Vous êtes sur la page 1sur 21

Diary Angel Cute

Rasa jatuh cinta memang aneh rasanya


Q kenal fandy lewat no.Hp nyasar, dari perkenalan itu Q agak jual mahal ke dy (m
aklum cwe).
Hari berganti hari Q mulai penasaran ma dy, rasanya hatiku telah di kuasai oleh
dy.
Q dan dy sepakat untuk ketemuan di kampusQ, dy pun datang pakai jaket hitam deng
an motor warna hitam pula.
Alangkah terkejutnya, Q diajak dy kerumahnya.
Kita ngobrol tentang pekerjaan dy, dy jg banyak tanya tentang Q di kampus.
Waktu pun cepat berlalu, karena asik ngobrol tak terasa hari sudah sore.
Q pun minta di antar pulang, Q boncengan ma dy seolah-olah kt sudah pacaran.
Hujan pun datang disaat kt dalam perjalanan pulang, rasa dingin menyelimuti tubu
hku ini.
Dengan gagahnya dy memberi Q jaket yg dy pakai, hujan pun makin deras dan cuaca
semakin dingin.
Rasa sayang ini semakin menguasai pikiranku, ingin rasanya Q peluk dy.
Setelah Q sampai di rumah, dy terburu-buru pulang karena hujan makin deras.
Satu jam setelah dy pulang, dy kasih kabar kalau sudah sampai rumah dengan selam
et.
Yang bikin Q bingung, perasaan tadi dy pulang sendiri?
Kenapa dy pulang dengan selamet, siapakah selamet?
Cerita ini sebagian adalah kisah nyata, tapi karena terbatas oleh waktu.
Maka cukup sekian dan terimakasih.

(www.bendot.co.nr)
Rany Armeilia Pratiwi
B 0900370
D III Kebidanan
Dengan kasus
Di BPS Bidan Lia seorang ibu hamil akan memeriksa kehamilannya, G 1 P 0 A O, ibu
mengatakan ada benjolan kecil dan berwarna kemerahan pada sistem reproduksinya,
maka bidan Lia pun menyarankan untuk melakukan pemeriksaan Head to toe kepada p
asien dan meminta pasien untuk tidak mengenakan pakaian dan diganti dengan selim
ut pasien,
maka hak pasien tersebut adalah
1.Pasien berhak merasa nyaman selama dalam lingkup rumah sakit/Puskesmas/BPS/Pel
ayanan Kesehatan lainnya
2.Pasien harus mengerti tentang penyakitnya.
3.Pasien harus mengerti tentang pemeriksaan yang dilakukan terhadap dirinya.
4.Pasien harus mengerti dan setuju tentang pengobatan dan tindakan terhadap diri
nya, baru dokter boleh bertindak.
5.Jika intervensi medis sudah tidak bisa diharapkan karena kondisi penyakit sud
ah parah, pasien dan keluarga harus mendapat penjelasan.
6.Hak mendapatkan perlindungan keamanan
7.Hak mendapat informasi
8.Hak memilih
9.Hak mendengar
10.Hak kebenaran secara menyeluruh
11.Hak privasi dan martabat pribadi (kerahasiaan dan keamanannya)tentang penyaki
tnya
12.Hak untuk memelihara pengambilan keputusan untuk diri sendiri sehubungan deng
an kesehatan
13.Hak untuk memperoleh catatan medis baik selama dan sesudah dirawat di rumah s
akit/Puskesmas/BPS/Pelayan kesehatan lainnya
14.Pasien mempunyai hak untuk mempertimbangkan dan menghargai asuhan keperawatan
/keperawatan yang akan diterimanya.
15.Pasien berhak mengetahui setiap pertimbangan dari privasinya yang menyangkut
program asuhan medis, konsultasi dan pengobatan yang dilakukan dengan cermat dan
dirahasiakan
16.Pasien berhak atas kerahasiaan semua bentuk komunikasi dan catatan tentang as
uhan kesehatan yang diberikan kepadanya.
17.Pasien berhak untuk mengetahui dan menerima penjelasan tentang biaya yang dip
erlukan untuk asuhan kesehatannya
18.Hak memilih pelayanan kesehatan
19.Hak menyetuji / menolak tindakan
20.Hak untuk mengetahui nama dan status tenaga kesehatan yang menolong.
21.Hak untuk mempunyai pendapat.
22.Hak untuk diperlakukan secara hormat.

