Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
(www.bendot.co.nr)
Rany Armeilia Pratiwi
B 0900370
D III Kebidanan
Dengan kasus
Di BPS Bidan Lia seorang ibu hamil akan memeriksa kehamilannya, G 1 P 0 A O, ibu
mengatakan ada benjolan kecil dan berwarna kemerahan pada sistem reproduksinya,
maka bidan Lia pun menyarankan untuk melakukan pemeriksaan Head to toe kepada p
asien dan meminta pasien untuk tidak mengenakan pakaian dan diganti dengan selim
ut pasien,
maka hak pasien tersebut adalah
1.Pasien berhak merasa nyaman selama dalam lingkup rumah sakit/Puskesmas/BPS/Pel
ayanan Kesehatan lainnya
2.Pasien harus mengerti tentang penyakitnya.
3.Pasien harus mengerti tentang pemeriksaan yang dilakukan terhadap dirinya.
4.Pasien harus mengerti dan setuju tentang pengobatan dan tindakan terhadap diri
nya, baru dokter boleh bertindak.
5.Jika intervensi medis sudah tidak bisa diharapkan karena kondisi penyakit sud
ah parah, pasien dan keluarga harus mendapat penjelasan.
6.Hak mendapatkan perlindungan keamanan
7.Hak mendapat informasi
8.Hak memilih
9.Hak mendengar
10.Hak kebenaran secara menyeluruh
11.Hak privasi dan martabat pribadi (kerahasiaan dan keamanannya)tentang penyaki
tnya
12.Hak untuk memelihara pengambilan keputusan untuk diri sendiri sehubungan deng
an kesehatan
13.Hak untuk memperoleh catatan medis baik selama dan sesudah dirawat di rumah s
akit/Puskesmas/BPS/Pelayan kesehatan lainnya
14.Pasien mempunyai hak untuk mempertimbangkan dan menghargai asuhan keperawatan
/keperawatan yang akan diterimanya.
15.Pasien berhak mengetahui setiap pertimbangan dari privasinya yang menyangkut
program asuhan medis, konsultasi dan pengobatan yang dilakukan dengan cermat dan
dirahasiakan
16.Pasien berhak atas kerahasiaan semua bentuk komunikasi dan catatan tentang as
uhan kesehatan yang diberikan kepadanya.
17.Pasien berhak untuk mengetahui dan menerima penjelasan tentang biaya yang dip
erlukan untuk asuhan kesehatannya
18.Hak memilih pelayanan kesehatan
19.Hak menyetuji / menolak tindakan
20.Hak untuk mengetahui nama dan status tenaga kesehatan yang menolong.
21.Hak untuk mempunyai pendapat.
22.Hak untuk diperlakukan secara hormat.
PERSALINAN / PARTUS
Didefinisiskan sebagai suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup,
dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar. Partus normal /
partus biasa adalah proses bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepa
la / ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak mel
ukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 2
4 jam. Sedangkan Partus abnormal adalah proses bayi lahir melalui vagina dengan
bantuan tindakan atau alat seperti versi / ekstraksi, cunam, vakum, dekapitasi,
embriotomi dan sebagainya, atau lahir per abdominam dengan seksio sesaria.
-
SEBAB TERJADINYA PROSES PERSALINAN
1. Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun mendada
k, nutrisi janin dari plasenta berkurang.
2. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, menjadi stimul
asi (pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus.
3. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin meran
gsang terjadinya kontraksi.
4. Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estr
ogen mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin, men
jadi pencetus rangsangan untuk proses persalinan.
-
KEBERHASILAN SUATU PERSALINAN PERSALINAN DITENTUKAN OLEH 3 FAKTOR P UTAMA
1. Power
His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan k
ardiovaskular respirasi metabolik ibu.
2. Passage
Keadaan jalan lahir
3. Passanger
Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan a
natomik mayor)
(ditambah dengan faktor-faktor P lainya : Psikologi, Penolong dan Posisi). Dengan
adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor P tersebut, persalinan norma
l diharapkan dapat berlangsung.
-
HIS / KONTRAKSI UTERUS
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dar
i daerah fundus uteri pada daerah di mana tuba falopii memasuki dinding uterus,
awal gelombang tersebut didapat dari pacemaker yang terdapat di dinding uterus dae
rah tersebut. Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal menga
rah ke daerah lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis (jalan laihir) yang
membuka, untuk mendorong isi uterus ke luar. His dapat terjadi sebagai akibat da
ri :
1. Kerja hormon oksitosin
2. Regangan dinding uterus oleh isi konsepsi
3. Rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsep
si.
