Vous êtes sur la page 1sur 10

Latar Belakang Masalah

Kebijakan sosial pada dasarnya merupakan respon pemerintah terhadap isu-isu yang
menyangkut kepentingan orang banyak. Kebijakan sosial adalah kebijakan pemerintah yang
berkaitan dengan tindakan yang memiliki dampak langsung terhadap kesejahteraan warga
negara melalui penyediaan pelayanan sosial atau bantuan keuangan (Marshal, 1965)1.
Kebijakan sosial dan pelayanan sosial merupakan hal yang saling berkaitan, kenapa bisa
begitu? Karena pelayanan sosial merupakan bagian dari sebuah kebijakan sosial, dan dalam
pelayanan sosial terkandung unsur jaminan sosial, perumahan, kesehatan, pelayan sosial
personal dan pendidikan. Berikut ini akan ditunjukan bagan keterkaitan antara ketiga hal
tersebut :

Kebijakan sosial

Pelayanan sosial

Jaminann Pelayanan sosial


perumahan kesehatan
sosial personal

Kemudian respon pemerintah melalui kebijakan sosial itulah yang nantinya akan
menentukan kualitas hidup masyarakat di suatu negara. Respon pemerintah terhadap isu-isu
social tersebut bisa berupa tunjangan pendapatan, pelayanan kemasyarakatan, dan program-
program tunjangan sosial. Kebijakan sosial memiliki fungsi preventif (pencegahan), kuratif
(penyembuhan), dan developmental (pengembangan). Jadi kebijakan sosial dapat
dilaksanakan pada saat belum terjadi masalah, saat terjadi masalah, dan bahkan setelah terjadi
masalah.

Kebijakan sosial dan yang diberlakukan antara suatu negara dan negara lain sangat
berbeda-beda dan variatif, hal tersebut tergantung kesepakatan pemerintah. Perbedaan
tersebut bisa terletak pada sasaran penerima kebijakan tersebut, ada suatu negara yang hanya
memfokuskan sasaran kebijakan sosial tersebut adalah lansia, orang miskin, penyandang
1
www.kebijakansosial.wordpress.com/2010/01/29/.
cacat, namun ada juga suatu negara yang memfokuskan penerima kebijakan sosial tersebut
adalah semua warga negara tanpa diskriminasi apapun.

Kebijakan sosial yang terdapat disuatu negara sangat menentukan tiingkat kualitas
kehidupan masyarakatnya. Kualitas hidup manusia sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya kesehatan, pendidikan, ekonomi, sosial, budaya. Dari berbagai aspek kehidupan
tersebut, bidang kesehatan merupakan bidang yang dianggap paling fundamental. Mengapa?
Kesehatan merupakan faktor yang paling menentukan kesejahteraan suatu individu atau
masyarakat. Karena baik buruknya kualitas pelayanan kesehatan di suatu negara akan
mempengaruhi produktivitas masyarakat di negara tersebut. Negara akan mencapai tingkat
kesejahteraan yang baik apabila kebutuhan masyarakat akan kesehatan telah tercukupi
dengan baik. Dengan begitu maka produktivitas masyarakat akan meningkat, begitu pula
dengan sektor-sektor lain seperti pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya. Bidang kesehatan
merupakan elemen penting dalam menggerakkan roda pembangunan. Kebijakan sosial juga
menyentuh hal-hal yang fundamental seperti bidang kesehatan. Bentuk kebijakan sosial tidak
hanya berbentuk perundang-undangan, akan tetapi juga program pelayanan sosial.

Kebijakan sosial juga sering disebut sebagai kebijakan kesejahteraan, maka dari itu
isu yang diangkat pun bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyakakat.
Karakteristik dari kebijaksanaan sosial yaitu didalamnya selalu terdapat program pelayanan
sosial. Dalam bidang kesehatan wujud nyata kebijakan sosial dapat dilihat dari program-
program pelayanan kesehatan seperti jamkesmas dan askeskin. Program-program tersebut
merupakan langkah nyata dari kebijakan social di bidang kesehatan. Setiap negara pasti
mempunyai kebijakan tertentu untuk menangani masalah kesehatan, akan tetapi cara dan
sasaran kebijakan itu yang bisa membedakan negara satu dengan negara lain. Maka dari itu,
makalah ini akan membahas mengenai perbedaan pelayanan kesehatan di negara maju dan
negara berkembang. Negara maju yang akan dijadikan unit sample adalah New Zealand
sedangkan negara berkembangnya yaitu Indonesia. New Zealand merupakan negara maju
yang dalam melakukan startegi pembangunannya tidak bertumpu pada mekanisme pasar.
Biasanya negara yang menganut system mekanisme pasar, dalam proses pembuatan
kebijakannya tidak menyentuh orang-orang miskin dan kelompok lemah lainnya. Tidak
demikian halnya dengan New Zealand. New Zealand menerapkan model kebijakan sosial
ketiga yaitu residual, dimana jaminan dan pelayanan sosial diutamakan kepada kelompok-
kelompok lemah seperti pengangguran, kaum miskin, dan kaum difabel.
PEMBAHASAN

