Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Keterangan:
F2 = Laju alir Udara (L/menit)
F3 = Laju alir CO2 (L/menit)
Yit = Fraksi mol CO2
Yi = Fraksi volume CO2 dalam alur gas inlet
Yo = Fraksi volume CO2 dalam alur gas outlet
Fa = Jumlah CO2 yang diserap antara puncak dan dasar (L/detik)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ketidaksesuaian antara fraksi CO2 dari
bacaan flowmeter (Yit) dengan fraksi CO2 dari hasil perhitungan analisis gas yang
dilakukan (Yi) terlihat jelas dari besarnya persen ralat untuk laju udara (F2)sebesar 30
L/menit masing-masing run, yaitu run I sebesar 133,33%, run II 74,1667%, run III
54,8417%. Sedangkan untuk laju udara (F2)sebesar 40 L/menit masing-masing run,
yaitu run I sebesar 375,65%, run II 250,9278%, run III 143,65%. Besarnya persan
ralat ini terjadi karena air yang dipakai dalam membuat larutan NaOH tidak murni
sehingga terdapat ion-ion lain, sehingga kejenuhan larutan lebih tinggi dan membuat
larutan NaOH tidak menyerap secara maksimal gas CO2.
Dari hasil percobaan yang dilakukan, dapat diperoleh hubungan laju absorpsi
gas CO2 dengan perubahan laju alir CO2 dengan laju alir udara dapat dilihat pada
Gambar 4.1
Dari grafik pada Gambar 1.1 di atas, terlihat bahwa pada laju alir udara 30
L/menit dan 40 L/menit . Laju alir udara untuk 30 L/menit terjadi kenaikan kemudian
terjadi penurunan laju CO2 sedangkan untuk laju alir udara 40 L/menit terjadi terjadi
penurunan kemudian terjadi kenaikan laju CO2.
Secara teoritis, jika laju alir CO2 semakin besar sedangkan laju udara yang
masuk tetap, maka laju absorpsi gas CO2 akan semakin naik, karena semakin banyak
gas CO2 yang dapat dipindahkan/diserap oleh air (McCabe dkk, 1999).
Hal ini berarti bahwa hasil yang diperoleh dari percobaan tidak sesuai dengan
teori tetapi untuk laju alir udara 30 L/menit pada laju alir CO2 2 L/menit sampai 3
L/menit dan untuk laju alir udara 40 L/menit pada laju alir CO2 3 L/menit sampai 4
L/menit telah sesuai dengan teori yang ada dimana terjadi kenaikan laju absorpsi gas
CO2 pada peningkatan laju alir CO2.
Dari hasil percobaan analisis gas, dapat diperoleh hubungan antara fraksi gas
CO2 masuk dengan laju alir CO2 yang dapat dilihat pada grafik di Gambar 1.2.
Gambar 1.2 Grafik Hubungan Perubahan Fraksi Gas CO2 yang Masuk (Yi)
Terhadap Laju Alir CO2
Dari grafik pada Gambar 1.2 terlihat bahwa pada laju alir udara 30 L/menit
dan 40 L/menit. Untuk laju alir udara 30 L/menit mengalami kenaikan secara linier
laju CO2 , dan untuk laju udara 40 L/menit mengalami kenaikan kemudian penurunan
laju CO2 .
Secara teoritis, fraksi CO2 masuk dipengaruhi oleh laju alir udara dan laju alir
CO2. Jika laju alir CO2 semakin besar sedangkan laju udara yang masuk tetap, maka
fraksi gas CO2 masuk akan semakin besar, karena kandungan CO2 di dalam udara
menjadi semakin banyak sebab jumlah udara tetap (McCabe dkk, 1999).
Hasil percobaan pada laju alir udara 30 L/menit telah sesuai dengan teori
yang ada dimana terjadi kenaikan fraksi CO2 masuk pada peningkatan laju alir CO2.
Untuk laju aliran udara 40 L/menit terjadi penurunan pada laju alir CO2 pada 3
L/menit dan tidak sesuai dengan teori yang ada dimana penurunan fraksi CO2 yang
masuk.
