Vous êtes sur la page 1sur 5

ASMA EPISODIK JARANG

Asma adalah kondisi berulang dimana rangsangan tertentu mencetuskan saluran


pernafasan menyempit untuk sementara waktu sehingga membuat kesulitan bernafas. Diagnosis
asma episodik jarang ini mengacu pada beberapa alasan:
• Gejala: Batuk (+), sesak (+), mengi (+) → tidak semua serangan asma
menghasilkan bunyi mengi
• Gejala timbul secara episodik dan musiman
• Bersifat reversibel (bisa sembuh seperti sedia kala) baik secara spontan maupun
dengan pengobatan
• RPD: Ibu pasien mempunyai riwayat atopi yang serupa. Teori mengatakan
seorang anak dengan salah satu orangtua yang menderita aatopi memiliki resiko 25 %
memiliki asma, jika kedua orangtua memiliki asma, resikonya meningkat menjadi 50 %.
• Pada auskultasi ditemukan wheezing (+)
• Episode yang terjadi <1x per 4–6 minggu
• Keluhan diperberat karena aktifitas yang berlebih (pencetus/pemicu)

Namun demikian masih banyak pencetus lainnya yang dapat memicu serangan asma.
Beberapa faktor resiko yang dapat memicu serangan asma adalah:
A. Faktor penjamu, faktor pada pasien
 Aspek genetik
 Kemungkinan alergi
 Saluran napas yang memang mudah terangsang
 Jenis kelamin
 Ras/etnik
B. Faktor lingkungan
1. Bahan-bahan di dalam ruangan :
- Tungau debu rumah
- Binatang, kecoa
2. Bahan-bahan di luar ruangan
- Tepung sari bunga
- Jamur
3. Makanan-makanan tertentu, Bahan pengawet, penyedap,
pewarna makanan
4. Obat-obatan tertentu
5. Iritan (parfum, bau-bauan merangsang, household spray )
6. Ekspresi emosi yang berlebihan
7. Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
8. Polusi udara dari luar dan dalam ruangan
9. Infeksi saluran napas
10. Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika
melakukan aktivitas fisik tertentu.
11. Perubahan cuaca

Semua pemicu ini menghasilkan reaksi serupa. Setiap reaksi ini memicu kepada
mengecilnya saluran udara secara tiba-tiba (serangan asma). Sel tertentu di saluran udara
melepaskan zat kimia. Zat-zat ini menyebabkan saluran udara menjadi meradang dan bengkak
dan merangsang sel otot pada dinding saluran udara untuk mengkerut.
Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang
melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan (inflamasi) dan
pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara
(disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat
tenaga supaya dapat bernafas. Pada kebanyakan anak-anak, saluran udara kembali normal di
antara serangan asma.
Tidak setiap keluhan batuk dan sesak itu adalah asma. Karena tiap-tiap penyakit memiliki
ciri khas yang berbeda tergantung tingkat keparahan penyakit dan tergantug penyebab itu sendiri.
Seperti perbedaan penyakit asma dengan penyakit bronkitis:
1) ASMA
Penyebab asma adalah penyempitan sementara pada saluran pernapasan yang dapat
menyebabkan penderitanya merasakan sesak napas. Penyempitan terjadi pada pembuluh
tenggorokan. Faktor keturunan sangat berperan pada penyakit ini, bila ada orangtua atau
kakek nenek yang menderita penyakit ini dapat menurun kepada anak atau cucunya.
Gejala sesak napas disertai suara mengi (wheezing). Pencegahan dan solusi adalah
menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan alergi pada penderita sehingga terjadi
serangan asma.
2) BRONKITIS
Penyakit bronkitis disebabkan karena peradangan pada bronkus (saluran yang membawa
udara menuju paru-paru). Penyebabnya bisa karena infeksi kuman, bakteri atau virus.
Penyebab lainnya adalah asap rokok, debu, atau polutan udara. Gejala berupa batuk yang
disertai demam atau dahak berwarna kuning bila disebabkan oleh infeksi kuman.
Sedangkan bila bersifat kronik, batuk berdahak serta sesak napas selama beberapa bulan
sampai beberapa tahun. Pencegahan dan solusi adalah dengan meningkatkan daya tahan
tubuh. Sedangkan untuk mencegah bronkitis kronik adalah dengan menghentikan
kebiasaan merokok juga menghindari asap rokok agar tidak menjadi perokok pasif yang
sangat berbahaya. Untuk pengobatan bila disebabkan oleh bakteri atau kuman dapat
diatasi dengan meminum antibiotik sesuai anjuran dokter. Bila disebabkan oleh virus,
biasanya digunakan obat-obatan untuk meringankan gejala.

Klasifikasi penyakit asma:


 A sma episodik jarang (ringan)
Asma episodik sering (sedang)
Asma Persisten (berat)
1) Asma Episodik Jarang
• 75% populasi asma anak
• Episode yang terjadi <1x per 4–6 minggu,
• wheezing setelah aktivitas berat,
• Tanpa gejala diantara episode serangan
• Fungsi paru yang normal diantara serangan
• Terapi profilaksis tidak dibutuhkan
2) Asma Episodik Sering
• 20% populasi asma
• Serangan lebih sering
• wheezing pada aktivitas sedang
• dapat dicegah dengan pemberian β2-agonis
• Gejala terjadi kurang 1x/minggu
• Fungsi paru diantara serangan normal atau hampir normal
• Perlu controller (pengendali)
3) Asma Persisten
± 5% anak asma
Episode akut yang sering,
wheezing
 pada aktivitas ringan
 d iantara interval gejala membutuhkan 2
-agonis lebih dari 3 kali/minggu baik karena
terbangun malam hari maupun dada terasa berat pada pagi hari
Perlu controller (pengendali)

Pada dasarnya, penanganan terhadap orang yang terkena infeksi harus mendapat gizi
yang baik, istirahat, serta vitamin yang cukup karena infeksi tersebut menyebabkan luka di
dalam tubuh. Penyembuhan dapat terjadi jika penyebab luka dibunuh dan jaringan yang luka
disupport agar cepat diganti dengan jaringan yang baru. Asma tidak dapat sembuh total, namun
dapat dikontrol.

Penanganan pertama, non farmakologik (pengobatan tidak dengan obat-obatan)


1. Pendidikan pada penderita mengenai penyaktinya sehingga dia dapat menyikapi penyakitnya
dengan baik;
2. Menghindari penyebab/pencetus serangan (allergen), dan kontrol lingkungan hidupnya;
3. Latihan relaksasi, kontrol terhadap emosi dan lakukan senam atau olah raga yang bermanfaat
memperkuat otot pernapasan, misalnya berenang;
4. Fisioterapi, sehingga lendir mudah keluar.

Penanganan kedua, secara farmakologik (menggunakan obat-obatan)


1. Pelonggar nafas, misalnya salbutamol, aminofilin
2. Pemelihara, misalnya prednisone, dexametason dll.
3. Pengencer lendir, misalnya bromhexin, ambroxol dll.
Pada asma episodik jarang cukup diobati dengan reliever berupa bronkodilator
(melebarkan bronkus/batang paru-baru) beta agonis hirupan (inhaler/spray) kerja pendek (short
acting Beta2-agonist, SABA) atau golongan xantin kerja cepat, bila terjadi gejala/serangan.

Vous aimerez peut-être aussi