Vous êtes sur la page 1sur 7

Akhlak Mulia

Muqoddimah
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menghendaki Islam menjadi ajaran yang kekal, penutup ajaran-
ajaran sebelumnya. Ia diperuntukkan bagi seluruh manusia dengan bermacam perbedaan yang
ada pada mereka, baik waktu, tempat, warna kulit dan kebangsaan. Allah menjadikan kekhususan
dan keistimewaan yang banyak sekali di dalam Islam, sempurna lagi menakjubkan. Senantiasa
dan benar-benar sesuai dengan kondisi di setiap zaman dan tempat. Semua ini berkat karunia
Allah Subhanahu wa Ta'ala yang membimbing hamba-hamba-Nya menuju kebahagiaan dunia
dan akherat, kehidupan yang aman dan tenteram lahir-batin, demi mencapai hakekat kemuliaan
hidup yang sempurna.

Telah kita ketahui bersama bahwa Islam mengatur dan meliputi segala aspek kehidupan manusia.
Tidaklah ada suatu kebaikan melainkan Islam telah menyeru dan menganjurkan kepada
pemeluknya untuk berpegang dan berakhlak dengannya. Sebaliknya, tidaklah ada suatu
keburukan melainkan Islam telah memperingatkan bahayanya dan memerintahkan untuk
menjauhinya. Dengan demikian kehidupan manusia menjadi teratur di bawah naungan aturan
Ilahi, mendapatkan hasil keberuntungan dan kejayaan dalam kehidupannya, sebaliknya apabila
menjauhinya maka kerugian dan kebinasaanlah yang akan didapatkan.

Akhlak yang mulia merupakan asas yang dipegang dalam agama Islam dalam rangka membina
umat dan memperbaiki masyarakat. Hal itu dikarenakan bersih dan kokohnya bangunan
masyarakat, serta tinggi dan mulianya kedudukan anggotanya tergantung pada sejauh mana
mereka berpegang kepada akhlak yang mulia, sebagaimana pula jatuh dan rusaknya suatu
masyarakat manakala mereka meninggalkan akhlak yang mulia. Nabi shollallahu 'alaihi
wasallam telah mengejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari beliau dan menunjukkan kepada
umatnya bagaimana berakhlak dengan akhlak yang terpuji. Rosulullah shollallahu 'alaihi
wasallam merupakan suri-teladan bagi umatnya dalam segala aspek kehidupan. Bagaimana
kemuliaan akhlak beliau sebagai seorang pemimpin, panglima perang, seorang bapak, suami,
anak dan lainnya. Bukan suatu yang mustahil dan tidak mungkin seseorang mencontoh akhlak
beliau.

Firman Allah,

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosulullah itu suri teladan yang baik bagimu." (QS. Al-
Ahzab: 21)

Hal ini digambarkan oleh salah seorang sahabat sekaligus pembantu beliau selama sepuluh tahun
yaitu Anas bin Malik. Dari Anas bin Malik rodhiallahu 'anhu, katanya, "Aku pernah melayani
Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam selama sepuluh tahun. Demi Allah, beliau sama sekali
tidak pernah mengatakan kepadaku, 'His!' (Kalimat yang mengandung hardikan) tidak pula
pernah mengatakan kepadaku (karena sesuatu yang aku lakukan), 'Kenapa kamu kerjakan seperti
itu?! Bukankah seharusnya yang kamu kerjakan seperti ini!'" (HR. Bukhari, Kitab Wasiat no:
2561)
Diriwayatkan juga darinya bahwa dia berkata, "Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam adalah
seorang yang paling baik, dermawan, dan pemberani. Pernah pada suatu malam penduduk
Madinah dikejutkan oleh suara yang sangat keras. Orang-orang kemudian mendatangi arah suara
tersebut. (tetapi di perjalanan) mereka berjumpa dengan Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam
yang baru saja pulang dari sumber suara tersebut. Ternyata beliau telah mendahului mereka
mendatangi sumber suara tersebut. Pada waktu itu beliau menunggang kuda milik Abu Thalhah
tanpa pelana. Di leher kuda itu terlihat sebilah pedang. Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam
berkata, 'Kalian tidak perlu takut, Kalian tidak perlu takut.' Anas berkata, 'Kami melihat
Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam secepat kilat, padahal kuda itu jalannya lambat.'" (HR.
Bukhari, Kitabul-Hibbah: 2434)

Keutamaan Akhlak Mulia


1. Akhlak yang mulia merupakan bagian dari takwa. Tidak sempurna takwa seseorang
kecuali dengannya. Allah 'Azzawa Jalla berfirman,

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-
orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebajikan." (QS. Ali Imran: 133-134)

Di dalam ayat ini Allah 'Azza wa Jalla menerangkan bahwa berakhlak baik dalam pergaulan
dengan sesama manusia termasuk dari sifat-sifat orang yang bertakwa.