Dari hasil percobaan analisis gas, dapat diperoleh hubungan antara laju
absorpsi gas CO2 terhadap fraksi gas CO2 masuk yang dapat dilihat pada grafik di
Gambar 1.3.
Gambar 1.3 Grafik Hubungan Laju Absorpsi Gas CO2 Terhadap Perubahan
Fraksi Gas CO2 yang Masuk (Yi)
Dari grafik hasil percobaan pada Gambar 1.3 di atas, terlihat bahwa pada laju
alir udara 30 L/menit dan 40 L/menit . Laju alir udara untuk 30 L/menit terjadi
kenaikan kemudian terjadi penurunan laju absorpsi sedangkan untuk laju alir udara
40 L/detik terjadi penurunan laju absorpsi.
Secara teori, adanya kontak antara udara dan air memungkinkan terjadinya
perpindahan massa zat terlarut (solute), dalam hal ini gas CO2 dari udara ke dalam
cairan. Sehingga semakin besar fraksi mol uap gas masuk, maka semakin besar laju
absorpsi gas CO2, karena semakin banyak gas CO2 yang dapat dipindahkan/diserap
oleh air (McCabe dkk, 1999).
Hasil percobaan pada laju alir udara 30 L/menit pada fraksi CO2 masuk pada
0,1333 hingga 0,1583 telah sesuai dengan teori dimana terjadi kenaikan fraksi CO2
masuk menyebabkan peningkatan laju absorpsi gas CO2. Untuk laju alir udara 40
L/menit terjadi penurunan pada laju absorpsi CO2 sehingga percobaan tidak sesuai
dengan teori yang ada dimana laju absorpsi gas CO2 mengalami penurunan.
Dari hasil percobaan analisis gas, dapat diperoleh hubungan antara perubahan
fraksi gas CO2 yang keluar terhadap laju absorpsi gas CO2 yang dapat dilihat pada
grafik di Gambar 1.4.
Gambar 1.4 Grafik Hubungan Perubahan Fraksi Gas CO2 yang Keluar (Yo)
Terhadap Laju Absorpsi Gas CO2
Dari grafik hasil percobaan pada Gambar 1.4 di atas, terlihat bahwa pada laju
alir udara 30 L/menit dan 40 L/menit . Laju alir udara untuk 30 L/menit dengan
bertambahnya laju absorpsi CO2 terjadi penurunan fraksi gas CO2 yang keluar
kemudian terjadi kenaikan fraksi gas CO2 yang keluar. Sedangkan untuk laju alir
udara 40 L/menit dengan bertambahnya laju absorpsi CO2 terjadi penurunan fraksi
gas CO2 yang keluar.
Secara teori, semakin besar laju absorpsi gas CO2 mengindikasikan semakin
banyak gas CO2 yang diserap oleh air sehingga fraksi mol gas CO2 keluar semakin
kecil (McCabe dkk, 1999).
Hasil percobaan pada laju alir udara 40 L/menit telah sesuai dengan teori
karena terjadi penurunan fraksi CO2 seiring dengan bertambahnya laju absorpsi.
Untuk laju aliran udara 30 L/menit, laju absorpsi CO2 -0,0321 dari 0,0061 hingga
telah sesuai dengan teori yang ada dimana terjadi penurunan fraksi gas CO2 yang
keluar, tetapi untuk laju absorpsi gas CO2 dari hingga 0,0107 tidak sesuai dengan
teori, dimana laju absorpsi gas CO2 mengalami kenaikan.
Adapun beberapa alasan yang mengakibatkan terjadinya beberapa
penyimpangan pada analisis gas ini yaitu flowmeter yang kurang konsisten selama
percobaan, air dalam tangki tidak diganti untuk setiap run, dan larutan NaOH pada
glove telah jenuh, kurangnya pendistribusian zat cair yang terjadi di dalam menara,
kurangnya kontak antara cairan dengan gas.
