Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ANJAK PIUTANG
PENDAHULUAN
1.Sekilas Nengenai Lembaga Pembiayaan
2.Sejarah factoring
3.Anjak Piutang saat ini di Indonesia
4.Anjak Piutang sebagai Solusi Cashflow
KARTU PLASTIK
1.Sejarah Munculnya Bisnis Kartu
2.Jenis Kartu Kredit
3.Kartu Debet dan Perkembangannya di Indonesia
4.Pihak pihak yang terkait Penggunaan Kartu Kredit
5.Perjanjian Kartu Kredit
6.Manfaat Kartu Kredit
7.Mekanisme Kartu Kredit
8.Perhitungan Bunga Kartu Kredit
9.Kartu Kredit Syariah
10.Perkembangan Kartu Kredit Syariah di Indonesia
11.Contoh Form Penawaran Kartu Kredit
12.Rekaman Wawancara Kartu Kredit dan Presentasi Anjak Piutang(CD)
PENDAHULUAN
2.Sejarah factoring
Sejarah usaha jasa anjak piutang atau yang lebih dikenal dengan sebutan
Factoring sudah dikenal sejak 2000 tahun lalu-pertama kali digunakan di
Mesopotamia. Pertama kali,bentuk usaha anjak piutang memang masih sangat
sederhana.Pihak factor,biasanya bertindak sebagai agen penjualan yang sekaligus
pemberi perlindungan kredit.Kegiatan semacam ini dikategorikan sebagai general
factoring.
General factoring ini kemudian berkembang di daratan Eropa,tepatnya di
Inggris.Perusahaan factor di Inggris pada saat itu sangat membantu para pedagang
dari Plymouth(Amerika) untuk mengageni penjualan mereka di daratan Eropa,dan
juga membelikan barang barang dagangan dari Inggris yang mereka inginkan untuk
diimpor ke Amerika.
Revolusi industri di akhir abad ke 18 turut mendorong pertumbuhan bisnis
jasa general factoring.Mekanisasi alat alat tenun tekstil di Inggris dan tingginya
minat beli tekstil di Amerika,telah menyebabkan meningkatnya transaksi ekspor
impor.Perkembangan bisnis tersebut,otomatis turut memacu pertumbuhan industri
factoring di Amerika,terutama di New York City.Perusahaan factoring di Amerika
saat itu seperti ketiban rezeki.Mereka mengageni produk tekstil Eropa atas dasar
konsinyasi.Mereka juga memberikan kredit,menjamin kredit tersebut,memberikan
pembayaran awal terhadap piutang yang timbul,dan melakukan penagihan untuk
kepentingan clientnya,yaitu menjamin kredit,melakukan penagihan,dan penyediaan
ana.Bentuk bentuk usaha inilah yang kemudian menjadi embrio dari bisnis anjak
piutang modern seperti yang dikenal saat ini.Anjak piutang modern ini kemudian
terus berkembang tidak hanya di bidang usaha tekstil tetapi juga merambah ke
berbagai sector industri,baik untuk transaksi ekspor impor maupun transaksi local.
kegiatan anjak piutang mulai dikenal luas ketika perusahaan-perusahaan
manufacture di Inggris berusaha menjual produknya ke Amerika. Amerika pada
waktu itu, sekitar tahun 1880-an, merupakan benua baru yang banyak didatangi dari
benua eropa terutama inggris. Kedatangan bangsa di eropa mau tidak mau menbawa
konsekuensi bahwa mereka harus melakukan kegiatan produksi dan konsumsi
didaerah barunya, namun pada awalnya mereka tidak bisa banyak melakukan
kegiatan produksi karena terbatasnya sumber daya manusia, capital dan peralatan.
Keadaan ini memaksa mereka mendatangkan sebagian besar kebutuhan mereka dari
daerah asal, yaitu Inggris. Ketika perusahaan-perusahaan di Inggris ingin
memasarkan atau menjual produknya ke orang-orang Amerika, timbul masalah
karena mereka tidak saling mengenal. Resiko tidak terbayarnya penjualan secara
kredit semakin besar bukan saja karena mereka tidak saling mengenal tetapi juga
karena jarak yang sangat jauh. Kondisi ini mendorong perusahaan-perusahaan di
Inggris untuk menemukan solusi mengenai sistem penjualan yang sesuai.
Perusahaan-perusahaan tertentu mulai tertarik untuk menjembatani atau sebagai
perantara antara pihak penjual di Inggris dengan pembeli di Amerika, perusahaan-
perusahaan ini selanjutnya mulai dikenal sebagai factor atau agen. Jasa yang
ditawarkan oleh factor pada waktu itu masih berkisar terutama pada pengurusan dan
pengalihan piutang saja.
Usaha factor ini menjadi semakin berkembang ketika perusahaan textile
Inggris memerlukan jasa penilaian kelayakan atas kredit dagang kepada pembeli di
Amerika. Mengingat factor ini dianggap sebagai perusahaan yang cukup
berpengalaman dalam berurusan dengan pembeli-pembeli di Amerika dan juga
berpengalaman dalam hal penyelesaian tagihan piutang. Maka perusahaan textile di
Inggris cenderung menggunakan jasa mereka untuk melakukan investigasi kredit
kepada pembeli di Amerika. Tugas factor dalam hal ini adalah menentukan
kelayakan suatu pembeli untuk memperoleh fasilitas pembelian dengan cara kredit
(credit worthiness) dan juga menentukan tingkat atau kemungkinan terbayarnya
suatu piutang dari penjualan textile secara kredit. Lama kelamaan, factor tidak hanya
memberikan jasa investigasi kredit saja tetapi sekaligus membeli faktur-faktur
penjualan textile dari perusahaan textile. Factor kemudian menguangkan atau
menagih faktur tersebut pada pembeli saat jatuh tempo.
Dalam perkembangannya, kegiatan pemberian jasa anjak piutang ini tidak
hanya diberikan oleh suatu perusahaan sebagai salah satu dari kegiatan usahanya,
tetapi juga oleh suatu perusahaan yang secara khusus bergerak dalam bidang anjak
piutang. Usaha mulai berkembang mulai dari Amerika Utara, kemudian berkembang
kebagian Amerika yang lain, lalu berkembang di Eropa dan kemudian keseluruh
dunia. Bidang usaha yang dilayani jasa anjak piutang berkembang dari semula
textile kebidang-bidang lain termasuk jasa.
Bisnis anjak piutang modern ini akhirnya berkembang ke Eropa,terutama
setelah berdirinya 3(tiga) grup anjak piutang internasional,yaitu:
1.Heller Overseas Corporation(Heller Group),dalam grup factoring ini Heller
berperan sebagai induk perusahaan dari mayoritas anggotanya dan bermarkas di
Chicago.
2.International Factors Group (IFG), di mana setiap grup ini tidak dikenal adanya
induk perusahaan,setiap anggota bebas satu sama lain tanpa adanya kaitan
permodalan.Grup ini hanya menerima satu anggota dari setip Negara,bermarkas di
Brussel.
3.Factors Chain International,di mana grup ini hampir sama dengan sistem
IFG,yakni tanpa kaitan permodalan antara sesama anggotanya.Namun grup ini dapat
menerima lebih dari satu anggota dari setiap Negara,bermarkas di Amsterdam.
Ketiga grup factoring ini telah memiliki anggota yang tersebar di seluruh dunia,yaitu
di negara negara seperti Eropa Barat,Amerika Utara,Jepang,Korea
Selatan,Australia,Selandia Baru,Afrika Selatan,Asean-termasuk Indonesia,Hong
Kong,dan berbagai Negara lainnya.
1. Pengertian
Factoring dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi anjak piutang.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20
Desember 1988,perusahaan anjak piutang adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian atau pengalihan serta pengurusan
piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan
dalam atau luar negeri.
Definisi diatas menjelaskan bahwa jasa yang diberikan dalam suatu kegiatan
atas anjak piutang adalah jasa pembiayaan dan jasa non pembiayaan atas piutang.
Pada kenyataannya kedua jenis ini tidak harus selalu ada dalam perjanjian anjak
piutang,perjanjian anjak piutang ada yang meliputi kedua jenis jasa tersebut dan ada
juga yang hanya meliputi salah satu jenis jasa diatas. Pada dasarnya pilihan atas
jenis jasa yang akan diberikan tergantung pada kesepakatan antar pihak factor dan
pihak klien.
Keputusan Menteri Keuangan tersebut diperbaharui dengan SK Menteri
Keuangan Nomor 448/KMK.017/2000 yang menyatakan bahwa Kegiatan
pembiayaan dalam bentuk pembelian atau pengalihan atau pengurusan piutang atau
penagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau
luar negeri. Pernyataan ini dipertegas oleh SK Menteri Keuangan Nomor 172/
KMK.06/2002 yang menyatakan bahwa kegiatan anjak piutang dilakukan dalam
bentuk pengalihan dan pembelian serta pengurusan piutang atau tagihan jangka
pendek dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.
Pihak yang terkait dalam kegiatan anjak piutang meliputi:
a. Perusahaan jasa anjak piutang (factor). Factor adalah pihak yang
memberikan jasa anjak piutang.
b. Klien (client). Klien adalah pihak yang menerima jasa anjak piutang dan
menjual barang dan jasa secara kredit kepada nasabah.
c. Nasabah (customer). Nasabah adalah pihak yang membeli barang atau jasa
dari klien dan mempunyai kewajiban berupa utang jangka pendek kepada
klien.
Berkaitan dengan definisi anjak piutang tersebut, dalam kegiatan anjak piutang
yang dilakukan di indonesia terdapat beberapa hal penting yang perlu digarisbawahi,
yakni:
1. Transaksi anjak piutang dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, anjak piutang
dengan pembiayaan (financing activity), yaitu dalam bentuk pembelian dan
pengalihan piutang dan,anjak piutang non – pembiayaan (non – financing
activity) yaitu dalam bentuk pengurusan piutang atau tagihan.
2. Transaksi anjak piutang dapat dilakukan untuk transaksi perdagangan
domestik (anjak piutang domestik) dan transaksi perdagangan antar negara
atau ekspor/impor (anjak piutang international)
3. Objek pembiayaan anajak piutang adalah piutang atau tagihan jangka pendek
suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.
4. Pembiayaan anjak piutang hanya dapat dilakukan kepada perusahaan, bukan
kepada individual atau orang – perorangan.
Kegiatan anjak piutang pada prinsipnya merupakan pemberian kredit kepada
supplier dengan cara membeli piutang atau tagihan kepada nasabahnya atau
costumer – nya. Namun yang sesungguhnya terjadi adalah pemberian kredit itu
diberikan oleh supplier kepada pembeli, hanya saja proses penagihannya
dilimpahkan kepada factor yang sebelumnya telah menandatangani perjanjian anjak
piutang.
Untuk lebih memperjelas pengertian anjak piutang seperti telah disebut di atas,
Gatot Wardoyo dalh makalahnya ” Beberapa aspek mengenai Factoring (Anjak
Piutang) ” mengemukakan bahwa anjak piutang bila ditinjau dari segi
mekanismenya, pada dasarnya merupakan kegiataan pengalihan piutang sebagai
tindak lanjut dari jual beli tagihan. Namun pengertian piutang dalam transaksi ini
harus diketahui dahulu secara secara pasti agar tidak menimbulkan salah pengertian
dalam segi pembahasan masalah yuridis.
Secara umum, piutang dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu piutang
yang berasal dari transaksi dagang dan yang berasal dari fasilitas pinjaman / kredit
(dibuktikan dengan perjanjian kredit).
Bila kedua jenis piutang tersebut diperbandingkan, maka akan terlihat unsur
– unsur sebagai berikut:
1. Piutang Dagang mempunyai ciri – ciri berikut:
a. Jangka, sebab seller sangat berkepentingan dengan kelancaran
perputaran modalnya.
b. Umumnya berasal dari transaksi jual beli barang atau jasa.
c. Jaminan kebendaan kurang diperhatikan karena lebih dititikberatkan
pada masalah pemeliharaan hubungan dagang. Kalaupun ada
jaminan, jumlahnya relatifnya kecil dibandingkan dengan nilai
tagihannya, yaitu berupa uang panjar atau uang muka.
2. Piutang dalam perkreditan, mempunyai ciri – ciri sebagai berikut:
a. Jangka waktu yang lebih lama, karena adanya kemungkinan untuk
dapat diperpanjang.
b. Berasal dari suatu perjanjian kredit.
c. Adanya suatu jaminan yang lebih bersifat riil / kebendaan dan pasti.
d. Dalam hubungan yang lebih formal antarapihak, misalnya ada
jaminan yang diikat secara yuridis disertai pemberian hak prefensi
kepada kreditur.
Kegiatan anjak piutang dapat dikatakan produk pembiayaan yang masih terbilang
baru di Indonesia, meskipun selama ini kita telah mengenal jenis pembiayaan yang
menyerupai aktivitas anjak piutang, yaitu kegiatan Account Receivable Financing
(Cheque Discounted). Kegiatan anjak piutang bukanlah kegiatan untuk
menggantikan kegiatan kegiatan Account Receivable Financing, melainkan
penyempurnaan dan melengkapi serta menambah alternatif pembiayaan untuk
memenuhi kebutuhan modal kerja dan meningkatkan kemampuan perputaran dana
(cash flow).
Adapun perbedaan yang mencolok antara Account Receivable Financing dan
kegiataan anjak piutang adalah sebagai berikut:
1. Kontrol
Dalam transaksi Account Receivable Financing, factor tidak dapat mengetahui
Cheque / Bilyet giro yang diserahkan client kepada factor, sehingga factor tidak
mengetahui siapa saja pelanggan client, kualitas cheque / Bilyet Giro serta factor
tidak mengetahui dengan pasti transaksi yang dilakukan antara client dan
customer.
Sedangkan dalam transaksi anjak piutang, factor dapat mengikuti transaksi
jual beli antara client dan customer melalui faktur dan surat jalan yang
diserahkan kepada factor.
Di samping, factor juga mengetahui karakter – karakter customer, sehingga
mudah melakukan kontrol terhadap aktivitas pembiayaan anjak piutang yang
diberikan serta dapat pula memberikan informasi kepada client apabila ada
customer yang nakal.
2. Plafond Kredit
Dalam transaksi anjak piutang biasanya factor dapat memberikan fasilitas
pembiayaan sampai 100% dari nilai faktur, sedangkan dalam Account
Receivable Financing sudah pasti lebih rendah. Tingginya plafon yang diberikan
factor kepada client, sudah barang tentu akan memberikan tambahan modal
kerja yang lebih baik.
3. Administrasi
Pada transaksi Account Receivable Financing, aktivitas administrasi yang
dilakukan terbatas pada aktivitas pencairan plafond dan penyimpanan Post
Dated Cheque, sedangkan dalam transaksi anjak piutang juga melakukan
pencatatan seluruh hasil penjualan kredit client yang dianjakpiutangkan,
memberikan laporan – laporan yang berhubungan dengan piutang yang dialihkan
ke factor dan juga dapat melakukan penagihan kepada customer.
4. Pengikatan
Pengikatan dalam transaksi Account Receivable Financing biasanya melakukan
pengikatan pokok berupa perjanjian kredit dan pengakuan utang serta ditambah
dengan pengikatan cessie piutang dan jaminan yang dapat dibuat secara notaris
ataupun bawah tangan, sedangkan pengikatan anjak piutang berdasarkan
perjanjian anjak piutang ditambah pengikatan jaminan dari client. Pengikatan
anjak piutang lebih sederhanaa dibandingkan dengan Account Receivable
Financing dan apabila dibuat secara notaris biaya lebih murah.
5. Aktivitas
Kegiatan anjak piutang lebih luas dibandingkan dengan Account Receivable
Financing, hal ini dimungkinkan karena anjak piutang dapat dijadikan
alternative pengganti Letter Of Credit untuk transaksi ekspor dan impor satu
negara dan negara lainnya.
Untuk selanjutnya istilah – istilah anjak piutang ini akan kami gunakan terus dalam
buku yang membahas anjak piutang ini.
Berdasarkan uraian di atas, kiranya anajak piutang dapat dijadikan sebagai alternatif
pembiayaan, sebagai pengganti kredit perbankan, terutama bagi industri kecil dan
menengah yang saat ini banyak banyak mengalami kendala, lebih – lebih di saat
krisis moneter tengah melanda indonesia. Dengan demikian, anjak piutang
diharapkan dapat membantu proses modernisasi perekonomian bangsa.
Adapun pokok-pokok isi surat keputusan menteri keuangan ini dapat kami
kemukakan sebagai berikut:
1. Piutang Dagang:
a) Jangka pendek, sebab seller sangat berkepentingan dengan kelancaran
perputaran modalnya.
b) Umumnya berasal dari trasaksi jual beli barang/jasa.
c) Jaminan kebendaanb kurang diperhatikan karena lebih dititikberatkan kepada
masalah hubungan dagang. Kalau memeng ada jaminan relative kecil
dibandingkan dengan nilai tagihannya, yaitu berupa uang panjar atau uang
muka.
Dalam kegiatan anjak piutang yang berlaku di Indonesia, yang dimaksud piutang
adalahpiutang yang timbul dari transaksi dagang seperti yang dirumuskan dalam
pasal 1 ayat 8. Keputusan Presiden RI no. 61/1988 dan pasal 6 Keputusan Metri
Keuangan no.1251/KMK.131/1988 yang kemudian dipertegas dengan pasal 1 angka
1 Keputusan Menteri Keuangan no. 172/KMK/2002.
Objek dari kegiatan anjak piutang adalah piutang yang berasal dari transaksi dagang.
Penyerahan piutang atas bawa cukup dilakukan secara fisik dari surat bukti piutang
kepada pihak factor oleh pihak penjual/klien.
Dengan penyerahan tersebut pihak factor sudah dapat dikatakan sebagai pemilik sah
atas piutang tersebut dan dilindungi pula oleh pasal 529 KUH Perdata yang pada
pokoknya menyatakan bahwa kedudukan seseorang yang menguasai,
mempertahankan, dan menikmati suatu kebendaan bergerak adalah sebagai pemilik.
Maka dapat dikatakan siapa pun yang membawa piutang tersebut adalah pemiliknya,
dalam hal ini adalah factor.
Penyerahan piutang atas unjuk (order) harus dilakukan dengan endosemen, yaitu
dengan cara membuat suatu keterangan mengenai pengalihan piutang tersebut di
halaman belakang dari surat piutang tersebut, dari pihak penjual/klien kepada factor
dan harus ditandatangani oleh pihak penjual/klien sehingga factor disebut
geendoserde dan pihak penjual/ klien disebut endosan.
Penyerahan piutang yang dibuat dengan bentuk atas nama penjual/klien, harus
dilakukan dengan cara cessie, yaitu suatu cara pengalihan piutang dengan membuat
akta otentik (dibuat oleh notaris sebagai pejabat khusus), atau di bawah tangan
(dibuat cukup oleh para pihak) sehingga pihak penjual /klien menjadi cedent dan
pihak factor menjadi cessionaris.
Bila diadakan perbandingan antara endosemen dan penyerahan fisik atas surat
piutang di satu pihak, terlihat bahwa piutang yang dibuat op naam ( atas nama
penjual/klien) memerlukan keterlibatan pembeli atau customer, yaitu minimal
pemberitahuan padanya. Tetapi akan lebih kuat bagi factor bila pembeli atau
customer dapat memberikan persetujuan tertulis. Tentunya akan lebih baik lagi jika
perjanjian anjak piutang dibuat segitiga antara factor, penjual/klien, dan pembeli/
customer.
Untuk itu hal-hal di bawah ini perlu diperhatikan oleh factor dalam membuat
perjanjian anjak piutang menurut tata hukum Indonesia, yaitu :
1. Ketentuan pasal 1320 KUH Perdata, yaitu yang mengatur syarat-syarat sahnya
suatu perjanjian.
2. Pasal 1534 KUH Perdata yang pada pokoknya menyatakan penjual/klien
bertanggung jawab akan piutang yang dijualnya tersebut, yaitu harus benar-
benar ada pada waktu diserahkan. Meskipun perjanjian ini tidak disertai adanya
jaminan dari pihak penjual/klien (recourse and without recourse factoring). Hal
ini kiranya sangat logis karena menyangkut objek dari suatu perjanjian dan
tentunya pihak factor juga tidak akan gegabah dalam menganalisis piutang
tersebut. Namun, bila dikaji secara yuridis, tanggung jawab pihak penjual/klien
harus diberikan legalitasnya, karena Indonesia bukan penganut system hukum
kebiasaan.
3. Pasal 1535 KUH Perdata, pada pokoknya menyatakan penjual/klien tidak
bertanggung jawab tentang kemampuan pembayar dari pihak pembeli/customer,
kecuali penjual/klien meningkatkan diri untuk memberikan jaminan atas
kemampuan membayar pihak pembeli/customer, tetapi dengan batas sebesar
harga penjualan piutang yang telah diterimanya. Pasal ini sebenarnya
memberikan pembatasan yang tegas mengenai tanggung jawab pihak
penjual/klien yang menurut pasal 1534 tampak tidak tegas.
