Vous êtes sur la page 1sur 15

LEUKIMIA

Leukemia; dalam bahasa Yunani leukos λευκός, "putih"; aima αίμα, "darah"), atau lebih dikenal
sebagai kanker darah merupakan penyakit dalam klasifikasi kanker (istilah medis: neoplasma) pada
darah atau sumsum tulang yang ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna
dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid, umumnya terjadi pada leukosit (sel
darah putih) [1]. Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel
abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel
leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh
penderita.

Kata leukemia berarti darah putih, karena pada penderita ditemukan banyak sel darah putih sebelum
diberi terapi. Sel darah putih yang tampak banyak merupakan sel yang muda, misalnya promielosit.
Jumlah yang semakin meninggi ini dapat mengganggu fungsi normal dari sel lainnya.

Pada tahun 2000, terdapat sekitar 256,000 anak dan dewasa di seluruh dunia menderita penyakit
[2]
sejenis leukemia, dan 209,000 orang diantaranya meninggal karena penyakit tersebut, Hampir 90% dari
semua penderita yang terdiagnosa adalah dewasa

Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini yang berlebihan dari sel
darah putih. Leukemia merupakan keganasan hematologis akibat proses neoplastik yang disertai
gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik.
Leukemia merupakan keganasan yang sering dijumpai tetapi hanya merupakan sebagian kecil dari
kangker secara keseluruhan. Beberapa data epidemiologi menunjukkan hasil bahwa insidensi leukemia di
negara barat adalah 13/100.000 penduduk/tahun. Frekuensi relatif leukemia di negara barat menurut Gunz
adalah Leukemia akut (LMA dan LLA) 60%, LLK 25%, LMK 15%, di Afrika, 10-20% penderita LMA
memiliki kloroma di sekitar orbita mata. Di Kenya, Tiongkok, dan India, LMK mengenai penderita
berumur 20-40 tahun. Pada orang Asia Timur dan India Timur jarang ditemui LLK, di Indonesia ,
frekuensi LLK sangat rendah. LMK merupakan leukemia kronis yang paling sering di jumpai. Leukemia
merupakan 2,8% dari seluruh kasus kangker, belum ada angka pasti mengenai insiden leukemia di
indonesia.
Insidensi leukemia menurut usia didapatkan data yaitu, LLA terbanyak pada anak-anak dan
dewasa, LMK pada semua usia, lebih sering pada orang dewasa, LMK pada semua usia tersering usia 40-
60 tahun, LLK terbanyak pada orang tua.Walaupun leukemia menyerang kedua jenis kelamin, tetapi pria
terserang sedikit lebih banyak dibandingkan wanita dengan perbandingan 2 : 1.

1. DEFINISI

 Leukemia mula-mula dijelaskan oleh Virchow pada tahun 1847 sebagai “darah putih”,
adalah penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel
hematopoietik (Price, 1994).
 Leukemia adalah proliferase leukosit yang tidak terkontrol di dalam darah, sumsum
tulang, dan jaringan retikuloendotelial (Tuker, 1998).
 Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini yang
berlebihan (sel muda) dari sel darah putih (SDP) (Engram, 1998).
 Leukemia merupakan proliferatif neoplastik dari perkusor sel darah putih, yang
menyebabkan penggantian difus sumsum tulang normal oleh sel leukemia dengan
akumulasi sel abnormal pada darah tepi dan infiltrasi organ misalnya hati, limpa, kelenjar
limfe, meningen, dan gonad oleh sel leukemi (Underwood, 1999).
 Leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum
tulang, mengganti elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati,limpa
dan nodus limfatikus dan invasi organ nonhematologis, seperti meninges, traktus
gastrointestinal, ginjal dan kulit (Smeltzer, 2001).
 Leukemia adalah penyakit mengenai sel darah putih yang mengalami pembelahan yang
berulang-ulang.penyakit ini semacam kanker yang menyerang sel-sel darah putih.
Akibatnya fungsi sel darah putih terganggu, bahkan sel-sel darah merah dapat terdesak
karena pertumbuhan yang berlebihan ini jumlah sel darah merah menurun (Irianto,2004).
 Leukemia (kanker darah) merupakan suatu penyakit yang ditandai pertambahan jumlah
sel darah putih (leukosit). Pertambahan ini sangat cepat dan tak terkendali serta bentuk
sel- sel darah putihnya tidak normal (Yatim, 2003).
 Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini yang
berlebihan dari sel darah putih (Handayani, 2008)
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Leukemia adalah suatu penyakit
sistem hematologi yang ditandai dengan proliferasi yang berlebihan dan tidak normal pada sel
darah putih yang mengakibatkan fungsi sel darah putih terganggu