New Zealand

New Zealand menganut model residual dalam penerapan kebijakan sosialnya, jadi sasaran
utama dari program-program pelayanan masyarakat tertuju pada kaum-kaum lemah seperti
rakyat miskin, pengangguran, dan penyandang cacat. Dalam pelaksanaan program-program
kebijakannya pemerintah dibantu oleh organisasi sosial dan LSM. LSM dan organisasi sosila
inilah yang mempunyai peran penting dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal
bagi masyarakat, karena dalam prakteknya organisasi sosial lebih sering berinteraksi
langsung dengan masyarakat.

Semenjak tahun 1980 New Zeland menjalankan privatisasi dan restrukturisasi organisasi
pemerintahan, namun negara ini tetap memiliki lembaga setingkat departemen yang mengatur
urusan sosial. Anggaran untuk jaminan dan pelayanan sosial juga cukup besar, mencapai 36%
dari seluruh total pengeluaran negara, melebihi anggaran untuk pendidikan, kesehatan
maupun Hankam (Donald T. Brash, 1998)2. Di negara ini setiap orang berhak mendapatkan
jaminan/atau pelayanan sosial yang sama, baik bagi yang berprofesi sebagai pegawai
pemerintah maupun karyawan swasta. Pemerintah juga menyediakan dana bantuan terhadap
orang cacat ataupun pengangguran sebanyak NZ$400 setiap dua minggu dan mereka juga
memperoleh akses terhadap pusat rehabilitasi sosial.

2
www.scribd.com/doc/23741668/Negara-Kesejahteraan-Dan-Pembangunan-
Kesejahteraan-Sosial
New Zealand terbagi ke dalam beberapa negara bagian atau distrik seperti negara-
negara di Eropa pada umumnya. Ada suatu lembaga yang menangani masalah kesehatan di
setiap distrik yaitu District Health Boards. District Health Board ini lebih mengurusi masalah
kesehatan masyarakat di negara bagian masing-masing, serta persoalan administrasi hingga
jaminan kesehatan dalam praktek day-to-day nya.

Dalam penyediaan layanan kesehatan, aktor yang berperan penting adalah kementrian
kesehatan. Selain menjadi patokan dan panutan dalam menyediakan layanan kesehatan bagi
masyarakat, kementrian kesehatan di New Zealand juga berkewajiban untuk mengontrol dan
memastikan bahwa seluruh bentuk program layanan kesehatan sudah terlaksana dan tepat
sasaran.

New Zealand dikategorikan sebagai negara yang memiliki layanan kesehatan yang sangat
baik, tidak hanya untuk masyarakat di negaranya akan tetapi juga untuk pendatang.
Pendatang yang sebagian besar merupakan mahasiswa atau pelajar juga mendapatkan
kemudahan untuk mengakses pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Mereka mendapat
jaminan kesehatan di setiap universitas dan sekolah masing-masing. Akan tetapi pendatang
yang bukan merupakan mahasiswa atau pelajar masih sering menemui birokrasi yang berbelit
ketika ingin berobat. Di setiap rumah sakit umum juga terdapat suatu keringanan biaya bagi
penduduk yang kurang mampu, karena sasaran utama pelayanan kesehatan di New Zealand
merupakan kaum lemah dan minoritas.

Indonesia

Indonesia sebagai salah satu negara penganut welfare state menjadikan kesehatan
sebagai salah satu pelayanan sosial. Di Indonesia kesehatan merupakan hak setiap warga
negaranya, hal tersebut tertuang dalam amandemen UUD 1945 pasal 28-H dan UU No. 23
Tahun 1992. Sebelum tahun 1992 jaminan kesehatan yang diberikan hanya sebatas bagi
pegawai negeri, sedangkan untuk masyarakat sipil jaminan kesehatan lebih pada pembiayaan
sendiri seperti asurasi swasta. Kemudian melalui UU No.3 Tahun 1992 muncul Jaminan
kesehatan tenaga kerja (JKTK) dan melalui UU No.23 muncul jaminan pemeliharaan
kesehatan masyarakat (JPKM). Dari beberapa program yang ada tersebut terlihat bahwa
pemerintah berusahan memberikan pelayanan kesehatan bagi seluruh warga.
Pada saat ini pengembangan jaminan pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia
diantaranya sebagai berikut:

1. Jaminan pemeliharan kesehatan keluarga miskin (JPK-Gakin)

2. Pengembangan jaminan kesehatan (JK) sebagai salah satu sistem jaminan sosial
nasional.

3. Jaminan kesehatan berbasis sukarela seperti asuransi kesehatan komersial dan


jaminan kesehatan masyarakat (JPMK) sukarela

4. Pengembangan jaminan kesehatan informal seperi jaminan kesehatan mikro (dana


sehat) dan dana sosial masyarakat.