4. Pasal 1536 KUH Perdata lebih merinci lagi tentang tanggung jawab
penjual/klien tersebut, yaitu dalam hal penjual/klien menjamin kemampuan
membayar pihak pembeli/customer. Namun, dibatasi hanya untuk waktu
sekarang, buakn untuk waktu kemudian hari, kecuali penjual/klien mengikatkan
diri untuk waktu yang akan datang juga. Hal ini tentu saja mempengaruhi harga
jual piutang tersebut.
5. Perlu juga diperjanjikan mengenai biaya yang timbul,sebab menurut 1466 ayat 1
KUHP perdata,biaya akta jual beli di pikul oleh pembeli,dalam halini factor,
kecualidiperjanjikan lain.
Q.Undang Undang yang terakhir ini merupakan keputusan Menteri Keuangan
mengenai Lembaga Keuangan Bukan Bank,yang belum lama ini dikeluarkan :
Menimbang :
a. bahwa prinsip mengenal nasabah dan pelaporan transaksi yang mencurigakan
masih belum diterapkan di lingkungan industri-industri Perasuransian, Dana Pensiun
dan Lembaga Pembiayaan (Perusahaan pembiayaan dan Modal Ventura);
b. bahwa guna menciptakan industri keuangan non bank yang sehat dan berstandar
internasional serta terlindungi dari kemungkinan disalahgunakan untuk kejahatan
keuangan maka diperlukan penerapan prinsip mengenal nasabah dan pelaporan
transaksi yang mencurigakan;
c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu diatur ketentuan tentang
kewajiban penerapan prinsip mengenal nasabah termasuk pelaporan transaksi yang
mencurigakan bagi Lembaga Keuangan Non Bank;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir a, b dan c,
perlu menetapkan Keputusan Menteri Keuangan tentang Penerapan Prinsip
Mengenal Nasabah;
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1992; Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3467);
2. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1992; Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3477);
3. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002; Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4191);
4. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 1988);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP
MENGENAL NASABAH BAGI LEMBAGA KEUANGAN NON BANK.
BAB 1
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan:
1. Perusahaan Perasuransian adalah perusahaan perasuransian sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang tentang Usaha Perasuransian.
2. Dana Pensiun adalah Dana Pensiun sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang tentang Dana Pensiun.
3. Lembaga Pembiayaan adalah lembaga pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam
Keputusan Presiden tentang Lembaga Pembiayaan.
4. Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB) adalah Perusahaan Perasuransian, Dana
Pensiun dan Lembaga Pembiayaan (Perusahaan Pembiayaan dan Modal Ventura).
5. Prinsip Mengenal Nasabah adalan prinsip yang diterapkan Lembaga Keuangan
Non Bank untuk mengetahui identitas nasabah dan memantau kegiatan transaksi
nasabah termasuk pelaporan transaksi yang mencurigakan.
6. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa LKNB, termasuk tetapi tidak
terbatas pada :
a.Pemegang polis dan atau tertanggung pada Perusahaan Asuransi;
b. Peserta dan atau pihak yang berhak pada Dana Pensiun;
c.Klien atau Penjual Piutang pada kegiatan Anjak Piutang;
d. Konsumen pada kegiatan Pembiayaan Konsumen;
e. Lessee atau Penyewa Guna Usaha pada kegiatan leasing atau Sewa Guna Usaha;
f. Pemegang kartu kredit pada usaha kartu kredit; dan
g. Perusahaan Pasangan Usaha pada kegiatan Modal Ventura.
7. Rekening adalan rincian catatan yang lengkap mengenai Nasabah termasuk tetapi
tidak terbatas pada identitas, transaksi atau perikatan antara LKNB dengan Nasabah.
8. Transaksi yang mencurigakan adalah transaksi yang menyimpang dari profil,
karakteristik serta kebiasaan pola transaksi dari Nasabah yang bersangkutan dan atau
yang menggunakan dana yang diduga berasal dari hasil kejahatan.
9. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) adalah lembaga
yang dibentuk berdasarkan Undang-undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
10. Perikatan adalah perjanjian antara LKNB dengan nasabah, termasuk tetapi tidak
terbatas pada :
a. penutupan polis pada Perusahaan Perasuransian;
b. pendaftaran program pensiun pada Dana Pensiun;
c.perjanjian sewa guna usaha;
d. perjanjian pembiayaan konsumen;
e. perjanjian anjak piutang;
f. pembukaan rekening kartu kredit; dan
g. perikatan antara Perusahaan Modal Ventura dari Perusahaan Pasangan Usaha.
BAB II
PRINSIP MENGENAL NASABAH
Bagian Pertama
Kewajiban Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah
Pasal 2
LKNB wajib menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah.
Pasal 3
Dalam rangka menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2, LKNB
wajib:
a. menetapkan kebijakan penerimaan Nasabah;
b. menetapkan kebijakan dan prosedur dalam mengidentifikasi Nasabah;
c.menetapkan kebijakan dan prosedur pemantauan terhadap rekening dan transaksi
Nasabah; dan
d. menetapkan kebijakan dan prosedur manajemen risiko yang berkaitan dengan
penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.
Bagian Kedua
Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah
Pasal 4
(1)Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah oleh Lembaga Keuangan Non Bank
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilakukan sebagai berikut:
a.Menyusun kebijakan dan prosedur Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah yang
dituangkan dalam Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah;
b. Menetapkan dan menyampaikan Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip
Mengenal
Nasabah kepada Menteri Keuangan paling lambat 3 (tiga) bulan sejak
diberlakukannya
Keputusan Menteri Keuangan ini;
c.Setiap perubahan terhadap Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal
Nasabah
wajib disampaikan kepada Menteri Keuangan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
sejak
ditetapkannya perubahan tersebut;
d. Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, LKNB wajib menerapkan kebijakan
mengenal Nasabah bagi Nasabah baru dan atau perikatan baru sejak ditetapkannya
Pedoman tersebut; dan
e. Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, LKNB wajib menerapkan kebijakan mengenal Nasabah
bagi
Nasabah yang sudah ada, termasuk pengkinian database Nasabah, paling lambat 18
(delapan belas) bulan sejak diberlakukannya Keputusan Menteri Keuangan ini.
(2)Ketentuan mengenai Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal
Nasabah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Direktur Jenderal Lembaga Keuangan.
Bagian Ketiga
Kebijakan Penerimaan Dan Identifikasi Nasabah
Pasal 5
(1)Sebelum melakukan perikatan dengan Nasabah, LKNB wajib rneminta informasi
mengenai
a. identitas calon Nasabah;
b. maksud dan tujuan melakukan transaksi atau perikatan dengan LKNB;
c.informasi lain yang memungkinkan LKNB untuk dapat mengetahui profil calon
Nasabah;dan
d. identitas pihak lain, dalam hal calon Nasabah bertindak untuk dan atas nama
pihak lain
sebagaimana diatur dalam Pasal 6.
(2) Identitas calon Nasabah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dapat
dibuktikan dengan
keberadaan dokumen-dokumen pendukung sebagai berikut :
a. Nasabah perorangan paling kurang terdiri dari
1) identitas Nasabah yang memuat:
a) nama;
b) alamat tinggal tetap;
c) tempat dan tanggal lalnr;
d) kewarganegaraan;
2) keterangan mengenai pekerjaan;
3) spesimen tanda tangan; dan
4) keterangan mengenai sumber dana dan tujuan penggunaan dana, dengan catatan
bahwa
untuk perusahaan perasuransian dan dana pensiun lebih difokuskan pada keterangan
mengenai sumber dana sedangkan untuk lembaga pembiayaan lebih difokuskan
pada
tujuan penggunaan dana;
b. Nasabah perusahaan paling kurang terdiri dari
1) dokunien perusahaan
a) Akte pendirian atau anggaran dasar bagi perusahaan yang bentuknya diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b) Izin usaha atau izin lainnya dan instansi yang berwenang;
c) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi Nasabah yang diwajibkan untuk
memiliki NPWP sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
2) Nama, spesimen tanda-tangan dan kuasa kepada pihak-pihak yang ditunjuk
mempunyai
wewenang bertindak untuk dan atas nama perusahaan dalam melakukan hubungan
usaha dengan LKNB;
3) Dokumen identitas pihak-pibak yang ditunjuk mempunyai wewenang bertindak
untuk
dan atas nama perusahaan; dan
4) Keterangan sumber dana dan tujuan penggunaan dana, dengan catatan bahwa
untuk
perusahaan perasuransian dan dana pensiun lebih difokuskan pada keterangan
mengenai sumber dana sedangkan untuk lembaga pembiayaan lebih difokuskan
pada
tujuan penggunaan dana.
(3) LKNB wajib meneliti keabsaban dan kebenaran dokumen pendukung identitas
calon Nasabah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).
(4)Apabila diperlukan, LKNB dapat melakukan wawancara dengan calon Nasabah
untuk dapat meneliti dan meyakini keabsahan dan kebenaran dokumen sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3).
Pasal 6
(1)Dalam hal calon Nasabah bertindak sebagai perantara dan atau kuasa pihak lain
(beneficial owner) untuk melakukan Perikatan, LKNB wajib memperoleh dokumen
pendukung sebagaimana dimaksud dalani Pasal 5 ayat (2) mengenai calon Nasabah
tersebut dan hubungan hukum, penugasan, serta kewenangan bertindak sebagai
perantara dan atau kuasa pihak lain.
(2) LKNB juga wajib niernperoleh bukti atas identitas dari beneficial owner, suniber
dana dan tujuan penggunaan dana, serta informasi lainnya mengenai beneficial
owner dari calon Nasabah,yang antara lain berupa :
a.bagi beneficial owner perorangan :
1) dokumen pendukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a; dan
2) pernyataan dari calon Nasabah bahwa telah dilakukan penelitian terhadap
kebenaran
identitas maupun sumber dana dari beneficial owner;
b. bagi beneficial owner perusahaan termasuk LKNB
1) dokumen pendukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b; dan
2) pernyataan dari calon Nasabah bahwa telah dilakukan penelitian terhadap
kebenaran
identitas maupun sumber dana dari beneficial owner.
Pasal 7
LKNB dilarang melakukan, Perikatan dengan calon Nasabah yang tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan atau Pasal 6.
Bagian Keempat
Pemantauan Rekening Dari Transaksi Nasabah
Pasal 8
LKNB wajib menatausahakan dan menyimpan dokumen-dokumen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 dari Pasal 6 dalam jangka waktu sampai dengan paling
kurang 5 (lima) tahun sejak Nasabah mengakhiri perikatan dengan LKNB.
Pasal 9
LKNB wajib melakukan pengkinian data dalam hal terdapat perubahan terhadap
dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud dalain Pasal 5 atau Pasal 6.
Pasal 1 0
LKNB wajib memelihara profit Nasabah yang paling kurang meliputi informasi
inengenai :
a.pekerjaan atau bidang usaha;
b. jumlah penghasilan;
c. Perikatan lain yang dimiliki pada LKNB yang bersangkutan; dan
d. aktivitas transaksi normal.
Bagian Kelima
Manajemen Risiko
Pasal 11
Kebijakan dan prosedur manajemen risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf d paling kurang mencakup
a.pengawasan oleh direksi dan komisaris atau pengurus dan pengawas LKNB
(management oversight);
b. pendelegasian wewenang;
c.pemisahan tugas;
d. sistim pengawasan intern termasuk audit intern; dan
e.program pelatihan karyawan mengenai penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.
BAB III
PELAPORAN TRANSAKSI YANG MENCURIGAKAN
Pasal 12
LKNB wajib menyusun prosedur untuk pengidentifikasian dan pelaporan transaksi
yang
mencurigakan, sebagai bagian dari Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip
Mengenal Nasabah.
Pasal 13
(1) LKNB wajib melaporkan kepada Menteri Keuangan apabila terjadi transaksi
yang
mencurigakan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah transaksi mencurigakan
tersebut
diidentifikasi oleh LKNB, dengan menggunakan format pada Lampiran Keputusan
Menteri Keuangan ini.
(2)Informasi mengenai transaksi yang mencurigakan dan pelaporan atas transaksi
yang
mencurigakan tersebut bersifat rahasia.
(3) LKNB, pejabat LKNB atau karyawan LKNB dilarang memberitahukan kepada
nasabah yang bersangkutan atau pihak lain mengenai pelaporan yang dilakukan oleh
LKNB berdasarkan ayat (1) di atas.
Pasal 14
Contoh-contoh dari bentuk transaksi yang mencurigakan ditetapkan lebih lanjut
dengan Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan.
Pasal 15
Penyampaian Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b dan atau transaksi yang
mencurigakan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (1) ditujukan kepada
Menteri Keuangan dengan ketentuan sebagai berikut:
a.untuk LKNB yang termasuk dalam industri perasuransian melalui Direktur
Asuransi detail alamat :
Direktorat Asuransi, Departemen Keuangan,
Dr. Wahidin No. 1, Gedung A lantal 8,
Jakarta - 10710
b. untuk LKNB yang termasuk dalam industri Dana Pensiun melalui Direktur Dana
Pensiun denganalamat :
Direktorat Dana Pensiun, Departemen Keuangan,
Jl. Dr. Wahidin No. 1, Gedung A lantai 8,
Jakarta - 10710;
C. untuk LKNB yang termasuk dalam industri Lembaga Pembiayaan (Perusahaan
Pembiayaan dan Modal Ventura) melalui Direktur Perbankan dan Usaha Jasa
Pembiayaan dengan alamat :
Direktorat Perbankan dan Usaha Jasa Pembiayaan, Departemen Keuangan, Jl. Dr.
Wahidin No. 1,
Gedung A lantai 7,
Jakarta - 107 1 0
BAB IV
PELAKSANA DAN FASILITAS PENDUKUNG
Pasal 16
Direksi atau Pengurus LKNB wajib bertanggung jawab atas penerapan Prinsip
Mengenal Nasabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.
Pasal 17
LKNB wajib membentuk unit kerja khusus atau menunjuk petugas khusus yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.
Pasal 18
(1) LKNB wajib memiliki sistem informasi yang memadai untuk dapat
mengidentifikasi,
menganalisis, memantau dan menyediakan laporan secara efektif mengenai
karakteristik
transaksi yang dilakukan oleh Nasabah.
(2)Sistem informal tersebut harus dapat memungkinkan LKNB untuk menelusuri
setiap transaksi,apabila diperlukan, termasuk untuk penelusuran atas identitas
Nasabah, bentuk transaksi, tanggal transaksi, jumlah dan denominasi transaksi, dan
sumber dana yang digunakan untuk transaksi.
(3) LKNB wajib menerapkan sistem informasi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak diberlakukannya Keputusan Menteri
Keuangan ini.
Pasal 19
LKNB wajib melaksanakan program pelatihan bagi karyawan LKNB untuk
penerapan Prinsip Mengenal Nasabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf
e yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.menyusun program pelatihan bagi karyawan LKNB untuk penerapan Prinsip
Mengenal Nasabah;
b. menyampaikan program pelatihan bagi karyawan LKNB untuk penerapan Prinsip
Mengenal Nasabah kepada Menteri Keuangan, paling lambat 3 (tiga) bulan sejak
diberlakukannya Keputusan Menteri Keuangan ini; dan
c. melaksanakan program pelatihan bagi karyawan LKNB untuk penerapan Prinsip
Mengenal Nasabah sesuai dengan jadwal program yang telah disusun.
BAB V
PEMERIKSAAN KETAATAN
Pasal 20
(1) Direktur Asuransi, Direktur Dana Pensiun dan Direktur Perbankan dan Usaha
Jasa
Pembiayaan Departemen Keuangan melakukan pemeriksaan ketaatan terhadap
ketaatan
LKNB dalam memenuhi kewajiban-kewajiban yang ditentukan di dalam Keputusan
Menteri Keuangan ini.
(2) Ketentuan mengenai pelaksanaan pemeriksaan ketaatan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) di atas diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal
Lembaga Keuangan.
BAB VI
SANKSI
Pasal 21
(1)Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam Pasal 4 ayat (1), Pasal 5 ayat
(1), ayat (2) dan ayat (3), Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9,
Pasal 10, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1) dan ayat (3), Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18 ayat
(1) dan ayat (3), dan atau Pasal 19 dikenai sanksi administratif.
(2)Ketentuan mengenai bentuk sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
ayat
(1) diaturIebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
(1)Ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Pasal 13 dan Pasal 14 berlaku sampai
dengan diberlakukannya ketentuan sejenis yang dikeluarkan oleh Pusat Pelaporan
dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) berdasarkan Undang-undang tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang.
(2)Setelah diberlakukannya ketentuan PPATK sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), dokumen dan laporan yang telah disampaikan oleh LKNB kepada Menteri
Keuangan berdasarkan Pasal 13 ayat (1) dialihkan kepada PPATK.
Pasal 23
Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan Menteri
Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
30 Januari 2003
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BOEDIONO
Adapun jasa yang dapat diberikan dalam anjak piutang non-financing ini meliputi
jasa-jasa sebagai berikut:
1. Credit Investigation
Factor sebelum memutuskan untuk memberikan pembiayaan atas suatu tagihan,
harus terlebih dahulu mengetahui secara akurat tentang bonafiditas buyer,
reputase dan mainline of bussines dari buyer, dan lain-lain yang berkaitan
dengan kemungkinan-kemungkinan dibayarnya piutang.
Selain itu, masih terdapat hal-hal yang harus diperhatikan oleh factor sebelum
melakukan pembiayaan anjak piutang, hal ini seperti dikemukakan oleh Sachaimi El
Haitammy dalam tulisannya yang berjudul, “ Factoring Alternatif Pengembangan
Produk Baru “, Yaitu :
1. Historikal Financing statement;
2. Forecasted financing statement
3. A customer list;
4. Average size sales invoices;
5. A projection of each customer peak exposure;
6. The standard term of sales and any special term offered selcted customers;
7. Historicals sales return, allowance and disputes;
8. Merchandise offered for sales
9. An account receivable aging.
Untuk itu, biasanya factor akan menghindari ataupun tidak bersedia melakukan
pembiayaan anjak piutang jika transaksi dagang antara client dan curtomer,
mempunyai bentuk-bentuk transaksi dagang dalam negeri sebagai berikut:
1. Transaction with down payment ( Penjualan dengan uang muka)
Transaksi penjualan dengan uang muka, biasanya dilakukan antara penjual
dengan pembeli dimana barang/jasa yang akan diserahkan kepada pembeli
masih membutuhkan waktu untuk menyelesaikannya. Untuk memberikan
kepastian, pembeli biasanya akan memberikan tanda jadi uang muka sebagai
ikatan terhadap kontrak jual beli tersebut. Penjual selanjutnya akan
menyelesaikan pesanan barang/jasa sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan dan setelah selesai maka pembeli akan membayar sisa
pembayaran kepada penjual.
Apabila trasaksi ini dibiayai oleh factor, maka posisi factor sangat lemah
atau kurang menguntungkan.hal ini dimungkinkan apabila terjadi pembelian
yang tidak dilanjutkan kembali oleh pembeli atau terjadi keterlambatan
penyerahan barang yang pada akhirnya akan terjadi keterlambatan
pembayaran serta cacatnya perjanjian jual beli.
7. Credit Term More Than 180 Days (pembayaran lebih dari 180 hari)
Transaksi dagang yang mempunyai tenggang waktu yang terlampau lama
harus di antisipasi oleh factor. Hal ini penting untuk di analisis untuk
mengetahui mengapa client dan curtomer melakukan trasaksi ini. Sebab
secara umum transaksi perdagangan dengan tenggang pembayaran begitu
lama jarang terjadi, kecuali trasaksi fictive ataupun transaksi antar
perusahaan dalam satu grup perusahaan.
10. Hit and Run, One Time, Incidental Transaction (Penjualan yang
bersifat Insidental/ sekali-sekali)
Transaksi yang dilakukam oleh klien dan customer yang bersifat Hit and Run
atau sekali-sekali dilakukan atau transaksi yang besifat incidental perlu
diwaspadai factor, karena transaksi jenis ini biasanya mengandung bahaya
dan kemungkinan tidak tertagih besar.
Selain kesepuluh bentuk transaksi dagang yang selalu dihindari oleh factor
seperti diatas, masih terdapat bentuk transaksi dagang yang kurang cocok
dengan jiwa transaksi anjak piutang, yaitu penjualan yang tidak menginginkan
adanya pengalihan piutang ( non-assignable clause) dan penjualan lainnya
dimana kepastian pembayaran oleh customer/pembeli masih tergantung syarat-
syarat lainnya.
Sedangkan khusus untuk transaksi export/anjak piutang internasional, terdapat
beberapa transaksi export yang tidak dapat difactorkan ataupun selalu dihindari
oleh factor untuk dibiayai, yaitu:
1. bila transaksi memuat persyaratan progress payment, part payment,
retention, atau deposit oleh importir;
2. Bila ada persyaratan contra sale, consignment sale dengan return
arrangement.