2.ETIOLOGI

Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti. Diperkirakan bukan


penyebab tunggal tetapi gabungan dari faktor resiko antara lain :
 Terinfeksi virus. Agen virus sudah lama diidentifikasi sebagai penyebab leukemia
pada hewan. Pada tahun 1980, diisolasi virus HTLV-1( human T–cell
lymphotropic virus type 1) yang menyerupai virus penyebab AIDS dari leukemia
sel T manusia pada limfosit seorang penderita limfoma kulit dan sejak saat itu
diisolasi dari sampel serum penderita leukemia sel T.
 Faktor Genetik. Pengaruh genetik maupun faktor-faktor lingkungan kelihatannya
memainkan peranan , namun jarang terdapat leukemia familial, tetapi insidensi
leukemia lebih tinggi dari saudara kandung anak-anak yang terserang , dengan
insidensi yang meningkat sampai 20% pada kembar monozigot (identik).
 Kelainan Herediter. Individu dengan kelainan kromosom, seperti Sindrom
Down, kelihatannya mempunyai insidensi leukemia akut 20 puluh kali lipat.
 Faktor lingkungan.
- Radiasi. Kontak dengan radiasi ionisasi disertai manifestasi leukemia
yang timbul bertahun-tahun kemudian.
- Zat Kimia. Zat kimia misalnya : benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon,
dan agen antineoplastik dikaitkan dengan frekuensi yang meningkat khusus
nya agen-agen alkil. Kemungkinan leukemia meningkat pada penderita yang
diobati baik dengan radiasi maupun kemoterapi.

3.PATOFISIOLOGI

Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan  kita dengan infeksi. Sel ini
secara normal berkembang sesuai dengan perintah, dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh kita.
Lekemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka
terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel lekemia memblok
produksi sel  darah putih yang normal , merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel lekemia juga
merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut
berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan (www.MayoClinic.com).
Menurut Smeltzer dan Bare (2001) analisa sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai
aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia,. Perubahan kromosom dapat meliputi
perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur,
yang termasuk translokasi ini, dua atau lebih kromosom mengubah bahan genetik, dengan perkembangan
gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan
dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan
kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Penyusunan kembali kromosom
(translokasi kromosom) mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah
tak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan
tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke
dalam organ lainnya, termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan otak.(www.
medicastore.com)

Jika penyebab leukemia virus, virus tersebut akan masuk ke dalam tubuh manusia jika
struktur antigennya sesuai dengan struktur antigen manusia. Bila struktur antigen individu tidak
sama dengan struktur antigen virus, maka virus tersebut ditolaknya seperti pada benda asing lain.
Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai alat tubuh, terutama kulit
dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh (kulit disebut juga antigen jaringan ). Oleh
WHO terhadap antigen jaringan telah ditetapkan istilah HL-A (Human Leucocyte Lucos A).
Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut hukum genetika sehingga adanya peranan faktor
ras dan keluarga dalam etiologi leukemia tidak dapat diabaikan.

Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan
biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan karena terjadinya
kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut
kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah
tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel
darah normal.
Proses patofisiologi leukemia dimulai dari transformasi ganas sel induk hematologis dan
turunannya. Proliferasi ganas sel induk ini menghasilkan sel leukemia dan mengakibatkan
penekanan hematopoesis normal, sehingga terjadi bone marrow failure, infiltrasi sel leukemia ke
dalam organ, sehingga menimbulkan organomegali, katabolisme sel meningkat, sehingga terjadi
keadaan hiperkataboli

4. Tanda dan Gejala Penyakit Leukemia

Gejala Leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderita, namun demikian secara umum
dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Anemia. Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel darah merah dibawah
normal menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang, akibatnya penderita bernafas cepat sebagai
kompensasi pemenuhan kekurangan oxygen dalam tubuh).

