Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Rang Kayo Hitam : “Ayahanda, selama ini kita selalu bayar upeti kepada kerajaan
mataram, sayo meraso tak ado lagi kedaulatan di kerajaan kito.”
Datuk Paduko Berhalo : “Iyo benar, tapi nak camano lagi itu tando hubungan baik kito dengan
Mataram.”
Rang Kayo Hitam : “saya meraso sebaiknya kito hentikan, kapal utusan Mataram datang
menjemput upeti?”
Datuk Paduko Berhalo : “Besok utusan Mataram akan datang menjemput upeti kesini.”
Rang Kayo Hitam : “Ijinkan saya yang menemui utusan itu besok Ayahanda…”
Keesokan harinya utusan dari Kerajaan Mataram datang untuk menjemput Upeti.
Utusan Mataram : “Saya diperintahkan Raja untuk menjemput upeti dari Kerajaan Melayu
Jambe ini!”
Rang Kayo Hitam : “Ooo… ngeras kawan? Mulai sekarang tak ado lagi upeti untuk
Mataram dari Kerajaan Melayu Jambi ini, menerti? Sampaikan ma’af
saya dengan Raja Mataram.”
Rang Kayo Hitam : “Tak ada ongkos, tak ada tawar menawar, enyak kau!! Saya kepret tau
ras kamu!”
Utusan dari Kerajaan Mataram Pulang dengan tangan kosong dan menghadap
Utusan Mataram : “Mohon ampun Raja, Kerajaan Melayu Jambi tak mau lagi bayar upeti
dengan kita.”
Utusan Mataram : “Benar Paduka, Rang Kayo Hitam benar – benar marah, saya aja mau
dikepret!”
Raja Mataram terlihat bingung, dia berjalan sambil mondar – mandir dan akhirnya memutuskan
untuk mengumpulkan semua Petinggi Kerajaan.
Raja Mataram : “kumpulkan semua orang – orang pintar dan ahli nujum yang ada!”
Penasehat Kerajaan : “Paduka, semua sudah berkumpul seperti yang paduka inginkan”
Raja Mataran : “Kerajaan Melayu Jambi tidak mau lagi bayar upeti kepada kita,
langkah apa yang sebaiknya kita ambil?”
Penasehat Kerajaan : “Paduka, Rang Kayo Hitam sangatlah sakti tak ada satu senjata pun
yang bisa melukainya, bahkan menggores kulitnya, dan hamba yakin
pasti sekarang dia sedang marah sekali, bagai mana kalo dia
menyerang kita? Kita tak akan sanggup melawannya.”
Ahili Nujum : “Mohon ampun Paduka, menurut pengelihatan mata batin saya kita
bisa membuat senjata yang bisa membunuhnya.”
Ahli Nujum : “Keris yang terbuat dari bahan besi dengan awalan huruf “P”.”
Rang Kayo Hitam : “Ayahanda, saya akan belajar semua ilmu dan tata cara orang Jawa.
Dengan siapa saya belajar?”
Datuk Paduko Berhalo : “Belajar lah dengan seorang bajak laut yang bernama Lumbu – lumbu
Gilo.”
Datuk Paduko Berhalo : “Yo mang itu namonyo, nak cemano lagi?”
Dan setelah beberapa waktu berlalu Rang Kayo Hitam kembali ke Kerajaan
Rang Kayo Hitam : “Ayahanda, saya sudah dapat dengan baik menguasai ilu dan bahasa
jawa.”
Rang Kayo Hitam : “Coba cemano kalo orang Jawo ngomong selamat dating?”
Datuk Paduko Berhalo : “Mantaap! Kalo menyampaikan pesan agar hati – hati dengan
seseorang?”
Datuk Paduko Berhalo : “Baik, berangkatlah ke Tanah Jawa. Selesaikan hubungan kito dengan
Kerajan Mararam dengan damai.”
Rang Kayo Hitam : “Woe sialan hantu Tanah Jawa! Baru sampai di pesisir pantainya saja
sudah terserang penyakit gatal – gatal. Kemana saya mau minta
pertolongan. (diam sejenak menggunakan mata batinnya)
O… ada seorang Empuh yang sedang diperintahkan Raja Mataram
sedang membuat keris untuk membunuh saya di go asana.”
Rang Kayo Hitam : “Permisi kisanak, saya sedang tersesat mohon petunjuk kisanak.”
Empuh : “Siapa kamu? Sialan kamu ! tidak ada satu orang pun yang boleh
mengetahui keberadaan saya di sini sedang menjalankan tugas rahasia,
saya tidak biarkan kamu pergi dengan selamat.”