3. Bila credit term melampaui 180 hari;
4. Bila mayoritas export ditujukan kepada pemerintah dari Negara tujuan.
5. Bila mayoritas export ditujukan kepada importer yang ada kaitannya
dengan exporter (Importir adalah associated atau related companies dari
expotir)
Mengingat kondisi tersebut diatas, factor harus sangat berhati-hati dalam memilah-
milah transaksi perdagngan yang terbaik untuk dibiayai. Jika terjadi kesalahan
dalam menganalisis, sudah barang tentu factor akan mengalami kerugian dan
masalah. Disinilah letaknya bagaimana factor dapat dengan jeli melihat keberadaan
dan keabsahan suatu transaksi dagang.
BAB 4 : JENIS – JENIS
ANJAK PIUTANG
Kegiatan anjak piutang pada dasarnya dapat dibagi menjadi beberapa jenis,
namun dalam buku ini kami akan membedakan anjak piutang ke dalam 4 (empat)
sudut pandang, yaitu dilihat dari segi skala kegiatan, dari segi penaggungan risiko,
dari sudut pemberitahuan kepada customer, dan dari segi cara jasa yang diberikan.
Sebelum menerangkan tentang jenis – jenis anjak piutang berdasarkan 4
(empat) konsep tersebut, kami akan menerangkan terlebih dahulu konsep
perdagangan barang atau jasa tanpa anjak piutang.
PABRIKAN
CUSTOMER
Dalam gambar hwa pabrik tekstil menjual produknya kepada Customer, misalnya
Department Store, disertai invoice yang bertalian, misalkan dengan fasilitas
penjualan secara kredit selama 120 hari. Pabrik tekstil tidak mempunyai pilihan lain
kecuali menunggu selama 120 hari lagi untuk menerima pembayaran atas penjualan
yang telah dilakukan.
Keharusa menunggu selama 120 hari sangat memberatkan pabrik tekstil karena
modal kerja yang diperlukan menjadi sangat banyak namun tertanam dalam jangka
waktu yang cukup lama. Hal inilah yang dijadikan dasar oleh factor untuk
melakukan transaksi kepada client.
Adapun jenis – jenis anjak piutang berdasarkan keempat sudut pandang tersebut
adalah sebagai berikut:
a Disclosed factoring
Penyerahan atau penjualan piutang oleh klien kepada factor dalam disclosed
factoring adalah dengan sepengetahuan pihak nasabah (melalui pemberitahuan
atau notifikasi). Mengingat pihak nasabah telah mengetahui adanya pengalihan
piutang kepada factor, makahak penagihan piutang dapat dialihkan kepada factor
sehingga pada saat jatuh tempo, nasabah dapat melunasi utangnya melalui factor.
Secara praktis, tipe disclosed factoring memungkinkan pemberian jasa
penagihan piutang kepada klien oleh factor.
b Undisclosed factoring
Penyerahan atau penjualan piutang oleh klien kepada factor dalam unclosed
factoring adalah tanpa sepengetahuan pihak nasabah (melalui pemberitahuan
atau notifikasi). Mengingat pihak nasabah tidak mengetahui adanya pengalihan
piutang kepada factor, maka hak penagihan piutang tidak dapat dialihkan kepada
factor sehingga pada saat jatuh tempo, nasabah tetap harus melunasi utangnya
melalui factor. Secara praktis, tipe disclosed factoring tidak memungkinkan
pemberian jasa penagihan piutang kepada klien oleh factor, kecuali terjadi
pelanggaran atau cidera janji yang dilakukan oleh nasabah.
3. Pengalihan resiko
Perjanjian anjak piutang perlu menetapkan apakah dalam pengalihan resiko
dilakukan syarat:
a Without recourse yaitu resiko tidak terbayarnya faktur atau piutang oleh
pelanggan berada pada perusahaan factoring
b With course yaitu resiko tidak terbayarnya piutang berada pada klien
4. Pengalihan piutang
Dalam pelaksanaan pengalihan piutang (cessie) perlu diatur ketentuan antara lain
sebagai berikut:
a Pengalihan piutang harus dibuat dalam suatu akta di bawah tangan atau akta
otentik dengan melampirkan dokumen-dokumen yang mendukung.
b Setiap faktur yang dialihkan seyogianya mencantumkan keterangan yang di
dalamnya menerangkan bahwa faktur tersebut sudah dialihkan kepada pembeli
(perusahaan factoring)
5. Notifikasi
Pemberitahuan atas pengalihan piutang meliputi hal-hal sebagai berikut:
a Pengalihan piutang oleh klien kepada perusahaan factoring harus
diberitahukan kepada pelanggan dan disetujui atau diakui oleh pejabat yang
berwenang dari pihak pelanggan
b Pemberitahuan ini merupakan tanggung jawab dari klien
c Pemberitahuan oleh klien ini hanya diperlukan sekali untuk setiap pelanggan
pada waktu pengalihan pertama
d Persetujuan atau pengakuan terhadap pemberitahuan ini oleh pelanggan dapat
pula dilakukan dengan persetujuan terhadap instruksi pembayaran
e Pemberitahuan ini tidak diharuskan untuk kegiatan anjak piutang semacam
invoice discounting factoring maupun undiscounted factoring
6. Syarat pembayaran
Klien diminta untuk menjamin bahwa setiap piutang yang dijual harus memiliki
persyaratan yang sama dengan persyaratan penjualan yang disetujui oleh
perusahaan factoring sebelumnya. Pembayaran oleh customer (debitor)
dilakukan langsung kepada perusahaan factoring dari waktu ke waktu.
7. Perubahan persyaratan
Klien diwajibkan memberitahukan perusahaan factoring secara tertulis setiap
ada rencana perubahan atas ketentuan-ketentuan dan persyaratan kredit yang
diberikan kepada debitor sepanjang yang berkaitan dengan piutang atau tagihan
yang dijual tersebut
8. Tanggungjawab klien atas debitor
Klien harus membayar kepada perusahaan factoring dengan nilai piutang yang
dijual klien apabila terdapat hal-hal berikut:
a Debitor tidak mengakui kebenaran piutang atau jumlah piutang yang harus
dibayar debitor
b Debitor tidak membayar sebagian atau tidak sepenuhnya melunasi tagihan
yang telah jatuh tempo
c Debitor mengalami kebangkrutan
d Klien melakukan wanprestasi atau melanggar ketentuan kontrak dengan
debitor yang menimbulkan adanya tagihan tersebut
9. Jaminan klien
a Klien harus menjamin bahwa hak perusahaan factoring atas piutang yang
dibelinya tersebut tidak menjadi dihapus
b Klien tidak diperbolehkan membuat pernyataan lunas atas suatu piutang yang
telah dijual tanpa persetujuan tertulis dari perusahaan factoring
c Klien harus selalu memenuhi kesepakatan atau ketentuan-ketentuan perjanjian
dengan debitor yang berkaitan dengan piutang yang dijual kepada perusahaan
factoring
d Perusahaan factoring dapat melakukan pemeriksaan dan mengkopi dokumen
yang ada dikantor klien yang berkaitan dengan tagihan-tagihan yang
dimaksud.
Lingkup Pelayanan
Pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses anjak piutang dapat berlokasi
dalam suatu wilayah negara yang sama dan dapat juga berlokasi dalam wilayah yang
berbeda. Apabila ditinjau atas dasar kedudukan geografis dari pihak-pihak yang
terlibat dalam proses anjak piutang tersebut maka anjak piutang dapat dibedakan
menjadi:
a Domestic factoring
Pihak-pihak yang terlibat dalam domestik factoring berkedudukan dalam satu
wilayah negara. Apabila dilakukan dalam lingkup domestik, prosesnya adalah
sebagai berikut; klien melakukan transaksi jual beli dengan pihak konsumen.
Penyerahan barang/jasa diikuti dengan penagihan yang diwujudkan dalam dokumen
berupa faktur (invoice). Dokumen tersebut selanjutnya akan diserahkan kepada
perusahaan anjak piutang dan klien yang akan mendapatkan pembayaran setelah
dikurangi dengan diskonto. Bila telah jatuh tempo, konsumen akan langsung
melakukan pembayaran kepada pihak perusahaan anjak piutang secara penuh.
Kemudian perusahaan anjak piutang akan menyerahkan kembali dokumen yang
telah dilunasi tersebut beserta dengan tagihan yang tidak ikut dibiayai.
Supplier/klien/penjual
Keterangan:
1. perjanjian
2. jual beli barang secara kredit
3. pengalihan/penjualan piutang (dengan penyerahan dokumen penjualan)
4. pembayaran (uang muka sejumlah x% dari nilai piutang)
5. penagihan
6. pelunasan (100%)
7. pelunasan piutang (100%-uang muka x%)
b International factoring
Pihak-pihak yang terlibat dalam international factoring berkedudukan dalam
wilayah negara yang berbeda terutama perbedaan kedudukan antara
klien/pemasok dengan kedudukan nasabah. Dalam kegiatan anjak piutang
dengan lingkup internasional, ada empat pihak yang terkait dalam kegiatan
tersebut: eksportir, importir, export factor, dan import factor. Prosesnya adalah
sebagai berikut; eksportir membuat perjanjian dengan pihak perusahaan anjak
piutang dan mengajukan limit kredit sehubungan dengan rencana ekspor. Dalam
proses tersebut, perusahaan anajak piutang melakukan kerjasama dengan
perusahaan serupa (import factor) di luar negeri, tempat negara tujuan ekspor.
Pihak perusahaan anjak piutang diluar negeri melakukan serangkaian verifikasii
terhadap calon importir. Apabila tidak ada permasalahan, eksportir mengirimkan
barang dan menyerahkan faktur dengan perintah bahwa importir melakukan
pembayaran kepada perusahaan anjak piutang yang telah ditunjuk (import
factor). Eksportir menyerahkan salinan faktur kepada perusahaan anjak piutang
di dalam negeri (export factor) dan akan melakukan pembayaran kepada
eksportir. Export factor kemudian memberikan perintah kepada import factor
untuk melakukan penagihan kepada importir dan menerima pembayaran pada
saat jatuh tempo.
Penjual/supplier/ Pembeli/customer/
klien/eksportir debitor/importir
Keterangan:
1. perjanjian anjak piutang yang melibatkan klien, export factor, import
factor, dan pembeli
2. jual beli secara kredit
3. pengalihan piutang (dengan penyerahan dokumen penjualan dan
pengiriman barang
4. pembayaran (uang muka x%)
5. pelimpahan penagihan (dengan penyerahan dokumen penjualan dan
pengiriman)
6. penagihan pada saat jatuh tempo (menggunakan dokumen penjualan dan
pengiriman
7. pelunasan (100%)
8. pelunasan (100%)
9. pelunasan (100%-uang muka x%)
Keterangan:
1.perjanjian anjak piutang
2.jual beli secara kredit yang diikuti dengan penyerahan promes oleh pembeli
kepada penjual ( pernyataan akan membayar sejumlah uang tertentu pada waktu
tertentu)
3.pengalihan piutang (dengan penyerahan promes)
4.pembayaran (atas dasar diskonto)
5.pendiskontoan promes ke bank
6.pembayaran atas dasar diskonto
7.penagihan pada saat jatuh tempoh
8.pelunasan
Struktur Organisasi
Atas dasar struktur organisasinya, preusahaan anjak piutang dapat dibedakan
menjadi struktur organisasi anjak piutang kecil dengan yang berskala besar.
Perusahaan anjak piutang kecil biasanya hanya memberikan jasa-jasa pembiayaan
dan jarang memberikan jasa nonpembiayaan seperti administrasi penjualan dan lain-
lain. Perusahaan jasa anjak piutang berskala besar biasanya dapat memberikan
kedua jasa tersebut.
A.Perusahaan Anjak Piutang Kecil
struktur organisasinya disesuaikan dengan jenis jasa yang ditawarkan, yaitu terutama
hanya jasa pembiayaann. Mengingat proses dasar dari kegiatan pembiayaan adalah :
a. analisis terhadap bonafiditas calon klien
b. analisis terhadap konektibilitas piutang
c. pembayaan pembiayaan kepada klien
d. administrasi faktur dan bukti piutang
e. administrasi hak dan kewajiban pihak terkait
f. penagihan pitang
g. pembayaraan kepada klien
bagian-bagian yang terdapat dari perusahaan jasa anjak piutang tidak jauh berbeda
dengan proses tersebut. Contoh struktur organisasi anjak piutang berskala kecil
terdapat dalam gambar berikut :
A. Jasa pembiayaann
Peningkatan penjualan. Adanya pembiayaan memungkinkan klien melakukan
penjualan dengan cara kredit. Penjualan dengan cara kredit ini sebenarnya sulit
untuk dilakukan apabila klien mengalami kesulitan modal. Namun dengan adanya
jasa anjak piutang, klien mampu menjual secara kredit. Penjualan secara kredit
meningkatkan kemampuan dan daya tarik bagi pembeli dengan dana terbatas untuk
melakukan pembelian pada klien.
b. Jasa Nonpembiayaan
Memudahkan penagihan piutang. Jasa penagihan piutang yang diberikan oleh
factor menyebabkan klien tidak perlu secara langsung melakukan penagihan piutang
kepada nasabah, sehingga waktu dan tenaga karyawan dapat dimanfaat untuk
menlakukan kegiatan lain yang lebih produktif.
Efisiensi usaha. Jasa administrasi penjualan memungkinkan klien untuk mengelola
kegiatan penjualannya secara lebih rapi dan efisien karena administrasinya dikelola
oleh pihak (factor) yang sudah berpengalaman.
B.Bagi Factor
Manfaat utama yang diterima factor adalah penerimaan dalam bentuk fee dari pihak
klien. Fee tersebut terdiri dari:
Discount fee atau charge. Fee ini dibayarkan oleh klien karena factor memberikan
jasa pembiayaan (uang muka) atas piutang yang diberikan oleh factor. Charge
diperhitungkan sebesar persen tertentu terhadap besarnya pembiayaan yang
diberikan atas dasar:
• resiko tertagihnya
• jangka waktu
• rata-rata tingkat bunga
Service . Fee ini dibayar oleh klien kepada factor karena factor memberikan jasa
nonpembiayaan yang nilainya ditentukan sebesar persentase tertentu dari piutang
atas dasar beban kerja yang dilakukan oleh factor. Semakin besar volume penjualan,
maka fee ini juga semakin besar. Semakin sulit penagihan piutang, maka fee ini juga
besar.
C.Bagi Nasabah
nasabah memperoleh manfaat berupa:
1. kesempatan unntuk melakukan pembelian secara kredit. Kehadiran jasa
pembiayaan memungkinkan klien untuk melakukan penjualan secara kredit.
2. Layanan penjualan yang lebih baik. Jasa administrasi penjualan
memungkinkan klien melakukan penjualan dengan lebih cepat dan tepat.
3. Manajemen kredit oleh klien. Semakin lama jangka waktu kredit semakin
sulit dilakukan penagihan. Penilaian jangka waktu kredit macet dan prosedur
penagihan dari calon klien akan dapat memberikan informasi apakah
kerugian tersebut dapat dihindari apabila menggunakan sistem dan prosedur
penagihan serta sistem peringatan. Meskipun cara tersebut tidak menjamin
sepenuhnya terhindarnya dari kerugian akibat kredit macet akan tetapi
sekurangnya akan memperkecil kerugian dengan cara menolak atau tidak
melanjutkan pengiriman barang kepada customer yang bersangkutan pada
waktunya.
4. Industri. Perusahaan factoring yang sudah berpengalaman akn mengetahui
tingkat resiko piutang macet atas suatu industri.
5. Persyaratan Kredit. Jangka waktu kredit yang diberikan oleh klien kepada
beberapa customernya mungkin lebih panjang daripada biasanya, misalnya
lebih dari 30 hari. Pemberian jangka waktu kredit akan semakin besar
dibandingkan bila jangka waktu kredit jauh lebih pendek. Konsekuensinya
resiko kredit jadi lebih besar.
Pada bab ini kami akan membahas anjak piutang dari sudut penerima jasa
anjak piutang (client) sehingga akan ter;ihat dengan jelas apa yang akan didapat oleh
client bila anjak piutang menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah cash flow
perusahaan. Selain itu, kami akan menyampaikan pula syarat – syarat untuk
mendapatkan fasilitas – fasilitas anjak piutang, serta aspek akuntansi dan perpajakan
ditinjau dari sisi client.
A. SYARAT – SYARAT UNTUK MENDAPATKAN FASILITAS ANJAK
PIUTANG
Untuk mendapatkan fasilitas anjak piutang, client harus sudah mempunyai usaha
yang baik dan menguntungkan. Selanjutnya client mengajukan surat permohonan
dengan melampirkan hal – hal sebagai berikut:
1. Akta Pendirian Perusahaan client beserta perubahan – perubahannya.
2. Surat Pengesahan Pendirian Perusahaan dari Departemen Kehakiman
dan Berita Negara.
3. Surat Izin Usaha Perusahaan (SIUP)
4. Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
5. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
6. Laporan Keuangan 3 tahun terakhir (Audited, bila ada)
7. Bank Statement Account untuk 3 bulan terakhir.
8. Perjanjian jual beli dengan customer.
9. Contoh Invoice/faktur dan credit Note/ Nota Kredit Perusahaan
10. Proffesional Background dari direksi dan/atau komisaris.
11. struktur Organisasi perusahaan client.
12. Data – data lainnya yang akan diminta kemudian, bila diperlukan.
Selain syarat – syarat yang telah kami sebutkan di atas, biasanya terdapat syarat lain
yang diminta oleh factor, yaitu:
1. Client harus merupakan badan hukum atau bentuk usaha tetap seperti PT,
CV, Firma, NV, dan lain – lain, dan bukan perorangan atau individual,
demikian pula dengan customer – nya
2. Volume penjualan calon client masuk dalam kategori yang telah
dipersyaratkan oleh factor, misalnya Rp 100.000.000 per bulan
3. Penjualan yang dapat dianjakpiutangkan adalah penjualan yang bersifat
rutin dan bukan penjualan bersifat transaksional / insidental yang hanya
dilakukan sekali – kali.
4. Modal calon client harus memadai dan sesuai bila dibandingkan dengan
total asset perusahaan.
5. Calon client bersedia memberikan jaminan tambahan atas fasilitas
pembiayaan yang diterima.
6. Calon client harus bersedia untuk disurvei oleh tim dari factor untuk
mendapatkan gambaran usaha yang seutuhnya.
Syarat – syarat yang telah dikemukakan di atas bersifat tidak mutlak, tergantung
kepada masing – masing factor untuk menerapkannya, sehingga masing – masing
factor mungkin saja berbeda mengenai syarat yanfg diminta kepada calon client –
nya masing – masing. Adapun mekanisme transaksi anjak piutang yang biasanya
diterapkan oleh factor dapat kami kemukakan pada halaman berikut.
1. Tahap Permohonan
Setiap permohonan pembiayaan anjak piutang harus mengisi secara lengkap
formulir aplikasi yang telah disediakan dan ditandatangani oleh pemohon.
Clien
t
Tahap
Permohonan
Tahap
Pengecekan
Komite
Kredit
ACC Tahap
Pengajuan kepada
Komite Kredit
Surat Penolakan
Tahap
Pengikatan
Bagian
Tahap
Administrasi
Pencairan
Kredit
Fasilitas
b. Trade checking kepada supplier, customer, dan pesaing
c. Pengecekan pemegang saham dan pengurus perusahaan yang disesuaikan dengan
anggaran dasar perusahaan.
8. Tahap Pengikatan
Berdasarkan Surat Penawaran yang telah ditandatangani oleh client, bagian legal
akan mempersiapkan pengikatan sebagai berikut:
a. Perjanjian Anjak Piutang beserta lampirannya.
b. Jaminan Pribadi, jika ada.
c. Jaminan Perusahaan, jika ada.
d. Surat Kuasa Khusus, jika diperlukan.
e. Notification Letter.
Pengikatan dapat dilakukan secara bawah tangan, dilegalisir oleh Notaris atau secara
Notariil
Apabila semua proses ini telah dilakukan, maka selanjutnya client mulai mencairkan
fasilitas pembiayaan anjak piutang. Untuk dapat mencairkan fasilitas anjak piutang,
biasanya factor akan memberikan formulir – formulir tertentu kepada client, yang
terdiri dari:
a. Tanda Penerimaan Faktur / Tagihan.
b. Tanda Persetujuan Penerimaan Faktur / Tagihan.
c. Cessie Piutang.
d. Surat Perintah Pembayaran.
e. Formulir lainnya, jika ada.
Demikian seterusnya yang dilakukan oleh client, apabila client ingin mencairkan
fasilitas anjak piutang yang telah disetujui. Selanjutnya pada setiap akhir, factor
akan membuatkan laporan pemakaian f asilitas anjak piutang yang telah diterima
oleh client beserta lampirannya.