Keterangan:
F1 = Laju alir air (L/menit)
F2 = Laju alir udara (L/menit)
F3 = Laju alir CO2 (L/menit)
t = Waktu (menit)
Vbi = Volume larutan NaOH yang dititrasi untuk cairan inlet (ml)
Vbo = Volume larutan NaOH yang dititrasi untuk cairan outlet (ml)
Cdi = Konsentrasi CO2 bebas pada cairan inlet (gmol/L)
Cdo = Konsentrasi CO2 bebas pada cairan outlet (gmol/L)
Dari tabel 1.2 terlihat hubungan antara Vbo dengan Vbi yang menunjukkan
sebagian besar nilai Vbo lebih besar dibandingkan dengan Vbi. Hal ini sesuai dengan
prinsip dimana setelah terjadi pengontakan, kadar CO2 dalam air akan meningkat.
Dari hasil percobaan analisis cairan, dapat diperoleh hubungan antara laju
absorpsi gas CO2 terhadap perubahan laju alir CO2 untuk laju alir air dan udara
konstan yang dapat dilihat pada grafik di Gambar 1.5.
Pada grafik yang diperoleh dari hasil percobaan pada Gambar 1.5 di atas,
dapat diperoleh pada kurva laju alir udara 30 L/menit pada waktu 7 menit, laju alir
udara 40 L/menit pada waktu 7, 14, dan 21menit diperoleh kurva laju absorpsi CO2
yang menurun kemudian menaik. Pada kurva laju alir udara 30 L/menit pada waktu
14 dan 21 menit; laju alir udara 40 L/menit dengan waktu rata-rata diperoleh kurva
laju absorpsi yang naik kemudian menurun. Sedangkan pada kurva laju alir udara 30
L/menit dengan t rata-rata konstan dan kemudian menaik.
Secara teori, adanya kontak antara udara dan air memungkinkan terjadinya
perpindahan massa zat terlarut (solute), dalam hal ini gas CO2 dari udara ke dalam
cairan. Sehingga semakin tinggi laju alir CO2, besar fraksi mol uap gas CO2 masuk
semakin tinggi, maka semakin besar laju absorpsi gas CO2, karena semakin banyak
gas CO2 yang dapat dipindahkan/diserap oleh air (McCabe dkk, 1999).
Ini berarti hasil percobaan yang dilakukan tidak sesuai dengan teori yang ada.
Penyimpangan yang terjadi dalam percobaan ini mungkin disebabkan oleh
konsentrasi NaOH yang tidak tepat sehingga dalam pengamatan titik akhir pada
titrasi terjadi kekeliruan, atau pada kolom absorbsi sudah banyak terdapat gas CO2.
Dari hasil percobaan analisis cairan, dapat diperoleh hubungan antara laju
absorpsi gas CO2 terhadap waktu yang dapat dilihat pada grafik di Gambar 1.6.
Gambar 1.6 Grafik Hubungan Laju Absorpsi Gas CO2 Terhadap Waktu
Pada grafik yang diperoleh dari hasil percobaan pada Gambar 1.6 di atas
terlihat bahwa pada laju alir udara 30 L/menit dengan laju alir CO2 2 L/menit dan 3
L/menit, serta laju alir udara 40 L/menit dengan laju alir CO2 2 L/menit dan 4
L/menit turun dari waktu 0 sampai 7 menit dan kemudian konstan. Pada laju alir
udara 30 L/menit dengan CO2 = 4 L/menit dan laju alir udara 40 L/menit dengan laju
alir CO2 3 L/menit naik dari waktu 0 sampai 7 menit dan kemudian konstan.
Berdasarkan teori bahwa meningkatnya waktu percobaan hendaknya memang
mengurangi jumlah absorpsi CO2, di mana dengan semakin bertambahnya waktu,
kandungan CO2 dalam cairan akan meningkat sehingga selisih kepekatan gas CO2
dalam udara dan cairan semakin berkurang yang pada akhirnya berakibat pada
semakin rendahnya laju absorpsi CO2. Artinya, laju absorpsi berkurang seiring
pertambahan waktu (Geankoplis, 1993).