2. Perdarahan. Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar karena didominasi
oleh sel darah putih, maka penderita akan mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya jentik
merah lebar/kecil dijaringan kulit).

3. Terserang Infeksi. Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama melawan
penyakit infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel darah putih yang diterbentuk adalah tidak normal
(abnormal) sehingga tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita rentan terkena infeksi
virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan keluhan adanya demam, keluar cairan putih
dari hidung (meler) dan batuk.

4. Nyeri Tulang dan Persendian. Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone marrow)
mendesak padat oleh sel darah putih.

5. Nyeri Perut. Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana sel leukemia
dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada organ-organ
tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu makan penderita
leukemia.
6. Pembengkakan Kelenjar Lympa. Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada
kelenjar lympa, baik itu yang dibawah lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa bertugas
menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan pembengkakan.

7. Kesulitan Bernafas (Dyspnea). Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas dan nyeri
dada, apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan pertolongan medis.

5 .KLASIFIKASI LEUKEMIA

Leukemia dapat diklafikasikan ke dalam :


1. Maturitas sel :
 Akut (sel-sel asal berdiferensiasi secara buruk)
 Kronis (lebih banyak sel dewasa)
2. Tipe-tipe sel asal
 Mielositik (Mieloblast yang dihasilkan sumsum tulang)
 Limfositik (limfoblast yang dihasilkan sistem limfatik)

Normalnya, sel asal (mieloblast dan limfoblast) tak ada pada darah perifer. Maturitas sel
dan tipe sel dikombinasikan untuk membentuk empat tipe utama leukemia :
1. LEUKEMIA MIELOGENUS AKUT (LMA)
Leukemia Mielogenus Akut (LMA) atau leukemia mielositik akut atau dapat juga disebut
leukemia granulositik akut (LGA), mengenai sel stem hematopetik yang kelak berdiferensiasi ke
semua sel mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit.
Dikarakteristikan oleh produksi berlebihan dari mieloblast. Semua kelompok usia dapat terkena;
insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang
paling sering terjadi.
Gambaran klinis LMA, antara lain yaitu ;terdapat peningkatan leukosit,  pembesaran pada limfe, rasa
lelah, pucat, nafsu makan menurun, anemia, ptekie, perdarahan , nyeri tulang, Infeksi,pembesaran
kelenjer getah bening,limpa,hati dan kelenjer mediastinum. Kadang-kadang juga ditemukan hipertropi
gusi ,khususnya pada leukemia akut monoblastik dan mielomonositik.
Pada tahun 1976 tujuh ahli hematologi dari Amerika,Perancis,dan Ingris melakukan kerjasama dan
mereka mengusulkan klasifikasi baru untuk leukemia akut. Klasifikasi itu kemudian diterima dan dikenal
sebagai klasifikasi FAB ( French American British).mereka membagi LMA menjadi 6 jenis:

M-1 Diferensiasi granulositik tanpa pematangan


M-2 Diferensiasi granulositik disertai pematangan menjadi stadium promielositik
M-3 Diferensiasi granulositik disertai promielosit hipergranular yang dikaitkan dengan
pembekuan intra vaskular tersebar (Disseminated intravascular coagulation).
M-4 Leukemia mielomonositik akut: kedua garis sel granulosit dan monosit.
M-5a Leukemia monositik akut : kurang berdiferesiasi
M-5b Leukemia monositik akut : berdiferensiasi baik
M-6 Eritroblast predominan disertai diseritropoiesis berat
M-7 Leukemia megakariositik.