PERSALINAN / PARTUS
Didefinisiskan sebagai suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup,
dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar. Partus normal /
partus biasa adalah proses bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepa
la / ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak mel
ukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 2
4 jam. Sedangkan Partus abnormal adalah proses bayi lahir melalui vagina dengan
bantuan tindakan atau alat seperti versi / ekstraksi, cunam, vakum, dekapitasi,
embriotomi dan sebagainya, atau lahir per abdominam dengan seksio sesaria.
-
SEBAB TERJADINYA PROSES PERSALINAN
1. Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun mendada
k, nutrisi janin dari plasenta berkurang.
2. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, menjadi stimul
asi (pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus.
3. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin meran
gsang terjadinya kontraksi.
4. Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estr
ogen mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin, men
jadi pencetus rangsangan untuk proses persalinan.
-
KEBERHASILAN SUATU PERSALINAN PERSALINAN DITENTUKAN OLEH 3 FAKTOR P UTAMA
1. Power
His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan k
ardiovaskular respirasi metabolik ibu.
2. Passage
Keadaan jalan lahir
3. Passanger
Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan a
natomik mayor)
(ditambah dengan faktor-faktor P lainya : Psikologi, Penolong dan Posisi). Dengan
adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor P tersebut, persalinan norma
l diharapkan dapat berlangsung.
-
HIS / KONTRAKSI UTERUS
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dar
i daerah fundus uteri pada daerah di mana tuba falopii memasuki dinding uterus,
awal gelombang tersebut didapat dari pacemaker yang terdapat di dinding uterus dae
rah tersebut. Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal menga
rah ke daerah lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis (jalan laihir) yang
membuka, untuk mendorong isi uterus ke luar. His dapat terjadi sebagai akibat da
ri :
1. Kerja hormon oksitosin
2. Regangan dinding uterus oleh isi konsepsi
3. Rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsep
si.
His dikatakan baik dan ideal apabila :
1. Kontraksi simultan simetris di seluruh uterus
2. Kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus
3. Terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi
4. Terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his
5. Serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung serabut
otot,akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian terbuka sec
ara pasif dan mendatar (cervical effacement). Ostium uteri eksternum dan internu
m pun akan terbuka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya nyeri saat his berlangsung adalah :
1. Iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di pleks
us hipogastrikus diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi nyeri
2. Peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneum, men
jadi rangsang nyeri.
3. Keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas/ anxietas,
atau eksitasi).
4. Prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress
Hal yang penting dinilai mengenai His adalah :
1. Amplitudo : intensitas kontraksi otot polos : bagian pertama peningkatan a
gak cepat, bagian kedua penurunan agak lambat.
2. Frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit)
3. Satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan / mmHg terhadap frekuensi)
.
-
PEMBAGIAN FASE / KALA PERSALINAN
Kala 1 : disebut juga dengan kala pembukaan, terjadi pematangan dan pembukaan se
rviks sampai lengkap
Kala 2 : disebut juga kala pengeluaran, terjadi pengeluaran bayi
Kala 3 : disebut juga kala uri, terjadi pengeluaran plasenta
Kala 4 : merupakan masa 1 jam setelah persalinan/ partus, terutama untuk observa
si
-
KALA 1 PERSALINAN :
* Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang tera
tur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengelua
ran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid.
* Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, b
ibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spo
ntan pada saat akhir kala I.
Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini, yaitu :
1. Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
2. Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sek
itar 6 jam. Fase aktif terbagi atas :
* Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
* Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
* Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada pri
migravida dan multipara :
* Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu sebelum
terjadi pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah lunak akibat persalina
n sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan.
* Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu daripada ostium
eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah)
, sedangkan pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (ins
pekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)
* Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multip
ara (+14 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien pri
migravida memerlukan waktu lebih lama.
Sifat His pada Kala 1 :
* Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks t
erbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
* Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir
* Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, freku
ensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10c
m).
Peristiwa penting Kala 1 :
1. Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucou
s plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya
vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan di
nding dalam uterus.
2. Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan m
endatar.
3. Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pe
cah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
-
KALA 2 PERSALINAN :
* Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada saat b
ayi telah lahir lengkap.
* Pada Kala 2 ini His menjadi lebih kuat, lebih sering, dan lebih lama. Sela
put ketuban mungkin juga sudah pecah/ baru pecah spontan pada awal Kala 2 ini. R
ata-rata waktu untuk keseluruhan proses Kala 2 pada primigravida ± 1,5 jam, dan mu
ltipara ± 0,5 jam.
Sifat His :
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga
akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yait
u kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan
kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan
bayi.
Peristiwa penting pada Kala 2 :
1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar
panggul.
2. Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengedan yang semakin kuat.
3. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis)
4. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisi
s pubis sebagai sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan angg
ota badan.
5. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jala
n lahir (episiotomi).
Proses pengeluaran janin pada kala 2 (persalinan letak belakang kepala) :
1. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus den
gan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu
atas panggul (asinklitismus anterior / posterior).
2. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari hi
s dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) ko
ntraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi
ekstensi dan menegang.
3. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berub
ah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito
-bregmatikus (belakang kepala).
4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, pu
taran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala me
lewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis.
5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput
melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput,
bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai deng
an sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposteri
or sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan denga
n mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokante
r depan dan belakang, tungkai dan kaki.
-
KALA 3 PERSALINAN :
* Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan berakhir dengan lahirnya p
lasenta.
* Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, s
erta pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
* Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditand
ai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tida
k disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal.
* Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus ad
alah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar /
di atas pusat.
Sifat His :
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun. P
lasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap me
nempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).
-
KALA 4 PERSALINAN :
Dimulai pada saat plaenta telah lahir lengkap, sampai dengan 1 jam setelahnya.
Hal penting yang harus diperhatikan pada Kala 4 persalinan :
1. Kontraksi uterus harus baik
2. Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
3. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
4. Kandung kencing harus kosong
5. Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
6. esume keadaan umum ibu dan bayi.
@Belibis A-17,
Untuk melakukan asuhan persalinan normal (APN) dirumuskan 58 langkah asuhan pers
alinan normal sebagai berikut:
1. Mendengar & Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul
oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air men
galir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemer
iksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitos
in dan letakan kembali kedalam wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah dibasahi oleh a
ir matang (DTT), dengan gerakan vulva ke perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketu
ban sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klori
n 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ
dalam batas normal (120 160 x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saa
t ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk mener
an.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, ji
ka ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan baha
n
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 6 cm, memasang handu
k bersih pada perut ibu untuk mengeringkan bayi jika telah lahir dan kain kering
dan bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu. Setelah itu kita melakuk
an perasat stenan (perasat untuk melindungi perineum dngan satu tangan, dibawah
kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan
pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan belak
ang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap
melewati introitus dan perineum).
20. Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa steril kemud
ian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spo
ntan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menga
njurkan
kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah baw
ah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan
arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tan
gan kiri diantara kedua lutut janin)
25. Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kec
uali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/
kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi ba
ik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intra
maskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyu
ntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 c
m dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kemba
li tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bay
i), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian me
lingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi
lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi
.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, unt
uk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sem
entara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika pla
senta tidak lahir setelah 30 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menung
gu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37. melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, min
ta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-
kranial).
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati
-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan
lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya
selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan men
ggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri
hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan
masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan perv
aginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sed
ikit 1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antib
iotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B
di paha kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk deko
ntaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuba
n, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ib
u ingin minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung ta
ngan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Melengkapi partograf.
Sumber :
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR).
Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR, Maternal & Neonatal Care
, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002