2. Akhlak yang baik termasuk bagian dari keimanan, sebagaimana Sabda Nabi
shollallahu 'alaihi wasallam,

"Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah, yang paling baik akhlaknya." (Hadist
Shahih, lihat kitab Jami' Shahih: 1231, karya Albani)

Di sini dijelaskan bahwa seseorang yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya.

3. Akhlak yang baik, dapat mengantarkan seseorang pada kedudukan orang-orang yang
taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebagaimana sabda Nabi shollallahu 'alaihi
wasallam,

"Sesungguhnya dengan akhlaknya yang baik seorang yang beriman mampu mencapai
kedudukan orang yang selalu berpuasa dan shalat malam." (HR. Abu Dawud dan Ibnu
Maajah, dan dishahihkan Albani no: 1928)

4. Akhlak yang mulia memberatkan timbangan bagi pemiliknya pada hari kiamat,
sebagaimana yang dijelaskan Nabishollallahu 'alaihi wasallam,

"Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat diletakkan pada timbangan (hari Kiamat) daripada
akhlak yang baik." (Lihat kitab Shahih Al-Jami': 5602, karya Albani)
5. Yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga adalah akhlak mulia,
sebagaimana sabda Nabishollallahu 'alaihi wasallam,

"Bahwasanya Rosulullah ditanya, 'Apakah yang paling banyak memasukkan manusia ke


dalam surga?' Beliau menjawab, 'Takwa kepada Allah dan Akhlak yang baik.'" (Kitab
Riyadus Shalihin hal: 273)

6. Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling baik akhlaknya.

Ini sebagaimana Hadits Abdullah bin Amr rodhiallahu'anhu, katanya,

"Ketika Muawiyah berkunjung ke Kufah, maka Abdullah bin Amr bercerita tentang
Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam katanya, 'Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam
tidak pernah melampaui batas dan tidak pernah berbuat perkara keji. Abdullah bin Amr
rodhiallahu 'anhu juga berkata, Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda,

"Sesungguhnya orang yang paling baik di antara kamu adalah orang yang paling baik budi
pekertinya." (HR. Bukhari, Kitab Akhlak Terpuji no: 3295)

Ta'rif/Definisi Akhlak
Makna akhlak secara bahasa sebagaimana dijelaskan oleh Ahli ilmu adalah: gambaran yang
tersembunyi dari seorang insan.

Manusia mempunyai dua gambaran:

1. Gambaran yang dhahir/lahiriah yaitu bentuk rupa dan jasad yang diciptakan Allah
Subhanahu wa Ta'ala pada insan. Ini ada yang baik dan ada pula yang buruk, ada yang
indah, ada yang jelek atau diantara keduanya sebagaimana yang telah diketahui.

2. Gambaran yang batin/tersembunyi, dan inilah yang dikatakan dengan akhlak. Ini pun
ada yang baik dan ada juga yang buruk atau diantara keduanya. Maka akhlak adalah:
gambaran yang tersembunyi pada seorang insan yang merupakan tabiat pada dirinya.
Akhlak mulia ada yang merupakan tabiat secara fitriyah, dengan makna bahwa
seorang insan memang dari asalnya memiliki akhlak yang mulia, tidak dibuat-buat.
Karena ada juga akhlak yang memang diusahakan untuk menjadi sifat seseorang. Oleh
sebab itu Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam berkata kepada Assyaj bin Qais,

"Padamu ada dua akhlak yang Allah mencintai keduanya: lembut dan sabar." Dia berkata,
"Wahai Rosulullah, apakah keduanya aku membuat-buatnya atau Allah yang
mendatangkannya padaku?" Maka Nabi shollallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Allah-lah
yang mendatangkannya padamu." (HR. Muslim, Kitab Iman)

Hadits ini merupakan dalil yang menunjukkan bahwa akhlak mulia ada yang merupakan
pembawaan pada diri seseorang, atau bisa juga sesuatu yang diusahakan. Tetapi pembawaan
lebih utama, karena akhlak ini tidak akan terlepas dari sifatnya dan tidak membutuhkan
latihan dan usaha untuk mendapatkannya. Yang demikian itu adalah karunia Allah
Subhanahu wa Ta'ala bagi hambanya, tetapi tidak menghalangi bagi seseorang untuk
berakhlak yang mulia dengan cara melatih diri dan berusaha untuk mendapatkan hal tersebut.

