Vous êtes sur la page 1sur 23

PENENTUAN POLA

PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI
JAMBU METE
(Chandra Indrawanto, 2008)
Jurnal Littri 14(2), Juni 2008. Hlm. 78 – 86

Presented by :
1. Dina Nur Ironi (H0307043)
2. Raras Resthiningrum (H0307068)
3. Sara Verryca (H0307078)
4. Wahyu Safitri (H0307088)
PENDAHULUAN
Jambu mete adl tanaman yg cukup menarik
perhatian krn :
1.Dapat ditanam di lahan kritis  konservasi
2.Pasar mete luas
3.Indonesia berpotensi untuk meningkatkan
luas produksi & produktivitas jambu mete
4.UT jambu mete dpt menyerap tenaga kerja
Perdagangan mete
Expor mete dalam bentuk gelondong relatif
tinggi
karena
Ketidakserasian bahan baku produksi & waktu
produksi gelondong mete

Nilai ekonomis rendah

Oki, perlu penentuan pola pengembangan


industri jambu mete yg sesuai dgn kondisi
produksinya.
METODE PENELITIAN
JENIS & SUMBER DATA
a. Data primer  FGD (Focus Group Discussion)
Wawancara intensif dgn 7 pakar mete ttg
tingkat kepentingan faktor, aktor, & objektif
untuk menentuka pola pengembangan yg
terbaik.
b. Data sekunder dr Ditjenbun & FAO
METODE ANALISIS
 AHP (Anlytical Hierarchy Process): model yg luwes yg
memungkinkan pengambilan keputusan dgn
mengkombinasikan pertimbangan & nilai pribadi scr logis
dgn menstrukturkan masalah dlm bentuk hirarki &
memasukkan unsur pertimbangan untuk mendapat skala
prioritas (Marimin, 2004)

Prinsip AHP :
1. Dekomposisi (penguraian)
2. Penilaian scr komparatif
3. Sintesa prioritas
4. Logical consistency
Langkah pengambilan keputusan dgn AHP :
1. Penentuan struktur hirarki permasalahan yang dihadapi
melalui FGD.
 Pada tahap ini ditentukan tujuan yg ingin dicapai &
elemen-elemen (faktor, aktor, objektif) pd setiap tingkat
hirarki dari permasalahan yang dihadapi dalam mencapai
tujuan tersebut.

2. Pemilihan alternatif pemecahan masalah.


Pada tahap ini ditentukan bobot kepentingan setiap
elemen pada setiap hirarki terhadap pencapaian tujuan
yang direpresentasikan dalam nilai eigenvalue elemen-
elemen tersebut terhadap pencapaian tujuan.
Alternatif pemecahan masalah yang terpilih adalah
elemen pada hirarki alternatif pemecahan masalah
dengan nilai eigenvalue terhadap pencapaian tujuan
tertinggi.
Perhitungan eigenvalue
a. Menyusun matrik pendapat individu tentang perbandingan
tingkat kepentingan antar elemen pada suatu hirarki
terhadap setiap elemen pada hirarki di atasnya.
Jika jumlah elemen pada hirarki tersebut adalah n dan jumlah elemen
pada hirarki diatasnya adalah m, maka akan ada matrik pendapat individu
berukuran n x n sebanyak m buah untuk setiap pakar.

b. Menyusun matrik pendapat gabungan dengan cara


menggabung matrik pendapat individu para pakar memakai
rata-rata geometrik

gij =

Keterangan :
gij = nilai matrik pendapat gabungan tingkat kepentingan elemen ke-I
terhadap elemen ke-j
aij = nilai matrik pendapat individu tingkat kepentingan elemen ke-i
terhadap elemen ke-j
k = individu ke-k (k = 1, 2, …,m)
c. Menghitung eigenvalue elemen-elemen pada hirarki tersebut
terhadap elemen-elemen pada hirarki di atasnya

Zi =
Keterangan :
Zi = nilai eigenvalue elemen ke-i terhadap satu elemen pada hirarki di atasnya.
gij = nilai matrik pendapat gabungan tingkat kepentingan elemen ke-I terhadap
elemen ke-j

d. Menghitung eigenvalue elemen-elemen pada hirarki tersebut


terhadap pencapaian tujuan

CVij =

Keterangan :
Cvij = nilai eigenvalue elemen ke-j pada hirarki ke-i terhadap pencapaian tujuan
Zij(t,i-1) = nilai eigenvalue elemen ke-j pada hirarki ke-i terhadap elemen ke t
pada hirarki diatasnya (i-1).
VWt(i-1) = nilai eigenvalue elemen ke-t pada hirarki i-1 terhadap pencapaian
tujuan
Penentuan Struktur Hirarki Serta Alternatif Pola
Pengembangan

• Akar permasalahan:
Tidak
Alternatif-
berjalannya
alternatif pola
industri
pengembangan
pengacipan
agroindustri mete
mete skala
besar

Terdapat tiga alternatif pola


1. Pola pengembangan dengan bertumpu pada
industri skala besar yang ditunjang peraturan
larangan ekspor gelondong mete sehingga
seluruh produksi mete nasional dapat dijadikan
sebagai pasokan bahan baku industri (Pola AIB-
LEG)