Kontraksi & Persalinan


DEFINISI
HIS
His (Kontraksi) adalah serangkaian kontraksi rahim yang teratur, yang secara ber
tahap akan mendorong janin melalui serviks (rahim bagian bawah) dan vagina (jala
n lahir), sehingga janin keluar dari rahim ibu.
Kontraksi menyebabkan serviks membuka secara bertahap (mengalami dilatasi), meni
pis dan tertarik sampai hampir menyatu dengan rahim.
Perubahan ini memungkinkan janin bisa melewati jalan lahir.
Pembukaan serviks
His biasanya mulai dirasakan dalam waktu 2 minggu (sebelum atau sesudah) tanggal
perkiraan persalinan.
Penyebab yang pasti dari mulai timbulnya his tidak diketahui. Mungkin karena pen
garuh dari oksitosin (hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisa dan menyebab
kan kontraksi rahim selama persalinan).
Persalinan biasanya berlangsung selama tidak lebih dari 12-14 jam (pada kehamila
n pertama) dan pada kehamilan berikutnya cenderung lebih singkat (6-8 jam).
Show (sejumlah kecil darah yang bercampur dengan lendir dari serviks) biasanya m
erupakan petunjuk bahwa persalinan segera dimulai; tetapi show bisa keluar 72 ja
m sebelum kontraksi dimulai.
Kadang selaput ketuban pecah sebelum persalinan dimulai dan cairan ketuban menga
lir melalui serviks dan vagina. Jika selaput ketuban pecah, segera hubungi dokte
r atau bidan.
Sekitar 80-90% wanita yang selaput ketubannya pecah berlanjut menjadi persalinan
spontan dalam waktu 24 jam. Jika setelah lewat 24 jam persalinan belum juga dim
ulai dan keadaan bayinya baik, biasanya dilakukan induksi persalinan untuk mengu
rangi resiko infeksi akibat masuknya bakteri dari vagina ke dalam rahim. Infeksi
bisa menyerang ibu maupun bayinya.
Untuk menginduksi persalinan biasanya digunakan oksitosin atau obat yang serupa.
Sebelum terjadinya his sejati, seorang calon ibu bisa merasakan his palsu atau k
ontrksi rahim yang tidak teratur. His ini disebut kontraksi Braxton Hicks.
Ini merupakan hal yang normal dan mungkin lebih sering muncul pada sore hari.
Mungkin sulit untuk membedakan his sejati dari his palsu. Biasanya his palsu tid
ak sesering dan tidak sekuat his asli. Kadang satu-satunya cara untuk mengetahui
perbedaan antara his sejati dan his palsu adalah melakukan pemeriksaan dalam. P
ada pemeriksaan dalam bisa diketahui adanya perubahan pada serviks yang menandak
an dimulainya proses persalinan.
Pemeriksaan yang secara rutin dilakukan terhadap wanita hamil yang sedang memasu
ki proses persalinan adalah:
- Berat badan
- Tekanan darah
- Denyut nadi dan laju pernafasan
- Analisa air kemih dan darah
- Pemeriksaan perut untuk memperkirakan besar, posisi dan letak janin
- Denyut jantung bayi
- Pemeriksaan dalam untuk mengetahui besarnya pembukaan atau keutuhan selaput ke
tuban.
Cairan ketuban yang berwarna kehijauan, penyebabnya adalah tinja janin yang pert
ama (mekonium) dan merupakan pertanda bahwa janin dalam keadaan gawat. Pengeluar
an mekonium oleh janin biasanya terjadi hanya jika janin berada dalam keadaan ga
wat atau janin berada dalam letak bokong.
Letak dan posisi janin akan mempengaruhi proses persalinan. Letak kepala merupak
an letak yang terbaik untuk persalinan yang aman.
Selama 1-2 minggu terakhir, sebagian besar janin akan berputar sehingga kepalany
a terletak di bawah.
Letak bokong dan letak bahu merupakan penyulit dalam persalinan. Persalinan akan
berlangsung lebih mudah jika bayi berada dalam letak kepala dengan wajah yang m
enghadap ke punggung ibu.
Selama proses persalinan, untuk mencegah dehidrasi biasanya cairan diberikan mel
alui infus. Selain itu, infus juga bisa digunakan untuk memberikan obat.
Pemberian cairan melalui infus memungkinkan ibu untuk tidak makan dan minum sela
ma persalinan sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya muntah dan terhirupnya
muntahan. Menghirup muntahan bisa menyebabkan sindroma Mendelson (peradangan par
u-paru).
Untuk menetralisir asam lambung, antasid biasanya diberikan pada saat masuk ruma
h sakit dan selanjutnya setiap 3 jam. Antasid bisa mengurangi resiko kerusakan p
aru-paru akibat terhirupnya muntahan.
Tahapan persalinan:
A. Tahap I : mulai dari awal his sampai pembukaan lengkap (sekitar 10 cm)
# Fase awal (fase laten)
- Kontraksi semakin kuat dan teratur
- Rasa nyeri masih bersifat minimal
- Serviks menipis dan membuka sampai sekitar 4 cm
- Fase ini berlangsung selama 8,5 jam (pada kehamilan pertama) dan 5 jam (pada k
ehamilan selanjutnya)
# Fase aktif
- Serviks membukan sampai 10 cm
- Bagian terendah bayi (biasanya kepala) mulai turun ke dalam panggul ibu
- Ibu mulai merasakan desakan untuk mengedan
- Fase ini berlangsung sekitar 5 jam (pada kehamilan pertama) dan 2 jam (pada ke
hamilan berikutnya)
B. Tahap II : mulai dari pembukaan lengkap sampai bayi keluar dari rahim ibu.
Berlangsung selama 60 menit (pada kehamilan pertama) dan 15-30 menit (pada keham
ilan berikutnya).
C. Tahap III : mulai dari kelahiran bayi sampai pengeluaran plasenta (ari-ari).
Biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit.
Selama tahap I, ibu dilarang mengedan karena mengedan sebelum pembukaan lengkap
akan menghabiskan tenaga dan bisa menyebabkan robekan pada serviks. Denyut jantu
ng ibu dan bayi diperiksa setiap 15 menit.
Jika denyut jantung bayi terlalu cepat atau terlalu lambat, maka dipertimbangkan
untuk melahirkan bayi melalui operasi sesar atau dengan bantuan forseps atau ti
ndakan korektif lainnya (misalnya ibu disuruh berbaring miring ke kiri, menambah
jumlah cairan infus atau memberikan oksigen melalui selang hidung).
Selama tahap II, ibu diharuskan mengedan setiap merasakan kontraksi agar bayi te
rdorong ke vagina.
Pemantauan denyut jantung bayi dilakukan setiap 3 menit.