(R X N) + 365
= Rp 7.863.183
3. Facility Fee atau juga biasa disebut provisi kredit akan dikenakan
berdasarkan persentase tertentu dari plafond yang telah disetujui oleh factor
dan dibebankan setiap perpanjangan fasilitas anjak piutang. Adapun
besarnya facility fee berkisar antara 0,5% sampai 1% dari planfond
pembiayaan sebagai contoh, PT ABC Sukses Mandiri telah menyetujui
planfond pembiayaan anjak piutang sebesar Rp 1.000.000.000 untuk itu yang
bersangkutan dikenakan facility fee sebesar 0,5% maka facility fee yang
wajib dibayar adalah Rp 5.000.000 (lima juta rupiah). Biaya ini biasanya
dikenakan pada awal kontrak sebelum pencairan pertama failitas anjak
piutang dimulai dan bersifat nonrefundable.
Selain ketiga jenis biaya tersebut, masih terdapat biaya – biaya lainnya yang akan
dikenakan factor kepada client yaitu biaya notaris, biaya pemasangan APHT (jika
terdapat jaminan tambahan berupa tanah dan bangunan) dan biaya – biaya lainnya
(jika ada)
C.MANFAAT YANG DIDAPAT CLIENT DARI ANJAK PIUTANG
• Client mempunyai akses langsung atas penjualan/pendapatan yang dilakukan
dalam bulan berjalan.
• Pembelian barang secara kas,akan mengurangi biaya produksi barang atau
jasa yang dihasilkan oleh client.
• Dengan diperolehnya instant cash,maka cltent dapat memanfaatkan peluang
menurunkan biaya produksi.
• Client tak perlu melakukan penagihan kepada customer.
• Laporan posisi piutang yang dilakukan oleh factor akan menjadi masukan
penting bagi client
• Client dapat menikmati hasil penjualan/pendapatan secara fleksibel dan
selalu proporsional peningkatannya sesuai dengan tingkat penjualan yang
dibukukan.
• Cltent dapat menikmati perlindungan kredit seiring dengan meningkatnya
penjualan kredit.
• Perusahaan dapat terhindar dari resiko tidak dibayarnya tagihan.(bila non
rcourse)
• Fungsi administrasi dapat dialihkan,sehingga mengurangi beban personalia
dan investasi sistem komputer.
Dengan export factoring,exportir akan memiliki keuntungan komparatif atau relatif
lebih Kompetitif dibandingkan dengan eksportir yang tetap menggunakan metode
trandisional atau tidak mengikuti keinginan pasar.
Di lain sisi, Robert Manurung mengemukakan bahwa untuk menentukan
apakah anjak piutang internasional bermanfaat bagi eksportir, harus dapat dilihat
dulu dengan membandingkan antara biaya yang dikeluarkan oleh eksportir, bila
menggunakan anjak piutang, dengan biaya yang dikeluarkan, apabila tidak
menggunakan anjak piutang. Agar penilaian ini lebih objektif maka sebaiknya dalam
perhitungan ini dimasukan seluruh biaya yang timbul, termasuk biaya telepon,
penggunaan alat tulis kantor, surat-menyurat, fasilitas komputer, biaya legal,
perolehan informasi kredit, biaya pegawai dan premi untuk polis asuransi kredit
ekspor. Apabila seluruh biaya ini dimasukan ke dalam perhitungan dan ternyata
biaya menggunakan anjak piutang lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan tanpa menggunakan anjak piutang, berarti penggunaan anjak piutang
bermanfaat bagi eksportir.
Di samping itu, untuk menentukan apakah jasa yang ditawarkan oleh export
factor memang mahal, dapat dilakukan dengan pertimbangan hal-hal sebagai
berikut:
a Jika penggunaan jasa anjak piutang dapat meningkatkan perputaran piutang
sehingga modal kerja yang terikat dalam piutang menjadi semakin berkurang.
b Jika penggunaan jasa anjak piutang dapat mengurangi biaya administrasi yang
nilainya lebih besar daripada biaya komisi dan biaya lainnya yang dibauarkan
kepada factor sehingga menyebabkan keuntungan eksportir menjadi meningkat.
c Jika penggunaan jasa anjak piutang dapat meningkatkan perputaran piutang
tanpa mengurangi jumlah pembeli walaupun dilakukan pengetatan dalam
penjualan kredit.
d Jika penggunaan jasa anjak piutang dapat menyebabkan meningkatnya nilai
penjualan kredit.
e Jika penggunaan jasa anjak piutang dapat menyebabkan berkurangnya piutang
macet.
Jasa anjak piutang internasional memang sangat bermanfaat bagi eksportir yang
menggunakannya. Namun perlu diingat, jasa yang ditawarkan oleh factor tidak
selalu dapat memenuhi kebutuhan eksportir. Jasa yang diberikan oleh anjak piutang
internasional tidak dapat memenuhi kontrak-kontrak ekspor yang berjangka panjang.
Selain itu, jasa anjak piutang internasional juga tidak sesuai untuk penjualan ekspor
yang dilakukan dengan syarat barang dapat dikembalikan. Salah satu syarat penting
yang harus ada agar jasa anjak piutang internasional dapat terlaksana adalah bila
dalam transaksi ekspor tersebut timbul piutang yang kepemilikannya dapat
dialihkan.
Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada bab delapan mengenai contoh perlakuan
akuntansi transaksi anjak piutang ini.
Pada bab ini akan dibahas mengenai anjak piutang dari sisi factor, hal ini kami
lakukan untuk memberikan gambaran tentang anjak piutang secara seimbang baik
dari sisi factor maupun dari sisi klien. Pembahasan mengenai prospek dan risiko
bisnis anjak piutang kami kemukakan terlebih dahulu agar terlihat dengan jelas
bahwa bisnis anjak piutang merupakan bisnis yang cukup menjanjikan bagi investor.
Selanjutnya akan kami utarakan syarat-syarat untuk mendapatkan izin usaha
perusahaan anjak piutang dan dilanjutkan dengan tinjauan terhadap aspek akuntansi
dan perpajakan yang berlaku saat ini khusus untuk anjak piutang dari sisi factor.
1. Dana yang dipasarkan oleh factor dapat disalurkan dengan tingkat suku bunga
yang relatif lebih tinggi dan dengan jangka waktu yang relatif singkat. Hal ini
sangant menguntungkan factor karena perputaran dana menjadi sangat cepat dan
bias mengurangi risiko fluktuasi tingkat suku bunga (floating rate).
2. Terbatasnya sumber pendanaan perusahaan pembiayaan/ perusahaan anjak
piutang yang saat ini hanya terbatas dari sector perbankan. Dengan demikian,
transaksi anjak piutang dapat menjembatani term and condition dari pendanaan
yang diterima factor dari perbankan, atau dengan kata lain term and condition
transaksi anjak piutang dapat disamakan dengan term and condition yang
diberikan oleh perbankan. Hal ini dapat mengurangi risiko perubahan suku
bunga yang terjadi sewaktu-waktu.
3. Belum adanya peraturan/perizinan yang bersifat khusus yang mengatur kegiatan
anjak piutang sehingga factor dapat bergerak leluasa, yang pada akhirnya dapat
menghemat biaya operasional perusahaan (kegiatan dapat dilakukan dengan
sederhana dan singkat).
4. besarnya komisi atau biaya administrasi pengelolaan jasa anjak piutang yang
diberikan factor kepada klien tergantung pada risiko dari piutang yang dialihkan
atau dibiayai oleh factor.
Sedangkan kelemahan anjak piutang dari sisi factor antara lain belum adanya
perlindungan hukum yang cukup memadai untuk factor. Hal ini terlihat pada saat
tagihan jatuh tempo. Apabila customer tidak dapat membayar konsekuensinya
adalah factor harus siap membuka line of credit bagi customer bersangkutan atau
menanggung risiko sampai tagihan terlunasi.
B.MEKANISME DAN RESIKO USAHA ANJAK PIUTANG
Ata dasar jasa yang diberikan oleh Factor, anjak piutang dapat dibedakan menjadi:
a. Full Service Factoring
Anjak piutang seperti ini memberikan jasa secara menyeluruh baik jasa pembiayaan
maupun non pembiayaan. Misalnya urusan administrasi penjualan (sale ledger
administration), tagihan dan penagihan piutang, termasuk menanggung resiko
terhadap piutang yang macet.
b. Bulk factoring
Anjak piutang jenis ini memberikan jasa pembiayaan dan pemberitahuan saat jatuh
tempo kepada nasabah, tanpa memberikan jasa lain seperti proteksi resiko piutang,
administrasi penjualan dan penagihan.
c. Anjak piutang jenis ini memberikan jasa proteksi resiko piutang, administrasi
penjualan secara menyeluruh dan penagihan. Proteksi resiko piutang
diberikan oleh factor tanpa melakukan pembiayaan atau pemberian uang
muka atas pelunasan piutang. Pembelian piutang oleh factor dilakukan pada
tanggal tertentu dan biasanya ditentukan atas dasar jangka waktu jatuh tempo
dari piutang yang diberikan kepada klien. Sebagai contoh, apabila rata-rata
jangka waktu jatuh tempo adalah 30 hari, maka factor pada hari ke-30 atau
setiap 30 hari membeli 100% dari faktur-faktur penjualan yang ada. Cara ini
tidak menyebabkan munculnya kewajiban bunga kepada klien. Kewajiban
klien hanyalah fee atas jasa proteksi resiko piutang, administrasi penjualan
secara menyeluruh danpenagihan yang diberikan oleh factor.
Misalnya:
Pembayaran 100% dari nilai faktur dengan tanggal rata-rata dikurangi fee. Apabila
total nilai faktur sebesar Rp. 20 juta dengan fee sebesar 1.5% maka jumlah yang
dibayarkan perusahaan piutang pada suatu periode rata-rata adalah Rp 10 juta-
(0.015%*Rp 20 juta) = Rp 17.000.000 jumlah tersebut akan dibayarkan pada hari
ke-40.
Tabel
Pembayaran Rata-Rata Jatuh Tempo Faktur
(dalam ribuan rupiah)
Debitor/pelanggan Nilai faktur Jatuh tempo (hari)
A Rp. 4.000.000 60
B Rp. 5.000.000 40
C Rp. 3.000.000 50
D Rp. 7.000.000 30
E RP. 1.000.000 20
Jumlah Rp.20.000.000 200
Distribusi Resiko
Pada mekanisme penjualan tanpa adanya perusahaan anjak piutang, resiko
tidak terbayarnya piutang milik klien sepenuhnya ditanggung oleh klien sendiri.
Dengan adanya perusahaan anjak piutang, resiko tersebut tidak harus selalu secra
penuh ditanggung oleh klien. Atas dasar distribusi resiko tidak terbayarnya piutang
oleh nasabah, anjak piutang dapat dibedakan menjadi:
Pada tahap awal factor memberikan uang muka proporsi tertentu kepada klien atas
piutang atau factor yang diserahkan. Pada saat piutang jatuh tempo, apabila nasabah
sama sekali tidak melunasi piutangnya, maka klien berkewajiban mengembalikan
sejumlah uang muka yang telah diterima dari factor. Dengan demikian resiko tidak
terbayarnya piutang seluruhnya ditanggung oleh klien, dan factor sama sekali tidak
menanggung resiko tidak terbayarnya piutang tersebut. Mekanisme ini akan
dijelaskan dengan contoh sebagai berikut:
PT. Maju jaya adalah sebuah perusahaan yang memproduksi berbagai jenis kursi.
Perusahaan ini bekarja sama dengan perusahaan jasa anjak piutang dengan nama PT.
Multi Finance. Pada tanggal 1 januari 2005 PT. Maju jaya mengadakan penjualan
secara kredit kepada pelanggannya yang bernama Bpk, Soleh senilai Rp. 100 juta,
dengan tanggal jatuh tempo 1 maret 2005. PT. Maju jaya menyerahkan piutang
tersebut kepada PT.Multi Finance dan meerima uang muka dan pembiayaan sebesar
80% dari nilai faktur yaitu Rp. 80.000.000
Kemungkinan 1
Pada tanggal 1 maret 2005 bapak soleh membayar lunas utangnya Rp. 100 juta
ditambah bunga. Pelunasan tersebut menjadi hak factor Rp. 80.000.000 dan sebagian
lagi menjadi hak klien Rp. 20.000.000.
Kemungkinan II
Pada tanggal 1 maret 2005 bapak soleh menghilang dan sama sekali tidak
membayar. Hal ini berdampak pada PT. Maju jaya berkewajiban mengembalikan
pembiayaan sebesar Rp. 80.000.000 kepada factor. Dengan demikian kerugian yang
ditanggung oleh PT. Maju jaya adalah sebesar piutang Rp. 100.000.000 karena
piutang sama sekali tidak terbayar. Dipihak lain PT. Multi Finance tidak
menanggung rugi atau resiko yang ditanggung oleh factor adalah sebesr 0% dari
nilai piutang. Dalam hal ini , resiko yang ditanggung oleh klien adalah sebesar 100%
dari nilai piutang.
Pada tahap awal factor memberikan uang muka proporsi tertentu kepada klien atas
piutang atau factor yang diserahkan. Pada saat piutang jatuh tempo, apabila nasabah
sama sekali tidak melunasi piutangnya, maka klien tidak berkewajiban
mengembalikan sejumlah uang muka yang telah diterima dari factor. Dengan
demkian resiko tidak terbayarnya piutang tidak seluruhnya ditanggung oleh klien.
Klien hanya menanggung resiko sebesar piutang yang tidak dibiayai atau tidak
diberi uang muka oleh factor, sedangkan factor sendiri menanggung resiko sebesar
uang muka atau pembiayaan yang telah diberikan kepada kliennya. Mekanisme ini
akan dijelaskan dengan contoh sebagai berikut:
PT. Gaya Sakti adalah sebuah perusahaan yang memproduksi berbagai jenis alat
pertukangan.perusahaan ini bekerjasama dengan sebuah perusahaan anjak piutang
dengan nama PT. Jaya Finance. Pada tanggal 1 januari 2005 PT. Gaya Sakti
mengadakan penjualan secara kredit kepada pelanggannya yang ber nama sim
davids senilai Rp. 10 juta dan tanggal jatuh tempo 1 maret 2005. PT.Gaya Sakti
menyerahkan piutangnya tersebut kepada PT.Jaya Finance dan menerima uang
muka atau pembiayaan sebesar 70% dari niali faktur, yaitu Rp. 7000.000.
Kemungkinan 1
Pada tanggal 1 maret 2005 sim davids membayar lunas utangnya sebesar Rp 1 juta
ditambah bunga. Pelunasan tersebut mejadi hak factor Rp. 7000.000 dan sebagian
lagi menjadi hak klien Rp. 3000.000.
Kemungkinann II
Apabila tanggal 1 maret sim davids meninggal dunia dan tidak memiliki harta
warisan apapun, maka PT. Gaya Sakti tidak berkewajiban mengembalikan
pembiayaan sebesar Rp.7000.000 kepada factor. Dengan demikian kerugian yang
ditanggung oleh PT. Gaya Sakti adalah hanya sebesar piutangnya yang tidak
dibiayai oleh factor. Piutang yang tidak dibiayai oleh factor telah membiayai Rp
7000.000 dan kemudian tidak memperoleh pelunasan piutang dari nasabah, maka
kerugian yang di tanggung oleh factor adalah Rp. 7000.000. secara proporsional
factor menanggung resiko tidak terbayarnya piutang sebesar 70% dan pihak klien
menggung sebesar 30%.
Penilaian Resiko
1.Resiko Klien
1.1.Kemampuan keuangan
Penilaian atas kemapuan keuangan disini dapat dinilai baik pada masa lalu, kondisi
sekarang maupun dimasa yang akan dating. Kegiatan orerasi dan kinerja keuangan
terakhir calon klien akan memberikan latar belakang informasi yang berguna.
Banyak calon klien yang melakukan bisnisnya yang belum begitu lama, olek karena
itu perusahaan anjak piutang harus mempelajari bagaimana dan kenapa bisnis
tersebut dilakukan, serta bagaimana produk dan organisasi dikembangkan.
Selanjutnya, perusahaan anjak piutang peril juga melakukan analisis terhadap
laporan keuangan klien yang telah diaudit. Penilaian posisi terakhir keuangan klien
akan memberikan suatu dasar untuk menilai kemampuan keuangannya dimasa yang
akan dating. Penilaian kondisi keungan klien dan propeknya dilakukan dengan
menilai berbagai aspek yaitu antara lain:
a. Keadaan keuangan
Keadaan keuangan klien yang dapat dilihat dari laporan keuangan terutama yang
telah diaudit untuk periode terakhir. Cakupan dan kualitas pembukuan masing-
masing klien biasanya sangat bervariasi oleh karena itu perusahaan anjak piutang
perlu meminta penjelasan dari klien mengenai data-data keuangan yang meragukan
dalam rangka pengambilan keputusan.
b. Kredit klien
1) apakah klien hanya bergantung pada 1 pemasok bahan mentah atas suatu
komponen. Kalau perlu perusahaan anjak piutang dapat memeriksa langsung
pemasok yang bersangkutan.
2) Apakah klien sering menunggak pembayaran utangnya pada pemasok.
3) Laporan bank misalnya 10 bulan terakhir untuk mengetahui saldo gironya dan
pinjaman-pinjamannya.
a. Perpencaran Piutang
Perusahaan anjak piutang perlu mengetahui calon klien memiliki perpencaran
piutang atau pelanggan (customer) yang banyak. Apabila misalnya satu langganan
mempunyai utang 35% dari keseluruhan piutang yang dimiliki calon klien pada
suatu periode, maka jelas perusahaan anjak piutang dengan pembayaran dimuka
sebesar 80% tidak akan mampu ditagih lunas, sekiranya klien mengalami
kebangkrutan atau kegagalan usaha. Hal ini dapat terjadi karena kemungkinan pihak
costomer akan mencari alas an untuk menghindari kewajiban-kewajiban tersebut.
Sama halnya, apabila klien hanya bergantung pada satu orang customer saja,
perusahaan anjak piutang harus mempertimbangkan resiko terhadap kemampuan
keungan klien apabila customer berhenti membeli atau mengurangi pembeliannya
pada calon klien dalam jumlah besar.
2.Resiko Customer
Penilaian resiko debitor atau customer risk oleh perusahaan factoring cukup
penting baik untuk kontrak dengan fasilitas recourse factoring maupun untuk non-
recourse factoring dengan memberikan pembayaran di muka karena pada akhirnya
pihak customer-lah yang akan membayar kembali pendaan yang lebih dahulu
diberikan oleh perusahaan factoring. Fasilitas non-recourse atau sering juga disebut
without recourse memiliki suatu pertimbangan tersendiri yaitu antara lain dalam hal
menentukan seberapa besar biaya yang harus dikenakan sebagai imbalan dari resiko
kredit pelanggan yang mungkin diterma perusahaan factoring.
Penilaian resiko pelanggan individu dalam operasi anjak piutang dengan fasilitas
non-recourse merupakan suatu prosedur yang secara terus-menerus harus dilakukan.
Factor resiko yang mungkin harus dihadapi oleh perusahaan factoring telah
dimasukan sebagai factor salah satu komponen dalam penentuan biaya factoring
yang telah disepakati. Masalahnya adalah apakah pihak perusahaan factoring hanya
akan menerima suatu resiko secara keseluruhan, sebagian atau tidak sama sekali.
Penting bagi perusahaan factoring melakukan penilaian secara akurat mengenai
pembebanan biaya atas resiko customer ini sejak awal dan meninjau secara teratur.
Untuk memperkecil risiko klien dan risiko customer dalam kegiatannya sehari-
harinya, biasanya factor akan melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. memilih customer yang dimiliki klien untuk mendapatkan customer dengan
reputasi dan bonafiditasnya terbaik.
2. membatasi pemberian fasilitas anjak piutang baik itu di tingkat klien maupun di
tingkat customer.
Sebagai contoh, klien PT XYZ telah mendapatkan fasilitas anjak piutang sebesar Rp
2 Milyar dengan maximum advance payment 80%, dengan catatan bahwa:
1. Risiko Perekonomian
Apabila perekonomian berada pada kondisi yang kurang menguntungkan maka
kegiatan di segala bidang usaha akan terganggu yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi usaha factor untuk menyalurkan pembiayaan maupun
mendapatkan kredit.
2. Risiko Pembiayaan
Risiko pembiayaan adalah ketidakmampuan customer dan atau klien untuk
membayar kembali pembiayaan yang telah diberikan, dan apabila jumlahnya
cukup material dapat mempengaruhi kinerja factor.
3. Risiko Likuiditas
Masalah likuiditas akan dihadapi oleh factor apabila factor tidak mampu
memenuhi kewajibannya selaku debitur kepada kreditur factor, yang pada
akhirnya mempengaruhi tingkat kepercayaan klien kepada factor.
4. Risiko Persaingan
Semakin banyak perusahaan pembiayaan yang memperluas jaringan pemasaran
dapat menimbulkan persaingan antar-factor yang lebih ketat untuk
memperebutkan pangsa pasar.
5. Risiko Operasional
Risiko operasional dapat saja timbul karena tidak efektifnya system dan prosedur
yang diterapkan oleh factor serta lemahnya kontrol yang diterapkan. Hal ini pada
akhirnya dapat menurunkan mutu pelayanan kepada klien.
