Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
AFASIA
DEFINISI
Afasia adalah suatu gangguan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan otak.
Afasia tidak termasuk gangguan perkembangan bahasa (disebut juga disfasia),
gangguan bicara motorik murni, ataupun gangguan berbahasa sekunder akibat
gangguan pikiran primer, misalnya skizofrenia.(1,2,3,4,5)
ETIOLOGI
Afasia adalah suatu tanda klinis dan bukan penyakit. Afasia dapat timbul akibat
cedera otak atau proses patologik pada area lobus frontal, temporal atau parietal
yang mengatur kemampuan berbahasa, yaitu Area Broa, Area Wernicke, dan jalur
yang menghubungkan antara keduanya. Kedua area ini biasanya terletak di
hemisfer kiri otak dan pada kebanyakan orang, bagian hemisfer kiri merupakan
tempat kemampuan berbahasa diatur.(1,2,3,6,7,8)
Pada dasarnya kerusakan otak yang menimbulkan afasia disebabkan oleh stroke,
cedera otak traumatik, perdarahan otak aku dan sebagainya. Afasia dapat muncul
perlahan-lahan seperti pada kasus tumor otak. Afasia juga terdaftar sebagai efek
samping yang langka dari fentanyl, suatu opioid untuk penanganan nyeri kronis.(2,3)
1
AFASIA
PATOFISIOLOGI
Afasia terjadi akibat kerusakan pada area pengaturan bahasa di otak. Pada
manusia, fungsi pengaturan bahasa mengalami lateralisasi ke hemisfer kiri otak
pada 96-99% orang yang dominan tangan kanan (kinan) dan 60% orang yang
dominan tangan kiri (kidal). Pada pasien yang menderita afasia, sebagian besar lesi
terletak pada hemisfer kiri.(2,3,6,7,8)
Afasia paling sering muncul akibat stroke, cedera kepala, tumor otak, atau penyakit
degeneratif. Kerusakan ini terletak pada bagian otak yang mengatur kemampuan
berbahasa, yaitu area Broca dan area Wernicke.(2,3)
Area Broca atau area 44 dan 45 Broadmann, bertanggung jawab atas pelaksanaan
motorik berbicara. Lesi pada area ini akan mengakibatkan kersulitan dalam artikulasi
tetapi penderita bisa memahami bahasa dan tulisan.(6,7,8,9)
Area Wernicke atau area 41 dan 42 Broadmann, merupakan area sensorik penerima
untuk impuls pendengaran. Lesi pada area ini akan mengakibatkan penurunan hebat
kemampuan memahami serta mengerti suatu bahasa.(6,7,8,9)
Secara umum afasia muncul akibat lesi pada kedua area pengaturan bahasa di atas.
Selain itu lesi pada area disekitarnya juga dapat menyebabkan afasia transkortikal.
Afasia juga dapat muncul akibat lesi pada fasikulus arkuatus, yaitu penghubung
antara area Broca dan area Wernicke.(6)
KLASIFIKASI
Manifestasi klinik
Distribusi anatomi dari lesi yang bertanggung jawab bagi defek
Gabungan pendekatan manifestasi klinik dengan lesi anatomik
2
AFASIA
3
AFASIA
DIAGNOSIS
Diagnosis afasia ialah berdasarkan tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada
pemeriksaan fisik dan kejiwaan. Sedangkan pemeriksaan tambahan lainnya
dilakukan untuk mengetahui penyebab kerusakan otaknya.(2,3)
Manifestasi Klinik
Afasia tidak lancar. Pada afasia ini, output atau keluaran bicara terbatas.
Penderita menggunakan kalimat pendek dan bicara dalam bentuk sederhana.
Sering disertai artikulasi dan irama bicara yang buruk.
Gambaran klinisnya ialah:
Pasien tampak sulit memulai bicara
Panjang kalimat sedikit (5 kata atau kurang per kalimat)
Gramatika bahasa berkurang dan tidak kompleks
Artikulasi umumnya terganggu
Irama bicara terganggu
Pemahaman cukup baik, tapi sulit memahami kalimat yang lebih kompleks
Pengulanan (repetisi) buruk
Kemampuan menamai, menyebut nama benda buruk
4
AFASIA
Afasia lancar. Pada afasia ini penderita bicara lancar, artikulasi dan irama
baik, tetapi isi bicara tidak bermakna dan tidak dapat dimengerti artinya.