2. LEUKEMIA MIELOGENUS KRONIS (LMK)


Leukemia Mielogenus Kronis (LMK) atau leukemia mielositik kronis atau leukemia
granulositik kronis (LGK), juga dimasukan dalam keganasan sel stem mieloid. Namun, lebih
banyak terdapat sel normal di banding pada bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan.
Abnormalitas genetika yang dinamakan kromosom Philadelpia ditemukan 90% sampai 95%
pasien dengan LMK. LMK jarang menyerang individu di bawah 20 tahun, namun
insidensinya meningkat sesuai pertambahan usia.
Gambaran menonjol adalah :
 adanya kromosom Philadelphia pada sel – sel darah. Ini adalah kromosom abnormal
yang ditemukan pada sel – sel sumsum tulang.
 Krisis Blast. Fase yang dikarakteristik oleh proliferasi tiba-tiba dari jumlah besar
mieloblast. Temuan ini menandakan pengubahan LMK menjadi LMA. Kematian sering
terjadi dalam beberapa bulan saat sel – sel leukemia menjadi resisten terhadap kemoterapi
selama krisis blast.
3. LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT (LLA)

Leukemia Limfositik Akut (LLA) dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas. Paling
sering terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih banyak dibanding perempuan,dengan
puncak insidensi pada usia 4 tahun. Setelah usia 15 tahun , LLA jarang terjadiManifestasi dari
LLA adalah berupa proliferasi limpoblas abnormal dalam sum-sum tulang dan tempat-tempat
ekstramedular.

Gejala pertama biasanya terjadi karena sumsum tulang gagal menghasilkan sel darah merah
dalam jumlah yang memadai, yaitu berupa: lemah dan sesak nafas, karena anemia (sel darah
merah terlalu sedikit) infeksi dan demam karena, berkurangnya jumlah sel darah putih
.perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.

Manifestasi klinis :

 Hematopoesis normal terhambat


 Penurunan jumlah leukosit
 Penurunan sel darah merah
 Penurunan trombosit

4. LEUKEMIA LIMFOSITIK KRONIS (LLK)

Leukemia Limfositik Kronik (LLK) ditandai dengan adanya sejumlah besar limfosit (salah satu jenis sel
darah putih) matang yang bersifat ganas dan pembesaran kelenjar getah bening. Lebih dari 3/4 penderita
berumur lebih dari 60 tahun, dan 2-3 kali lebih sering  menyerang pria. Pada awalnya penambahan jumlah
limfosit matang yang  ganas  terjadi di kelenjar getah bening. Kemudian menyebar ke hati dan  limpa, dan
kedua nya mulai membesar. Masuknya limfosit ini ke dalam sumsum tulang akan menggeser sel-sel yang
normal, sehingga terjadi anemia dan penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit di dalam darah.
Kadar dan aktivitas antibodi (protein untuk melawan infeksi) juga berkurang. Sistem kekebalan yang
biasanya melindungi tubuh terhadap serangan dari luar, seringkali menjadi salah arah dan menghancurkan
jaringan tubuh yang normal.

Manifestasinya adalah :

 Adanya anemia
 Pembesaran nodus limfa
 Pembesaran organ abdomen
 Jumlah eritrosi dan trombosit mungkin normal atau menurun
 Terjadi  penurunan  jumlah    limfosit (limfositopenia)

6 Diagnosa Penyakit Leukemia

Penyakit Leukemia dapat dipastikan dengan beberapa pemeriksaan, diantaranya adalah ; Biopsy,
Pemeriksaan darah {complete blood count (CBC)}, CT or CAT scan, magnetic resonance imaging (MRI),
X-ray, Ultrasound, Spinal tap/lumbar puncture.

Pemeriksaan penunjang

Jika Anda mempunyai gejala atau hasil skrining yang mengarah ke penyakit leukemia, dokter
harus mengetahui apakah gejala tersebut berasal dari kanker atau dari kondisi kesehatan yang
lain. Anda akan diminta untuk menjalani tes darah dan prosedur diagnostik berikut ini:

