi di masyarakat.
Dakwah adalah suatu fitrah bagi individu muslim sebagai khalifah fil ardh
untuk melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar sebagai syarat mutlak bagi
kesempurnaan dan keselamatan hidup selama di dunia maupun di akhirat kelak,
juga untuk mengubah seseorang, sekelompok orang, atau suatu masyarakat
menuju keadaan yang lebih baik sesuai dengan perintah Allah dan tuntunan Rasul
1
Nya sesuai dengan prinsip ummatan wasathan yang merupakan rahmatan lil
alamin.
Karena itu, Yayasan Bina Umat Serumpun Sebalai bertujuan untuk
mewujudkan tatanan kehidupan kehidupan yang Islami dengan menggiatkan dan
meningkatkan mutu dakwah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, melalui
penanaman aqidah dan menyebarkan pemikiran Islam yang bersumber dari Al
Qur an dan As Sunnah, membendung pemurtadan, perang pemikiran (ghauzul
fikri) dan gerakan menyimpang, mengembangkan jaringan kerja sama koordinasi
ke arah realisasi amal jama i serta membangun solidaritas Islam di tingkat nasiona
l
untuk menciptakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang Baldatun Thoyibatun
wa Robbun Ghofur.
Untuk mengatur jalannya organisasi, Yayasan Bina Umat Serumpun Sebalai
memiliki perangkat-perangkat aturan termasuk Anggaran Rumah Tangga yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari Anggaran Dasar Yayasan.
Pasal 1
Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan Bina
Umat Serumpun Sebalai yagn selanjutnya dalam Anggaran Rumah Tangga ini
disebut dengan Yayasan Bina Umat Serumpun Sebalai.
Pasal 2
Ciri Organisasi
1.
Yayasan Bina Umat Serumpun Sebalai adalah organisasi keagamaan, bergerak
di bidang dakwah ilallah dengan melaksanakn amar ma ruf wa nahi munkar.
2.
Yayasan Bina Umat Serumpun Sebalai bersifat sosial, keagamaan dan
kemanusiaan yang diwujudkan dalam kegiatan pembangunan umat, bangsa
dan Negara, khususnya dalam membina aqidah, menegakkan syariat, membina
persatuan umat, mendukung keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
serta membangun solidaritas umat Islam.
3.
Yayasan Bina Umat Serumpun Sebalai bersifat independen, terbuka bagi
masyarakat, tanpa membedakan mazhab dan golongan sepanjang memiliki
kesamaan aqidah, visi dan misi dalam menegakkan dan memperjuangkan
dienul Islam.
4.
Yayasan Bina Umat Serumpun Sebalai bersifat mandiri yang dicerminkan dalam
sikap organisasi pemikiran, pengambilan keputusan, penyelenggaraan kegiatan
dengan bertumpu pada kemampuan sendiri.
2
5.
Yayasan Bina Umat Serumpun Sebalai bersifat koordinatif, mengutamakan
kebersamaan secara sinergis dengan sesama lembaga-lembaga Islam, baik
Regional, Nasional maupun Internasional.
Pasal 3
Atribut Organisasi
1.
Yayasan Bina Umat Serumpun Sebalai mempunyai atribut-atribut yang terdiri
dari lambang, panji dan bendera.
2.
Lambang Yayasan Bina Umat Serumpun Sebalai berupa gambar Bintang
persegi delapan berwarna dasar warna hijau. Di dalam gambar bintang persegi
delapan terdapat lingkaran warna hitam dengan warna dasar biru muda
bergambar Pulau Bangka dan Pulau Belitung dengan tulisan Yayasan Bina
Umat Serumpun Sebalai Provinsi Kepulauan Bangka Belitung warna hitam,
dilingkari kalimat tulisan Arab melayu berwarna kuning yang berbunyi
Yayasan Bina Umat Serumpun Sebalai Provinsi Kepulauan Bangka Belitung .
Hal-hal yang menyangkut dengan lambang, panji, bendera, kop surat, papan
nama, stempel, amplop dan sebagainya akan diatur dalam peraturan
tersendiri.
Pasal 4
Fungsi Organisasi
1.