Penderita tidak dapat mengerti bahasa sehingga tidak dapat berbicara
kembali. Gambaran klinisnya ialah:
Keluaran bicara yang lancar
Panjang kalimat normal
Artikulasi dan irama bicara baik
Terdapat parafasia
Kemampuan memahami pendengaran dan membaca buruk
Repetisis terganggu
Menulis lancar tadi tidak ada arti
5
AFASIA
Afasia global, adalah bentuk afasia yang paling berat. Ini disebabkan lesi
yang luas yang merusak sebagian besar atau semua area bahasa pada otak.
Keadaan ini ditandai oleh tidak ada lagi atau berkurang sekali bahasa
spontan dan menjadi beberapa patah kata yang diucapkan secara berulang-
ulang, misalnya “baaah, baaah, baaah” atau “maaa, maaa, maaa”.
Pemahaman bahasa hilang atau berkurang. Repetisi, membaca dan menulis
6
AFASIA
juga terganggu berat. Afasia global hampir selalu disertai dengan hemiparese
atau hemiplegia.
Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan radiologi, biasanya dilakukan dalam hal untuk melokalisasi lesi dan
mendiagnosa penyebab kerusakan otak. CT (Computed Tomography) Scan efektif
untuk mengetahui adanya perdarahan otak atau stroke iskemik yang sudah lebih
dari 48 jam. MRI (Magnetic Resonance Imaging) mampu mendeteksi stroke
sesegera mungkin sampai 1 jam setelah onset. Penggunaan kontras mungkin perlu
untuk mendeteksi tumor.(2)
PENATALAKSANAAN
Tidak ada penanganan atau terapi untuk afasia yang benar-benar efektif dan terbukti
mengobati. Saat ini, penanganan yang paling efektif untuk mengobati afasia adalah
dengan melakukan terapi wicara/bina wicara. (1,2,3,10,11)
Terlepas dari jenis terapi afasia yang digunakan, hasilnya akan lebih baik jika
intensitas terapi ditingkatkan. Dengan kata lain, hasil terapi akan lebih baik
jika pasien melakukan beberapa sesi terapi selama beberapa hari
dibandingkan dengan melakukan banyak sesi terapi dalam sehari dengan
jumlah hari yang lebih banyak pula.
Efektivitas terapi afasia akan meningkat jika terapis menggunakan berbagai
bentuk stimulus sensori. Sebagai contoh, stimulus audio dalam bentuk musik,
dan stimulus visual dalam bentuk gambar-gambar, serta lukisan. Jenis
7
AFASIA
stimulus ini sebaiknya digunakan secara rutin selama mengikuti sesi terapi
afasia.
Peningkatan kesulitan dalam praktek latihan tes berbahasa selama mengikuti
sesi terapi akan memberikan hasil yang lebih baik.
Berikut merupakan beberapa bentuk terapi afasia yang paling sering digunakan,
seperti diuraikan dalan situs about: (10,11)
Stimulation-Fascilitation Therapy. Jeni terapi afasia ini lebih fokus pada semantik
(arti) dan sintaksis (sususan kalimat) dari bahasa. Stimulus utama yang digunakan
selama terapi adalah stimulus audio. Prinsip terapi ini yaitu, peningkatan
kemampuan berbahasa akan lebih baik jika dilakukan dengan pengulangan.
Terapi kelompok (group therapy). Dalam terapi ini, pasien disediakan konteks
sosial untuk mempraktekkan kemampuan berkomunikasi yang telah mereka pelajari
selama sesi pribadi. Selain itu, mereka juga akan mendapatkan umpan balik dari
para terapis dan pasien lainnya. Hal ini bisa juga dilakukan dengan anggota
keluarga. Efeknya akan sama sekaligus juga mempererat komunikasi pasien dengan
orang-orang tercinta mereka.
8
AFASIA
sebagai alatnya. Dalam terapi ini, pasien akan terlibat percakapan dengan terapis.
Untuk menstimulus komunikasi yang spontan, jenis terapi ini akan menggunakan
lukisan-lukisan, gambar, serta benda-benda visual. Benda-benda ini akan digunakan
oleh pasien sebagai sumber ide untuk dikomunikasikan dalam percakapan. Pasien
dan terapi secara bergiliran akan menyampaikan ide-ide mereka.
PROGNOSA
Prognosa hidup untuk pendertia afasia tergantung pada penyebab afasia. Suatu
tumor otak dapat dihubungkan dengan angka harapan hidup yang kecil, sedangkan
afasia dengan stroke minor mungkin memiliki prognosis yang sangat baik. Prognosis
hidup ditentukan oleh penyebab afasia tersebut.(2)
9
AFASIA
DAFTAR PUSTAKA
10