6. Risiko Perubahan Nilai Mata Uang
Tidak tetapnya nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah dapat menempatkan
factor dalam posisi yang cukup sulit. Apresiasi nilai tukar mata uang asing
terhadap rupiah dapat menimbulkan kesulitan dalam kewajiban pembayaran.
7. Risiko Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter yang mengatur industri keuangan yang ditentukan oleh
Pemerintah dapat berubah atau diperbarui sewaktu-waktu. Apabila factor tidak
dapat mengantisipasi perubahan tersebut, maka hal ini dapat mempengaruhi
kemampuan factor untuk memperoleh pendapatan atau laba usaha
8. Risiko Teknologi
Risiko teknologi akan muncul seiring dengan semakin ketatnya persaingan
antarperusahaan pembiayaan terutama dalam memberikan pelayanan kepada
klien, di mana aspek teknologi biasanya mempunyai peranan yang sangat
menonjol. Apabila factor tidak dapat mengikuto perkembangan teknologi, maka
hal ini dapat menurunkan mutu layanan kepada klien.
Memperhatikan aspek-aspek risiko yang telah kami sebutkan di atas, anjak piutang
secara teori tampaknya asngat potensial untuk berkembang. Namun anjak piutang
masih perlu dikaji lagi dalam beberapa aspek social lainnya. Sengketa serius
mungkin timbul, yang alternatif penyelesaiannya kemungkinan besar masih
memerlukan campur tangan pihak peradilan, sebab tidak adanya kemungkinan
penerapan parate eksekusi dengan hak-hak sebagai factor. Cara penyelesaian ini
sangat kompleks, butuh waktu dan biaya, dan dalam kenyataannya eksekusi putusan
pengadilan masih sering mengandung ketidakpastian, seperti tampak dalam upaya
dunia perbankan dalam menangani kredit macet.
Belum terpeliharanya system public record di negara kita juga merupakan
persoalan tersendiri. Public record sebenarnya sangat berguna sebagai sumber
informasi yang sangat akurat perihal pihak-pihak yang mempunyai reputasi baik dan
dapat dipercaya. Dengan demikian, public record yang baik juga dapat mencegah
tindakan curang yang mungkin dilakukan karena kalangan pedagang biasanya
mementingkan nama baik.
Akhirnya, dengan memperhatikan keterbatasan keamanan dari segi hokum,
anjak piutang akan lebih banyak bergantung pada asas kepercayaan daripada
jaminan yuridis yang kuat dan pasti. Oleh karena itu, bila kepercayaan ini
disalahgunakan oleh pembeli, pihak factor akan benar-benar berada dalam posisi
sulit. Apalagi public record di Indonesia belum terpelihara dengan baik yang
tentunya akan sangat menyulitkan pihak factor dalam menganalisis jadi atau
tidaknya membeli suatu piutang.
Saat ini peluang usaha investor untuk menanamkan modalnya dalam rangka
mendirikan perusahaan anjak piutang dan atau perusahaan pembiayaan baru untuk
sementara waktu tidak dapat dilakukan. Hal ini disebabkan Pemerintah, untuk
sementara waktu, tidak mengeluarkan izin usaha baru bagi perusahaan pembiayaan
dan atau perusahaan anjak piutang dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri
Keuangan No.185/KMK.06/2002 Tanggal 24 April 2002 tentang penghentian
Pemberian izin pendirian usaha baru perusahaan pembiayaan sedang ditangguhkan
oleh Pemerintah, berikut ini akan kami kemukakan tata cara/syarat-syarat untuk
mendapatkan izin usaha perusahaan pembiayaan dan atau perusahaan anjak piutang
yang mungkin berguna dilain waktu.
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa, perusahaan pembiayaan
berdasarkan ketentuan dalam Pasal 7 Surat Keputusan Menteri Keuangan No.
448/KMK.017/2000, dapat menjalankan usahanya berdasarkan prinsip Syari’ah atau
yang bersifat konvensional (interest oriented). Sedangkan badan hokum perusahaan
anjak piutang dan atau perusahaan pembiayaan yang didirikan dapat berbentuk
badan hokum Perseroan Terbatas ataupun Koperasi serta dapat dimiliki oleh:
A. Akta pendirian badan hukum termasuk anggaran dasar yang telah disahkan oleh
instansi berwenang, yang sekurang-kurangnya memuat:
1. nama dan tempat kedudukan;
2. kegiatan usaha sebagai Perusahaan Pembiayaan;
3. permodalan;
4. kepemilikan;
5. wewenang, tanggung jawab, masa jabatan direksi dan dewan komisaris atau
pengurus dan pengawas.
B. Data direksi dan dewan komisaris atau pengurus dan pengawas meliputi:
1. fotokopi tanda pengenal yang berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau
paspor;
2. daftar riwayat hidup;
3. surat pernyataan:
a tidak tercatat sebagai debitur kredit macet di sector perbankan;
b tidak pernah melakukan tindakan tercela di bidang perbankan;
c tidak pernah dihukum karena tindak pidana kejahatan;
d tidak pernah dinyatakan pailit atau dinyatakan bersalah yang
mengakibatkan suatu perseroan/perusahaan dinyatakan pailit berdasarkan
keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap;
4. bukti pengalaman operasional di bidang Perusahaan Pembiayaan atau
perbankan sekurang-kurangnya selama 2 tahun bagi salah satu direksi atau
pengurus;
5. fotokopi Kartu Izin Menetap Sementara (KIMS) dan fotokopi surat izin
bekerja dari instansi berwenang bagi warga negara asing:
a untuk direksi atau pengurus; dan
b untuk anggota dewan komisaris atau pengawas yang bermaksud menetap
di Indonesia.
Selain hal-hal yang kami sebutkan di atas, pengurusan izin usaha kepada Menteri
Keuangan tidak dikenakan biaya apa pun serta apabila dalam kurun waktu tertentu
perusahaan pembiayaan yang telah mendapatkan izin usaha tidak menjalankan
usahanya, maka izin usaha yang telah diberikan dapat dicabut kembali.
Perlakuan akuntansi transaksi anjak piutang telah diatur dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan Tahun 1997 PSAK No. 43 tentang Akuntansi Anjak Piutang.
Adapun perlakuan akuntansi yang diterapkan untuk factor dapat kami kemukakan
sebagai berikut.
System akuntansi anjak piutang bagi factor yang kami kemukakan di atas, baik
untuk anjak piutang secara recourse maupun tanpa recourse tidak mempengaruhi
penyajiannya di neraca. Yang membedakan adalah substansi pembelian utang dan
penanggungan terhadap kolektibilitas piutang.
Dalam bab ini akan kita bahas penerapan sistem akuntansi, khususnya untuk
transaksi anjak piutang financing baik dari sisi factor maupun dari sisi
client.Misalnya PT ABC Sukses Mandiri telah menandatangani perjanjian anjak
piutang dalam rangka mendapatkan fasilitas anjak piutang financing dari PT Multi
Finance Company dengan syarat dan kondisi pembiayaan sebagai berikut :
1)Factor :PT Multi Finance Company
2)Client :PT ABC Sukses Mandiri
3)Piutang yang Dapat Dialihkan :Rp 1.000.000.000
4)Piutang yang Dapat Dibiayai :90%
5)Retensi :10%
6)Customer :
a)PT Adi Wiragraha maks pembiayaan Rp 450 juta
b)PT Duta Sukses maks pembiayaan Rp 200 juta
c)PT Sarana Lintas maks pembiayaan Rp 150 juta
d)PT Bumi Katulistiwa maks pembiayaan Rp 200 juta
Untuk tahap pertama, client pada tanggal 24 September 1999 bermaksud akan
mencairkan fasilitas anjak piutang yang diterimanya dengan kondisi sebagai berikut:
Selanjutnya factor akan membuat perhitungan bunga yang akan dibebankan kepada
client sebagai berikut:
Rp 360.000.000 X 365
Bunga : Rp 360.000.000 _
365 + (74 X X 25%)
Bunga : Rp 360.000.000 – Rp 342.633.638
Bunga Rp 17.366.362
2. Besarnya pengakuan pendapatan untuk factor dan/atau biaya bunga untuk client
didapat dengan cara sebagai berikut:
3. Jumlah yang akan diterima oleh client atas pencairan pertama fasilitas anjak
piutang adalah sebagai berikut:
a) Tagihan yang dialihkan : Rp 400.000.000
b) Tagihan yang tidak dibiayai : (Rp 40.000.000)
c) Tagihan yang dibiayai : Rp 360.000.000
d) Bunga : (Rp 17.366.362)
e) Biaya Administrasi : (Rp 150.000)
f) PPN : (Rp 87.582)
g) Jumlah yang diterima client : Rp 342.396.056
PPN yang dikenakan didapat dari 0,5% dikalikan dengan (Bunga + Biaya
Administrasi) sehingga didapat sebesar Rp 87.582.
Berdasarkan data – data tersebut di atas, maka jurnal transaksi yang akan dilakukan
oleh masing – masing perusahaan adalah sebagai berikut:
Berdasarkan data transaksi pada tanggal 24 September 1999, maka tampilan neraca
masing – masing perusahaan adalah sebgai berikut:
Aktiva
Tagihan anjak piutang Rp 400.000.000
Retensi (Rp 40.000.000)
Pendapatan anjak piutang ditangguhkan (Rp 17.366.362)
Pembiayaan Anjak Piutang Bersih Rp 342.633.638
Pasiva
Catatan :
Sedangkan Biaya Administrasi yang didapat dari client sebesar Rp 150.000
dibukukan langsung sebagai pendapatan biaya administrasi.
Aktiva
Cash/bank : Rp 342.396.056
Pasiva
Kewajiban anjak piutang : Rp 400.000.000
Bunga yang belum diamortisasi : (Rp 17.366.362)
Retensi : (Rp 40.000.000)
Catatan :
Untuk membayar biaya administrasi sebesar Rp 150.000 dan PPN dapat
langsungdibebankan sebagai biaya dalam laporan rugi laba perusahaan.
Adanya pembayaran utang Pajak Penambahan Nilai yang dilakukan oleh factor,
maka posisi neraca factor akan jadi sebagai berikut :
Aktiva
Tagihan anjak piutang : Rp. 400.000.000
Retensi : (Rp. 40.000.000)
Pendapatan anjak piutang ditangguhkan : (Rp. 17.366.362)
Aktiva
Tagihan anjak piutang Rp 400.000.000
Retensi (Rp 40.000.000)
Pendapatan anjak piutang ditangguhkan (Rp 15.598.279)
Aktiva
Cash/bank Rp 342.396.056
Pasiva
Kewajiban anjak piutang Rp 400.000.000
Bunga yang belum diamortisasi (Rp 15.958.279)
Retensi (Rp 40.000.000)
Catatan:
Penurunan biaya bunga anjak piutang ditanggung sebesar Rp 1.408.083 adalah
akibat dari pembebanan biaya bunga anjak piutang pada bulan berjalan. Hal yang
sama akan dilakukan oleh masing-masing perusahaan untuk akhir bulan Oktober
1999 dan akhir bulan November 1999.
Aktiva
Tagihan anjak piutang Rp 400.000.000
Retensi (Rp 40.000.000)
Pendapatan anjak piutang ditangguhkan (Rp 8.683.182)
Aktiva
Cash/bank Rp 342.396.056
Pasiva
Kewajiban anjak piutang Rp 400.000.000
Bunga yang belum diamotisasi (Rp 8.683.182)
Retensi (Rp 40.000.000)
Kewajiban anjak piutang bersih Rp 351.316.818
Aktiva
Tagihan anjak piutang Rp 400.000.000
Retensi (Rp 40.000.000)
Pendapatan anjak piutang ditangguhkan (Rp 1.642.765)
Aktiva
Cash/bank Rp 342.396.056
Pasiva
Kewajiban anjak piutang Rp 400.000.000
Bunga yang belum diamotisasi (Rp 1.642.765)
Retensi (Rp 40.000.000)
Berdasarkan transaksi yang terjadi pada tanggal 7 Desember 1999, maka posisi
neraca factor dan client adalah sebagai di bawah ini :
PT MULTI FANANCE COMPANY
NERACA
7 Desember 1999
Aktiva
Cash/bank Rp 400.000.000
Aktiva
Cash/bank Rp 342.396.056
Pasiva
Kewajiban anjak piutang Rp 400.000.000
Bunga yang belum diamotisasi (Rp 0)
Retensi (Rp 40.000.000)
Kewajiban anjak piutang bersih Rp 360.000.000
Berdasarkan transaksi yang terjadi pada tanggal 8 Desember 1999, mak posisi
Neraca factor dan Client adalah seperti dibawah ini :
Aktiva
Cash/bank Rp 360.000.000
Aktiva
Cash/bank Rp 342.396.056
Cash/bank Rp 40.000.000
Pasiva
Kewajiban anjak piutang Rp 0
Bunga yang belum diamotisasi (Rp 0)
Retensi (Rp 0)
Denikian ilustrasi anjak piutang yang bersifat financing, di mana contoh diatas
tidak bersifat buku tetapi dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing
perusahaan karena kebijakan perusahaan anjak piutang bisa saja berbeda-beda.
No.
Pada hari ini, , tanggal bulan tahun dua ribu ( ), telah
diadakan perjanjian oleh dan antara:
I.
II.
Kedua belah pihak dengan ini setuju dan sepakat mengadakan perjanjian anjak
piutang, selanjutnya disebut perjanjian, dengan syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1
Definisi
Pasal 2
Penawaran
1. CLIENT menjamin penuh terhadap factor untuk dan akan menjual seluruh
piutang CLIENT kepada FACTOR, baik piutang-piutang yang ada pada saat
ini maupun piutang-piutang yang akan terjadi kemudian, dengan tidak
mengurangi hak FACTOR untuk menerima /menolak piutang yang akan
dialihkan.
2. piutang-piutang tersebut harus berupa tagihan yang timbul dari transaksi jual
beli yang sah dan tidak bertentangan dengan undang-undang.
3. CLIENT mengajukan penawaran tersebut dalam daftar penawaran yang
dibuat dalam rangkap 2.
Pasal 3
Penerimaan Penawaran
Pasal 4
Pengalihan Piutang
Pasal 5
Harga Piutang CLIENT
1. client dengan ini setuju untuk menjual kepada factor dan factordengan ini
setuju untuk membeli dari client, piutang dimaksud dengan jumlah
penawaran secara akumulatif yang diterima FACTOR Rp (terbilang);
tanpa mengurang hak factor untuk menurunkan jumlah tersebut setiap waktu
tanpa persetujuan dari client terlebih dahulu.
2. harga jual untuk setiap piutang dalam setiap daftar penawaran yang telah
disetujui bersama adalah nilai faktur yang harur dibayar customer dikurangi
dengan:
• potongan maksimum, jika ada, yang diberi oleh client untuk
pembayaran segera atau hal lainnya; dan
• setiap kredit yang diberi oleh client.
3. saat pembayaran oleh factor kepada client merupakan saat dimulainya
perhitungan Discounted Rate yang harus ditanggung oleh client dan periode
pengembalian yang harus dibayar oleh client kepada factor.
Pasal 6
Kewajiban CLIENT
1. client menjamin kepada factor bahwa piutang yang dialihkan tersebut benar-
benar milik client, timbul dari transaksi jual beli yang sah, bebas dari segala
sengketa, belum pernah, tidak sedang, dan tidak akan diikat sebagai jaminan
kepad apihak lain dalam bentuk apa pun juga.
2. client wajib menagih customer dan bertanggung jawab penuh membayar
kepada factor pada tanggal yang telah ditentukan oleh client dan factor.
3. ketelambatan pembayaran kembali (termasuk Discounted Rate) oleh client
kepada factor akan dikenakan denda keterlambatan sebesar 5% per bulan.
4. apabila ternyata kemudian hari terjadi hal-hal yang bertentangan dengan
yang tercantum dalam pasal 6 ayat 1perjanjian ini, maka secara serta merta
client berkewajiban menanggung kerugian yang diderita oleh factor.
Pasal 7
Penagihan/Pelunasan Pembayaran
1. factor adalah satu-satunya pemegang hak penuh untuk menerima dan atau
menagih dengan jalan apa pun setiap piutang yang dibeli oleh factor dari
client.
2. dalam hal customer karena sebab apa pun juga tdak dapat melunasi suatu
utangnya kepda client tetapi harus membayar kembali (termasuk Discounted
Rate) kepada factor.
Pasal 8
Pemberian Jaminan
Untuk menjamin lebih lanjut pembayaran kembali dengan tertib dan secara
sebagaimana mestinya semua kewajiban yang harus dibayar oleh client kepada
factor berdasarkan perjanjian ini, maka client dengan ini memberikan jaminan
kepada factor, yaitu:
Pasal 9
Masa Berlaku
Pasal 10
Kelalaian
Pasal 11
Pajak dan Biaya
Pasal 12
Lain-lain
Segala sesuatu yang belum cukup diatur dalam perjanjian ini, akan diatur dan
ditetapkan kemudian oleh dan atas kesepakatan kedua belah pihak secara tertulis.
Segala lampiran, penambahan dan lain-lain dokumen yang dibuat berdasarkan
perjanjian ini merupakan bagian dan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
perjanjian ini.
Pasal 13
Domisili
Apabila timbul perselisihan sebagai akibat dari perjanjian ini, kedua belah pihak
setuju dan sepakat untuk menyelesaikan secara musyawarah dan mufakat. Tetapi
bila tidak terjadi penyelesaian di kantor Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,
dengan tidak mengurangi hak factor untuk mengajukan tuntuan pada Pengadilan
Negeri lainnya di wilayah Republik Indonesia.
FACTOR CLIENT
PT MULTI FINANCE COMPANY
SAKSI-SAKSI
2.PENGALIHAN HAK ATAS PIUTANG
(CESSIE)
Perjanjian ini dibuat pada hari ini, hari tanggalbulan tahun ( ) oleh dan
antara :
Selanjutnya disebut factor (dalam arti termasuk pengantinya yang berhak dan
ditunjuk) disatu pihak;
II
Selanjutnya disebut client (dalam arti termasuk pengantinya yang berhak dan
ditunjuk) dilain pihak;
Kedua belah pihak dengan ini setuju dan sepakat mengadakan Perjanjian Pengadilan
Hak Atas Piutang, dengan syarat-syarat dan ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1
Client dengan ini menjual dan mengalihkan kepada factor dan factor dengan ini
membeli dan menerima pengalihan hak, kepemilikan dan kepentingan atas piutang
yang tercantum dalam daftar penerimaan No. ……… tanggal …….., terlampir, yang
merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini
(selanjutnya secara kolectif disebut piutang.
Pasal 2
Pasal 3
Para pihak mengakui bahwa pengalihan hak, kepemilikan dan kepentingan atas
piutang berdasarkan perjanjian ini telah sah dilakukan sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Client dengan ini memberi kuasa dengan hak substitusi kepada factor untuk
memberitahukan mengenai pengalihan ini kepada customer, sebagaimana istilah
tersebut didefinisikan dalam perjanjian anjak piutang, untuk memberikan
keterangan, membuat atau menyuruh membuat, menandatangani setiap dan semua
surat dan dokumen dan selanjutnya tindakan-tindakan lain yang diperlukan untuk
mensahkan pengalihan tersebut, dengan hak untuk memberikan substitusi kepada
pihak lain. Pemberian kuasa ini tidak dapat ditarik kembali serta tidak berakhir
karena hak-hak yang disebutkan dalam pasal 1813 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata atau karena sebab lain apa pun.
FACTOR CLIENT
3.DAFTAR PENAWARAN
Total
Jakarta,
CLIENT
4.DAFTAR PENERIMAAN
Sehubungan dengan Perjanjian Anjak Piutang No. ….. tanggal ……… dan
pelaksaan pasal 3 Perjanjian tersebut serta Daftar Penawaran No. ….. tanggal ……. ,
dengan ini Kami menerima tawaran piutang saudara sebagai CLIENT, dengan
persyaratan/kondisi sebagai berikut:
-Retensi : Rp
-Discounted Rate : Rp
-Biaya Administrasi : Rp
-PPN : Rp
3. CLIENT bertanggung jawab atas hasil tagihan tersebut dan kemudian
menyerahkan/membayar kepada FACTOR ke rekening Bank FACTOR yang
akan diberitahukan kemudian, dengan jadwal pembayaran sebagai berikut:
FACTOR CLIENT
Jakarta,
No. :
Hal : 5.Surat Perintah Bayar
Kepada Yth.
PT (nama perusahaan)
Jakarta
Dengan hormat,
Kepada
Nama :
a/C No. :
bank :
Demikian Surat Perintah Bayar ini kami buat, atas kerja sama yang baik, kami
ucapkan terima kasih.
