Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1. Pendahuluan
Zat warna alam adalah suatu bahan pewarna yang dapat dihasilkan dari alam.
Dapat berupa hasil pengolahaan dari tumbuh-tumbuhan atau binatang. Tetapi
kebanyakan dalam dunia zat warna lebih dipilih zat warna dari tumbuh-tumbuhan
karena memiliki getah dan pigmen alam yang mudah mewarnai bahan tekstil.
Pewarna Alam ini diperoleh dengan ekstraksi/perebusan, secara tradisional,
tanaman yang ada disekitarnya. Bagian-bagian tanaman yang dapat dipergunakan
untuk zat pewarna alam adalah kulit, ranting, daun, akar, bunga, biji atau getah.
Zat pewarna alam ini mempunyai efek warna yang indah dan khas yang sulit
ditiru zat pewarna sintetis, sehingga masih banyak orang yang menyukainya dan
merupakan pendukung produk-produk esklusif dan bernilai seni tinggi, namun
pewarnaan ini melalui proses yang lama, sehingga produksinya tidak banyak dalam
kurun waktu tertentu. Keuntungan lain dari zat warna alam adalah bahan pewarna
diekstrak dari alam dan hanya memerlukan air sebagai pelarutnya sedangkan sisa
limbah padat digunakan sebagai kompos.
Beberapa contoh tumbuh-tumbuhan yang dapat dijadikan zat warna adalah :
kasumba (biji,kulit,daun); secang (kayu); kederang (kayu); jambal (kulit kayu);
alpukat (daun); dll.
Alpukat (Persea gratisima gaertin) merupakan tumbuhan yang dapat
dimanfaatkan sebagai zat warna alam karena daunnya mengandung zat-zat kimia
seperti saponin, alkaloida dan flavonoida serta polifenol, quersetin dan gula alkohot
persiit. Flavonoida merupakan kelompok flavonol turunan senyawa benzena yang
dapat digunakan sebagai senyawa dasar zat warna alam.
Pada percobaan ini kami akan menganalisa daun alpukat sebagi zat warna
alam atau hanya sebagai pigmen warna saja. Maksud dan tujuan percobaan ini adalah
memanfaatkan dan mengembangkan daun alpukat yang tadinya merupakan tanaman
yang tidak berdaya guna menjadi berdaya guna karena mempunyai kemampuan untuk
mewarnai bahan sebagai zat warna asam, sehingga dapat menambah dan memperkaya
jenis-jenis zat warna alam yang ada.
2. Teori Pendekatan
Polyfenol
Senyawa dalam tumbuhan termasuk didalamnya adalah senyawa fenol yang
mempunyai ciri cincin aromatik yang mengandung satu atau dua penyulih hidroksi.
Bersifat mudah larut dalam air karena berikatan dengan gula sebagai glikosida.
Flavonoid
Struktur dasar flavonoid dapat diubah sedemikian rupa sehingga terdapat lebih
banyak ikatan rangkap yang menyebabkan senyawa tersebut menyerap cahaya
tampak dan ini membuatnya berwarna.
Ada tiga kelompok flavonoid yang amat menarik perhatian dalam fisiologi
tumbuhan yaitu antosianin, flavonol, dan flavon. Antosianin adalah pigmen berwarna
merah, ungu, dan biru. Warna antosianin pertama-tama bergantung pada gugus
pengganti yang terdapat dicincin B. Kedua, antosianin sering berhubungan dengan
flavon atau flavonol yang menyebabkan warnanya mejadi lebih biru. Ketiga,
antosianin berhubungan satu sama lain, khususnya pada konsentrasi tinggi dan ini
dapat menyebabkan efek kemerahan atau kebiruan, bergantung pada antosianin dan
pH vakuola tempat mereka terhimpun.
Bahan yang diperlukan daun alpukat (170 g), kain kapas (14,5 g), kain rayon
(42,5 g), kain akrilat (28,5 g), kain poliester (16 g), kain nylon (27,5 g).
