Vous êtes sur la page 1sur 7

Bab 4

Pengendalian Intern (Internal Control)


IAI (2001: 319.2) mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang
dijalankan dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini :
(a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c)
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Pengendalian intern terdiri dari lima komponen yang saling terkait sebagai berikut :
a. Lingkungan pengendalian, mencakup hal-hal berikut ini :
1. Integritas dan nilai etika
2. Komitmen terhadap kompetensi.
3. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit.
4. Struktur organisasi.
5. Pemberian wewenang dan tanggung jawab.
6. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia.
b. Penaksiran resiko, resiko dapat timbul dan berubah karena keadaan berikut :
1. Perubahan dalam lingkungan operasi.
2. Personil baru.
3. Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki.
4. Teknologi baru.
5. Lini produk, produk, atau aktivitas baru.
6. Restrukturisasi korporasi.
7. Operasi luar negeri.
8. Standar akuntansi yang baru.
c. Aktivitas pengendalian, dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur
yang berkaitan dengan hal berikut ini :
1. Review terhadap kinerja
2. Pengolahan informasi
3. Pengendalian fisik.
4. Pemisahan tugas.

6
d. Informasi dan komunikasi, kualitas informasi yang dihasilkan dari suatu
system berdampak terhadap kemampuan manajemen untuk membuat keputusan
semestinya dalam mengendalikan aktivitas entitas dan menyiapkan laporan
keuangan yang andal. Sedangkan komunikasi mencakup penyediaan suatu
pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan
pengendalian intern terhadap laporan keuangan.
e. Pemantauan, adalah merupakan proses penentuan kualitas kinerja pengendalian
intern sepanjang waktu.

HUBUNGAN PENGENDALIAN INTERN DENGAN RUANG LINGKUP


(SCOPE) PEMERIKSAAN
Apabila auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern tidak berjalan efektif,
maka harus memperluas scope pemeriksaannya pada waktu melakukan substantive
test. Dan sebaliknya jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern berjalan
efektif, maka scope pemeriksaan pada waktu substantive test bisa dipersempit.

BAGAIMANA MELAKUKAN PEMAHAMAN DAN EVALUASI ATAS


PENGENDALIAN INTERN
Pemahaman dan evaluasi atas pengendalian intern merupakan bagian yang sangat
penting dalam proses pemeriksaan oleh akuntan public. Karena baik buruknya
pengendalian intern akan memberikan pengaruh yang besar terhadap :
a. Keamanan harta perusahaan.
b. Dapat dipercaya tidaknya laporan keuangan perusahaan.
c. Lama atau cepatnya proses pemeriksaan akuntan.
d. Tinggi rendahnya audit fee.
e. Jenis opini yang akan diberikan akuntan public.
Ada tiga cara yang bisa digunakan oleh akuntan public dalam melakukan pemahaman
dan evaluasi pengendalian intern :
1. Internal Control Questionnaires, dikelompokkan :
a. Umum.
b. Akuntansi.
c. Siklus Penjualan-Piutang-Penerimaan kas
d. Siklus Pembelian-Hutang-Pengeluaran kas.
e. Persediaan.

7
f. Surat Berharga.
g. Aktiva tetap.
h. Gaji dan upah.
2. Flow chart, menggambarkan arus dokumen dalam system dan prosedur di suatu
unit usaha.
3. Narrative, auditor menceritakan dalam bentuk memo, system dan prosedur
akuntansi yang berlaku diperusahaan.

KETERBATASAN PENGENDALIAN INTERN ENTITAS


Kemungkinan pencapaian tujuan pengendalian intern entitas dipengaruhi oleh
keterbatasan bawaan yang melekat dalam pengendalian intern seperti rusak karena
kegagalan yang bersifat manusiawi yaitu karena kekeliruan atau kesalahan yang
bersifat sederhana, adanya kolusi diantara dua orang atau lebih atau manajemen
mengesampingkan pengendalian intern, serta biaya pengendalian intern entitas yang
tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian tersebut.

8
Bab 5
Test Transaksi (Test of Recorded
Transaction)

Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi :


“Bukti audit yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan
pernyataan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan yang diaudit”
Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu dan keberadaan bukti audit berpengaruh
terhadap kompetensi bukti audit (audit evidence).
Untuk membuktikan efektif tidaknya pengendalian intern di suatu perusahaan,
akuntan public harus melakukan compliance test atau test of recorded transaction.
Untuk membuktikan kewajaran saldo-saldo perkiraan neraca dan laba rugi, akuntan
public harus melakukan substantive test dan analytical review.