Persalinan spontan
Teknik persalinan spontan yang paling terkenal adalah metoda Lamaze.
Teknik lainnya adalah metoda Leboyer, yang terdiri dari melahirkan di ruang gela
p dan merendam bayi dalam air hangat segera setelah dilahirkan.
Pada persalinan spontan, untuk mengontrol nyeri selama persalinan digunakan tekn
ik relaksasi dan pernafasan.
Untuk mempelajari teknik ini, calon ibu dan suaminya bisa mengikuti latihan di r
umah sakit maupun klinik bersalin.
Pada teknik relaksasi, ibu secara sadar menegangkan sebagian tubuhnya kemudian m
engendurkannya. Teknik ini membantu ibu mengendurkan seluruh tubuhnya ketika rah
im berkontraksi dan ketika rahim tidak berkontraksi.
Beberapa jenis pernafasan bisa membantu ibu dalam menghadapi persalinan tahap I
(sebelum diperbolehkan mengedan):
# Menarik nafas dalam (untuk membantu ibu relaks), dilakukan pada awal dan akhir
kontraksi
# Menarik nafas dangkal dan cepat di dada bagian atas, dilakukan pada saat kontr
aksi mencapai puncaknya
# Menarik nafas pendek dan cepat diikuti dengan menghembuskan nafas melalui mulu
t, dilakukan untuk menahan keinginan untuk mengedan (sebelum terjadi pembukaan l
engkap).
Pada stadium II, ibu mulai boleh mengedan dan diselingi dengan menarik nafas cep
at dan pendek.
Selama hamil, calon ibu dan pasangannya sebaiknya melakukan latihan teknik relak
sasi dan pernafasan secara rutin.
Selama persalinan berlangsung, sang suami bisa membantu calon ibu dengan menging
atkan apa yang seharusnya dilakukan pada setiap tahapan persalinan dan menenangk
annya jika terlihat tegang. Pemijatan bisa membantu mengurangi ketegangan pada c
alon ibu.