Prosedur Percobaan
Dalam menentukan kadar air dalam bahan untuk mengetahui kadar air (%)
pada daun alpukat yang akan dijadikan zat warna. Pertama-tama dilakukan
penimbangan daun alpukat dengan berat 10 g, lalu bahan yang telah ditimbang
dimasukan kedalam oven sushu 100oC selama 2 jam hingga kandungan air dalam
daun sudah hilang. Setelah itu ditimbang bahan ditimbang kembali sehingga
diperoleh kadar air dalam bahan sebesar 42,8%.
Dalam pembuatan zat warna bubuk ekstrak daun alpukat ditakar sebanyak
1000 mL, dididihkan sampai tersisa bubuk zat warna. Untuk mendapatkan bubuk
yang kering pada akhir proses pendidihan dilakuan pengovenan dengan suhu 100oC.
Dan setelah terbentuk zat warna bubuk tersebut dilakukan evaluasi golongan zat
warna tersebut.
Hasil pembuatan zat warna bubuk adalah dalam 1000 mL ekstrak zat warna dari daun
alpukat dihasilkan 4,7 gram/liter zat warna bubuk.
Kapas
Rayon
Poliester
Akrilat
Diskusi
Identifikasi zat warna yang dilakukan terhadap bubuk yang diperoleh dari
ekstrak daun alpukat memperlihatkan kemungkinan zat warna tergolong sebagai zat
warna asam, karena pada pengujian didapat hasil pencelupan wol tua dalam larutan
asam asetat. Pencelupan dengan ekstraksi daun alpukat pada kain nilon dan akrilat
setelah iring dan tanpa iring mewarnai kain dan warnanya merah kearah coklat,
sedangkan untuk kain poliester dan kapas dengan kerja iring dan tanpa iring hanya
menodai kain dan warnanya krem kearah coklat.
Tabel 1. Ketahanan gosok hasil celupan daun alpukat dengan berbagai pengerjaan iring.
Kering Basah
Iring tawas 4 4
Nilai penodaan yang diperoleh baik unuk gosokan kering maupun basah dengan
berbagai macam iring menunjukkan hasil yang baik.
Tabel 2. Ketahanan luntur terhadap pencucian hasil celupan ekstrak daun alpukat dengan
berbagai pengerjaan iring
Kapas Nilon
Analisa Spektrofotometri
Hasil uji spektrofotometri pada panjang gelombang maksimum 440 nm
menunjukkan harga K/S kain nilon yang tercelup dengan iring FeSO4 yaitu 4,6761 .
Ini berarti zat warna yng terserap kedalam kain nilon pada pencelupan dengan iring
FeSO4 lebih banyak, hal itu mungkin terjadi karena molekul zat warna yang berikatan
dengan logam Al dari tawas di dalam serat lebih besar sehingga zat warna tidak
keluar lagi pada saat proses pencucian.
Tabel 3. Pengaruh pengerjaan iring terhadap nilai ketuaan warna hasil celupan daun kembang
pukul empat
2. Zat warna dari daun alpukat dapat digunakan untuk mencelup kapas, akrilat,
rayon, poliester dan nilon, tetapi pada nilon hasilnya paling tua dan paling
bagus. Hal ini dapat terlihat dari nilon memiliki K/S zat warna yang lebih
tinggi daripada semua serat yang ada. Warna yang dihasilkan merah kearah
coklat.
3. Nilai penodaan pada uji tahan gosok kain nilon yang tercelup pada keadaan
kering lebih besar daripada saat basahnya dan penodaan pada uji tahan
cucinya memiliki nilai rata-rata yang lebih besar dari kain kapas.
5. Daftar Pustaka
http://www.hort.purdue.edu/newcrop/morton/avocado_ars.html
http://www.ristek.go.id/cd_rom/alpukat.htm
http://www.iptek.net.id/ind/warintek/Budidaya_pertanian_idx.php
http://www.pemda-diy.go.id/berita/article.php
http://www.deptan.go.id/psa/sni_tph.htm