Anggaran APBN untuk kesehatan pada tahun 2010 ini sekitar Rp. 21 trilliun dimana
dana tersebut akan dialokasikan untuk Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan Jaminan
Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS). Di Indonesia pelayanan kesehatan di berikan kepada
masyarakat miskin dan pegawai negeri melalui PT. Askes dan sistem pelayanan kesehatan
diselenggarakan berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas. Jaminan kesehatan
kepada rakya miskin dikenal dalam program Asuransi Kesehatan Rakyat Miskin
(ASKESKIN) dan saat ini sudah berganti nama menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat
(JAMKESMAS).

Jamkesmas merupakan program dari pemerintah sebagai salah satu bentuk pelayanan
sosial bidang kesehatan bagi masyarakat miskin dan merupakan sebuah kebijakan dari
pemerintah yang pro-poor. Dengan diberlakukannya Jamkesmas ini diharapkan masyarakat
miskin tetap bisa mengakses kesehatan mengingat mahalnya biasa kesehatan saat ini. Dalam
program ini masyarakat diharapkan bisa mendapatkan keringanan pembayaran dan bahkan
bisa gratis bagi yang benar-benar tidak mampu.

Walaupun keliahatanya program pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia cukup


memadai akan tetapi tidak pada pelaksanaannya. Kenyataan yang terjadi dilapangan bahwa
tidak semua penduduk miskin mendapatkan pelayanan Jamkesmas dikarenakan mereka tidak
terdaftar. Saat ini masih banyak didapati penduduk miskin yang tidak bisa mengakses
kesehatan melalui Jamkesmas, selain itu program ini belum merata pada wilayah Indonesia
bagian timur. Hal tersebut menunjukan bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan
pemerintah masih belum merata.
Permasalahan lain yang timbul dalam akses pelayanan kesehatan ini mengenai kualitas
dari pelayanan kesehatan tersebut. Seperti yang telah diketahui bahwa para pengguna dari
Jamkesmas ini kebanyakan adalah masyarakat miskin, dan pelayanan yang diberikan kepada
para pengguna Jamkesmas ini berbeda dengan pasien yang tidak menggunakan Jamkesmas.
Kebanyakan para pengguna layanan kesehatan melalui Jamkesmas mendapat perlakuan yang
kurang mulai dari prosedur hingga pelayanan. Prosedur yang harus dilewati untuk dapat
menggunakan Jamkesmas ini sangat berbelit-belit sehingga menyusahkan dalam hal ini
misalnya saja pasien pengguna Jamkesmas dalam keadaan kritis dan harus mendapatkan
pelayanan segera, namun yang terjadi pasien tersebut harus bersabar dulu untuk mendapatkan
pelayanan dan harus mengurus administrasi. Sering kali juga masih ditemui dokter dalam
melayani pasien yang menggunakan Jamkesmas berbeda kesigapannya dalam bereaksi.
Kemudian untuk ruang perawatan bagi masyarakat miskin yang menggunakan Jamkesmas
sangatlah tidak nyaman, mereka mendapat ruang kelas III dengan fasilitas lebih rendah jika
dibandingan dengan standar internasional

. Kelemahan lain dari jaminan untuk rakyat miskin ini tidak bisa diakses disemua rumah
sakit yang ada, jaminan kesehatan ini hanya bisa digunakan di rumah sakit milik pemerintah
dan rumah sakit swasta yang berkerja sama dengan pemerintah saja, tentunya hal tersebut
sangatlah tidak efektif dan efisien. Ketidak sediaan informasi atau pembekalan yang jelas
kepada masyarakat luas membuat masyarakat terombang-ambing dan tidak tahu harus mulai
darimana penggunaan prosedurnya. Selainn itu mengenai obat-obatan yang digunakan dalam
jaminan kesehatan ini, tidak semua obat ditanggung oleh pemerintah artinya jika ada
masyarakat miskin yang membutuhkan obat diluar daftar tertanggung maka mereka harus
membeli sendiri obat tersebut.