 Pemeriksaan fisik – dokter akan memeriksa pembengkakan di kelenjar getah bening, limfa, limpa
dan hati.
 Tes darah – laboratorium akan memeriksa jumlah sel-sel darah. Leukemia menyebabkan jumlah
sel-sel darah putih meningkat sangat tinggi, dan jumlah trombosit dan hemoglobin dalam sel-sel
darah merah menurun. Pemeriksaan laboratorium juga akan meneliti darah untuk mencari ada
tidaknya tanda-tanda kelainan pada hati dan/atau ginjal.
 Biopsi – dokter akan mengangkat sumsum tulang dari tulang pinggul atau tulang besar lainnya.
Ahli patologi kemudian akan memeriksa sampel di bawah mikroskop, untuk mencari sel-sel
kanker. Cara ini disebut biopsi, yang merupakan cara terbaik untuk mengetahui apakah ada sel-
sel leukemia di dalam sumsum tulang.
 Sitogenetik – laboratorium akan memeriksa kromosom sel dari sampel darah tepi, sumsum
tulang, atau kelenjar getah bening.
 Processus Spinosus – dengan menggunakan jarum yang panjang dan tipis, dokter perlahan-lahan
akan mengambil cairan cerebrospinal (cairan yang mengisi ruang di otak dan sumsum tulang
belakang). Prosedur ini berlangsung sekitar 30 menit dan dilakukan dengan anestesi lokal. Pasien
harus berbaring selama beberapa jam setelahnya, agar tidak pusing. Laboratorium akan
memeriksa cairan apakah ada sel-sel leukemia atau tanda-tanda penyakit lainnya.
 Sinar X pada dada – sinar X ini dapat menguak tanda-tanda penyakit di dada.

Penatalaksanaan
Pengobatan  Leukemia Mielogenus Kronik
Sebagian besar pengobatan tidak menyembuhkan penyakit, tetapi hanya memperlambat perkembangan
penyakit. Pengobatan dianggap berhasil apabila jumlah sel darah putih dapat diturunkan sampai kurang
dari 50.000/mikroliter darah. Pengobatan yang terbaik sekalipun tidak bisa menghancurkan semua sel
leukemik. Satu-satunya kesempatan penyembuhan adalah dengan pencangkokan sumsum tulang.
Pencangkokan paling efektif jika dilakukan pada stadium awal dan kurang efektif jika dilakukan pada
fase akselerasi atau krisis blast. Obat interferon alfa bisa menormalkan kembali sumsum tulang dan
menyebabkan remisi. Hidroksiurea per-oral (ditelan) merupakan kemoterapi yang paling banyak
digunakan untuk penyakit ini. Busulfan juga efektif, tetapi karena memiliki efek samping yang serius,
maka pemakaiannya tidak boleh terlalu lama. Terapi penyinaran untuk limpa kadang membantu
mengurangi jumlah sel leukemik. Kadang limpa harus diangkat melalui pembedahan (splenektomi)
untuk: mengurangi rasa tidak nyaman di perut, meningkatkan jumlah trombosit, mengurangi
kemungkinan dilakukannya tranfusi.
Leukemia Limfoblastik Akut :
Tujuan pengobatan adalah mencapai kesembuhan total dengan menghancurkan sel-sel leukemik sehingga
sel noramal bisa tumbuh kembali di dalam sumsum tulang. Penderita yang menjalani kemoterapi perlu
dirawat di rumah sakit selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada respon yang
ditunjukkan oleh sumsum tulang.
Sebelum sumsum tulang kembali berfungsi normal, penderita mungkin memerlukan: transfusi sel darah
merah untuk mengatasi anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan, antibiotik untuk
mengatasi infeksi. Beberapa kombinasi dari obat kemoterapi sering digunakan dan dosisnya diulang
selama beberapa hari atau beberapa minggu. Suatu kombinasi terdiri dari prednison per-oral (ditelan) dan
dosis mingguan dari vinkristin dengan antrasiklin atau asparaginase intravena. Untuk mengatasi sel
leukemik di otak, biasanya diberikan suntikan metotreksat langsung ke dalam cairan spinal dan terapi
penyinaran ke otak. Beberapa minggu atau beberapa bulan setelah pengobatan awal yang intensif untuk
menghancurkan sel leukemik, diberikan pengobatan tambahan (kemoterapi konsolidasi) untuk
menghancurkan sisa-sisa sel leukemik. Pengobatan bisa berlangsung selama 2-3 tahun. Sel-sel leukemik
bisa kembali muncul, seringkali di sumsum tulang, otak atau buah zakar. Pemunculan kembali sel
leukemik di sumsum tulang merupakan masalah yang sangat serius. Penderita harus kembali menjalani
kemoterapi. Pencangkokan sumsum tulang menjanjikan kesempatan untuk sembuh pada penderita ini.
Jika sel leukemik kembali muncul di otak, maka obat kemoterapi disuntikkan ke dalam cairan spinal
sebanyak 1-2 kali/minggu. Pemunculan kembali sel leukemik di buah zakar, biasanya diatasi dengan
kemoterapi dan terapi penyinaran.
Pengobatan Leukeumia Limfositik Kronik
Leukemia limfositik kronik berkembang dengan lambat, sehingga banyak penderita yang tidak
memerlukan pengobatan selama bertahun-tahun sampai jumlah limfosit sangat banyak, kelenjar getah
bening membesar atau terjadi penurunan jumlah eritrosit atau trombosit. Anemia diatasi dengan transfusi
darah dan suntikan eritropoietin (obat yang merangsang pembentukan sel-sel darah merah). Jika jumlah
trombosit sangat menurun, diberikan transfusi trombosit. Infeksi diatasi dengan antibiotik.
Terapi penyinaran digunakan untuk memperkecil ukuran kelenjar getah bening, hati atau limpa. Obat
antikanker saja atau ditambah kortikosteroid diberikan jika jumlah limfositnya sangat banyak. Prednison
dan kortikosteroid lainnya bisa menyebabkan perbaikan pada penderita leukemia yang sudah menyebar.
Tetapi respon ini biasanya berlangsung singkat dan setelah pemakaian jangka panjang, kortikosteroid
menyebabkan beberapa efek samping. Leukemia sel B diobati dengan alkylating agent, yang membunuh
sel kanker dengan mempengaruhi DNAnya. Leukemia sel berambut diobati dengan interferon alfa dan
pentostatin.