2. pengembangan agroindustri mete yang


bertumpu pada industri skala besar dengan
ditunjang usaha untuk mengimpor gelondong
mete dari negara lain yang memiliki masa panen
yang berbeda sehingga pasokan bahan baku
untuk industri pengacipan dapat tersedia
sepanjang tahun (Pola AIB-IGM)
3. pengembangan agroindustri mete skala rumah
tangga (home industry) untuk pengacipan
sedangkan pengolahan kulit mete untuk dijadikan
CNSL dilakukan oleh pabrikan ditingkat
kabupaten sentra produksi (Pola AIUK)

Struktur hirarki dari faktor, aktor dan obyektif


pemotivasi aktor yang dianggap FGD akan dapat
mempengaruhi pola pengembangan agroindustri
mete yang akan dipilih (Gambar 1).
Gambar 1. Hirarki pengaruh pada penentuan pola pengembangan
agroindustri mete
• Empat faktor yang dapat menunjang
pengembangan agroindustri mete yang kuat
adalah bahan baku, pasar, pemodalan dan
teknologi
• Kinerja keempat faktor ini sangat dipengaruhi
oleh kinerja tiga aktor utama dalam
agroindustri mete yaitu petani, pemerintah
dan pengusaha pengacipan
Pemilihan Pola Pengembangan
Tingkat kepentingan relatif antar faktor
• Dari hasil gabungan pendapat pakar mengenai tingkat
kepentingan relatif antar faktor yang dapat menentukan
tercapainya agroindustri mete nasional yang kuat, didapat
eigenvalue untuk masing-masing faktor
PEMILIHAN POLA PENGEMBANGAN

1. Pola AIB-LEG

Pola pengembangan agroindustri mete yg bertumpu pd


industri besar & ditunjang aturan larangan ekspor
gelondong mete → berpengaruh kuat pd pencapaian
objektif terjaminnya suplay bahan baku gelondong u/
agroindustri mete & tingkat agroindustri yg tinggi.

DAMPAK → objektif petani tidak tercapai


2. Pola AIB-IGM
Pola pengembangan industri mete yg bertumpu pd industri
skala besar & ditunjang usaha u/ mengimpor gelondong
mete dr negara lain yg memiliki masa panen yg berbeda,
berpengaruh relatif kuat thdp pencapaian objekif
terjaminnya pasar kacang mete

• Impor gelondong mete dpt meningkatkan keterjaminan


pasar & harga.
• Pengolahan gelondong impor → memberikan nilai tambah.

• DAMPAK: tidak akan tercapai objektif petani


3. Pola AIUK
Pola pengembangan agroindustri mete skala rumah tangga
u/ pengacipan mete, sedangkan pengolahan kulit mete u/
dijadikan CNSL dilakukan pabrik di tingkat kabupaten
sentra produksi berpengaruh relatif kuat pd seluruh
objektif petani & pd peningkatan lapangan kerja.

Dg pola ini, maka produk gelondong akan langsung


terserap selama masa panen dg harga yg tinggi

Selain itu, banyak industri pengacipan skala rumah tangga,


berarti menambah lapangan kerja baru.
• Hasil perkalian eigenvalue skenario pola pengembangan
thdp setiap objektif dg eigenvalue objektif trhdp
adroindustri mete menghasilakan bobot tertentu. Skenario
dg bobot terbesar → skenario yg terpilih u/ dikembangan.

• Dlm kasus ini, ditentukan bahwa skenario pola


pengembangan agroindustri pengacipan mete skala usaha
kecil di sentra produksi mete ditunjang industri pengolahan
kulit mete u/ dijadikan CNSL yg dilakukan pabrik di tingkat
kabupaten sentra produksi → pilihan terbaik untuk
dikembangkan.
• Penunjang suksesnya pengembangan industri mete, perlu
usaha peningkatan pendapatan petani

• Dua faktor penentu keberhasilan usahatani yaitu modal &


teknik budidaya.

• Upaya u/ mendorong ekspor kacang mete terutama ke


negara-negara importir kacang mete (Australia, Jepang, Uni
Emirates Arab, dan Saudi Arabia) yaitu dg diterapkannya
kebijakan disisi agroindustri, usahatani, dan perdagangan.
Kesimpulan
• Pola terbaik pengembangan agroindustri mete →
agroindustri pengacipan mete skala usaha kecil disentra
produksi mete ditunjang industri pengolahan kulit mete u/
dijadikan CNSL yg dilakukan oleh pabrikan ditingkat
kabupaten sentra produksi.

• Faktor terpenting pengembangan agroindustri mete →


ketersediaan bahan baku.

• Aktor terpenting pengembangan agroindustri mete →


petani &objektif terpenting yg hrs dipenuhi → pendapatan
usahatani yg tinggi.
Implikasi Kebijakan

• Perlu dibangun klaster-klaster agroindustri mete berbasis


usaha kecil pengacipan yg ditunjang industri CNSL di sentra
produksi mete → permintaan produk gelondong mete akan
meningkat → meningkatkan harga gelondong mete &
pendapatan usahatani mete.

• U/ menjamin pasar dari produk kacang mete yg akan


dihasilkan maka perlu kebijakan yg mendorong ekspor
kacang mete terutama ke negara-negara importir kacang
mete yg dekat dg Indonesia.

Vous aimerez peut-être aussi