Hormat Kami,
CLIENT
Sistim keuangan dan perbankan Islam adalah merupakan bagian dari konsep yang
lebih luas tentang ekonomi Islam, yang tujuannya, sebagaimana dianjurkan oleh
para ulama, adalah memperkenalkan sistim nilai dan etika Islam ke dalam
lingkungan ekonomi. Karena dasar etika ini maka keuangan dan perbankan Islam
bagi kebanyakan muslim adalah bukan sekedar sistem transaksi komersial. Persepsi
Islam dalam transaksi finansial itu dipandang oleh banyak kalangan muslim sebagai
kewajiban agamis. Kemampuan lembaga keuangan Islam menarik investor dengan
sukses bukan hanya tergantung pada tingkat kemampuan lembaga itu menghasilkan
keuntungan, tetapi juga pada persepsi bahwa lembaga tersebut secara sungguh-
sungguh memperhatikan restriksi-restriksi agamis yang digariskan oleh Islam.
Islam berbeda dengan agama-agama lainnya, karena agama lain tidak dilandasi
dengan postulat iman dan ibadah. Dalam kehidupan sehari-hari, Islam dapat
diterjemahkan ke dalam teori dan juga diinterpretasikan ke dalam praktek tentang
bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain. Dalam ajaran Islam, perilaku
individu dan masyarakat diarahkan ke arah bagaimana cara pemenuhan kebutuhan
mereka dilaksanakan dan bagaimana menggunakan sumber daya yang ada. Hal ini
menjadi subyek yang dipelajari dalam Ekonomi Islam sehingga implikasi ekonomi
yang dapat ditarik dari ajaran Islam berbeda dengan ekonomi tradisional. Oleh sebab
itu, dalam Ekonomi Islam, hanya pemeluk Islam yang berimanlah yang dapat
mewakili satuan ekonomi Islam.
Prinsip-prinsip Ekonomi Islam itu secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Dalam Ekonomi Islam, berbagai jenis sumber daya dipandang sebagai
pemberian atau titipan Tuhan kepada manusia. Manusia harus memanfaatkannya
seefisien dan seoptimal mungkin dalam produksi guna memenuhi kesejahteraan
secara bersama di dunia yaitu untuk diri sendiri dan untuk orang lain. Namun yang
terpenting adalah bahwa kegiatan tersebut akan dipertanggung-jawabkannya di
akhirat nanti.
(3) Kekuatan penggerak utama Ekonomi Islam adalah kerjasama. Seorang muslim,
apakah ia sebagai pembeli, penjual, penerima upah, pembuat keuntungan dan
sebagainya, harus berpegang pada tuntunan Allah SWT dalam Al Qur'an: 'Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan
batil, kecuali dengan perdagangan yang dilakukan dengan suka sama suka diantara
kamu…' (QS 4 : 29).
(4) Pemilikan kekayaan pribadi harus berperan sebagai kapital produktif yang akan
meningkatkan besaran produk nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Al Qur'an mengungkap kan bahwa, 'Apa yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya
sebagai harta rampasan dari penduduk negeri-negeri itu, adalah untuk Allah, untuk
Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang dalam
perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya saja
diantara kamu…' (QS 57:7). Oleh karena itu, Sistem Ekonomi Islam menolak
terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh beberapa orang saja. Konsep ini
berlawanan dengan Sistem Ekonomi Kapitalis, dimana kepemilikan industri
didominasi oleh monopoli dan oligopoli, tidak terkecuali industri yang merupakan
kepentingan umum.
(6) Orang muslim harus takut kepada Allah dan hari akhirat, seperti diuraikan dalam
Al Qur'an sebagai berikut: 'Dan takutlah pada hari sewaktu kamu dikembalikan
kepada Allah, kemudian masing-masing diberikan balasan dengan sempurna
usahanya. Dan mereka tidak teraniaya…' (QS 2:281). Oleh karena itu Islam mencela
keuntungan yang berlebihan, perdagangan yang tidak jujur, perlakuan yang tidak
adil, dan semua bentuk diskriminasi dan penindasan.
(7) Seorang muslim yang kekayaannya melebihi tingkat tertentu (Nisab) diwajibkan
membayar zakat. Zakat merupakan alat distribusi sebagian kekayaan orang kaya
(sebagai sanksi atas penguasaan harta tersebut), yang ditujukan untuk orang miskin
dan orang-orang yang membutuhkan. Menurut pendapat para alim-ulama, zakat
dikenakan 2,5% (dua setengah persen) untuk semua kekayaan yang tidak produktif
(Idle Assets), termasuk di dalamnya adalah uang kas, deposito, emas, perak dan
permata, pendapatan bersih dari transaksi (Net Earning from Transaction), dan 10%
(sepuluh persen) dari pendapatan bersih investasi.
(8) Islam melarang setiap pembayaran bunga (Riba) atas berbagai bentuk pinjaman,
apakah pinjaman itu berasal dari teman, perusahaan perorangan, pemerintah ataupun
institusi lainnya. Al Qur'an secara bertahap namun jelas dan tegas memperingatkan
kita tentang bunga. Hal ini dapat dilihat dari turunnya ayat-ayat Al Qur'an secara
berturut-turut dari QS 39:39, QS 4:160-161, QS 3:130-131 dan QS 2:275-281.
Islam adalah suatu Din (Way of Life) yang praktis, yang mengajarkan segala sesuatu
yang baik dan bermanfaat bagi manusia, dengan mengabaikan waktu, tempat atau
tahap-tahap perkembangannya. Islam adalah agama fitrah, yang sesuai dengan sifat
dasar manusia (human nature).
Prof. Emeritus Tan Sri Datuk Ahmed bin Mohd. Ibrahim menyatakan :
"Banking and financial activities have emerged to meet genuine human needs.
Therefore, unless these activities belong to the category expressly forbidden by
Islam, there is nothing in the nature of these activities which is contrary to the
Syariah. Examples of forbidden activities include gambling and manufacturing and
trading in forbidden goods such as liquor" .
(1) Prinsip Al Ta'awun, yaitu saling membantu dan saling bekerja sama diantara
anggota masyarakat untuk kebaikan, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an :
"Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan
jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran" (QS 5:2)
(2) Prinsip menghindari Al Iktinaz, yaitu menahan uang (dana) dan membiarkannya
menganggur (Idle) dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi
masyarakat umum, sebagaimana dinyatakan di dalam Al Qur'an :
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama
suka di antara kamu…" (QS 4: 29)
Sejak dekade tahun 70-an, umat Islam di berbagai negara telah berusaha untuk
mendirikan bank-bank Islam. Tujuan dari pendirian bank-bank Islam ini pada
umumnya adalah untuk mempromosikan dan mengembangkan aplikasi dari prinsip-
prinsip syariah Islam dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan dan
bisnis lain yang terkait.
Pada dasarnya Islam memandang uang hanya sebagai alat tukar, bukan sebagai
barang dagangan (komoditas). Oleh karena itu motif permintaan akan uang adalah
untuk memenuhi kebutuhan transaksi (money demand for transaction), bukan untuk
spekulasi. Islam juga sangat menganjurkan penggunaan uang dalam pertukaran
karena Rasulullah telah menyadari kelemahan dari salah satu bentuk pertukaran di
zaman dahulu yaitu barter (Bai' al Muqayyadah), dimana barang saling
dipertukarkan. Menurut Afzalur Rahman:
Hal ini dapat dijumpai dalam hadits-hadits antara lain seperti diriwayatkan oleh Ata
Ibn Yasar, Abu Said dan Abu Hurairah, dan Abu Said Al Khudri.
Secara mikro, Qard tidak memberikan manfaat langsung bagi orang yang
meminjamkan. Namun secara makro, Qard akan memberikan manfaat tidak
langsung bagi perekonomian secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena
pemberian Qard membuat velocity of money (percepatan perputaran uang) akan
bertambah cepat, yang berarti bertambahnya darah baru bagi perekonomian,
sehingga pendapatan nasional (National Income) meningkat. Dengan peningkatan
pendapatan nasional, maka si pemberi pinjaman akan meningkat pula
pendapatannya. Demikian pula pengeluaran Shadaqah juga akan memberikan
manfaat yang lebih kurang sama dengan pemberian Qard.
Islam juga tidak mengenal konsep Time Value of Money, namun Islam mengenal
konsep Economic Value of Time yang artinya bahwa yang bernilai adalah waktu itu
sendiri. Islam memperbolehkan penetapan harga tangguh bayar lebih tinggi dari
pada harga tunai. Zaid bin Ali Zainal Abidin bin Husin bin Ali bin Abi Thalib, cicit
Rasulullah saw, adalah orang yang pertama kali menjelaskan diperbolehkannya
penetapan harga tangguh bayar (Deferred Payment) lebih tinggi daripada harga tunai
(Cash).
Yang lebih menarik adalah bahwa dibolehkannya penetapan harga tangguh yang
lebih tinggi itu sama sekali bukan disebabkan Time Value of Money, namun karena
semata-mata ditahannya hak si penjual barang. Dapat dijelaskan di sini bahwa bila
barang dijual tunai dengan untung Rp 500,00, maka si penjual dapat membeli lagi
dan menjual lagi sehingga dalam satu hari itu keuntungannya adalah Rp 1000,00.
Sedangkan bila dijual tangguh bayar maka hak si penjual menjadi tertahan, sehingga
dia tidak dapat membeli lagi dan menjual lagi. Akibat lebih jauh dari itu, hak dari
keluarga dan anak si penjual untuk makan malam pada hari itu tertahan oleh
pembeli. Untuk alasan inilah, yaitu tertahannya hak penjual yang telah memenuhi
kewajibannya (menyerahkan barang), maka Islam membolehkan penetapan harga
tangguh lebih tinggi dari harga tunai .
Islam mempunyai hukum sendiri untuk memenuhi kebutuhan tersebut, yaitu melalui
akad-akad bagi hasil (Profit and Loss Sharing), sebagai metoda pemenuhan
kebutuhan permodalan (equity financing), dan akad-akad jual-beli (al bai') untuk
memenuhi kebutuhan pembiayaan (debt financing), dengan produk-produknya
sebagai berikut :
Melalui kontrak ini, dua pihak atau lebih (termasuk bank dan lembaga keuangan
bersama nasabahnya) dapat mengumpulkan modal mereka untuk membentuk sebuah
perusahaan (Syirkah al Inan) sebagai sebuah Badan Hukum (legal entity). Setiap
pihak memiliki bagian secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal mereka
dan mempunyai hak mengawasi (Voting Right) perusahaan sesuai dengan
proporsinya. Untuk pembagian keuntungan, setiap pihak menerima bagian
keuntungan secara proporsional dengan kontribusi modal masing-masing atau sesuai
dengan kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya. Bila perusahaan mengalami
kerugian, maka kerugian itu juga dibebankan secara proporsional kepada masing-
masing pemberi modal. Aplikasinya dalam perbankan terlihat pada akad yang
diterapkan pada usaha atau proyek dimana bank membiayai sebagian saja dari
jumlah kebutuhan investasi atau modal kerjanya. Selebihnya dibiayai sendiri oleh
nasabah. Akad ini juga diterapkan pada sindikasi antar bank atau lembaga keuangan.
Dalam kontrak tersebut, salah satu pihak dapat mengambil alih modal pihak lain
sedang pihak lain tersebut menerima kembali modal mereka secara bertahap. Inilah
yang disebut dengan Musyarakah al Mutanakishah. Aplikasinya dalam perbankan
adalah pada pembiayaan proyek oleh bank bersama nasabahnya atau bank dengan
lembaga keuangan lainnya, dimana bagian dari bank atau lembaga keuangan diambil
alih oleh pihak lainnya dengan cara mengangsur. Akad ini juga dapat dilaksanakan
pada mudharabah yang modal pokoknya dicicil, sedangkan usahanya berjalan terus
dengan modal yang tetap.
Dalam hal obyek yang didanai ditentukan oleh penyedia dana, maka kontrak
tersebut dinamakan Mudharabah al Muqayyadah. Dia menggunakan modal tersebut,
dengan tujuan yang dinyatakan secara khusus, untuk menghasilkan keuntungan.
Pada saat proyek sudah selesai, Mudharib akan mengembalikan modal tersebut
kepada penyedia modal berikut porsi keuntungan yang telah disetujui sebelumnya.
Bila terjadi kerugian maka seluruh kerugian dipikul oleh Shahib al Maal. Bank dan
lembaga keuangan dalam kontrak ini dapat menjadi salah satu pihak. Mereka dapat
menjadi penyedia dana (Mudharib) dalam hubungan mereka dengan para penabung,
atau dapat menjadi penyedia dana (Shahib al Maal) dalam hubungan mereka dengan
pihak yang mereka beri dana.
Kalimat Al Qur'an "… Allah menghalalkan jual beli (al bai) dan melarang riba…"
(QS 2:275) menunjukkan bahwa praktek bunga adalah tidak sesuai dengan spirit
Islam. Istilah jual-beli (Al Bai') memiliki arti yang secara umum meliputi semua tipe
kontrak pertukaran, kecuali tipe kontrak yang dilarang oleh syariah. Al Bai' berarti
setiap kontrak pertukaran barang dan jasa dalam jumlah tertentu atas barang
(termasuk uang) dan jasa yang lain. Penyerahan jumlah atau harga barang dan jasa
tersebut dapat dilakukan dengan segera (cash) atau dengan tangguh (deferred). Oleh
karenanya syarat-syarat Al Bai' dalam Debt Financing menyangkut berbagai tipe
dari kontrak jual beli tangguh (Deferred Contract of Exchange) yang meliputi
transaksi-transaksi sebagai berikut:
1. Prinsip Jual-beli
- Al Bai' Bitsaman Ajil, yaitu kontrak al murabahah dimana barang yang diperjual-
belikan tersebut diserahkan dengan segera sedang harga atas barang tersebut dibayar
di kemudian hari secara angsuran (Installment Deferred Payment). Dalam
prakteknya pada bank sama dengan murabahah, hanya saja kewajiban nasabah
dilakukan secara angsuran.
- Bai' as Salam, yaitu kontrak jual beli dimana harga atas barang yang diperjual-
belikan dibayar dengan segera (secara sekaligus), sedangkan penyerahan atas barang
tersebut dilakukan kemudian. Bai' as salam ini biasanya dipergunakan untuk produk-
produk pertanian yang berjangka pendek. Dalam hal ini, bank bertindak sebagai
pembeli produk dan menyerahkan uangnya lebih dulu sedangkan para nasabah
menggunakannya sebagai modal untuk mengelola pertaniannya. Karena kewajiban
nasabah kepada bank berupa produk pertanian, biasanya bank melakukan Paralel
Salam yaitu mencari pembeli kedua sebelum saat panen tiba.
- Bai' al Istishna', hampir sama dengan bai' as salam yaitu kontrak jual beli dimana
harga atas barang tersebut dibayar lebih dulu tetapi dapat diangsur sesuai dengan
jadwal dan syarat-syarat yang disepakati bersama, sedangkan barang yang dibeli
diproduksi (manufactured) dan diserahkan kemudian. Dalam prakteknya bank
bertindak sebagai penjual (mustashni' ke-1) kepada pemilik/pembeli proyek (bohir)
dan mensubkannya kepada kontraktor (mustashni' ke-2).
2. Prinsip sewa-beli
Sewa dan Sewa-beli (Ijarah dan Ijara wa Iqtina) oleh para ulama, secara bulat
dianggap sebagai model pembiayaan yang dibenarkan oleh syariah Islam. Model ini
secara konvensional dikenal sebagai lease dan financing lease. Al Ijarah atau sewa,
adalah kontrak yang melibatkan suatu barang (sebagai harga) dengan jasa atau
manfaat atas barang lainnya. Penyewa dapat juga diberikan options untuk membeli
barang yang disewakan tersebut pada saat sewa selesai, dan kontrak ini disebut Al
Ijarah wa Iqtina', dimana akad sewa yang terjadi antara bank (sebagai pemilik
barang) dengan nasabah (sebagai penyewa) dengan cicilan sewanya sudah termasuk
cicilan pokok harga barang.
Jasa simpanan dana dalam bentuk Rekening Koran diberikan oleh bank Islam
dengan prinsip Al Wadi'ah yad Dhamanah, di mana penerima simpanan bertanggung
jawab penuh atas segala kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan
tersebut. Dengan prinsip ini, bank menerima simpanan dana dari nasabah yang
memerlukan jasa penitipan dengan kebebasan mutlak untuk menariknya kembali
sewaktu-waktu.
Jadi, Bank memperoleh ijin dari nasabah untuk menggunakannya selama dana
tersebut mengendap di bank. Nasabah sewaktu-waktu dapat menarik sebagian atau
seluruh saldo yang mereka miliki. Dengan demikian mereka memerlukan jaminan
pembayaran kembali dari bank atas simpanan mereka. Semua keuntungan yang
dihasilkan dari penggunaan dana tersebut selama mengendap di bank adalah menjadi
hak bank. Bank diperbolehkan memberikan bonus kepada nasabah atas kehendaknya
sendiri, tanpa diikat oleh perjanjian. Bank menyediakan cek dan jasa-jasa lain yang
berkaitan dengan rekening koran tersebut.
Berdasarkan prinsip wadiah ini penerima simpanan juga dapat bertindak sebagai
Yad al Amanah (tangan penerima amanah), artinya ia tidak bertanggung jawab atas
kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan selama hal itu bukan akibat
kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan (terjadi karena faktor di luar
kemampuan penerima simpanan). Penerapannya dalam perbankan dapat kita
saksikan, misalnya dalam pelayanan safe deposit box.
Bank menerima simpanan dari nasabah yang memerlukan jasa penitipan dana
dengan tingkat keleluasaan tertentu untuk menariknya kembali berikut kemungkinan
memperoleh keuntungan berdasarkan prinsip Wadi'ah. Bank memperoleh izin dari
nasabah untuk menggunakan dana tersebut selama mengendap di bank. Nasabah
dapat menarik sebagian atau seluruh saldo simpanannya sewaktu-waktu atau sesuai
dengan perjanjian yang disepakati. Bank menjamin pembayaran kembali simpanan
mereka. Semua keuntungan atas pemanfaatan dana tersebut adalah milik bank,
namun tetapi berbeda dengan rekening koran, bank dapat memberikan imbalan
keuntungan yang berasal dari sebagian keuntungan bank. Bank menyediakan buku
tabungan dan jasa-jasa yang berkaitan dengan rekening tersebut.
Bank menerima simpanan dari nasabah yang mencari kesempatan investasi dari
dana mereka dalam bentuk Rekening Investasi Umum berdasarkan prinsip
mudharabah mutlaqah. Simpanan diperjanjikan untuk jangka waktu tertentu. Bank
dapat menerima simpanan tersebut untuk jangka waktu 1, 3, 6, 12, 24 bulan dan
seterusnya. Dalam hal ini bank bertindak sebagai Mudharib dan nasabah bertindak
sebagai Shahib al Maal, sedang keduanya menyepakati pembagian laba (bila ada)
yang dihasilkan dari penanaman dana tersebut dengan Nisbah tertentu. Dalam hal
terjadi kerugian, nasabah menanggung kerugian tersebut dan bank kehilangan
keuntungan.
Bank dapat juga menerima simpanan dari pemerintah atau nasabah korporasi dalam
bentuk rekening simpanan khusus. Rekening ini juga dioperasikan berdasarkan
prinsip mudharabah, tetapi bentuk investasi dan nisbah pembagian keuntungannya
biasanya dinegosiasikan secara kasus per kasus (mudharabah muqayyadah).
(a) Rahn
Rahn adalah akad menggadaikan barang dari satu pihak kepada pihak lain, dengan
uang sebagai gantinya. Akad ini dapat digunakan sebagai tambahan pada
pembiayaan yang beresiko dan memerlukan jaminan tambahan. Akad ini juga dapat
menjadi produk tersendiri untuk melayani kebutuhan nasabah untuk keperluan yang
bersifat jasa dan konsumtif, seperti pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Lembaga
keuangan tidak menarik manfaat apapun kecuali biaya pemeliharaan atau keamanan
barang yang digadaikan tersebut.
(b) Wakalah
Wakalah adalah akad perwakilan antara dua pihak. Dalam aplikasinya pada
Perbankan Syariah, Wakalah biasanya diterapkan untuk penerbitan Letter of Credit
(L/C) atau penerusan permintaan akan barang dalam negeri dari bank di luar negeri
(L/C ekspor). Wakalah juga diterapkan untuk mentransfer dana nasabah kepada
pihak lain.
(c) Kafalah
Kafalah adalah akad jaminan satu pihak kepada pihak lain. Dalam lembaga
keuangan, akad ini terlihat dalam penerbitan garansi bank (Bank Guarantee), baik
dalam rangka mengikuti tender (Bid bond), pelaksanaan proyek (Performance
bond), ataupun jaminan atas pembayaran lebih dulu (Advance Payment bond).
(d) Hawalah
(e) Jo'alah
Jo'alah adalah suatu kontrak dimana pihak pertama menjanjikan imbalan tertentu
kepada pihak kedua atas pelaksanaan suatu tugas / pelayanan yang dilakukan oleh
pihak kedua untuk kepentingan pihak pertama. Prinsip ini dapat diterapkan oleh
bank dalam menawarkan berbagai pelayanan dengan mengambil fee dari nasabah.