Macam-macam Akhlak
Banyak orang mengira bahwa akhlak yang baik hanya dalam hubungan manusia dengan sesama
makhluk, tidak ada hubungannya dengan Al-Khaaliq (Sang pencipta), Allah Subhanahu wa
Ta'ala. pemahaman ini pemahaman yang terbatas, karena akhlak yang baik berkaitan dengan
makhluk juga berkaitan dengan Al-Khaaliq Subhanahu wa Ta'ala.

Di antara akhlaq kepada Allah:

1. Membenarkan kabar-berita yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Ini artinya tidak boleh ada keraguan pada diri seseorang dalam membenarkan kabar yang
datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena berita dari Allah Subhanahu wa Ta'ala
didasarkan atas ilmu dan Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah yang paling benar ucapannya,
sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,

"Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan (nya) daripada Allah." (QS. An-Nisa': 87)

2. Melaksanakan dan menerapkan hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Maknanya adalah tidak menolak sesuatu pun dari hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Barang siapa yang menolak hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala maka itu merupakan akhlak
yang buruk kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik mengingkari, merendahkan hukum-
hukumnya atau menyepelekan pengamalannya. Sikap-sikap tersebut bertentangan dengan
akhlak yang mulia dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

3. Menerima takdir-Nya 'Azza wa Jalla dengan sabar dan ridha.

Yaitu menerima takdir Allah Subhanahu wa Ta'ala yang menimpa kita dengan ridha dan sabar
serta menyadari bahwa dibalik ketetapan itu terkandung hikmah dan merupakan kehendak-
Nya, maka wajib bagi kita untuk menerima dan bersyukur atasnya. Sebagaimana firman
Allah,

"Katakanlah, 'Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh
Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang
beriman harus bertawakkal.'" (QS. At-Taubah: 51)

Berakhlak yang Mulia Dengan Sesama


Sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Hasan Al-Bashry:

1. Mencegah diri untuk tidak mengganggu saudaranya, baik itu berkaitan dengan harta,
jiwa ataupun kehormatan.
Barang siapa yang mengganggu saudaranya dengan gangguan apapun tidak dikatakan
sebagai orang yang ber-akhlak mulia.

Diriwayatkan daripada Abdullah bin Amru bin al-Ash rodhiallahu 'anhu katanya: Seseorang
bertanya kepada Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam, tentang sifat orang Islam yang
paling baik. Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda,

"Seseorang yang orang-orang Islam yang lain selamat dari kejahatan lidah dan tangannya."
(HR. Muslim, Kitabul Iman: 57)

2. Bersikap baik dan pemurah.

Ini tidak hanya berkaitan dengan harta saja tetapi bisa juga dengan kedudukan, jiwa ataupun
segala sesuatu yang bermanfaat bagi saudaranya. Karenanya janganlah bakhil (kikir) untuk
menolong saudaranya. Diriwayatkan daripada Abu Hurairah bahwa Nabi shollallahu 'alaihi
wasallam telah bersabda,

"Pada setiap hari setiap sendi manusia harus ditunaikan sedekahnya ketika matahari terbit.
Seterusnya baginda bersabda, 'Berlaku adil di antara dua orang manusia adalah sedekah,
membantu seseorang naik ke atas binatang tunggangannya atau mengangkatkan barang-
barangnya ke atas belakang binatang tunggangannya juga adalah sedekah.' Rosulullah
shollallahu 'alaihi wasallam bersabda lagi, 'Perkataan yang baik adalah sedekah, setiap
langkah menuju shalat adalah sedekah dan membuang sesuatu yang berbahaya di jalan
adalah sedekah.'" (HR. Bukhari, Kitab Perdamaian: 2508)

Jika ada yang berbuat buruk kepadamu atau menzhalimimu maka maafkanlah, sebagaimana
firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,

"Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Ali Imran: 133 – 134)

Semua yang disebutkan adalah termasuk dari akhlak yang mulia.

3. Berwajah cerah, sebagaimana sabda Nabi shollallahu 'alaihi wasallam,

"Janganlah meremehkan perbuatan yang baik sekecil apapun, walau hanya bertemu dengan
saudaramu dengan wajah yang berseri-seri." (HR. Muslim, Kitabul Birr)

Wajah berseri-seri (cerah) mendatangkan kebahagian terhadap orang yang bertemu dengan
kita, menimbulkan rasa kasih-sayang sesama saudara, dan melapangkan dada. Berbeda
dengan orang yang selalu cemberut wajahnya, orang-orang akan meninggalkannya karena
tidak merasa nyaman duduk bersamanaya.