Sesuai dengan Pasal 6 Anggaran Dasar, Yayasan memiliki 3 (tiga) organ
sebagai pengelola, yaitu Pembina, Pengurus, dan Pengawas.
2.
Rincian komponen masing-masing badan adalah sebagai berikut :
a.
Pembina, terdiri dari :
1.
Ketua;
2.
Anggota-Anggota.
b.
Pengurus, terdiri dari :
1.
Ketua dan 2 (dua) orang Wakil ketua;
2.
Sekretaris dan 2 (dua) orang wakil sekretaris;
3.
Bendahara;
4.
Staf Sekretariat;
5.
6 (enam) Ketua Bidang dan 1 (satu) orang Ketua Wakil Bidang;
6.
Anggota-Anggota Bidang.
c.
Pengawas, terdiri dari :
1.
Ketua;
2.
Anggota-Anggota.
Pasal 11
Struktur Kepengurusan Cabang Kabupaten/Kota
1.
Pengurus Yayasan Provinsi mempunyai tugas menyusun, merencanakan dan
menjalankan program kerja lima tahun sebagai acuan untuk melaksanakan
kegiatan tahunan dengan tetap mengacu pada khittah dakwah, visi, misi
dan program-program Yayasan.
2.
Pengurus Yayasan wajib menyampaikan laporan kegiatan secara rutin dan
berkala kepada Ketua Pembina Yayasan serta memberikan tembusannya
kepada pihak yang dianggap perlu.
3.
Pengurus Yayasan memiliki wewenang untuk menjalankan serta
mengembangkan program kerja kepengurusan sesuai dengan kemampuan
dan keperluan.
4.
Pengurus Yayasan dalam melaksanakan kegiatannya dapat bekerjasama
dengan pihak lain baik badan maupun perorangan, swasta maupun
pemerintah sepanjang tidak bertentangan dengan Visi, Misi dan Tujuan
Yayasan.
Pasal 14
Kedudukan Pelaksana Kegiatan
1.
Dalam upaya merealisasikan maksud dan tujuan Yayasan sebagaimana
termaksud pada pasal 3 dan pada pasal 19 Anggaran Dasar, Pengurus
Yayasan menyelengarakan program kerja melalui pelaksanaan kegiatan
yang terdiri dari sekretariat dan bidang-bidang mulai dari tingkat Provinsi
sampai ke tingkat Kabupaten/Kota ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan
Ketua Pembina.
2.
Yang dimaksud Pelaksana Kegiatan dalam Anggaran Rumah Tangga ini
adalah satuan kerja operasional yang menjadi pelaksanaan kegiatan pokok
9
Yayasan dan memiliki hirarki dengan unit-unit diatas serta bertanggung
jawab kepada Ketua Yayasan.
3.
Yang dimaksud dengan badan-badan khusus yang bersifat sosial
keagamaan adalah unit-unit usaha sosial yang dibentuk oleh Yayasan secara
sendiri maupun bekerjasama dengan pihak lain.
4.
Setiap pembentukan Badan khusus yang bersifat sosial keagamaan yang
kekayaannya dimiliki sepenuhnya oleh Yayasan dilaksanakan setelah
mendapatkan persetujuan rapat Pengurus Yayasan.
5.
Setiap pembentukan unit usaha yang bersifat komersil yang didirikan
bersama dengan pihak lain dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan
Ketua Pembina Yayasan.
6.
Dalam pembentukan Badan Khusus yang bersifat komersil dan bekerjasama
dengan pihak lain, maka Yayasan harus mendapatkan saham minimal 51%.
7.
Setiap pembentukan unit usaha yang bersifat sosial yang didirikan besama
dengan pihak lain dilakukan setelah mendapat persetujuan Ketua Pembina
Yayasan.
8.
Pengurus Yayasan Provinsi, Kabupaten/Kota dan Perwakilan dapat
melakukan kerjasama dengan pihak lain baik dalam bidang dakwah, sosial,
maupun komersil setelah mendapatkan persetujuan Ketua Pembina melalui
Pengurus Yayasan Provinsi.
9.
Ketentuan tentang pelaksanaan usaha-usaha Yayasan sebagaimana
dimaksud pada ayat-ayat diatas diatur lebih lanjut dalam tersendiri yang
ditetapkan oleh Pengurus Yayasan setelah disetujui Ketua Pembina.