(f) Sharf
Sharf adalah transaksi pertukaran antara emas dengan perak atau pertukaran valuta
asing, dimana mata uang asing dipertukarkan dengan mata uang domestik atau
dengan mata uang asing lainnya.
Bank Islam sebagai lembaga keuangan dapat menerapkan prinsip ini, dengan catatan
harus memenuhi syarat-syarat yang disebutkan dalam beberapa hadits antara lain:
- Harus tunai;
- Serah terima harus dilaksanakan dalam majelis kontak;
- Bila dipertukarkan mata uang yang sama harus dalam jumlah / kuantitas yang
sama.
Al-hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang
lain yang wajib menanggungnya. Dalam istilah para ulama, hawalah adalah
pemindahan beban utang dari muhil (orang yang berutang) menjadi tanggungan
muhal’alaih atau orang yang berkewajiban membayar utang. Secara operasional
memang mirip dengan anjak piutang atau factoring dalam pembiayaan
konvensional. Sebelum melihat perbedaannya dengan prinsip konvensional, marilah
kita lihat prinsip al-hawalah terlebih dahulu.
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa A (muhal) memberi pinjaman
kepada B (muhil), sedangkan B masih mempunyai piutang kepada C (muhal’alaih).
Begitu B tidak mampu membayar utangnya pada A ia lalu mengalihkan beban utang
tersebut pada C. Dengan demikian C yang harus membayar utang B pada A,
sedangkan utang C sebelumnya kepada B dianggap lunas.
Landasan syariah dibolehkannya hawalah terdapat pada hadis dan ijma.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah
bersabda: “Menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah satu kezaliman.
Dan jika salah seorang di antara kamu diikutkan (di-hawalah-kan) kepada orang
yang mampu, terimalah hawalah itu.” Pada hadis itu Rasulullah memberitahukan
kepada orang yang mengutangkan, jika orang yang berutang menghawalahkan
kepada orang yang mampu/kaya, hendaklah ia menerima hawalah tersebut dan
hendaklah ia menagih kepada orang yang dihawalahkan (muhal’alaih). Dengan
demikian haknya dapat terpenuhi.
Sebagian ulama berpendapat bahwa perintah untuk menerima hawalah dalam
hadis itu menunjukkan wajib. Oleh sebab itu wajib bagi muhal untuk menerima
hawalah. Adapun mayoritas ulama berpendapat bahwa perintah itu menunjukkan
sunnah.Ulama sepakat membolehkan hawalah. Hawalah dibolehkan pada utang
yang tidak berbentuk barang/benda karena hawalah adalah perpindahan utang. Oleh
sebab itu harus pada uang atau kewajiban finansial.
Kontrak hawalah dalam perbankan syariah biasanya, antara lain, diterapkan
pada factoring atau anjak piutang, di mana para nasabah yang memiliki piutang pada
pihak ketiga memindahkan piutang itu kepada bank. Bank lalu membayar piutang
itu untuk selanjutnya bank menagih utang kepada pihak ketiga. Adapun
perbedaannya dengan yang berlangsung di bank konvensional adalah:
· Pada transaksi konvensional, bank membayar nasabah sebesar nilai piutang yang
sudah didiscounted di muka, dan bank menagih akseptor secara penuh. Pada bank
syariah, bank tetap membayar penuh pada nasabah, namun nasabah dikenai biaya
administrasi.
· Pada bank konvensional, setelah pembayaran didiscounted di muka, nasabah masih
dikenai biaya administrasi.
· Pada bank konvensional, invoice yang telah jatuh tempo dapat diperjualbelikan
dengan discounted. Di bank syariah transaksi semacam itu dilarang.
· Pada bank konvensional, sebelum jatuh tempo piutang tersebut dapat
diperjualbelikan lagi kepada pihak lain, (bahkan bisa beberapa kali pindah tangan).
Di bank syariah transaksi semacam itu juga dilarang.
BAB 11 : TAMBAHAN
ANJAK PIUTANG
Misi
• Menciptakan suasana pasar perbankan syariah agar dapat berkembang
dengan mendorong terciptanya syarikat dagang yang terkoordinasi dengan
baik
• Mencapai pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan melalui
sinergi dengan mitra strategis agar menjadi bank syariah terkemuka di
Indonesia yang mampu meningkatkan nilai bagi para pemegang saham dan
memberikan kemaslahatan bagi masyarakat luas
• Mempekerjakan pegawai yang profesional dan sepenuhnya mengerti
operasional perbankan syariah
• Menunjukkan komitmen terhadap standar kinerja operasional perbankan
dengan pemanfaatan teknologi mutakhir, serta memegang teguh prinsip
keadilan, keterbukaan dan kehati-hatian
• Mengutamakan mobilisasi pendanaan dari golongan masyarakat menengah
dan ritel, memperbesar portofolio pembiayaan untuk skala menengah dan
kecil, senta mendorong tenwujudnya manajemen zakat, infak dan shadaqah
yang lebih efektif sebagai cerminan kepedulian sosial
• Meningkatkan permodalan sendiri dengan mengundang perbankan lain,
segenap lapisan masyarakat dan investor asing.
Prinsip
Bank Syariah Mandiri sebagai bank yang beroperasi atas dasar prinsip
syariah Islam menetapkan budaya perusahaan yang mengacu kepada sikap akhlaqul
karimah (budi pekerti mulia), yang terangkum dalam lima pilar yang disingkat
SIFAT, yaitu :
Siddiq (Integritas)
Menjaga Martabat dengan Integritas. Awali dengan niat dan hati tulus, berpikir
jernih, bicara benar, sikap terpuji dan perilaku teladan.
Istiqomah (Konsistensi)
Konsisten adalah Kunci Menuju Sukses. Pegang teguh komitmen, sikap optimis,
pantang menyerah, kesabaran dan percaya diri.
Fathanah (Profesionalisme)
Profesional adalah Gaya Kerja Kami. Semangat belajar berkelanjutan, cerdas,
inovatif, terampil dan adil.
Amanah (Tanggung-jawab)
Terpercaya karena Penuh Tanggung Jawab. Menjadi terpercaya, cepat tanggap,
obyektif, akurat dan disiplin
Tabligh (Kepemimpinan)
Kepemimpinan Berlandaskan Kasih-Sayang. Selalu transparan, membimbing,
visioner, komunikatif dan memberdayakan.
DATA BANK SYARIAH MANDIRI
Nama : PT. Bank Syariah Mandiri
Alamat : Gedung Bank Syariah Mandiri
Jl. MH. Thamrin No. 5
Jakarta 10340 - Indonesia
Telepon : (62-21) 2300509, 39839000 (Hunting)
Faksimili : (62-21) 39832989
Situs Web : www.syariahmandiri.co.id
Tanggal Berdiri : 25 Oktober 1999
Tanggal Beroperasi : 1 Nopember 1999
Jenis Usaha : Perbankan
Modal Dasar : Rp. 1.000.000.000.000,-
Modal Disetor : Rp 358.372.565.000,-
Jumlah Kantor : sebanyak 169 kantor layanan, yang tersebar di 23
provinsi di seluruh Indonesia
Jumlah ATM : 51 ATM Syariah Mandiri, 2631 ATMandiri, 6642
ATM BERSAMA dan 4500 BankCard
Jumlah Karyawan : sebanyak 2139 karyawan
KEPEMILIKAN SAHAM
PT. Bank Mandiri (Persero) 71.674.412 saham (99,999999%)
PT. Mandiri Sekuritas 1 saham (0,000001%)
Aktiva
1 Kas 111,510,496
2 Penempatan pada Bank Indonesia 1,795,403,289
3 Giro pada bank lain 66,178,432
4 Penempatan pada bank lain 116,120,000
5 Investasi dalam surat-surat berharga 402,395,873
6 Piutang -
c. Piutang Lainnya -
14 Ijarah 56,059,810
PROFIL PERUSAHAAN
PT Sinar Mas Multifinance (Simas Finance) adalah perusahaan yang bergerak
dalam jasa usaha pembiayaan sewa guna usaha, anjak piutang dan pembiayaan
konsumen. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1985 dengan nama PT Sinar Supra
Leasing Company, lalu berganti nama menjadi PT Sinar Supra Finance Co., dan
akhirnya memilih nama baru yang digunakan sampai sekarang. Pada tahun 1995
seluruh saham perusahaan dibeli oleh PT Sinar Mas Multiartha Tbk, sebuah
perusahaan investasi dibawah kelompok usaha Sinar Mas.
Pada Februari 1995, PT Sinar Mas Multiartha Tbk membeli seluruh saham PT
Sinar Supra Finance dan mengganti nama perusahaan yang dibelinya menjadi PT
Sinar Mas Multifinance pada awal 1996. Pada Juni 1996, sesuai pedoman
Departemen Keuangan Republik Indonesia, dipindahkan seluruh aktiva
pembiayaan dari PT Sinar Mas Multiartha TBK kepada Simas Finance. Sesuai
dengan laporan keuangan Akuntan Publik Hanadi Sujendro, pemindahan ini
meliputi nilai aktiva sebesar Rp.521 milyar.
Unaudited
Rasio Keuangan 2004 2003 2002
Jun-2005
Pendapatan dari aktiva 11,79% 26,85% 20,84% 21,79 %
Pendapatan dari modal 13,10% 29,83% 33,84% 403,67 %
Hutang dengan rasio ekuitas 0,11 0,11 0,62 17,52
B.Niaga Multifinance
PENGERTIAN
Kartu plastik merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu
lembaga keuangan yang dapat digunakan untuk berbagai macam transaksi keuangan.
Perkembangan pengunaan kartu plastik dalam berbagai bentuknya menunjukkan
bahwa alat ini tidak hanya digunakan sebagai alat pembayaran tetapi juga untuk
tujuan lain seperti penarikan uang tunai. Berdasarkan pertimbangan dapat dibawa
bepergian dengan praktis, dapat digunakan sewaktu – waktu. Dan kemudahan
pengunaan yang lain kartu plastik ini semakin luas digunakan untuk berbagai
macam transaksi keuangan.
Ide penggunaan kartu kredit diawali tahun 1950 – an secara kebetulan.
Peristiwanya terjadi di kota New York, Amerika Serikat pada sebuah restoran.
Seorang pengusaha bernama Frank McNamara mengadakan perjamuan makan bagi
rekan usahanya di restoran tersebut. Pada saat akan membayar, ia kebingungan dan
malu karena ternyata lupa membawa uang tunai sama sekali. Satu – satu tindakan
yang dapat dilakukannya hanyalah meninggalkan kartu identitas dengan maksud
akan membayar kepada restoran tersebut setelah ia pulang untuk mengambil uang
tunai dalam jumlah yang cukup. Kartu identitas tersebut berlaku sebagai semacam
jaminan bahwa si pengusaha akan melunasi kewajibannya.
Kejadian yang sangat berkesan ini bagi Frank McNamara tersebut
mengilhaminya untuk terus memikirkan suatu sistem pembayaran tanpa penggunaan
uang tunai secara langsung. Sistem pembayaran yang baru tersebut menggunakan
kartu yang dikenal dengan Diners Club.Berikut ini sejarah lengkap setiap jenis
perusahaan penerbit kartu plastik :
Master Card
American Express
Kartu terkenal lainnya dari AS, adalah merek Amex. Kelahiran kartu itu
dibidani American Express Company-berdiri tahun 1850-penyedia jasa perjalanan
global (global travel), keuangan, dan jaringan jasa-jasa lainnya-berdiri tahun
1850.Sebagai penyedia jasa global travel, tahun 1963 diluncurkan pula kartu
International Dollar Cards, yang kemudian menjadi kartu-kartu merek Amex.
Peluncuran itu diterbitkan dan dikomunikasikan langsung dari Inggris Raya.
Jepang, adalah negara di luar AS dan Eropa yang memiliki jati diri tersendiri
soal kartu, yakni JCB Card. Kelahiran JCB, diawali dengan berdirinya Japan Credit
Bureau, serta Osaka Credit Bureau (OCB) tahun 1961. Kemudian tahun 1968, JCB
dan OCB bergabung jadi satu mengambil nama JCB.Tahun 1981, JCB
mengembangkan operasi internasional ditandai dengan pendirian JCB International
(Asia) Ltd. Kartu JCB pertama yang diterbitkan di luar Jepang adalah di
Hongkong.Tahun-tahun berikutnya, JCB terus melebarkan sayap hingga ke AS dan
negara lainnya. Tahun 1996, kartu JCB sudah diterima di 150 lebih negara dengan
penjualan melebihi 4 trilyun yen. Tahun itu juga JCB Card di Indonesia, Filipina,
dan Arab Saudi.
Visa
BICARA soal kartu, Visa jelas adalah rajanya. Sejarahnya diawali tahun
1958, ketika Bank of America meluncurkan kartu berwarna biru, putih, dan emas
merek BankAmericard di California. Tahun 1970, sebuah asosiasi bernama National
BankAmericard, Inc didirikan untuk menangani pemasaran kartu itu.Tahun 1974,
Bank of America mendirikan perusahaan internasional bernama IBANCO,
menangani pemasaran lisensi bisnis kartu BankAmericards Inc, di luar AS. Tahun
1976, IBANCO berubah nama menjadi Visa International dan nama National
BankAmericard, Inc berubah menjadi Visa USA.Meski bukan yang pertama tetapi
Visa adalah yang terutama dalam banyak hal. Tak heran Visa menyebut dirinya
sebagai the "World's Best Way to Pay and Be Paid" (cara terbaik untuk membayar
atau dibayari). Dia juga merupakan sistem pembayaran terbesar untuk konsumen,
bisnis, dan lembaga pemerintahan.Visa-yang bermarkas di San Francisco (AS) kini
memiliki 21.000 lembaga yang menjadi anggotanya, 970 juta lebih kartu dengan
berbagai logo dan fungsi, diterima di 300 negara (dengan 18 juta lebih lokasi),
volume tahunan 1,5 trilyun dollar AS (September 1999). Visa yang menduduki top
15 global brands untuk berbagai kategori, juga memiliki jaringan ATM di 550.000
lokasi yang ada di 120 negara. Tahun 1999, Visa memroses 25 milyar transaksi
konsumen per tahun.
Diners Club
SEJARAH kartu yang paling lengkap adalah Diners Club Internasional. Itu
bermula pada tahun 1949, ketika Frank McNamara makan malam (dinner) di sebuah
restoran di New York. McNamara tidak dapat membayar makanan tersebut karena
dia lupa membawa dompetnya. Untung sang istrinya menyelamatkannya dari dilema
tersebut, meski dia tidak pernah melupakan kejadian yang memalukan itu. Dari
kejadian itu, dia berjanji agar hal serupa tak terjadi lagi, padanya dan pada orang
lain.Melalui pengacaranya, Ralph Schneider, Frank McNamara menciptakan Diners
Club pada tahun 1950. Kartu pertama ini dibagikan kepada 200 orang, merupakan
teman pribadi dan kenalannya. Sebanyak 14 restoran di New York bersedia
menerima kartu tersebut.Bisnis berubah dengan cepatnya dan Diners Club terus
mengepakkan sayapnya. Pada akhir tahun itu juga, pemegang kartu bertambah
demikian pula kota-kota besar semakin bertambah yang menerima kartu ini yakni
New York, Miami, Boston, Chicago, Los Angeles dan San Francisco.Tahun 1953
Diners Club menjadi kartu debit pertama yang diterima secara internasional ketika
pebisnis di Inggris, Kanada, Meksiko, Kuba setuju menerima kartu tersebut. Diners
Club memiliki kantor cabang di 17 kota, termasuk Honolulu dan London dan
dengan cepat dan pasti merambat ke kota-kota lain di zona Eropa, Afrika, Australia
dan daerah lainnya dan diterima oleh banyak badan usaha.Pendiri Diners Club
meninggal dunia pada tahun 1957 saat berumur 40 tahun. Pada tahun itu Diners
Club dibuka di Italia berkantor pusat di Roma, di Swis dan Venezuela dan setiap
bulannya anggota pemegang kartu bertambah 15.000. Tahun 1958, IRS mulai
meminta laporan lengkap biaya bisnis penggunaan kartu Diners Club, yang
menyebabkan semakin meningkatnya permintaan atas kartu Diners Club.
Peningkatan di tahun itu juga, lebih dramatis lagi seperti pembukaan operasinya di
Belanda, dan menjadi sponsor pertandingan sepakbola Amerika, serta merupakan
perusahaan besar pertama pemasang iklan di televisi dan memperluas pemakiannya
di segala jenis perusahaan misalnya telegram, perusahaan obat, perusahaan
konveksi, hotel dan perusahaan lainnya.Asia mulai kemasukan kartu ini pada tahun
1960 yakni di Hongkong, Jepang, Malaysia, dan Thailand.Tahun 1961, Diners Club
berusaha bergabung dengan Hilton Credit Corp namun tidak berhasil. Diners Club
membuka pelayanan pasar eksekutif bagi anggotanya dan mengubah bentuknya dari
kertas menjadi kartu plastik dan membuat kontrak dengan Dashew Business
Machines untuk pembuatan kartu.Diners Club mengakuisisi/ mendapatkan Simpson
Factors Corporation dan dua cabangnya yakni McMullen Factors dan Customs
Credit Corp., pembelian yang besar yang membuat harian The New York Times
menyebutnya "gerakan diversifikasi utama yang pertama."Perkembangannya
berlanjut lagi pada tahun 1962, Phillips Petroleum Co, Union Oil Co.of California,
Divisi Pennzoil dari South Penn Oil Co., Jenney Manufacturing Co., dan Sunoco
menerima kartu ini. Diners Club meraih penjualan di Southern General Factors, Inc,
dan Financial Services, Inc., yang berbasis di High Point, Carolina Utara.Tahun
1965, Diners Club memperkenalkan automatisasi komputer dan prosedur tagihan
dengan mengunakan komputer. JC Penney mencoba mengaukusisi/memperoleh
Diners Club dan demikian juga Chase Manhattan juga berusaha memperoleh Diners
Club. Pada tahun 1966, perusahaan keuangan di Bulgaria dan Hongaria menjadi
agen Diners Club.Diners Club memutuskan memasukkan lebih banyak lagi artikel
perjalanan dalam perusahaan majalahnya dan mengubah judul publikasinya itu
dengan nama "Signature"."Signature" memdeklarasikan pertama kali bahwa setiap
tagihan ditangani dengan "computer to computer basis". Diners Club bersama
dengan majalah Holiday mendirikan Wayfarers Club, klub baru untuk para
pelancong.Tahun 1967, Diners Club bergerak ke arah bisnis travel dengan membeli
60 juta dollar volume-Fugazy Travel, perusahaan travel terbesar ketiga di Amerika.
Diners Club kemudian menguasai pasar di Ekuador dan Peru.Diners Club
memperkenalkan perusahaan kartu pertama yang memberikan program asuransi
otomatis bagi perjalanan lewat udara. Tahun 1970 Diners Club memperkenalkan
sebuah program autorisasi kartu kredit.Tahun 1973, hak monopoli Diners Club buka
di Indonesia bersamaan dengan Singapura.Tahun 1980 Ketua Continetal Corp., John
B Ricker, Jr-yang sebelumnya telah membeli Diners-memperkenalkan kartu Diners
Club di Cina. Kemudian Citicorp mengakuisisi Diners Club dari Continental Corp.
dan Diners Club du Maroc. Tahun 1983, diperkenalkan kartu disain plastik yang
lebih sulit untuk dipalsukan. Pada tahun 1987 kartu Diners telah dapat digunakan
untuk mengakses uang kas melalui ATM di seluruh dunia.Tahun 1990, majalah Life
mendeklarasikan Frank McNamara salah satu dari 100 orang Amerika yang
berpengaruh abad 20 ini. Citicorp menjual kepemilikan minoritasnya pada Diners
Club di Jepang kepada Fuji Bank Group dan Biro Perjalanan Jepang. Pada tahun
1994, Bank Dunia memilih Diners sebagai instrumen transaksi atas rekening
perusahaannya. Mereka juga memperluas penggunaan kartu di berbagai perusahaan
multinasional yang dominan.Tahun 1998, sebuah panel yang disponsori American
Management Association International mendeklarasikan bahwa Frank McNamara's
Diners Club merupakan satu dari 75 hasil keputusan manajemen yang terbesar yang
pernah dibuat. Diners Club memenangkan penghargaan prestisius, yakni Freddie
Award untuk "Best Frequent Traveler Affinity Charge/Credit Card".