Pengobatan
Kemoterapi

Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis pengobatan kanker ini
menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel leukemia. Tergantung pada jenis leukemia,
pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau kombinasi dari dua obat atau lebih.

Terapi Biologi

Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi untuk meningkatkan
daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan melalui suntikan di dalam
pembuluh darah balik.

Bagi pasien dengan leukemia limfositik kronis, jenis terapi biologi yang digunakan adalah
antibodi monoklonal yang akan mengikatkan diri pada sel-sel leukemia. Terapi ini
memungkinkan sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum
tulang. Bagi penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi biologi yang digunakan adalah
bahan alami bernama interferon untuk memperlambat pertumbuhan sel-sel leukemia.

Terapi Radiasi
Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah mesin yang besar akan
mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel-
sel leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh.
(Iradiasi seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum transplantasi sumsum tulang.)

Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)

Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem cell). Transplantasi sel induk
memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat yang tinggi, radiasi, atau keduanya. Dosis
tinggi ini akan menghancurkan sel-sel leukemia sekaligus sel-sel darah normal dalam sumsum
tulang. Kemudian, pasien akan mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang sehat melalui tabung
fleksibel yang dipasang di pembuluh darah balik besar di daerah dada atau leher. Sel-sel darah
yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi ini.

Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus menginap di rumah sakit
selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi pasien dari infeksi sampai sel-sel
induk (stem cell) hasil transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah putih dalam jumlah yang
memadai.

Leukimia adalah suatu penyakit yang dikenal dengan adanya proliferasi neoplasitik dari sel-sel

organ hemopoietik, yang terjadi sebagai akibat mutasi somatik sel bakal (stem cell) yang akan

membentuk suatu klon sel leukimia.

Penyakit kanker darah (leukimia) menduduki peringkat tertinggi kanker pada anak. Namun,

penanganan kanker pada anak di Indonesia masih lambat. Itulah sebabnya lebih dari 60% anak

penderita kanker yang ditangani secara medis sudah memasuki stadium lanjut.
Leukimia merupakan keganasan hemopoietik yang mengakibatkan proliferasi klon yang

abnormal dan sel bakal mengalami transformasi leukimia, terjadi kelainan pada diferensiasi dan

pertumbuhan dari sel limfoid dan mieloid.