Pasal 15
Rapat dan Musyawarah Pengurus Yayasan
1.
Yang dimaksud dengan Rapat-Rapat sebagaimana diatur dalam Anggaran
Dasar Pasal 10,11,12,21,22,23,28,29,30,31,32, dan 33 yang terdiri dari
Rapat-rapat Badan Pembina, Rapat-rapat Badan Pengurus, Rapat-rapat
Badan Pengawas, Rapat-rapat Badan Gabungan.
2.
Disamping rapat-rapat sebagaimana dimaksud ayat 1 diatas, Pengurus
Yayasan Provinsi dapat melakukan rapat-rapat lain yang terdiri dari Rapat
Kerja, Rapat Pleno dan Rapat Pimpinan dengan rincian sebagai berikut:
2.1.Rapat Kerja Pengurus Provinsi disebut Rapat Kerja Tingkat Provinsi,
Rapat Kerja Pengurus Cabang Kabupaten/Kota disebut Rapat Kerja
tingkat Kabupaten/Kota.
2.2.Rapat Kerja Paripurna adalah rapat yang diselenggarakan oleh Pengurus
Yayasan Provinsi yang diikuti oleh Pengurus Cabang Yayasan dan
10
Pengurus Perwakilan untuk menyusun Program Kerja dan Rancangan
Anggaran Belanja Tahunan Yayasan untuk disahkan oleh Ketua
Pembina sebagai penjabaran hasil Musyawarah Besar.
2.3.Rapat Kerja Daerah Provinsi adalah rapat yang diselengarakan oleh
Pengurus Yayasan Provinsi untuk menyusun Program Kerja dan
Rancangan Anggaran Belanja Tahunan Yayasan Provinsi.
2.4.Rapat Kerja Daerah Kabupaten/Kota adalah rapat yang diselenggarakan
oleh Pengurus YBU Kabupaten/Kota untuk menyusun rencana Kerja dan
Kabupaten/Kota sesuai dengan Program Kerja Pengurus Provinsi.
2.5.Rapar Pleno adalah rapat yang diselenggarakan oleh Pengurus Provinsi
dan diikuti oleh seluruh Anggota Pengurus dan Pelaksana Kegiatan
Struktural di tingkat masing-masing.
2.6.Rapat Pimpinan adalah rapat yang diselnggarakan oleh Pengurus
Yayasan Provinsi dan diikuti oleh seluruh Anggota Pengurus di tingkat
Provinsi.
3.
Disamping menyelenggarakan rapat-rapat sebagaimana diatur pada Pasal
17 ayat 1 dan 2 diatas, Pengurus Yayasan Provinsi dapat menyelenggarakan
musyawarah-musyawarah yang berfungsi sebagai forum penyampaian
informasi pelaksanaan program dan rencana kegiatan, forum pemantapan
kebersamaan/konsolidasi, forum koordinasi dan forum evaluasi.
3.1.Musyawarah dapat dilakukan dalam bentuk sebagai berikut:
a. Musyawarah Besar;
b. Musyawarah Wilayah;
c. Musyawarah Daerah.
3.2.Musyawarah Besar.
Musyawarah Besar adalah Musyawarah Pimpinan Pengurus Yayasan
yang diselenggarakan minimal satu kali dalam satu periode
kepengurusan, diikuti oleh Pengurus Provinsi, Pengurus Cabang,
Perwakilan dan undangan lain yang dianggap perlu serta
diselenggarakan oleh Pengurus Yayasan Provinsi melalui panitia yang
ditunjuk untuk keperluan tersebut.
3.3.Musyawarah Daerah.
Musyawarah Daerah adalah Musyawarah Pimpinan Pengurus Yayasan
Provinsi yang diselenggarakan minimal satu kali dalam satu periode
kepengurusan, diikuti oleh Pimpinan Yayasan dan Kabupaten/Kota dan
undangan lain yang dianggap perlu serta diselenggarakn oleh Pengurus
Yayasan melalui panitia yang ditunjuk untuk keperluan tersebut.
11
Pasal 16
Tata Laksana Organisasi
Pedoman Tata Laksana Organisasi dan uraian tugas pengurus Yayasan diuraikan
dalam dalam peraturan tersendiri.