Dilihat dari negara asal lahirnya kartu-kartu dengan merek ternama itu,
kesimpulan yang bisa ditarik adalah semuanya lahir dan berkembang di negara yang
perekonomiannya sangat besar, dan berkembang pesat. Di negara seperti itu,
mobilitas warga yang tinggi, kebutuhan akan efisiensi, termasuk dalam transaksi,
jaringan bisnis yang semakin meluas, bermunculan inovasi dalam sistem
pembayaran.
b.Charge Card
Charge card merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu lembaga
keuangan dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran transaksi pembelian barang
dan jasa yang pembayaran pelunasannya harus dilakukan oleh pembeli secara
sekaligus pada jangka waktu tertentu setelah kartu digunakan sebagai alat
pembayaran.Pembayaran dilakukan pada akhir bulan yang sama dengan tanggal
transaksi atau pada bulan berikutnya dengan disertai biaya tambahan.
c.Kartu Debit
Kartu debit merupakan suatu alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu
lembaga keuangan dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran transaksi
pembelian barang dan jasa dengan cara mendebit atau mengurangi saldo rekening
penjual sebesar nilai transaksi barang dan jasa.
d.Cash Card
Cash Card merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu lembaga
keuangan dan dapat digunakan sebagai alat penarikan uang tunai secara manual
melalui teller bank atau melalui ATM.
FUNGSI uang kontan sebagai alat bayar semakin tergantikan dengan kartu
plastik. Akibatnya, kartu-kartu plastik semakin mendominasi dompet masyarakat
perkotaan selain kartu tanda penduduk. Cobalah tengok dompet kawan Anda. Selain
kartu tanda penduduk atau kartu surat izin mengemudi, ada berapa kartu plastik di
dalamnya? Umumnya, sebagian besar mengantongi kartu kredit, kartu ATM, atau
kartu debet.
SELAIN kartu ATM yang saat ini hampir dimiliki oleh setiap nasabah
perbankan, kartu plastik jenis lain, yaitu kartu debet, juga semakin banyak
digunakan. Belakangan ini, pertumbuhan kartu debet bahkan lebih cepat
dibandingkan dengan kartu kredit. Bank-bank semakin gencar memanjakan
nasabahnya, tidak cukup hanya dengan kartu kredit atau kartu ATM, tetapi juga
kartu ATM yang dapat berfungsi sebagai kartu debet.Berbelanja dengan kartu debet
memang lebih praktis karena tak perlu membawa setumpuk uang kontan dengan
risiko kecopetan. Tidak juga perlu takut terkena denda dan bunga jika lupa
membayar tagihan seperti yang sering terjadi pada para pemegang kartu kredit yang
kadang lalai membayar tagihannya. Selain itu, biaya administrasinya juga lebih
murah dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memiliki kartu
kredit.
Secara global, volume transaksi kartu debet Visa, misalnya, telah melewati
jumlah volume kartu kredit. Menurut data dari Visa, pada akhir tahun 2003, volume
kartu debet Visa di dunia meningkat 17 persen daripada tahun sebelumnya dan
mencapai 1,48 triliun dollar AS. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan
peningkatan sebesar lima persen dalam volume kartu kredit yang sebesar 1,45
triliun. Adapun di Indonesia sendiri pada kuartal pertama tahun 2004 penggunaan
kartu debet Visa sebesar 30 juta dollar AS atau meningkat 107 persen dibandingkan
dengan tahun sebelumnya."Sebenarnya tidak ada pergeseran penggunaan kartu
kredit dengan kartu debet. Keduanya saling melengkapi. Di negara-negara maju,
setiap orang memiliki kedua jenis kartu ini. Kalau kartu debet biasanya digunakan
untuk membayar langsung pembelanjaan yang jumlahnya sedikit atau barang sehari-
hari, sedangkan kartu kredit untuk pembelanjaan dalam jumlah besar, misalnya
barang elektronik," kata Country Manager Visa International Indonesia Ellyana C
Fuad.Ia mengatakan lebih lanjut, pangsa pasar kartu debet sangat besar karena
persyaratan yang diperlukan agar seseorang dapat memiliki kartu debet sangat
mudah dan ringan, tidak diperlukan persyaratan yang rumit seperti kartu kredit.
Dengan membuka rekening di bank, orang dapat memiliki kartu debet. Lagi pula,
uang milik pemegang kartu telah tersedia sehingga bank tinggal mengurangi saja
jika ada pembelian oleh si nasabah. "Di Indonesia, jumlah pemilik rekening bank
sekitar 60 juta dan mereka memenuhi syarat untuk dapat memiliki kartu debet," kata
Ellyana lagi.
Dari sisi bank, seperti Bank Permata, pendapatan yang didapatkan dari
penerbitan kartu debet ada beberapa jenis. Seperti pendapatan dari biaya
administrasi kartu Permata Visa Electron secara bulanan, biaya bulanan e-Wallet,
pendapatan interchange atau pendapatan biaya transaksi penggunaan kartu di
merchant, serta fee di jaringan ATM plus.Tidak hanya kartu debet yang biasanya
digesek setelah bertransaksi. Selain kartu kredit dan kartu debet, Bank Permata juga
menerbitkan kartu prabayar sebagai pengganti uang tunai dan dapat digunakan
sebagai kartu debet.Menurut Dian Soerarso GM Sales Distribution Channels and
Liabilities Product dari Bank Permata mengatakan, jumlah pemegang kartu debet di
Bank Permata sebanyak 600.000 dan lebih dari 100.000 merupakan pemegang kartu
e-Wallet. Adapun pertumbuhannya diharapkan dapat mencapai 75 persen hingga
100 persen pada tahun 2004 ini."E-Wallet ini dapat digunakan sebagai kartu debet
dan dapat digunakan bertransaksi di ATM, termasuk transaksi pembayaran.
Uniknya, pemegang kartu tak perlu membuka rekening di bank, cukup membeli
kartu perdana. Saldo kartu dapat diatur sesuai dengan kebutuhan hingga maksimum
Rp 5 juta," katanya.Kartu isi ulang ini juga dapat menjadi hadiah yang menarik dan
berguna. Dana yang mengendap di e-Wallet ini tidak diberikan bunga.
MAKALAH OTHNIEL(5-7)
Kepada perusahaan kartu kredit. Kontinuitas dari penghasilan yang cukup akan lebih
dapat memberikan keyakinan dan kemampuan calon kartu bagi issuer atau acquirer.
Niat baik atau kemauan dari calon pemilik kartu untuk selalu memenuhi
kewajibannya. Syarat ini paling sulit untuk diidentifikasi. Salah satu cara melihat
niatbaik dari calon pemilik kartu adalah melalui terdapat atau tidaknya nama calon
pemilik kartu pada daftar hitam (black list) milik bank, bank sentraal, atau lembaga
lain. Seseorang yang namanya telah masuk dalam daftar hitam biasanya dianggap
kurang dapat dipercaya dalam memenuhi kewajiban keuangannya kepada issuer dan
acquirer.
Demi kepentingan pemasaran kartu, penerbit kartu kredit seing kali memberikan
kartu tambahan kepada pemilik kartu, sehingga dikenal dengan istilah kartu utama
(basi card) dan kartu tambahan (supplementary card). Kartu tambahan diharapkan
digunakan oleh saudara atau relasi dari pemegang kartu utama sehingga intensitas
penggunaan kartu lebih tinggi dan fasilitas kredit yang diberikan cenderung lebih
maksimal dimanfaatkan oleh pemilik kartu. Hal ini menguntungkan bagi issuer
karena semakin sering fasilitas kredit digunakan berarti harapan penghasilan melalui
bunga juga semakin besar. Pemgang kartu utama bertanggung jawab atas semua
pemenuhan kewajiban pemegang kartu tambahan kepada issuer dan acquirer.
d. Penjual (merchant)
Merchant adalah pihak penjual barang dan jasa yang dibeli oleh pemilik kartu
dengan menggunakan kartu kreditnya. Sebelumnya merchant menerima pembayaran
dengan kartu kredit tertentu, merchant tersebut terlebih dahulu mengadakan
perjanjian kerja sama dengan issuer dan acquirer.
MANFAAT
Secara umum, pengguna kartu kredit sangat bermanfaat bagi peningkatan
efisiensi dan keamanan transaksi jual beli. Apabila ditinjau dari sisi pihak – pihak
yang terkait dalam penjualan kartu kredit, maka manfaat dapat dikelompokan
sebagai berikut:
1. bagi pemilik kartu
Risiko kehilangan dan pencurian uang lebih rendah, karena kalaupun kartu
hilang, pemilik kartu dapat segera menghubungi issuer atau aqcuirer untuk
memblokir kartu. Karu yang telah diblokir tidak dapat digunakan lagi
sebagai alat pembayaran pada merchant.
Lebih praktis, karena tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar.
Mengatasi kebutuhan dana mendesak dalam jangka pendek tanpa harus
mengajukan permohonan kredit kepada bank atau lembaga keuangan lain.
Fasilitas lain yang ditawarkan oleh issuer pada kartu kredit yang diternitkan
seperti asuransi, informasi dokter, kemudahan pembelian barang dan jasa
pada merchant tertentu dan lain – lain.
2. bagi issuer
Manfaat utama yang dapat diterima oleh issuer adalah adanya penerimaan yang
berasal dari:
Uang pangkal
Iuran tahunan
Diskon terhadap pembayaran kepada merchant. Contoh: merchant A
melakukan penagihan atas transaksi penjualan sebesar Rp 1.000.000 kepada
issuer B. Apabila diskon ditetapkan sebesar 3% maka jumlah yang harus
dibayarkan oleh issuer adalah sebesar rp 1.000.000 dikurangi 3% kali Rp
1.000.000 atau sama dengan Rp 970.000 . Sedangkan jumlah yang dapat
ditagih oleh issuer kepada pemilik kartu adalah tetap sejumlah Rp 1.000.000
sehingga selisihnya (Rp 30.000 = 3%) merupakan penerimaan bagi issuer.
Bunga atas sisa tagihan yang belum dibayar
Bunga atas pelanggaran batas maksimum kredit
Denda atas keterlambatan pembayaran
3. bagi merchant
Risiko kehilangan dan pencurian uang lebih rendah, karena pembayaran
oleh pemeli tidak dengan uang tunai
Lebih praktis, karena tidak perlu menyimpan uang tunai di kasir dalam
jumlah besar
Peningkatan penjualan karena pembeli dapt membeli secara kredit kepada
issuer
4.bagi acquirer
Penerimaan berupa interchange fee.
Contoh:
Merchant A melakukan penagihan atas traksaksi penjualan sebesar Rp
10.000.000 kepada acquirer C. Apabila diskon ditetapkan sebesar 3%, maka
jumlah yang harus dibayarkan oleh acquirer kepada merchant adalah
sebesar Rp 10.000.000 dikurangi 3% kali Rp 10.000.000 atau sama dengan
Rp 9700.000. Sedangkan jumlah yang dapat ditagih acquirer kepada issuer
adalah sejumlah Rp 9700.000 ditambah dengan interchange fee. Apabila
interchange fee sebelumnya telah ditetapkan sebesar 1% dari nilai transaksi,
maka pembayaran issuer kepada acquirer adalah sebesar Rp 9700.000
ditambah Rp 100.000 atau sama dengan Rp 9800.000. Uang sejumlah Rp
100.000 tersebut adalah interchange fee atau penerimaan bagi acquirer.
( Selanjutnya issuer menagih pemilik kartu sebesar Rp 10.000.000, sehingga
penerimaan bagi issuer adalah sebesar Rp 10.000.000 dikurangi Rp 9800.000
atau sebesar Rp 200.000).
Pemilik kartu dapat diisyaratkan untuk memiliki rekening simpanan pada
acquirer yang berupa bank.
Acquirer yang berupa bank berkesempatan untuk menawarkan produk –
produknya yang lain pada pemilik kartu
MEKANISME
Meskipun tidak ada perbedaan yang penting, mekanisme penggunaan kartu kredit
dapat dibedakan antara mekanisme yang melibatkan pihak acquirer dan mekanisme
yang tapa acquirer. Kedua mekanisme penggunaan kartu kredit tersebut akan
diuraikan dalam tahap – tahap sejak adanya perjanjian awal. Kemudian adanya
permohonan kartu oleh calon pemilik kartu sampai dengan pembayaran tagihan
sebaagai berikut:
a. Melibatkan pihak acquirer
1. Penerbitan kartu oleh issuer
2. Perjanjian antara issuer dengan merchant
3. Perjanjian antara issuer dengan acquirer
4. Permohonan kartu kredit oleh calon pemilik kartu
5. Analisis oleh acquirer atau issuer mengenai kelayakan calon untuk menjadi
pemilik kartu. Limit kredit yang lebih tinggi biasanya disertai persyaratan
yang lebih berat bagi calon pemilik kartu.
6. Perjanjian antara issuer dengan pemilik kartu melalui atau tanpa bantuan
acquirer.
7. Pemberian kartu kredit kepada pemilik kartu melalui atau tanpa bantuan
acquirer
8. Penggunaan kartu oleh pemilik kartu untuk pembelian pada merchant yang
telah ditunjuk dan menjalin kerja sama dengan issuer. Merchant biasanya
memasang logo penerbit pada kasir atau tempat lain agar calon pembeli
mudah mengetahui apakah kartu kreditnya dapt digunakan pada penjual
tersebut. Merchant tertentu menetapkan biaya sekitar 2% daari nilai transaksi
yang menggunakan kartu kredit yang dibebankan bagi pemilik kartu. Tahap
ini meliputi:
1. Pemilik kartu menyerahkan kartu dan menerima barang aatau jasa
yang dibeli
2. Merchant memeriksa keabsahan kartu
3. Merchant mencatat transaksi melalui alat khusus
4. Mencetak transaksi pada slip khusus
5. Pemilik kartu menandatangani slip
6. Merchant memeriksa keabsahan tanda tangan
7. Merchant memberikan salinan slip kepada pemilik kartu
8. Kartu dikembalikan kepada pemilik kartu
9. Merchant melakukan penagihan kepada acquirer dengan
menggunakan slip penjualan. Saat/periode atau jangka waktu
penagihan sudah ditentukan sebelumnya dalam perjanjian antara
merchant dengan issuer
10. Acquirer memeriksa keabsahan slip penjualan.
11. Acquirer membayar kepada merchant. Jumlah dibayar adalah sebesar
jum,lah transaksi setelah dikurangi diskon. Besarnya diskon telah
ditentukan sebelumnya dalam perjanjian antara issuer dengan
merchant (Kurang lebih sekitar 4% dari nilai transaksi).
12. Acquirer melakukan penagihan pada issuer (termasuk interchange fee
sekitar 2% dari nilai transaksi). Besarnya interchange fee sudah
ditentukan pada perjanjian semula antara acquirer dengan issuer.
13. Issuer membayar kepada acquirer (reimbursement ditambah
interchange fee).
14. Issuer melakukan penagihan kepada pemilik kartu sesuai waktu yang
telah diperjanjikan semula, melalui atau tanpa acquirer. Pemilik kartu
wajib membayar sebesar pembayaran minimum yang semula telah
ditetapkan. Apabila pemilik kartu langsung melunasi seluruh tagihan
maka tahapnya selesai sampai disini, sedangkan apabila pemilik kartu
hanya membayar sebagian atau sampai sebatas besarnya pembayaran
minimum maka sisa pembayaran minimum maka sisa pembayaran
harus dilunasi pada jangka waktu tertentu sejak penagihan dengan
ditambah dengan bunga. Laporan tagihan yang dikirim secara
periodik pada tanggal tertentu oleh issuer kepada pemilik kartu berisi
antara lain:
Nomor kartu
Tanggal tagihan dari laporan tagihan tersebut
Tanggal jatuh tempo pembayaran atas tagihan tersebut
Tanggal posting
Tanggal transaksi jumlah tagihan
Besarnya pembayaran minimum (biasanya berkisar 20%
dari jumlah tagihan)
Batas maksimum kredit
Tunggakan
15. Pemilik kartu melakukan kepada issuer melalui atau tanpa acquirer
( pembayaran minimum, angsuran, bungsa, biaya lainnya).
Mekanisme yang melibatkan pihak acquirer sebenarnya bisa sangat
bervariasi yang tergantung pada jenis tanggung jawab atau tugas
yang dilimpahkan issuer kepada acquirer sesuai perjanjian. Salah satu
contoh mekanisme tersebut, seperti telah diuraikan di atas, akan
secara sederhana dijelaskan dengan menggunakan gambar berikut ini:
issuer issuer
Card merchant
holder
Card Merchant
holder
Perhitungan Bunga Kartu Kredit
Penghitungan bunga kartu kredit setidaknya ada dua cara. Tiap bank punya
caranya sndiri, yakni penghitungan berdasarkan tanggal transaksi dan tanggal saat
lembar tagihan dicetak.
Berikut ini perhitungannya.
Nilai transaksi x jumlah hari dari tanggal transaksi s/d tanggal lembar tagihan
dicetak x jumlah bulan dalam setahun x bunga per bulan x 1/365 hari.
Total nilai transaksi x jumlah hari dari tanggal transaksi s/d tanggal lembar
tagihan dicetak x jumlah bulan dalam setahun x bunga per bulan x 1/365 hari.
Agar lebih paham, simak contoh perhitungan pembayaran yang harus dibayar
si Ganjen di bawah ini.
A. Pemakaian(Rp)
B. Pembayaran (Rp)
Total pembayaran yang jatuh tempo tanggal 16 Oktober 1997 untuk sistem
perhitungan bunga berdasarkan tanggal transaksi adalah:
Rp 8.165.500 + Rp 186.513,53 = Rp 8.352.013,53
Total pembayaran yang jatuh tempo tanggal 16 Oktober 1997 untuk sistem
perhitungan bunga berdasarkan tanggal lembar tagihan dicetak adalah:
Ma'ruf Amin mengungkap salah satu penolakan atas kartu kredit adalah mendorong
konsumerisme. DSN berinisiatif untuk membatasi penggunaan kartu. ''Misalnya kita
batasi 40 persen saja dari gaji yang bisa dibelanjakan.'' Ia mengungkap kartu kredit
berbeda dari charge card. Transaksi charge card harus dilunasi pada batas periode,
30 atau 40 hari. Sementara kartu kredit bisa dicicil hingga satu tahun.Mengenai
akad, DSN menetapkan akad jaminan dengan fee atau kafalah wal ujrah dan akad
jual beli dengan pembayaran mencicil (murabahah dengan istijrar). Dengan akad
kafalah, bank bertindak sebagai penjamin nasabah dalam melakukan pembelian
barang. Selanjutnya bank mendapat fee sebagai perantara. Sedangkan dengan akad
murabahah, maka nasabah mengambil suatu barang di merchant tertentu atas nama
bank. Kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah. Nasabah
membayarnya dengan cara mencicil dalam jangka waktu tertentu.
Akad qordh merupakan prinsip utang piutang dan dalam prinsip syariah tak
boleh dikenakan bunga atau denda atas utang tersebut, sedangkan kafalah
merupakan prinsip perwakilan. Artinya, pada saat bertransaksi pemegang kartu
bertindak mewakili bank untuk bertransaksi dengan merchant.Sukatmo menjelaskan
lebih jauh, perbedaan dengan kartu kredit konvensional, kartu Syariah ini bebas
bunga. "Penggunaannya seperti kartu kredit, tetapi tidak ada pembayaran minimum
seperti kartu kredit. Begitu jatuh tempo, tagihan harus dilunasi seluruhnya, tidak
boleh dicicil(Charge Card/jatuh tempo 30-40 hari). Kartu ini juga tak boleh
digunakan untuk membeli barang atau jasa yang tidak sesuai dengan syariah seperti
minuman keras," ujarnya.Pertama kali, BII mengeluarkan BII Syariah Card Gold
dan belakangan mengeluarkan lagi Platinumnya. BII Syariah Card telah mengacu
pada fatwa MUI yang menyatakan, jangan sampai keberadaan kartu semacam ini
mendorong konsumerisme. "Kami sengaja masuk ke segmen gold sehingga
pemegang kartu BSC adalah orang yang betul-betul mampu memegang dan dapat
menggunakannya secara bijaksana dan sekaligus sehingga tidak ada kredit
macetnya," lanjut Sukatmo.
BII juga melebarkan produk kartunya menjadi platinum karena pangsa pasar
platinum di perbankan syariah sangat luas. Indikatornya, menurut Sukatmo, adalah
pengajian di kawasan elite, seperti Pondok Indah, Menteng, dan Kemang, tarawih di
hotel berbintang lima, serta para jemaah haji ONH plus yang dianggap menjadi
pangsa pasar potensial dari kartu kredit platinum.Lapisan masyarakat inilah yang
dibidik menjadi nasabah pemegang kartu BII Syariah Card Platinum. Walaupun
terbatas, segmen kartu platinum ini memiliki daya beli yang sangat tinggi daripada
segmen kartu silver atau gold. Pagu kredit yang diberikan kepada para pemegang
kartu platinum ini sekitar 40 persen dari pendapatan dengan kisaran pagu Rp 8 juta
hingga Rp 50 juta.
1.Bank Niaga :
1.1.Form :
1.2.Rekaman Wawancara dengan Sales Manager Bank Niaga (di CD)
2.1.Form :
DAFTAR PUSTAKA
2.Rachmat,Budi;MULTI FINANCE;Jakarta;2002;CV
NOVINDO PUSTAKA MANDIRI
3.WWW.Tazkiaonline.com
4.WWW.DPLJKEU.com
5.WWW.SyariahMandiri.com
6.WWW.simas.com
LAMPIRAN LAMPIRAN