Tiga perkara di atas berkaitan dengan akhlak mulia di antara sesama hamba.
Kiat memiliki akhlak yang mulia
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian terdahulu, bahwa akhlak yang baik bisa merupakan
pembawaan, juga bisa sesuatu yang diusahakan, yaitu seseorang melatih dirinya untuk berakhlak
yang mulia.

Bagaimana kiat untuk mendapatkannya, berikut penjelasannya:

1. Mengkaji Al-Qur'an dan As-Sunnah, melihat dalil-dalil yang menunjukkan akhlak


mulia. Maka seorang yang berimanjika melihat dalil-dalil yang memuji akhlak yang
mulia akan tergerak untuk mengerjakannya.

2. Mengikuti Nabi, karena beliaulah yang paling utama dalam merealisasikan akhlak
yang mulia ini, sebagaimana firmanAllah Subhanahu wa Ta'ala,

"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS. Al-Qalam: 4)

Dan beliau adalah contoh yang utama dalam perkara ini, sebagaimana firman Allah,

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosulullah itu suri teladan yang baik bagimu." (QS. Al-
Ahzab: 21)

Maka wajib bagi seorang muslim untuk mempelajari biografi beliau shollallahu 'alaihi
wasallam dalam segala aspek kehidupannya, bagaimana berakhlak dengan Rabb-Nya
Subhanahu wa Ta'ala, dengan sahabatnya, dengan keluarganya dan dengan sesama manusia,
yang lain.

3. Bergaul dengan orang-orang Shalih yang bisa dipercaya agama dan ilmunya.

Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
daripada Abu Musa rodhiallahu 'anhu katanya Nabi shollallahu 'alaihi wasallam bersabda,

"Sesungguhnya perumpamaan berkawan dengan orang yang sholeh dan berkawan dengan
orang yang jahat adalah seperti perumpamaan (berteman dengan) penjual minyak wangi dan
tukang besi. (berkawan dengan) penjual minyak wangi, mungkin ia akan memberi
minyaknya kepadamu atau mungkin kamu akan membeli darinya atau akan mendapat bau
harumnya. (Berbeda manakala berteman dengan) tukang besi, mungkin dia akan membakar
pakaianmu atau kamu akan mendapat bau yang tidak enak." (HR. Bukhari, Kitab Jual Beli:
1959)

Maka wajib bagi kita untuk berteman dengan orang yang berakhlak mulia, jauh dari akhlak
yang buruk, sehingga mampu menolong kita untuk memperbaiki akhlak kita.

4. Merenungkan akibat yang ditimbulkan dari akhlak yang buruk.

Akhlak yang buruk, tercela, akan menjadikan orang lain menjauhinya dan disebut dengan
sebutan yang buruk. Maka jika seseorang menyadari akibat buruk ini semua, tentu dia akan
menjauhinya.
Inilah beberapa perkara yang berkaitan dengan akhlak yang mulia. Jika kita lihat keadaan
kaum muslimin sekarang ini, sudah semakin jauh dari ajaran-ajaran Islam, terutama dalam
praktek kehidupan mereka sehari-hari, dalam ibadah demikian pula akhlak. Karenanya,
sudah waktunya bagi kita untuk kembali kepada ajaran-ajaran Islam yang lurus ini, kita lihat
bagaimana generasi terdahulu mendapatkan kejayaan dan kesuksesan, tidak lain karena
kuatnya mereka dalam memegang agamanya, menerapkan Al-Qur'an dan Sunnah.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang
berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman Salaf Ummah (sahabat,
tabi’in dan tabi’ut tabi’in), lahir maupun batin. Semoga Allah Mewafatkan kita di atas Islam
dan Sunnah. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menjaga kita di dunia dan akherat. Tidak
menyimpangkan hati-hati kita setelah melimpahkan hidayat-Nya kepada kita. Membersihkan
hati-hati kita dari segala maksiat dan penyakit hati yang merusak kemurniannya,
sesungguhnya Allah Maha berkuasa atas segala-galanya.

Referensi:
- Qawaid wa Fawaid min Al-Arbain An-Nawawiyah, karya Nazhim Mohammad Sulthan; cet.
Ke-2. 1410; Dar-Al Hijrah, Riyadh, Kerajaan Saudi Arabia.

- Makarimul Akhlaq, karya Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah; cet. Ke-1. 1313; Dar- Al Khair,
Beirut, Lebanon.

- Kitabul Ilmi, Muhammad ibn Shaalih ibn Al-Utsaimin; Dar-At Tsurayya.

***

Tingkat pembahasan: Dasar

Diambil dari Majalah Fatawa

Penulis: Ustadz Abu Sa'ad Muhammad Nur Huda

Vous aimerez peut-être aussi