His dikatakan baik dan ideal apabila :
1. Kontraksi simultan simetris di seluruh uterus
2. Kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus
3. Terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi
4. Terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his
5. Serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung serabut
otot,akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian terbuka sec
ara pasif dan mendatar (cervical effacement). Ostium uteri eksternum dan internu
m pun akan terbuka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya nyeri saat his berlangsung adalah :
1. Iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di pleks
us hipogastrikus diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi nyeri
2. Peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneum, men
jadi rangsang nyeri.
3. Keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas/ anxietas,
atau eksitasi).
4. Prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress
Hal yang penting dinilai mengenai His adalah :
1. Amplitudo : intensitas kontraksi otot polos : bagian pertama peningkatan a
gak cepat, bagian kedua penurunan agak lambat.
2. Frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit)
3. Satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan / mmHg terhadap frekuensi)
.
-
PEMBAGIAN FASE / KALA PERSALINAN
Kala 1 : disebut juga dengan kala pembukaan, terjadi pematangan dan pembukaan se
rviks sampai lengkap
Kala 2 : disebut juga kala pengeluaran, terjadi pengeluaran bayi
Kala 3 : disebut juga kala uri, terjadi pengeluaran plasenta
Kala 4 : merupakan masa 1 jam setelah persalinan/ partus, terutama untuk observa
si
-
KALA 1 PERSALINAN :
* Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang tera
tur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengelua
ran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid.
* Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, b
ibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spo
ntan pada saat akhir kala I.
Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini, yaitu :
1. Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
2. Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sek
itar 6 jam. Fase aktif terbagi atas :
* Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
* Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
* Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada pri
migravida dan multipara :
* Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu sebelum
terjadi pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah lunak akibat persalina
n sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan.
* Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu daripada ostium
eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah)
, sedangkan pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (ins
pekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)
* Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multip
ara (+14 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien pri
migravida memerlukan waktu lebih lama.
Sifat His pada Kala 1 :
* Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks t
erbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
* Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir
* Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, freku
ensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10c
m).
Peristiwa penting Kala 1 :
1. Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucou
s plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya
vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan di
nding dalam uterus.
2. Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan m
endatar.
3. Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pe
cah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
-
KALA 2 PERSALINAN :
* Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada saat b
ayi telah lahir lengkap.
* Pada Kala 2 ini His menjadi lebih kuat, lebih sering, dan lebih lama. Sela
put ketuban mungkin juga sudah pecah/ baru pecah spontan pada awal Kala 2 ini. R
ata-rata waktu untuk keseluruhan proses Kala 2 pada primigravida ± 1,5 jam, dan mu
ltipara ± 0,5 jam.
Sifat His :
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga
akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yait
u kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan
kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan
bayi.
Peristiwa penting pada Kala 2 :
1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar
panggul.
2. Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengedan yang semakin kuat.
3. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis)
4. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisi
s pubis sebagai sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan angg
ota badan.
5. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jala
n lahir (episiotomi).
Proses pengeluaran janin pada kala 2 (persalinan letak belakang kepala) :
1. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus den
gan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu
atas panggul (asinklitismus anterior / posterior).
2. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari hi
s dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) ko
ntraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi
ekstensi dan menegang.
3. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berub
ah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito
-bregmatikus (belakang kepala).
4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, pu
taran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala me
lewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis.
5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput
melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput,
bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai deng
an sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposteri
or sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan denga
n mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokante
r depan dan belakang, tungkai dan kaki.
-
KALA 3 PERSALINAN :
* Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan berakhir dengan lahirnya p
lasenta.
* Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, s
erta pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
* Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditand
ai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tida
k disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal.
* Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus ad
alah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar /
di atas pusat.
Sifat His :
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun. P
lasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap me
nempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).
-
KALA 4 PERSALINAN :
Dimulai pada saat plaenta telah lahir lengkap, sampai dengan 1 jam setelahnya.
Hal penting yang harus diperhatikan pada Kala 4 persalinan :
1. Kontraksi uterus harus baik
2. Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
3. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
4. Kandung kencing harus kosong
5. Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
6. esume keadaan umum ibu dan bayi.
@Belibis A-17,
Untuk melakukan asuhan persalinan normal (APN) dirumuskan 58 langkah asuhan pers
alinan normal sebagai berikut:
1. Mendengar & Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul
oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air men
galir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemer
iksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitos
in dan letakan kembali kedalam wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah dibasahi oleh a
ir matang (DTT), dengan gerakan vulva ke perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketu
ban sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klori
n 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ
dalam batas normal (120 160 x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saa
t ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk mener
an.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, ji
ka ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan baha
n
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 6 cm, memasang handu
k bersih pada perut ibu untuk mengeringkan bayi jika telah lahir dan kain kering
dan bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu. Setelah itu kita melakuk
an perasat stenan (perasat untuk melindungi perineum dngan satu tangan, dibawah
kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan
pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan belak
ang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap
melewati introitus dan perineum).
20. Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa steril kemud
ian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spo
ntan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menga
njurkan
kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah baw
ah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan
arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tan
gan kiri diantara kedua lutut janin)
25. Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kec
uali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/
kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi ba
ik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intra
maskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyu
ntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 c
m dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kemba
li tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bay
i), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian me
lingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi
lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi
.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, unt
uk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sem
entara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika pla
senta tidak lahir setelah 30 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menung
gu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37. melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, min
ta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-
kranial).
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati
-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan
lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya
selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan men
ggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri
hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan
masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan perv
aginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sed
ikit 1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antib
iotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B
di paha kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk deko
ntaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuba
n, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ib
u ingin minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung ta
ngan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Melengkapi partograf.
Sumber :
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR).
Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR, Maternal & Neonatal Care
, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002
Persalinan spontan
Teknik persalinan spontan yang paling terkenal adalah metoda Lamaze.
Teknik lainnya adalah metoda Leboyer, yang terdiri dari melahirkan di ruang gela
p dan merendam bayi dalam air hangat segera setelah dilahirkan.
Pada persalinan spontan, untuk mengontrol nyeri selama persalinan digunakan tekn
ik relaksasi dan pernafasan.
Untuk mempelajari teknik ini, calon ibu dan suaminya bisa mengikuti latihan di r
umah sakit maupun klinik bersalin.
Pada teknik relaksasi, ibu secara sadar menegangkan sebagian tubuhnya kemudian m
engendurkannya. Teknik ini membantu ibu mengendurkan seluruh tubuhnya ketika rah
im berkontraksi dan ketika rahim tidak berkontraksi.
Beberapa jenis pernafasan bisa membantu ibu dalam menghadapi persalinan tahap I
(sebelum diperbolehkan mengedan):
# Menarik nafas dalam (untuk membantu ibu relaks), dilakukan pada awal dan akhir
kontraksi
# Menarik nafas dangkal dan cepat di dada bagian atas, dilakukan pada saat kontr
aksi mencapai puncaknya
# Menarik nafas pendek dan cepat diikuti dengan menghembuskan nafas melalui mulu
t, dilakukan untuk menahan keinginan untuk mengedan (sebelum terjadi pembukaan l
engkap).
Pada stadium II, ibu mulai boleh mengedan dan diselingi dengan menarik nafas cep
at dan pendek.
Selama hamil, calon ibu dan pasangannya sebaiknya melakukan latihan teknik relak
sasi dan pernafasan secara rutin.
Selama persalinan berlangsung, sang suami bisa membantu calon ibu dengan menging
atkan apa yang seharusnya dilakukan pada setiap tahapan persalinan dan menenangk
annya jika terlihat tegang. Pemijatan bisa membantu mengurangi ketegangan pada c
alon ibu.
PERSALINAN
Persalinan adalah keluarnya/lahirnya janin dan plasenta dari rahim.
Di ruang bersalin, ibu dibaringkan pada posisi setengah duduk agar gaya gravitas
i bisa digunakan semaksimal mungkin. Tekanan janin membantu peregangan jalan lah
ir dan perineum secara bertahap sehingga resiko robekan semakin kecil. Posisi in
i juga menyebabkan berkurangnya tegangan pada punggung dan panggul ibu.
Sebagian ibu lebih menyukai posisi berbaring terlentang meskipuni posisi ini bis
a menyebabkan persalinan berlangsung lebih lama dan memerlukan bantuan.
Setiap rahim berkontraksi, ibu harus mengedan untuk membantu turunnya janin ke j
alan lahir dan untuk memperlebar lubang vagina sehingga bagian kepala janin yang
tampak semakin besar.
Forseps adalah sebuah alat yang bentuknya menyerupai tang dan terbuat dari logam
, yang digunakan untuk menarik bayi keluar dari jalan lahir.
Forseps digunakan jika ibu tidak kuat mengedan karena telah menerima suntikan ep
idural atau jika bayi berada dalam keadaan gawat.
Jika lubang vagina tidak cukup teregang sehingga bayi tidak dapat melewatinya da
n jika kemungkinan akan terjadi robekan, maka dilakukan episiotomi (pemotongan d
inding vagina danperineum).
Episiotomi dilakukan untuk mempermudah proses persalinan dan untuk mencegah robe
kan yang lebih tidak beraturan dan lebih sulit diperbaiki.
Setelah kepala bayi lahir, tubuh bayi akan berputar miring sehingga bahu bisa di
lahirkan dengan mudah. Selanjutnya, bagian tubuh bayi yang lainnya biasanya akan
segera lahir.