Diagnosa leukimia akut dapat ditegakkan dari pemeriksaan hematologi Hb, leukosit, tulang, yaitu

tipe leukimia akut berdasarkan klasifikasi FAB.

BAB II

ISI

Pewarnaan sitokimia dapat menkonfirmasi asal leukimia akut apakah dari limfoid atau mieloid.

Dengan pemeriksaan immunopheno-typing diagnosis leukimia akut dapat diketahui apakah

mieloid atau limfoid, bahkan LLA dapat didiferensiasi lebih lanjut apakah dari sel T ataukah sel B.

Pemeriksaan sitogenik akan memberi petunjuk ada/tidaknya aberasi kromosom.

Telah dilakukan penelitian pada delapan subyek Leukimia akut, terdiri dari empat anak-anak,

seorang remaja, dua dewasa dan seorang Manula (tiga orang perempuan dan lima orang laki-

laki). Umur berkisar antara 4-82 tahun.

LMA terdapat pada empat subyek, anak tigabelas tahun LMA-M3, dua dewasa LMA-M2 dan

seorang Manula LMA-M2. LLA sel T pada dua subyek, seorang anak dan seorang dewasa. LLA sel

B pada dua subyek, seorang anak dan seorang dewasa. LLA sel T ditandai adanya CD3, CD5, dan

CD7; LLA sel B ditandai adanya CD10, CD 19, CD20, CD22 dan HLA-DR. lMA ditandai adanya

CD13 dan CD33.

Bila immunophenotyping (pada tujuh subyek) digunakan sebagai gold-standard untuk diagnosis

leukimia akut, maka diagnosis berdasar pemeriksaan HB, leukosit, trombosit, hitung jenis dan

morfologi sediaan apus darah tepi dan atau sumsum tulang sensitivitasnya adalah 71,4%.

Pewarnaan sitokimia terdiri dari MPO, SBB, PAS, esterase spesifik dan esterase non-spesifik

sensitivitas 100%.

Pemeriksaan sitogenetik pada enam subyek, semuanya menunjukkan aberasi kromosom.

Trisomi 21 terdapat pada tiga subyek (50%), terdapat dua subyek dengan “abberrant

expression”, yaitu disertai ekspresi sel mieloid pada LLA sel B dan ekspresi sel B pada LLA sel T.

Terdapat dua subyek dengan aberasi kromosom yang belum ditemui dalam literatur, yaitu 21,

t(6;11)(q27;q23) pada anak LMA-M3 dan 17, 21, t(2;6)(q34;q26) pada remaja LLA sel B.

KOMPILIKASI YANG TERLIBAT DALAM LEUKIMIA KRONIK

1. Pembengkakan nodus limpa di leher, ketiak,perut,atau kemaluan.


2. Rasa sakit yang teruk terutamanya di bawah sternum.

3. Rasa letihan dan lesuan

4. Kehilang berat tanpa sebab tertentu.

5. Demam

6. Menerima lebam dengan senang.

7. Rasa sakit pada tulang.

8. Kadar pernafasan rendah( shortness of breath).

9. Kehilangan daya untuk makan.(loss of diet).

10. Dalam kes-kes yang teruk akan menyebabkan kematian.

11. Petechiae(pembentukan bintik-bintik merah dan kadang kala berbentuk tajam di bawah

permukaan kulit yang disebabkan oleh pendarahan)

Gejala:

sakit kepala, mual, muntah, kesadaran menurun dan kejang. ''Gejala lainnya berupa pucat

mendadak tanpa diketahui sebabnya, panas, terjadi perdarahan, nyeri sendi sampai kepada

gagal ginjal. Hati mengalami pembengkakan demikian juga testis mengalami pembesaran.''

Pencegahan:

Melakukan deteksi dini kanker untuk pencegahan. ''Pencegahannya dengan mengonsumsi

vitamin A dan C, buah maupun sayuran yang kaya akan serat.''

Pengobatan:
Cara Pengobatan
Pengobatan kanker darah akut (leukemia akut) menurut Mediayarti bertujuan kuratif atau

paliatif: Pengobatan kuratif meliputi:

Vous aimerez peut-être aussi