SIFAT BUKTI AUDIT (AUDIT EVIDENCE)


Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua
informasi penguat yang tersedia bagi auditor.
Menurut Konrath (2002: 114 & 115) ada enam tipe bukti audit, yaitu :
1. Physical evidence, segala sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara, diobservasi
atau diinspeksi, dan terutama berguna untuk mendukung tujuan eksistensi atau
keberadaan.
2. Evidence obtain through confirmation, adalah bukti yang diperoleh mengenai
eksistensi, kepemilikan atau penilaian, langsung dari pihak ketiga diluar klien.
3. Documentary evidence, terdiri dari catatan-catatan akuntansi dan seluruh
dokumen pendukung transaksi.
4. Mathematical evidence, merupakan perhitungan, perhitungan kembali dan
rekonsiliasi yang dilakukan auditor.
5. Analytical evidence, bukti yang diperoleh melalui penelaahan analisis terhadap
informasi keuangan klien.
6. Hearsay evidence, merupakan bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan auditor.

9
COMPLIANCE TEST DAN SUBSTANTIVE TEST
Compliance test (Test ketaatan) atau test of recorded transactions adalah test terhadap
bukti-bukti pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat perusahaan untuk
mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai
dengan system dan prosedur yang ditetapkan manajemen. Jika terjadi penyimpangan
walaupun nilainya tidak cukup material, auditor harus memperhitungkan pengaruhnya
terhadap pengendalian intern dan juga harus mempertimbangkan apakah kelemahan
dalam salah satu aspek pengendalian intern bisa diatasi dengan suatu “compensating
control”.

Compliance test biasanya dilakukan untuk transaksi penjualan, penerimaan kas,


pengeluaran kas, pembelian, pembayaran gaji dan upah, serta jurnal koreksi /
penyesuaian.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan auditor dalam melaksanakan compliance test :


a. Kelengkapan bukti pendukung (supporting documents).
b. Kebenaran perhitungan mathematis (footing, cross footing, extension).
c. Otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang.
d. Kebenaran nomor perkiraan yang didebit/dikredit.
e. Kebenaran posting ke buku besar dan sub buku besar.

Substantive test adalah test terhadap kewajaran saldo-saldo perkiraan laporan


keuangan (Neraca dan Rugi Laba).
Prosedur pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. inventarisasi aktiva tetap.
b. Observasi atas stock opname.
c. Konfirmasi piutang, utang dan bank.
d. Subsequent collection dan subsequent payment.
e. Kas opname.
f. Pemeriksaan rekonsiliasi bank dan lain-lain.

Jika dalam melakukan substantive test auditor menemukan kesalahan yang material
maupun tidak material maka auditor harus mengusulkan audit adjustment, dalam hal

10
jumlahnya cukup material maka harus diusulkan secara tertulis dan dipaksakan karena
mempengaruhi opini audit, sedangkan jika kesalahan yang ditemukan jumlahnya tidak
material maka usulan adjustment tersebut tidak perlu dipaksakan karena tidak
mempengaruhi opini audit.

CARA PEMILIHAN SAMPLE


Dalam melakukan pemeriksaan, transaksi-transaksi dan bukti-buktinya diperiksa
secara “test basis” atau secara sampling. Pemilihan sample harus mewakili universe
secara tepat, karena akan mempengaruhi kesimpulan yang akan ditarik. Sample harus
dipilih dengan cara tertentu yang bisa dipertanggungjawabkan, sehingga sample
tersebut benar-benar representative.

Beberapa cara pemilihan sampling yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
a. Random/Judgement Sampling, pemilihan sample dilakukan secara acak dengan
menggunakan judgement si akuntan public.
b. Block Sampling, dalam hal ini auditor harus memilih transaksi-transaksi
dibulan-bulan tertentu sebagi sample.
c. Statistical Sampling, pemilihan sample dilakukan secara ilmiah, sehingga
walaupun lebih sulit namun sample yang terpilih betul-betul representative.

11
AUDITING

Tugas Pengganti Kuis tanggal 27/09/08 dan 08/10/08


(Dosen : Wiwik Pratiwi, SE, MM)

Diringkas oleh:
FRIDA NURLAILY
(06.340.9.340.350.065)

AKADEMI AKUNTANSI NASIONAL


JAKARTA
2008

12

Vous aimerez peut-être aussi