Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TUGAS MAKALAH
WAKAF
Universitas Trisakti
WAKAF
Definisi Wakaf
Para ulama fiqh berbeda pendapat dalam memberi pengertian wakaf.
Perbedaan tersebut membawa akibat yang berbeda pada hukum yang ditimbulkan.
Definisi wakaf menurut ahli fiqh tersebut sebagai berikut:
Hanafiyah mengartikan wakaf sebagai menahan materi benda (al-‘ain) milik
Wakif dan menyedekahkan atau mewakafkan manfaatnya kepada siapapun
yang diinginkan untuk tujuan kebajikan (Ibnu al-Humam: 6/203). Definisi
wakaf tersebut menjelaskan bahawa kedudukan harta wakaf masih tetap
tertahan atau terhenti di tangan Wakif itu sendiri. Dengan artian, Wakif masih
menjadi pemilik harta yang diwakafkannya, manakala perwakafan hanya terjadi
ke atas manfaat harta tersebut, bukan termasuk asset hartanya.
Malikiyah berpendapat, wakaf adalah menjadikan manfaat suatu harta yang
dimiliki (walaupun pemilikannya dengan cara sewa) untuk diberikan kepada
orang yang berhak dengan satu akad (shighat) dalam jangka waktu tertentu
sesuai dengan keinginan Wakif (al-Dasuqi: 2/187). Definisi wakaf tersebut
hanya menentukan pemberian wakaf kepada orang atau tempat yang berhak
saja.
Syafi‘iyah mengartikan wakaf dengan menahan harta yang bisa memberi
manfaat serta kekal materi bendanya (al-‘ain) dengan cara memutuskan hak
pengelolaan yang dimiliki oleh Wakif untuk diserahkan kepada Nazhir yang
dibolehkan oleh syariah (al-Syarbini: 2/376). Golongan ini mensyaratkan harta
yang diwakafkan harus harta yang kekal materi bendanya (al-‘ain) dengan
artian harta yang tidak mudah rusak atau musnah serta dapat diambil
manfaatnya secara berterusan (al-Syairazi: 1/575).
WAKAF
لن تنالوا البر حتى تنفقوا مما تحبون وما تنفقوا من
شيء فإن
الله به عليم
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”. (QS. Ali Imran (3):92)
WAKAF
“Apabila manusia wafat, terputuslah amal perbuatannya, kecuali dari tiga hal,yaitu
sedekah jariyah, atau ilmu pengetahuan yang dimanfaatkan, atau anak yang saleh “
(HR. Muslim).
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang kebolehan wakaf uang pada 11 mei
2002.
berwakaf dengan Dinar dan Dirham agar dapat dimanfaatkan sebagai sarana
pembangunan, dakwah, sosial, dan pendidikan umat Islam. Cara yang dilakukan
adalah dengan menjadikan uang tersebut sebagai modal usaha (modal produktif)
kemudian menyalurkan keuntungannya sebagai wakaf.
Kebolehan wakaf uang juga dikemukakan oleh Mazhab Hanafi dan Maliki.
Bahkan sebagian ulama Mazhab Syafi’iy juga membolehkan wakaf uang
sebagaimana yang disebut Al-Mawardy, ”Abu Tsaur meriwayatkan dari Imam
Syafi’iy tentang kebolehan wakaf dinar dan dirham”.
Pendapat inilah yang dikutip Komisi fatwa MUI (2002) dalam melegitimasi
wakaf uang. Di Indonesia saat ini, persoalan boleh tidaknya wakaf uang, sudah
tidak ada masalah lagi. Hal itu diawali sejak dikeluarkannya fatwa MUI pada
tanggal 11 Mei 2002. Isi fatwa MUI tersebut sebagai beikut :
Wakaf uang (cash wakaf/ waqf al-nuqud) adalah wakaf yang dilakukan
seseorang, kelompok orang, lenmbaga atau badan hukum dalam bentuk uang
tunai
Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.
Waqaf uang hukumnya jawaz (boleh)
Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang
dibolehkan secara syar’iy. Nilai pokok wakaf uang harus dijamin
kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan dan atau diwariskan.