Dibandingkan dengan New Zeland jaminan kesehatan yang diberikan pemerintah


Indonesia kepada masyarakat miskin masih jauh dari kata layak. Di Indonesia pemberian
jaminan kesehatan baru terbatas pada orang miskin saja, padahal seperti yang tertuang dalam
UUD 1945 pasal 28-H yang menyatakan diaman setiap warga negara berhak mendapat
jaminan sosial termasuk didalamnya adalah kesehatan. Sehingga pada kenyataan yang terjadi
dilapangan masalah jaminan kesehatan belum berjalan dengan baik karena belum semua
penduduknya mendapatkan akses tersebut. Selain itu untuk sistem penjaminan kesehatan bagi
para pegawai di negara ini baru terbatas bagi pegawai negeri saja, untuk pegawai swasta
penjaminan kesehatan dilakukan secara personal melalui asuransi personal. Mengenai
asuransi yang diberikan kepada pegawai negeri juga belum cukup memadai walaupun istri
dan beberapa orang anak ikut mendapatkan penjaminan kesehatan, akan tetapi asuransi
tersebut hanya memberikan potongan biaya yang tidak seberapa. Permasalahan lain yang ada,
teryata samapai saat ini masih banyak dijumpai pegawai negeri yang belum memiliki ASKES
(Asuransi Kesehatan) padahal mereka sudah berkerja bertahun-tahun. Hal-hal yang telah
ditunjukan diatas menunjukan bahwa pelaksanaan pelayanan dibidang kesehatan masih
sangat membutuhkan perbaikan karena secara keseluruhan belum terlaksana dengan baik.

KESIMPULAN

Terlepas dari baik buruknya suatu pelayanan kesehatan di suatu Negara, kesehatan
merupakan hal utama yang harus diperhatikan oleh pemerintah. Kesehatan masyarakat
merupakan elemen penting dalam menggerakkan roda pembangunan. Pada dasarnya setiap
Negara mempunyai tujuan yang sama dalam mencapai kesejahteraan dan memberikan
pelayanan kesehatan, akan tetapi terkadang semua itu terbentur dengan minimnya dana,
SDM, dan faktor lingkungan. Kendala-kendala tersebut masih sering dijumpai di Negara-
negara berkembang seperti Indonesia. Lain halnya dengan Negara maju. Negara maju lebih
unggul dalam hal fasilitas fisik maupun sumber daya manusia, akan tetapi apabila kebijakan
tersebut tidak tepat sasaran maka hanya akan terjadi ketimpangan seperti yang terjadi di
Negara-negara berkembang.

New Zealand beserta Negara-negara yang menerapkan model residual seperti Amerika
Serikat, Inggris, dan Australia memang lebih memfokuskan program kesejahteraan sosial
kepada masyarakat yang membutuhkan. Jadi goal mereka jelas, ditambah perhatian
pemerintah terhadap organisasi sosial non-profit yang dalam praktek day-to-day nya lebih
sering berinteraksi dengan masyarakat sangat baik. Sedangkan Indonesia seperti kebanyakan
Negara berkembang pada umunya masih belum bias menangkap peluang tersebut. Maka dari
itu pemerintah Indonesia diharapkan lebih bias berinteraksi dengan baik dan memanfaatkan
organisasi masyarakat dan organisasi-organisasi non profit untuk membantu menyediakan
layanan kesehatan yang memadai bagi masyarakat.
KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI NEW ZEALAND DAN DI INDONESIA

Mata Kuliah : Administrasi Sosial

Disusun oleh
Dyah Puspita Nugraha Putri 08/267610/SP/22989

Yeniarti Ailili Rustamadji 08/267086/SP/22757

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2010

DAFTAR PUSTAKA

www.kebijakansosial.wordpress.com/2010/01/29/, Diakses tanggal 15 Oktober 2010

www.scribd.com/doc/23741668/Negara-Kesejahteraan-Dan-Pembangunan-Kesejahteraan-
Sosial , diakses tanggal 15 Oktober 2010

http://www.gpfarmasi.org/index.php?option=com_content&view=article&id=256:menkes-
minta-alokasi-apbn-2011-naik-238&catid=1:latest-news. Diakses tanggal 13 Oktober 2010

http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1048220968,42748 diakses tanggal 13


Oktober 2010

Merentas Kebijakan Sosial Pro-Poor, Menggagas Pelayanan Sosial yang Berkeadilan oleh
Edi Suharto, PhD (/www.policy.hu/suharto/Naskah%20PDF/UGMPelayananSosial.pdf)
diakses tanggal 13 Okober 2010

www.newzeanando.wordpress.com , diakses tanggal 13 Oktober 2010

www.newzealand.govt.nz diakses tanggal 13 Oktober 2010

Vous aimerez peut-être aussi