Lendir dan cairan dari hidung, mulut dan tenggorokan bayi dihisap melalui selang
kecil. Tali ari-ari dijepit dan dipotong untuk mencegah perdarahan.
Bayi lalu dibungkus dengan selimut dan diberikan kepada ibu.
Setelah bayi lahir, perut ibu ditekan dengan lembut untuk merangsang kontraksi r
ahim. Pada kontraksi pertama atau kedua setelah persalinan, biasanya plasenta ak
an lepas dari rahim dan dikeluarkan.
Setelah seluruh plasenta keluar, diberikan suntikan oksitosin dan perut ibu dipi
jat secara periodik untuk merangsang kontraksi rahim. Kontraksi ini penting untu
k mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
Luka robekan karena episiotomi lalu dijahit. Kemudian ibu dipindahkan ke ruang p
emulihan.
Jika tidak memerlukan perawatan khusus, bayi bisa dibiarkan bersama ibu (rooming
in). Dengan metoda rooming in, ibu bisa menyusui bayinya sesuai dengan kebutuha
n bayi dan ibu juga belajar merawat bayinya sendiri.
Komplikasi (terutama perdarahan) sering terjadi dalam 4 jam pertama setelah pers
alinan. Karena itu pada saat ini dilakukan pemantauan ketat terhadap ibu-ibu yan
g baru melahirkan anaknya.
Nilai Apgar
Nilai Apgar adalah suatu cara praktis untuk menilai keadaan bayi baru lahir.
Nilai Apgar merupakan alat penyaring untuk menentukan pertolongan yang perlu seg
era diberikan kepada bayi baru lahir.
Nilai Apgar ditentukan dengan menilai denyut jantung, pernafasan, ketegangan oto
t, warna kulit dan respon terhadap rangsangan (refleks); masing-masing diberi ni
lai 0, 1 atau 2:
1. Denyut jantung : dinilai dengan menggunakan stetoskop dan merupakan penilaian
yang paling penting.
- Jika tidak terdengar denyut jantung : 0
- Jika jantung berdenyut kurang dari 100 kali/menit :1
- Jika jantung berdenyut lebih dari 100 kali/menit : 2
2. Usaha untuk bernafas
- Jika tidak bernafas : 0
- Jika pernafasan lambat atau tidak teratur : 1
- Jika bayi menangis : 2
3. Ketegangan otot
- Jika otot lembek : 0
- Jika lengan atau tungkainya terlipat : 1
- Jika bayi bergerak aktif : 2
4. Refleks : dinilai dengan cara mencubit secara lembut dan perlahan
- Jika tidak timbul refleks : 0
- Jika wajahnya menyeringai : 1
- Jika bayi menyeringai dan terbatuk, bersin atau menangis keras : 2
5. Warna kulit
- Jika kulit bayi berwarna biru pucat : 0
- Jika kulit bayi berawarna pink dan lengan/tungkainya berwarna biru : 1
- Jika seluruh kulit bayi berwarna pink: 2.
Nilai Apgar 8-10 adalah normal, menunjukkan bahwa bayi berada dalam keadaan yang
baik. Nilai 10 sangat jarang ditemui, hampir semua bayi baru lahir kehilangan 1
nilai karena kaki dan tangannya yang berwarna kebiruan.
Nilai Apgar yang kurang dari 8 menunjukkan bahwa bayi memerlukan bantuan untuk m
enstabilkan dirinya di lingkungan yang baru.
Nilai Apgar 0-3 menunjukkan bahwa perlu segera dilakukan resusitasi.
Penilaian Apgar secara rutin dilakukan dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir da
n kemudian biasanya diulang 5 menit kemudian.
Nilai Apgar 1 menit menunjukkan toleransi bayi terhadap proses kelahirannya. Nil
ai Apgar 5 menit menujukkan adaptasi bayi terhadap lingkungan barunya.
Pada keadaan tertentu, penilaian Apgar bisa kembali dilakukan pada menit ke 10,
15 dan 20. Jika pada menit ke 20 nilai Apgar masih tetap rendah, hal ini merupak
an resiko tinggi terjadinya kematian atau penyakit.
Nama Apgar berasal dari seorang ahli anestesi Amerika, yaitu Virginia Apgar yang
menemukan metoda ini pada tahun 1952. Dokter Apgar telah membantu ribuan persal
inan dan melihat bahwa bayi baru lahir langsung dikirim ke ruang perawatan tanpa
menjalani pemeriksaan secara seksama. Dokter Apgar menginginkan bayi dinilai de
ngan suatu cara yang bermakna oleh petugas di ruang persalinan.