Menghilangkan nyeri selama persalinan


Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu anlgetik dan a
nestesi.
Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara tota
l. Seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analg
etik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan ra
sa nyeri.
Anestesi adalah hilangnya rasa. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya ke
sadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubu
h tertentu dan pemakainya tetap sadar.
Tidak semua wanita yang akan menjalani memerlukan obat pereda nyeri dan tidak se
mua rumah sakit menawarkan semua jenis obat pereda nyeri.
1. Analgetik sistemik
Analgetik sistemik seringkali diberikan dalam bentuk obat suntik yang disuntikka
n melalui otot (intramuskuler maupun pembuluh darah (intravena). Obat ini mereda
kan nyeri tanpa menyebabkan hilangnya kesadaran.
Analgetik sistemik bekerja pada seluruh sistem saraf. Kadang obat lainnya diberi
kan bersamaan dengan analgetik sistemik untuk mengurangi ketegangan atau rasa mu
al.
Efek sampingnya ringan, yaitu berupa perasaan berputar atau sulit berkonsentrasi
.
Obat ini tidak diberikan sesaat sebelum persalinan karena bisa menyebabkan refle
ks dan pernafasan bayi ketika lahir menjadi lambat.
2. Anestesi lokal
Anestesi lokal biasanya hanya memberikan pengaruh kepada bagian tubuh tertentu.
Untuk menghindari robekan pada perineum (daerah antara vagina dan rektum) ibu, s
ebelum bayi lahir dilakukan episiotomi, yaitu pemotongan jaringan vagina. Aneste
si lokal bisa diberikan setelah episiotomi dilakukan atau ketika dilakukan penja
hitan luka episiotomi.
Anestesi lokal jarang berpengaruh terhadap bayi.
3. Blok pudenda
Blok pudenda disuntikkan sesaat sebelum persalinan untuk menghilangkan nyeri di
daerah perineum.
Blok pudenda mengurangi nyeri yang mungkin akan dirasakan ibu di sekitar vagina
dan rektum ketika bayi bergerak di sepanjang jalan lahir.
Blok pudenda merupakan jenis anestesi yang paling aman dan jarang terjadi efek s
amping yang serius.
4. Blok epidural
Blok epidural (suatu anestesi regional) akan mempengaruhi bagian tubuh yang lebi
h luas. Cara ini menyebabkan hilangnya rasa pada tubuh bagian bawah.
Luasnya pembiusan tergantung kepada jenis dan dosis obat yang digunakan.
Blok epidural disuntikkan ke dalam punggung bagian bawah. Obat disuntikkan melal
ui rongga epidural yang berada diluar korda spinalis. Tempat ini dilalui oleh sa
raf yang membawa rasa nyeri dari tubuh bagian bawah.
Blok epidural membantu mengurangi nyeri akibat kontraksi dan nyeri pada vagina k
etika bayi lahir.
Blok epidural dalam dosis yang lebih tinggi digunakan untuk menghilangkan nyeri
pada operasi sesar.
Efek samping dari blok epidural adalah penurunan tekanan darah ibu yang bersifat
sementara, yang bisa menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat. Untuk menc
egah terjadinya hal tersebut, biasanya kepada ibu diberikan cairan melalui infus
atau ibu diminta untuk berbaring miring guna memperbaiki peredaran darahnya.
Efek samping yang serius dari blok epidural adalah:
- Sakit kepala hebat yang jika tidak diobati bisa berlangsung selama beberapa ha
ri atau minggu. Ini terjadi jika selaput yang membungkus korda spinalis mengalam
i robekan.
- Kesulitan bernafas terjadi jika obat masuk ke dalam cairan spinal.
- Pusing atau kadang kejang, jika obat masuk ke dalam vena.
5. Blok spinalis
Blok spinalis menyerupai blok epidural, yaitu suntikan obat bius pada punggung b
agian bawah.
Blok spinalis biasanya hanya diberikan sekali selama persalinan berlangsung.
Blok spinalis bisa digunakan untuk operasi sesar dan persalinan dengan bantuan f
orseps atau ekstraksi vakum.
Kadang blok spinalis menyebabkan terjadinya efek samping yang serupa dengan blok
epidural.
6. Pembiusan total
Pembiusan total menyebabkan wanita yang akan melahirkan tidak sadarkan diri dan
tidak merasakan nyeri.
Pembiusan total tidak digunakan untuk mengurangi nyeri akibat kontraksi karena b
isa menyebabkan bayi tertidur dan memperlambat refleks dan pernafasan bayi.
Pembiusan total digunakan untuk operasi sesar.
Efek samping yang serius (tetapi jarang terjadi) pada pembiusan total terjadi ji
ka makanan atau asam dari lambung masuk ke trakea (saluran udara) dan paru-paru
dan menyebabkan cedera. Untuk menghindari hal ini, biasanya sebelum menjalani pe
mbiusan total, ibu tidak boleh makan dan agar asam lambung tidak sampai masuk ke
paru-paru, biasanya diberikan antasid.
Persalinan adalah keluarnya janin dan plasenta dari rahim.

PERSALINAN
Persalinan adalah keluarnya/lahirnya janin dan plasenta dari rahim.
Di ruang bersalin, ibu dibaringkan pada posisi setengah duduk agar gaya gravitas
i bisa digunakan semaksimal mungkin. Tekanan janin membantu peregangan jalan lah
ir dan perineum secara bertahap sehingga resiko robekan semakin kecil. Posisi in
i juga menyebabkan berkurangnya tegangan pada punggung dan panggul ibu.
Sebagian ibu lebih menyukai posisi berbaring terlentang meskipuni posisi ini bis
a menyebabkan persalinan berlangsung lebih lama dan memerlukan bantuan.
Setiap rahim berkontraksi, ibu harus mengedan untuk membantu turunnya janin ke j
alan lahir dan untuk memperlebar lubang vagina sehingga bagian kepala janin yang
tampak semakin besar.
Forseps adalah sebuah alat yang bentuknya menyerupai tang dan terbuat dari logam
, yang digunakan untuk menarik bayi keluar dari jalan lahir.
Forseps digunakan jika ibu tidak kuat mengedan karena telah menerima suntikan ep
idural atau jika bayi berada dalam keadaan gawat.
Jika lubang vagina tidak cukup teregang sehingga bayi tidak dapat melewatinya da
n jika kemungkinan akan terjadi robekan, maka dilakukan episiotomi (pemotongan d
inding vagina danperineum).
Episiotomi dilakukan untuk mempermudah proses persalinan dan untuk mencegah robe
kan yang lebih tidak beraturan dan lebih sulit diperbaiki.
Setelah kepala bayi lahir, tubuh bayi akan berputar miring sehingga bahu bisa di
lahirkan dengan mudah. Selanjutnya, bagian tubuh bayi yang lainnya biasanya akan
segera lahir.
Lendir dan cairan dari hidung, mulut dan tenggorokan bayi dihisap melalui selang
kecil. Tali ari-ari dijepit dan dipotong untuk mencegah perdarahan.
Bayi lalu dibungkus dengan selimut dan diberikan kepada ibu.
Setelah bayi lahir, perut ibu ditekan dengan lembut untuk merangsang kontraksi r
ahim. Pada kontraksi pertama atau kedua setelah persalinan, biasanya plasenta ak
an lepas dari rahim dan dikeluarkan.
Setelah seluruh plasenta keluar, diberikan suntikan oksitosin dan perut ibu dipi
jat secara periodik untuk merangsang kontraksi rahim. Kontraksi ini penting untu
k mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
Luka robekan karena episiotomi lalu dijahit. Kemudian ibu dipindahkan ke ruang p
emulihan.
Jika tidak memerlukan perawatan khusus, bayi bisa dibiarkan bersama ibu (rooming
in). Dengan metoda rooming in, ibu bisa menyusui bayinya sesuai dengan kebutuha
n bayi dan ibu juga belajar merawat bayinya sendiri.
Komplikasi (terutama perdarahan) sering terjadi dalam 4 jam pertama setelah pers
alinan. Karena itu pada saat ini dilakukan pemantauan ketat terhadap ibu-ibu yan
g baru melahirkan anaknya.