Rukun Wakaf
Orang yang berwakaf (wakif)
Wakif mempunyai kecakapan melakukan tabarru, yaitu melepaskan hak milik
tanpa imbalan materi. Orang dikatakan cakap bertindak tabarru adalah baligh,
berakal sehat, dan tidak terpaksa.
WAKAF
Syarat Wakaf
Wakaf tidak dibatasi dengan waktu tertentu sebab perbuatan wakaf berlaku
untuk selamanya, tidak untuk waktu tertentu. Bila seseorang mewakafkan
kebun untuk jangka waktu 10 tahun misalnya, maka wakaf tersebut dipandang
batal.
Tujuan wakaf harus jelas, seperti mewakafkan sebidang tanah untuk masjid
dsb. Apabila seseorang mewakafkan sesuatu kepada hukum tanpa menyebut
tujuannya, hal itu dipandang sah sebab penggunaan benda-benda wakaf tersebut
menjadi wewenang lembaga hukum yang menerima harta-harta wakaf tersebut.
WAKAF
Ketentuan Wakaf
Harta wakaf harus tetap (tidak dapat dipindahkan kepada orang lain), baik
dijualbelikan, dihibahkan, maupun diwariskan.
Harta wakaf terlepas dari pemilikan orang yang mewakafkannya.
Tujuan wakaf harus jelas (terang) dan termasuk perbuatan baik menurut ajaran
agama Islam.
Harta wakaf dapat dikuasakan kepada pengawas yang memiliki hak ikut serta
dalam harta wakaf sekadar perlu dan tidak berlebihan.
Harta wakaf dapat berupa tanah dan sebagainya, yang tahan lama dan tidak
musnah sekali digunakan.
Syarat Wakif
Dalam wakaf terkadang wakif mensyaratkan sesuatu, baik satu maupun
berbilang. Wakif dibolehkan menentukan syarat-syarat penggunaan harta wakaf,
syarat-syarat tersebut harus dihormati selama sejalan dengan ajaran agama
Islam. Misalnya, seseorang mewakafkan tanah untuk mendirikan pesantren khusus
laki-laki, syarat seperti itu harus dihormati karena sejalan dengan ketentuan-
ketentuan syara’.
Apabila syarat-syarat penggunaan harta wakaf bertentangan dengan ajaran
Islam, wakafnya dipandang sah, tetapi syaratnya dipandang batal. Misalnya,
seseorang yang mewakafkan tanah untuk masjid jami’, dengan syarat hanya
dipergunakan oleh para anggota perkumpulan tertentu, maka wakafnya dipandang
sah, tetapi syaratnya tidak perlu diperhatikan.
dapat memenuhi fungsinya yang dituju, harus dicarikan jalan keluar agar
harta itu tidak berkurang, utuh dan berfungsi. Bahkan untuk menjual atau
menukar pun tidak dilarang, kemudian ditukarkan dengan benda lain yang
dapat memenuhi tujuan wakaf.
Ibnu Qudamah berpendapat bahwa apabila harta wakaf mengalami
rusak hingga tidak dapat membawa manfaat sesuai dengan tujuannya,
hendaknya dijual saja, kemudian harga penjualannya dibelikan benda-benda
lain yang akan mendatangkan manfaat sesuai dengan tujuan wakaf dan
benda-benda yang dibeli itu berkedudukan sebagai harta wakaf seperti
semula.
secukupnya sebagai gajinya atau boleh diambil dari hasil harta wakaf.
Pengawas harta wakaf berwenang melakukan perkara-perkara yang dapat
mendatangkan kebaikan harta wakaf dan mewujudkan keuntungan-keuntungan
bagi tujuan wakaf, dengan memperhatikan syarat-syarat yang ditentukan
wakif.
Studi Pustaka
http://www.pkesinteraktif.com
http://komunitaswakaf.org
http://www.canboyz.co.cc/2010/04/makalah-fiqih-muamalah-pengertian-
wakaf.html
http://ekisopini.blogspot.com/2010/01/wakaf-uang-dan-peningkatan.html