Rang Kayo Hitam : “Ampun kisanak saya benar – benar tidak sengaja sampai ke sini, saya
berjanji tidak akan berbicara dengan siapa pun tentang keberadaan
kisanak, yakin swear!!”
Empuh : “Baik lah kalo begitu, saya percaya omongan kamu, berjalan kearah
selatan di sana ada perkampugan kamu bisa minta pertolongan warga
dan jangan dating lagi kesini.”
Keesokan harinya…
Empu : “Buset!! Mo mati ne orang datang lagi, saya sudah bilang jangan dating
lagi ke sini.”
Rang Kayo Hitam : “Ampun kisanak, saya hanya mohon pertolongan kisanak untuk
mengobati penyakit saya.”
Empu : “Sok tau kamu ah! Jangan buat saya marah ! saya habisi kamu nanti!!”
Empu : “Obata apa lagi, saya sudah bilang saya bukan tabib…”
Rang Kayo Hitam : “Air rendaman keris kisanak lah obatnya…”
Empuh : “Edan kamu, sok tau, jangan buat perkara kamu disini”
Rang Kayo Hitam : “Benar kisanak, saya tidak berdusta. Jika saya berdusta saya siap mati
di tangan kisanank”
Empuh : “Baik kalo begitu, tapi ingat janjimu, saya butuh bukti bukan janji…!!”
Empu pun melakukan apa yang di inginkan Rang Kayo Hitam, mengoleskan Air Rendaman keris
tadi.
Empuh : “Busyet!! Siapa kamu sebenarnya? Saya yakin kamu bukan orang
sembarangan.
Empuh sangat kaget gemetaran tunduk lalu pingsan. Rang Kayo Hitam segera mengambil keris
itu dan menyisipkannya kedalam sanggul. Lalu Rang Kayo Hitam membangunkan Empu.
Empu : “Kamu benar – benar pemuda yang sangat sakti, saya angkat kamu jadi
anak saya…”
Empuh : “Tapi tugas ini sangat rahasia, jika Raja tau saya bersekutu dengan
kamu, pasti dia sangat murka.”
Rang Kayo Hitam : “kisanak ikut saya keluar dari pulau jawa, kita sebarkan kabar kisanak
telah saya bunuh.”
Rang Kayo Hitam : “Agar Raja Mataram datang Ke Kerajaan Malayu untuk menyelesaikan
persoalan ini.
Empuh pun mengikuti perkataan Rang Kayo Hitam,
Raja Mataram : “Kurang ajar !! Rang Kayo Hitam telah membunuh Empuh pembuat
keris dan merebut keris itu. Kita perang dengan Kerajaan Melayu Jambi
semprul itu.”
Putri Raja : “Sabar ayahanda, kita selesaikan masalah ini dengan damai tanpa
pertumpahan darah, saya bermimpi Rang Kayo Hitam mengikat janji
sehidup semati dengan saya. Sebaiknya pertikaian ini kita hentikan.
Kita jadikan hubungan kekeluargaan.”
Raja Mataram : “Baiklah, kalo ini jalan terbaik. Kumpulkan semua prajurit kerajaan!!
Kita temukan Rang Kayo Hitam dengan putri saya.”
Pasukan Kerajaam Mataram datang menuju ke Kerajaan Jambi Melayu. Setelah melewati
perjalanan panjang akhirnya mereka sampai di Kerajaan Jambi Melayu.
Raja Mataram : “Kami bermaksud baik, saya akan jodohkan Putri saya dengan kamu
Rang Kayo Hitam.”
Rang Kayo Hitam : “Ha! Jangan tipu saya dengan muslihatmu. Saya tau akal busuk mu!”
Putri Raja : “Cukup ayahanda. Cukup rasanya kita merendah diri di hadapan
pemuda sombong ini. Hey Hitam jelek, kamu berhadapan dengan saya!
Ayo lawan saya.”
Rang Kayo Hitam : “Oh tidak, saya tidak melawan wanita setelah saya perhatikan putri,
saya menerima tawaran pertama tadi.”
Rang Kayo Hitam : “Iya, pintar juga Raja buat anak ya, cukup cantik!”
Penasehat Kerajaan : “Mohon ampun Raja, sebaiknya pernikahan ini kita lakukan sekarang
juga.”
Rang Kayo Hitam : “Iya Betul itu, saya sudah tidak sabar lagi…!!!”
Raja Mataram : “Perintahkan para perias untuk merias calon pengantini ini.”