Hasil percobaan untuk laju alir udara 30 L/menit dengan laju alir CO2 2
L/menit dan 3 L/menit, serta laju alir udara 40 L/menit dengan laju alir CO2 2
L/menit dan 4 L/menit sesuai dengan teori dimana laju absorpsi turun dari waktu 0
sampai 7 menit dan kemudian konstan. Tetapi, untuk laju alir udara 30 L/menit
dengan laju alir CO2 4 L/menit dan laju alir udara 40 L/menit dengan laju alir CO2 3
L/menit naik dari waktu 0 sampai 7 menit dan kemudian konstan. Naiknya laju
absorpsi pada selang waktu tersebut tidak sesuai dengan teori.
Adapun beberapa alasan yang mengakibatkan terjadinya beberapa
penyimpangan pada analisis cairan ini yaitu kurangnya pendistribusian zat cair yang
terjadi di dalam menara sehingga kurangnya kontak antara cairan dengan gas,
flowmeter yang cenderung naik turun selama percobaan berlangsung, cairan outlet
dialirkan ke bak penampung cairan inlet sehingga terjadi pencampuran, maka cairan
yang diambil untuk absorpsi tidak sesuai lagi (sudah terkontaminasi CO2).
BAB II
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, baik pada analisis gas maupun
cairan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Analisa Gas
a. Dari grafik hubungan antara laju absorpsi gas CO2 dengan perubahan laju alir
CO2 untuk laju alir cairan konstan terlihat bahwa didapat grafik yang tidak
beraturan walaupun terdapat pula titik yang sesuai dengan teori yang ada yaitu
pada laju udara 30 L/menit pada laju alir CO2 2 L/menit sampai 3 L/menit dan
untuk laju udara 40 L/detik pada laju alir CO2 3 L/detik sampai 4 L/menit.
b. Dari grafik hubungan antara hubungan antara fraksi gas CO2 masuk dengan laju
alir CO2 terlihat bahwa pada laju alir udara 30 L/menit, semakin tinggi laju alir
CO2, laju absorpsinya menjadi semakin tinggi. Tetapi pada laju alir udara 40
L/menit terjadi penyimpangan.
c. Dari grafik hubungan antara laju absorpsi gas CO2 dengan fraksi gas CO2 yang
masuk terlihat bahwa semakin tinggi fraksi CO2 yang masuk, laju absorpsinya
mula-mula meningkat, tetapi kemudian menurun.
d. Dari grafik hubungan antara laju absorpsi gas CO2 terhadap fraksi CO2 yang
keluar terlihat bahwa pada laju alir udara 30 L/menit, semakin meningkatnya
laju absorpsi, fraksi CO2 yang keluar mula-mula menurun, tetapi kemudian
meningkat. Pada laju alir udara 40 L/menit,semakin meningkatnya laju
absorpsi, fraksi CO2 yang keluar menurun.
2. Analisa Cairan
a. Dari grafik hubungan laju absorpsi gas CO2 dengan perubahan laju alir CO2
kurva yang tidak beraturan dan tidak sesuai dengan teori yang ada dimana
semakin tinggi laju alir CO2, besar fraksi mol uap gas CO2 masuk semakin
tinggi, maka semakin besar laju absorpsi gas CO2.
b. Dari grafik hubungan antara laju absorpsi gas CO2 terhadap waktu terlihat
bahwa laju alir udara 30 L/menit dengan laju alir CO2 2 L/menit dan 3 L/menit,
serta laju alir udara 40 L/menit dengan laju alir CO 2 2 L/menit dan 4 L/menit
semakin bertambahnya waktu, laju absorpsi mula-mula menurun, kemudian
konstan. Pada laju alir udara 40 L/menit dengan laju alir CO2 L/menit dan laju
alir udara 30 L/menit dengan laju alir CO2 4 L/menit, laju absorpsi mula-mula
naik, kemudian konstan.