Pasal 17
Pengelolaan Keuangan
1.
Pengelolaan keuangan Yayasan dilakukan secara sentralistik, kecuali untuk
Badan Khusus yang bersifat sosial keagamaan yang tidak memungkinkan
dilakukan sentralisasi karena Peraturan Perundangan.
2.
Badan khusus yang bersifat sosial keagamaan sebagaimana disebutkan
pada pasal ini memiliki kewenangan untuk mengelola keuangannya sendiri
dengan kewajiban menyampaikan laporan keuangan yang sudah diaudit
kepada Badan Pengurus selambat-lambatnya 5 (lima) bulan sesudah akhir
tahun buku. Namun demikian untuk mengetahui perkembangan dari badan
Khusus sosial keagamaan diwajibkan membuat laporan keuangan secara
berkala kepada Badan Pengurus 6 (enam) bulan sekali.
3.
Pencairan dan penerimaan dana dari sumber-sumber keuangan untuk
Yayasan harus diketahui dan diterima oleh Ketua Umum, Sekretaris Umum
dan Bendahara dengan memberikan tanda terima.
4.
Dana Yayasan disimpan dan ditransasikan melalui Bank Syariah, dalam
bentuk rekening giro.
5.
Dana-dana yang dalam jangka pendek tidak digunakan, dapat
diinvestasikan dalam bentuk Deposito di Bank Syariah.
6.
Untuk keperluan rutin disediakan kas kecil.
7.
Pengambilan uang dari Bank dan atau transaksi perbankan lainnya
ditandatangani oleh Ketua Umum dan Bendahara atau salah satu Pengurus
yang diberi kuasa khusus oleh Ketua Umum, Sekretaris Umum atau salah
satu Pengurus yang diberi kuasa khusus oleh Ketua Umum, Sekretaris
Umum dan Bendahara.
8.
Pada setiap akhir tahun anggaran, Pengurus Yayasan Provinsi
menyampaikan laporan keuangan Yayasan kepada Ketua Pembina dan
Badan Pengawas.
9.
Untuk mengetahui posisi keuangan, Bendahara berkewajiban membuat
laporan Keuangan Berkala, baik Laporan Bulanan, Tri Wulan, Semester
maupun Laporan Keuangan Tahunan yang disampaikan kepada Badan
pengurus.
12
10. Laporan keuangan Yayasan diaudit oleh akuntan Publik yang ditunjuk Badan
Pengurus dengan persetujuan kepada Badan Pengawas.
Pasal 18
Tahun Buku
1.
Tahun Buku Yayasan dimulai pada awal bulan Januari dan diakhiri pada
bulan Desember pada setiap tahunnya.
2.
Dalam jangka waktu 5 (lima) bulan sesudah tutup buku harus dibuat
Laporan Tahunan, perhitungan dan pertanggungjawaban keuangan oleh
Badan Pengurus dan disampaikan kepada Ketua Pembina untuk diadakan
penilitian, disahkan dan selanjutnya diumukan.
Pasal 19
Prosedur Evaluasi
1.
Badan Pengawas sesuai dengan Pasal 27 Anggaran Dasar berkewajiban
untuk melakukan evaluasi atau monitoring atas semua kegiatan yang
dijalankan oleh Badan Pengurus.
2.
Dalam melakukan kegiatan pengawasan, Pengawas wajib dengan I tikad
baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas pengawas untuk
kepentingan Yayasan.
3.
Untuk dapat melaksanakan pengawasan, hendaknya Badan Pengawas dapat
memberitahu terlebih dahulu kepada Badan Pengurus.
4.
Badan Pengurus harus memberikan dukungan kepada Badan Pengawas
sewaktu menjalankan proses pengawasan.
5.
Proses pengawas keuangan mengikuti kelaziman proses audit.
Pasal 20
Prosedur Administrasi
1.
Pengurus Yayasan Provinsi.
a.
Surat-surat keluar dan Surat-surat Keputusan harus ditandatangani oleh
Ketua Umum dan Sekretaris Umum, kecuali surat keluar yang bersifat
rutin, dapat ditandatangani oleh salah seorang Ketua sesuai dengan
bidang kerja masing-masing dengan tembusan kepada Ketua Umum
sebagai laporan.
