Vous êtes sur la page 1sur 3

Asas Ease of Administration

A. Konsepsi Asas Ease of Administration


Pemungutan pajak haruslah memperhatikan asas-asas atau prinsip
pemungutan pajak yang harus dipegang teguh. Salah satu asas-asas pemungutan
pajak ialah asas ease of administration. Ease of administration atau kriteria
kemudahan administrasi terdiri dari berbagai aspek atau unsur berikut, yaitu:
1. Asas Certainty (kepastian)
Asas certainty merupakan kepastian baik bagi petugas pajak maupun semua
wajib pajak terkait dengan kepastian siapa-siapa saja yang harus dikenakan
pajak, apa-apa saja yang dijadikan objek pajak, serta besarnya jumlah pajak
yang harus dibayar dan bagaimana pajak terhutang itu harus dibayar. Selain
itu prosedur pemenuhan kewajiban yang meliputi prosedur pembayaran dan
pelaporan dan pelaksanaan hak-hak perpajakannya juga harus memerlukan
kepastian hukum. Apabila asas kepastian tidak terpenuhi atau muncul
ketidakpastian maka akan mucul dispute (perselisihan atau perbedaan
pendapat) antara wajib pajak dan fiskus. Untuk itu peraturan-peraturan
perpajakan harus terus mengalami penyempurnaan agar dapat menyesuaikan
perkembangan-perkembangan yang ada sehingga dapat memberikan kepastian
hukum.
2. Asas Convenience (kemudahan/kenyamanan)
Asas convenience terkait pada sistem dan prosedur perpajakan, yaitu terkait
dengan saat pembayaran atau jatuh tempo pembayaran. Jatuh tempo
pembayaran ini diharapkan pada waktu yang tepat. Misal saat kita menerima
gaji atau saat kita menerima bunga deposito.
3. Asas Efficiency
Pemungutan pajak dapat dikatakan efisien jika biaya dalam memenuhi
kewajian pajak lebih rendah dari hasil pemungutannya (cost of taxation).
Untuk mengukur efisiensi, istilah yang digunakan dari segi fiskus dinamakan
administrative costs. Sedangkan dari segi wajib pajak disebut compliance cots
cost. Administration costs merupakan biaya yang dikeluarkan pemerintah baik
berupa gaji pegawai pajak dan biaya operasional, untuk menjalankan sistem
administrasi perpajakan. Compliance costs berkaitan dengan wajib pajak dan
juga pihak ketiga yang diberi kewajiban memungut pajak, meliputi pajak yang
harus dibayar.
4. Asas Neutrality
Pajak yang dikeluarkan menurut asas neutrality harus bebas dari distorsi
terhadap produksi juga faktor-faktor ekonomi lainnya. Jadi, pajak tidak
mempengaruhi segala kegiatan masyarakat seperti pilihan masyarakat
melakukan konsumsi, produksi barang-barang dan jasa. Karena dengan
menaikkan tarif pajak belum tentu akan meningkatkan penerimaan pajak
karena ada tarif yang jangan dipilih dalam “prohibited area”.

B. Pentingnya Asas Ease Administration


Pajak yang merupakan kontribusi wajib dari wajib pajak untuk negara
merupakan pemasukan terbesar bagi negara. Untuk itu agar pajak yang
dipungut sesuai dengan tujuan dan fungsinya maka dalam pemungutannya
harus memperhatikan asas-asas pemungutan pajak. Kemudahan dalam
administrasi pajak merupakan asas yang sangat penting. Misalnya dalam
prosedur pemungutan pajak, apabila wajib pajak dibenturkan dengan birokrasi
yang rumit, dapat dipastikan akan menimbulkan keengganan wajib pajak
dalam membayar pajak. Otomatis pendapatan dari sektor pajak akan
mengalami penurunan. Bahkan proseur yang rumit itu akan menyusahkan
bagi fiskus itu sendiri dalam mengawasi pelaksanaan kewajiban wajib pajak.
Selain itu perlunya petunjuk pemungutan pajak yang jelas dan terperici.
Tentunya petunjuk yang berupa peraturan itu tidak menimbulkan penafsiran
yang ambigu sehingga dapat membuat kerancuan baik bagi wajib pajak
maupun pihak fiskus tersebut. Dengan demikian kemudahan dalam
administrasi pajak atau disebut dengan ease administration merupakan suatu
asas pemungutan pajak yang tidak kalah penting, bahkan sedikit banyak
memegang pengaruh yang sangat penting dalam prosedur pemungutan agar
pemungutan berjalan secara efisien, simpel, pasti, jelas, dan mudah sehingga
wajib pajak semakin meningkat dalam kesadarannya untuk membayar pajak.
C. Cost of Taxation
Dalam pemungutan pajak, dikatakan efisien jika cost of taxation-nya rendah.
Baik dari sisi wajib pajak maupun dari sisi fiskus. Dari sisi fiskus, istilah yang
lebih tepat digunakan untuk mengukur efisiensi adalah administrative costs,
yaitu biaya yang harus dikeluarkan pemerintah untuk menjalankan sistem
administrasi perpajakan seperti gaji pegawai pajak dan juga termasuk biaya
operational.
Sedangkan dari sisi wajib pajak istilah yang tepat adalah compliance costs.
Compliance costs merupakan keseluruhan beban yang ditanggung oleh wajib
pajak untuk melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban perpajakannya.
Tapi compliance costs juga tidak selalu berupa biaya yang dapat dinilai
dengan uang tetapi juga dengan biaya yang intangible yang meliputi:
a. Fiscal costs : biaya atau beban yang dapat diukur dengan nilai
uang yang harus dikeluarkan/ditanggung pleh wajib pajak berkaitan
dengan proses pelaksanaan kewajiban-kewajiban dan hak-hak perpajakan.
b. Time costs : biaya berupa waktu yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kewajiban-kewajiban dan hak-hak perpajakan.
c. Psychological costs : biaya psikis.psikologis, misalnya stres,
kegelisahan, kegamangan, dan sebagainya yang terjadi ketika proses
pelaksanaan kewajiban-kewajiban dan hak-hak perpajakan.

DAFTAR PUSTAKA

Rosdiana, Haula. Pengantar Perpajakan. Depok: 2010.

Vous aimerez peut-être aussi