Nilai Apgar
Nilai Apgar adalah suatu cara praktis untuk menilai keadaan bayi baru lahir.
Nilai Apgar merupakan alat penyaring untuk menentukan pertolongan yang perlu seg
era diberikan kepada bayi baru lahir.
Nilai Apgar ditentukan dengan menilai denyut jantung, pernafasan, ketegangan oto
t, warna kulit dan respon terhadap rangsangan (refleks); masing-masing diberi ni
lai 0, 1 atau 2:
1. Denyut jantung : dinilai dengan menggunakan stetoskop dan merupakan penilaian
yang paling penting.
- Jika tidak terdengar denyut jantung : 0
- Jika jantung berdenyut kurang dari 100 kali/menit :1
- Jika jantung berdenyut lebih dari 100 kali/menit : 2
2. Usaha untuk bernafas
- Jika tidak bernafas : 0
- Jika pernafasan lambat atau tidak teratur : 1
- Jika bayi menangis : 2
3. Ketegangan otot
- Jika otot lembek : 0
- Jika lengan atau tungkainya terlipat : 1
- Jika bayi bergerak aktif : 2
4. Refleks : dinilai dengan cara mencubit secara lembut dan perlahan
- Jika tidak timbul refleks : 0
- Jika wajahnya menyeringai : 1
- Jika bayi menyeringai dan terbatuk, bersin atau menangis keras : 2
5. Warna kulit
- Jika kulit bayi berwarna biru pucat : 0
- Jika kulit bayi berawarna pink dan lengan/tungkainya berwarna biru : 1
- Jika seluruh kulit bayi berwarna pink: 2.

Nilai Apgar 8-10 adalah normal, menunjukkan bahwa bayi berada dalam keadaan yang
baik. Nilai 10 sangat jarang ditemui, hampir semua bayi baru lahir kehilangan 1
nilai karena kaki dan tangannya yang berwarna kebiruan.
Nilai Apgar yang kurang dari 8 menunjukkan bahwa bayi memerlukan bantuan untuk m
enstabilkan dirinya di lingkungan yang baru.
Nilai Apgar 0-3 menunjukkan bahwa perlu segera dilakukan resusitasi.
Penilaian Apgar secara rutin dilakukan dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir da
n kemudian biasanya diulang 5 menit kemudian.
Nilai Apgar 1 menit menunjukkan toleransi bayi terhadap proses kelahirannya. Nil
ai Apgar 5 menit menujukkan adaptasi bayi terhadap lingkungan barunya.
Pada keadaan tertentu, penilaian Apgar bisa kembali dilakukan pada menit ke 10,
15 dan 20. Jika pada menit ke 20 nilai Apgar masih tetap rendah, hal ini merupak
an resiko tinggi terjadinya kematian atau penyakit.
Nama Apgar berasal dari seorang ahli anestesi Amerika, yaitu Virginia Apgar yang
menemukan metoda ini pada tahun 1952. Dokter Apgar telah membantu ribuan persal
inan dan melihat bahwa bayi baru lahir langsung dikirim ke ruang perawatan tanpa
menjalani pemeriksaan secara seksama. Dokter Apgar menginginkan bayi dinilai de
ngan suatu cara yang bermakna oleh petugas di ruang persalinan.

Apa yang terjadi jika tanggal perkiraan persalinan telah lewat


Kehamilan biasanya berlangsung selama 38-42 minggu. Kehamilan postmatur terjadi
jika kehamilan berlangsung lebih dari 42 minggu. Sekitar 5% kehamilan adalah keh
amilan post-matur.
Tanggal perkiraan persalinan dihitung berdasarkan hari pertama menstruasi terakh
ir dan besarnya rahim atau berdasarkan hasil pemeriksaan USG.
Jika tanggal perkiraan persalinan telah melewati 1 minggu atau lebih, biasanya d
ilakukan pemeriksaan terhadap bayi. Denyut jantung bayi diperiksa dengan menggun
akan alat pemantau janin elektronik sebanyak 1-2 kali/minggu. Selain itu, dilaku
kan pemeriksaan USG untuk melihat cairan ketuban dan gerakan bayi. Bila ibu mera
sakan bahwa pergerakan bayi berkurang, harus segera menghubungi dokter.
Dokter juga melakukan pemeriksaan dalam untuk melihat perubahan pada serviks.
Jika tanggal perkiraan persalinan telah lewat 2 minggu biasanya dilakukan induks
i persalinan. Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi, seperti gawat jani
n atau bayi yang terlalu besar.
Gawat janin terjadi jika bayi kekurangan oksigen, lalu denyut jantungnya menurun
dan tidak dapat mentoleransi stres pada persalinan.
Jika serviks menutup dan tidak memungkinkan untuk dilakukan induksi persalinan,
serta hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa keadaan bayi baik, beberapa dokter ada
yang menunda persalinan sampai 1 minggu.
Induksi persalinan bisa dilakukan dengan menggunakan obat yang disebut oxytocin,
yang menyebabkan kontraksi rahim. Oxytocin diberikan melalui infus dan mulai be
kerja dalam waktu 1-2 jam.
Induksi persalinan juga bisa dilakukan dengan memecahkan selaput ketuban.