13
b.
Surat-surat intern Bidang atau antar Pelaksana Kegiatan ditandatangani
oleh Ketua masing-masing Bidang atau Pelaksana Kegiatan masingmasing
dengan kewajiban memberikan tembusan kepada Ketua Umum
sebagai laporan.
c.
Ketentuan-ketentuan lain diatur dalam Uraian Tugas Pengurus.
2.
Pengurus Cabang Yayasan Kabupaten/Kota.
a.
Surat-surat keluar harus ditandatangani oleh Ketua Umum dan
Sekretaris Umum, kecuali surat keluar yang bersifat rutin, dapat
ditandatangani salah seorang Ketua sesuai dengan bidang kerja masingmasing
dengan tembusan kepada Ketua Umum Yayasan Provinsi sebagai
laporan.
b.
Surat-surat intern antar Bidang atau Pelaksana Kegiatan ditandatangani
oleh Ketua masing-masing dengan tembusan kepada Ketua Umum
sebagai laporan.
c.
Ketentuan-ketentuan lain diatur oleh Pengurus Yayasan Provinsi sesuai
kebutuhan.
Pasal 21
Tindakan Indisipliner dan Sanksi
1. Yang
dimaksud dengan Tindakan Indisipliner dalam Anggaran Rumah
Tangga ini adalah pelanggaran yang dilakukan oleh para Pengurus dan
Pelaksanan Kegiatan termasuk Pelaksana Kegiatan yang ada dilingkungan
Pengurus Yayasan yang meliputi:
a.
Melakukan pelanggaran secara nyata terhadap Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga serta ketentuan-ketentuan Yayasan lainnya
baik disengaja maupun tidak disengaja.
b.
Melakukan tindakan yang merugikan Yayasan baik secara moril maupun
materil.
c.
Melakukan tindakan melawan hukum yang dapat mencemarkan nama
baik Yayasan.
2. Sanksi atas tindakan indisipliner sebagaimanan dimaksud pada ayat 1 diatas
dapat berupa:
a.
Surat Peringatan I;
b.
Surat Peringatan II;
c.
Pemberhentian Sementara;
d.
Pemberhentian Tetap.
Pasal 22
14
Prodesur Penangganan Pelanggaran Disiplin
1. Apabila tejadi pelanggaran disiplin oleh salah seorang anggota Pengurus,
maka penyelesaian tahap pertama atas pelanggaran tersebut diserahkan
penanganannya kepada Ketua Umum.
2. Apabila penyelesaian tahap pertama tidak membuahkan hasil, maka Ketua
Umum meyerahkan penangananya kepada Ketua Pembina.
3. Bila tindakan indisipliner dilakukan oleh Pengurus dilingkungan badan-badan
khusus yang bersifat sosial keagamaan, maka penyelesaiannya dilakukan
oleh Ketua Badan Khusus tersebut apabila tidak dapat diselesaikan oleh
Ketua Badan Khusus maka penyelesaiannya diserahkan kepada Ketua
Umum.
4. Sebelum tindakan indisipliner dilakukan, anggota yang dinyatakan bersalah
diberi kesempatan untuk membela diri dengan melakukan pembuktian yang
sah.
Pasal 23
Perubahan Anggaran Rumah Tangga
1. Perubahan Anggaran Rumah Tangga dapat dilakukan atas dasar keputusan
Rapat Badan Pembina.
2. Perubahan Anggaran Rumah Tangga dapat dilakukan sekali dalam 5 (lima)
tahun.
Pasal 24
Penutup
1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur
dalam Peraturan tersendiri yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Anggaran Rumah Tangga ini.
2. Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
15
Ditetapkan di Pangkalpinang
Pada tanggal : April 2008 M / Robi ul Awwal 1429 H
YAYASAN BINA UMAT SERUMPUN SEBALAI
PROVINSI KEPULUAN BANGKA BELITUNG
KETUA, SEKRETARIS,
SUSTONY, SH RUSLI, S.Ag,M.Pd.I
BADAN PEMBINA
YAYASAN BINA UMAT SERUMPUN SEBALAI
PROVINSI KEPULUAN BANGKA BELITUNG