3. Persen ralat yang diperoleh dari analisis gas pada contoh perhitungan
menggunakan laju alir udara 30 dan 40 L/menit dan laju CO2 2 L/detik masing–
masing adalah sebesar 113,33% dan 375,65%. Untuk laju alir udara dengan laju
alir 30 dan 40 L/detik dan laju CO2 3 L/detik persen ralatnya masing-masing
adalah 74,17% dan 250,93%. Sedangkan untuk laju alir udara dengan laju alir 30
dan 40 L/detik dan laju CO2 4 L/detik persen ralatnya masing-masing adalah
54,84 % dan 143,65%.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya persen ralat dalam percobaan ini:
a. Kurangnya pendistribusian zat cair yang terjadi di dalam menara.
b. Flowmeter yang bekerja kurang konsisten selama percobaan.
c. Cairan outlet dialirkan ke bak penampung cairan inlet sehingga sudah
tercampur, maka cairan yang diambil untuk absorpsi sudah terkontaminasi.
d. Larutan NaOH glove telah jenuh karena tidak diganti untuk setiap run.
e. Kompressor tidak bekerja sempurna.
f. Terjadi paralaks pada pembacaan skala buret dan penentuan titik akhir titrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, Christie J., Transport Processes and Separation Process Principle, Edisi
keempat, Prentice-Hall: New Jersey, 1993.
McCabe, dkk, Operasi Teknik Kimia, Edisi keempat, Erlangga: Jakarta, 1999.
Rahayu, Suparni S, Absorpsi, http://www.chem-is-try.org, 2009, diakses: 29 Agustus
2009.
LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN
Laju alir air Laju alir udara Laju alir CO2 Inlet Cairan Outlet Cairan
t (menit)
F1 (L/menit) F2 (L/menit) F3 (L/menit)
Vbi (ml) Vbo (ml)
7 0.3 0.4
2 14 0.45 0.4
21 0.5 0.45
7 0.6 0.6
30 3 14 0.65 0.75
21 0.8 0.8
7 0.6 0.7
4 14 0.75 0.8
21 1 0.9
4
7 0.5 0.5
2 14 0.6 0.65
21 0.7 0.7
7 0.4 0.25
40 3 14 0.5 0.25
21 0.8 0.25
7 0.25 0.25
4 14 0.3 0.3
21 0.5 0.6
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN
LB.1 Analisis Gas
Kondisi pengambilan sampel:
Laju alir air = F1 = 6 L/menit = 0,1 L/detik
Laju alir udara = F2 = 50 L/menit = 0,833 L/detik
Laju alir CO2 = F3 = 3 L/menit = 0,05 L/detik
2. Perhitungan Jumlah CO2 yang Diserap dalam Kolom dari Analisis Sampel Gas
Jika Fa adalah jumlah CO2 liter/detik yang diserap antara puncak dan dasar, maka
( Yi − Yo )
Fa = ( F2 + F3 ) = ( 0,0522 − 0,0656) ( 0,833 + 0,05) = −0,0126 L detik
(1 − Yo ) (1 − 0,0656)
a. Menit ke-7
VBi x 0,25 1 x 0,25
C di = = = 0,0025 gmol / liter
ml sampel 100
VBo x 0,25 1,2 x 0,25
C do = = = 0,003 gmol / liter
ml sampel 100
b. Menit ke-14
VBi x 0,25 1,1 x 0,25
C di = = = 0,00275 gmol / liter
ml sampel 100
c. Menit ke-21
VBi x 0,25 1,2 x 0,25
C di = = = 0,003 gmol / liter
ml sampel 100
d. Menit ke-28
VBi x 0,25 1,25 x 0,25
C di = = = 0,003125 gmol / liter
ml sampel 100
= 0,000013889 gmol/detik
L ajuabsorpsi= F1 [ C d o − C d i ]
a. Menit ke-7
= 0,00005 gmol/detik
b. Menit ke-14
= 0,00005 gmol/detik
c. Menit ke-21
Lajuabsorpsi= F1 [ C d o − C d i ] = 0,1 x (0,003375-0,003)
= 0,0000375 gmol/detik
d. Menit ke-28
= 0,0000375 gmol/detik
Yit − Yi
%ralat = x 100%
Yit
0,0566 −0,0522
= x 100%
0,0566
= 7,74 %