sumber : Apotik online dan media informasi obat - penyakit :: m e d i c a s t o


r e . c o m
Jawab dan Kutip
#2

ü Lakukan posisi seperti langkah A


ü Tarik nafas dengan menarik dagu dan mengangkat kepala.
ü Keluarkan nafas dan angkat kedua bahu untuk mencapai kedua lutut.
ü Tahan selama 5 detik.
ü Tariklah nafas sambil kembali ke posisi dalam 5 hitungan.
e. Bila kekuatan tubuh semakin baik, lakukan sit-up yang lebih sulit.
ü Dengan kedua lengan diatas dada
ü Selanjutnya tangan di belakang kepala
ü Ingatlah untuk tetap mengencangkan otot perut
ü Bagian bawah punggung tetap menempel pada alas tempat berbaring.
Catatan :
Bila ibu merasa pusing, merasa sangat lelah atau darah nifas yang keluar bertamb
ah banyak, ibu sebaiknya menghentikan latihan senam nifas. Mulai lagi beberapa h
ari kemudian dan membatasi pada latihan senam yang dirasakan tidak terlalu melel
ahkan.
(dikumpulkan dari berbagai sumber dan catatan kuliah)
Coolest Site
PELUANG BISNIS, STOP DREAMING START ACTION
ANDA DICARIKAN DOWNLINE DAN PASTI SUKSES
MODAL 100 RIBU DAPAT 38 JUTA DARI INTERNET, MAU ??
ANDA DICARIKAN DOWNLINE DAN PASTI SUKSES
METODE PERBESAR DAN PERPANJANG PENIS TANPA OBAT
MAU GAJI 20 JUTA / BULAN ? INVESTASI CUMA 100 RIBU
KumpulBlogger.com
Ketik E-mail Kamu Disini Untuk Mendapatkan Materi Kuliah Terbaru -(Askep,Askeb,I
nfo Kesehatan,Bisnis online, Keperawatan,Kebidanan,dll):
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/149/2010 TE
NTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah te
registrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggar
akan upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
3. Surat Izin Praktek Bidan yang selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti tertuli
s yang diberikan kepada Bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk menjalankan
praktik kebidanan.
4. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjala
nkan profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi dan standar operas
ional prosedur.
5. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis y
ang diberikan oleh Pemerintah kepada tenaga kesehatan yang memiliki sertifikat k
ompetensi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Obat Bebas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna hijau yang dapat diperol
eh tanpa resep dokter.
7. Obat Bebas Terbatas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna biru yang dapat
diperoleh tanpa resep dokter.
8. Organisasi Profesi adalah Ikatan Bidan Indonesia
BAB II PERIZINAN
Pasal 2
1. Bidan dapat menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan
2. Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) meliput
i fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktek mandiri dan/atau praktik mandiri
.
3. Bidan yang menjalankan praktik mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ber
pendidikan minimal Diploma III (D III) kebidanan.
Pasal 3
1. Setiap bidan yang menjalankan praktek wajib memiliki SIPB
2. Kewajiban memiliki SIPB dikecualikan bagi bidan yang menjalankan praktik pada
fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri atau Bidan yang menjalank
an tugas pemerintah sebagai Bidan Desa.
Pasal 4
1. SIPB sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) dikeluarkan oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten/ Kota.
2. SIPB berlaku selama STR masih berlaku.
Pasal 5
1. Untuk memperoleh SIPB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, bidan harus mengaju
kan permohonan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan melampirkan:
a. Fotocopi STR yang masih berlaku dan dilegalisir
b. Surat keterangan sehat fisik dari Dokter yang memiliki Surat Izin Praktik;
c. Surat pernyataan memiliki tempat praktik
d. Pasfoto berwarna terbaru ukuran 4x6 sebanyak 3 (tiga ) lembar; dan
e. Rekomendasi dari Organisasi Profesi
2. Surat permohonan memperoleh SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebagaim
ana tercantum dalam Formulir I (terlampir)
3. SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat
praktik.
4. SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebagaimana tercantum dalam Formulir
II terlampir
Pasal 6
1. Bidan dalam menjalankan praktik mandiri harus memenuhi persyaratan meliputi t
empat praktik dan peralatan untuk tindakan asuhan kebidanan
2. Ketentuan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lamp
iran peraturan ini.
3. Dalam menjalankan praktik mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidan w
ajib memasang nama praktik kebidanan
Pasal 7
SIPB dinyatakan tidak berlaku karena:
1. Tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIPB
2. Masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang
3. Dicabut atas perintanh pengadilan
4. Dicabut atas rekomendasi Organisasi Profesi
5. Yang bersangkutan meninggal dunia
BAB III PENYELENGGARAAN PRAKTIK
Pasal 8
Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan meliputi:
a. Pelayanan kebidanan
b. Pelayanan reproduksi perempuan; dan
c. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pasal 9
1. Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf a ditujukan kepa
da ibu dan bayi
2. Pelayanan kebidanan kepada ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan p
ada masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas dan masa menyusui.
3. Pelayanan kebidanan pada bayi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan pa
da bayi baru lahir normal sampai usia 28 (dua puluh delapan) hari.
Pasal 10
1. Pelayanan kebidanan kepada ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (2) me
liputi:
a. Penyuluhan dan konseling
b. Pemeriksaan fisik
c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
d. Pertolongan persalinan normal
e. Pelayanan ibu nifas normal
2. Pelayanan kebidanann kepada bayi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (3)
meliputi:
a. Pemeriksaan bayi baru lahir
b. Perawatan tali pusat
c. Perawatan bayi
d. Resusitasi pada bayi baru lahir
e. Pemberian imunisasi bayi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah; dan
f. Pemberian penyuluhan
Pasal 11
Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 hu
ruf a berwenang untuk:
a. Memberikan imunisasi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah
b. Bimbingan senam hamil
c. Episiotomi
d. Penjahitan luka episiotomi
e. Kompresi bimanual dalam rangka kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
;
f. Pencegahan anemi
g. Inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu eksklusif
h. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia
i. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk;
j. Pemberian minum dengan sonde/pipet
k. Pemberian obat bebas, uterotonika untuk postpartum dan manajemen aktif kala I
II;
l. Pemberian surat keterangan kelahiran
m. Pemberian surat keterangan hamil untuk keperluan cuti melahirkan
Pasal 12
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan sebagaimana dima
ksud dalam pasal 8 huruf b, berwenang untuk;
a. Memberikan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat kontrasepsi dalam rahim d
alam rangka menjalankan tugas pemerintah, dan kondom;
b. Memasang alat kontrasepsi dalam rahim di fasilitas pelayanan kesehatan pemeri
ntah dengan supervisi dokter;
c. Memberikan penyuluhan/konseling pemilihan kontrasepsi
d. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim di fasilitas pelayanan kese
hatan pemerintah; dan
e. Memberikan konseling dan tindakan pencegahan kepada perempuan pada masa prani
kah dan prahamil.
Pasal 13
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
pasal 8 huruf c, berwenang untuk:
a. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan bayi;
b. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas; dan
c. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan Infeksi Menular
Seksual (IMS), penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NA
PZA) serta penyakit lainnya.
Pasal 14
1. Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/pasien dan tidak ada
dokter di tempat kejadian, bidan dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar ke
wenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8.
2. Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dal
am rangka melaksanakan tugas pemerintah dapat melakukan pelayanan kesehatan di l
uar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8.
3. Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah k
ecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupat
en/Kota.
4. Dalam hal daearah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah terdapat dokter, k
ewenangan bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku.
Pasal 15
1. Pemerintah daerah menyelenggarakan pelatihan bagi bidan yang memberikan pelay
anan di daerah yang tidak memiliki dokter.
2. Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diseleenggarakan sesuai dengan m
odul Modul Pelatihan yang ditetapkan oleh Menteri.
3. Bidan yang lulus pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memperoleh sert
ifikat.
Pasal 16
Pada daerah yang tidak memiliki dokter, pemerintah daerah hanya menempatkan Bida
n dengan pendidikan Diploma III kebidanan atau bidan dengan pendidikan Diploma I
kebidanan yang telah mengikuti pelatihan.
Pasal 17
Bidan dalam menjalankan praktik harus membantu program pemerintah dalam meningka
tkan derajat kesehatan masyarakat.
Pasal 18
1. Dalam menjalankan praktik, bidan berkewajiban untuk:
a. Menghormati hak pasien
b. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dengan tepat waktu.
c. Menyimpan rahasia kedokteran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-unda
ngan;
d. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan yang dibu
tuhkan;
e. Meminta persetujuan tindakan kebidanan yang akan dilakukan;
f. Melakukan pencatatan asuhan kebidanan secara sistematis;
g. Mematuhi standar; dan
h. Melakukan pelaporan penyelenggaraan praktik kebidanan termasuk pelaporan kela
hirana dan kematian.
2. Bidan dalam menjalankan praktik senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profes
inya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendi
dikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya.
Pasal 19
Dalam melaksanakan praktik, bidan mempunyai hak:
a. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik sepanjang sesuai den
gan standar profesi dan standar pelayanan;
b. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/ atau keluarganya
;
c. Melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan, standar profesi dan standar pela
yanan; dan
d. Menerima imbalan jasa profesi.
Bab IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 20
1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan dan mengi
kutsertakan organisasi profesi.
2. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk m
eningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien dan melindungi masyarakat terhada
p segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
Pasal 21
1. Dalam rangka melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 20, Pem
erintah dan Pemerintah Daerah dapat memberikan tindakan administratif kepada bid
an yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan praktik dalam p
eraturan ini.
2. Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Pencabutan SIPB untuk sementara paling lama 1 (satu) tahun; atau
d. Pencabutan SIPB selamanya.
BAB V KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 22
1. SIPB yang dimiliki Bidan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/Me
nkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan masih tetap berlaku sampai
masa SIPB berakhir.
2. Pada saat peraturan ini mulai berlaku, SIPB yang sedang dalam proses perizina
n, dilaksanakan sesuai ketentuan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/Menkes/SK
/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan.
BAB VII KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan sepanjang yang berk
aitan dengan perizinan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 24
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 27 Januari 2010
Dr. Endang rahayu Sedyaningsih, MPH, DR, PH

Vous aimerez peut-être aussi