Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
Sgd 3
Ni Made Sri Ayu Rachmasari (0802105007)
I Gede Wiranata (0802105008)
Ni Luh Putri Swandewi (0802105013)
Ni Putu Eva Juli W. (0802105019)
I Putu Wira Pradana (0802105027)
Ni Nyoman Sri Wulandari (0802105029)
Kadek Melia Endrawati (0802105034)
Putu Ita Purwanti Diansari (0802105045)
Luh Nyoman Trisna Sudiartini (0802105052)
Made Asri Meiniyari (0802105068)
SOAL :
Buatlah asuhan keperawatan pada klien dengan stroke dan peningkatan tekanan intrakranial.
2. Epidemiologi/insiden kasus
Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan
keganasan. Stroke diderita oleh ± 200 orang per 100.00 penduduk per tahunnya. Stroke
merupakan penyebab utama cacat menahun. Pengklasifikasiannya adalah 65-85%
merupakan stroke non hemoragik (± 53% adalah stroke trombotik, dan 31% adalah stroke
embolik) dengan angka kematian stroke trombotik ± 37%, dan stroke embolik ± 60%.
Presentase stroke non hemoragik hanya sebanya 15-35%. ± 10-20% disebabkan oleh
perdarahan atau hematom intraserebral, dan ± 5-15% perdarahan subarachnoid. Angka
kematian stroke hemoragik pada jaman sebelum ditemukannya CT scan mencapai 70-95%,
sewtelah ditemukannya CT scan mencapai 20-30%.
Prevalensi stroke di USA adalah 200 per 1000 orang pada rentang usia 45-54 tahun,
60 per 1000 pada rentang usia 65-74 tahun, dan 95 per 1000 orang pada rentang usia 75-84
tahun. Dengan presentase kematian mencapai 40-60%
3. Penyebab / faktor predisposisi
1. Penyebab
Penyebab utama dari stroke diurutkan dari yang paling penting adalah aterosklerosis
(trombosis), embolisme, hipertensi yang menimbulkan perdarahan intraserebral dan
ruptur aneurisme sakular. Stroke biasanya disertai satu atau beberapa penyakit lain
seperti hipertensi, penyakit jantung, peningkatan lemak dalam darah, diabetes mellitus
atau penyakit vascular perifer.
2. Faktor Risiko
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
- Usia
Dari berbagai penelitian, diketahui bahwa semakin tua usia, semakin besar pula
risiko terkena stroke. Hal ini berkaitan dengan adanya proses degenerasi (penuan)
yang terjadi secara alamiah dan pada umumnya pada orang lanjut usia, pembuluh
darahnya lebih kaku oleh sebab adanya plak (atherosklerosis).
- Jenis kelamin
Laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan
perempuan. Hal ini mungkin terkait bahwa laki-laki cenderung merekok. Dan rokok
itu sendiri ternyata dapat merusak lapisan dari pembuluh darah tubuh.
- Herediter
Hal ini terkait dengan riwayat stroke pada keluarga. Orang dengan riwayat stroke
pada kelurga, memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan
dengan orang tanpa riwayat stroke pada keluarganya.
- Ras/etnik
Dari berbagai penelitian diyemukan bahwa ras kulit putih memiliki peluang lebih
besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit hitam.
b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
- Hipertensi (darah tinggi)
Orang-orang yang tekanan darahnya tinggi memiliki peluang besar untuk
mengalami stroke. Bahkan hipertensi merupakan penyebab terbesar (etiologi) dari
kejadian stroke itu sendiri. Hal ini disebabkan karena pada kasus hipertensi, dapat
terjadi gangguan aliran darah tubuh dimana diameter pembuluh darah pada nantinya
akan mengecil (vasokontriksi) sehingga darah yang mengalir ke otak pun akan
berkurang. Dengan pengurangan aliran darah otak (ADO) maka otak akan akan
kekurangan suplai oksigen dan juga glukosa (hipoksia), karena suplai berkurang
secara terus menerus, maka jaringan otak lama-lama akan mengalami kematian.
- Penyakit jantung
Adanya penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner, infak miokard (kematian
otot jantung) juga merupakan faktor terbesar terjadinya stroke. Seperti kita ketahui,
bahwa sentral dari aliran darah di tubuh terletak dijantung. Bilamana pusat
mengaturan aliran darahnya mengalami kerusakan, maka aliran darah tubuh pun
akan mengalami gangguan. Termasuk aliran darah yang menuju ke otak. Karena
adanya gangguan aliran, jaringan otak pun dapat mengalami kematian secara
mendadak ataupun bertahap.
- Diabetes melitus
Diabetes melitus (DM) atau disebut juga sebagai kencing manis, memiliki risiko
untuk mengalami stroke. Hal ini terkait dengan pembuluh darah penderita DM yang
umumnya menjadi lebih kaku (tidak lentur). Adanya peningkatan ataupun
penurunan kadar glukosa darah secara tiba-tiba juga dapat menyebabkan kematian
jaringan otak.
- Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia merupakan keadaan dimana kadar kolesterol didalam darah
berlebih. Kolesterol yang berlebih terutama jenis LDL akan mengakibatkan
terbentuknya plak/kerak pada pembuluh darah, yang lama-lama akan semakin
banyak dan menumpuk sehingga lama-lama akan mengganggu aliran darah.
- Obesitas
Kegemukan juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke. Hal tersebut
terkait dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah pada orang dengan
obesitas, dimana biasanya kadar LDL (lemak jahat) lebih tinggi dibandingkan
dengan kadar HDLnya (lemak baik/menguntungkan).
- Polocitemia
Pada polocitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat
sehingga perfusi otak menurun.
- Merokok
Dari penelitian didapatkan, bahwa orang-orang yang merokok ternyata memiliki
kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak
merokok. Peningkatan kadar fibrinogen ini dapat mempermudah terjadinya
penebalan pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan kaku
dengan demikian dapat menyebabkan gangguan aliran darah.
5. Klasifikasi penyakit
Stroke dapat diklasifikasikan sesuai dengan patologi penyakit, stroke dapat dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu :
1. Stroke hemoragi: Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke
substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen
intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang
tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila
berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu,
darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan
edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan
aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak. Penyebab
stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa.
2. Stroke non hemoragi: Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak
oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya
aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran
darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi
kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh
embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok
pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi
gangguan neurologist fokal.Penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh
darah arteri yang menuju ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83%
mengalami strok jenis ini. Sedangkan stroke non hemoragik sendiri dapat
diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu:
a. Trans Ischemic Attack (TIA) atau Serangan Iskemik Sepintas: merupakan gangguan
neurologis fokal yang timbul mendadak dan menghilang dalam beberapa menit
sampai beberapa jam.
b. RIND (Reversible Ischemic Neurologis Deficit): merupakan gangguan neurologist
setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1 minggu dan maksimal 3
minggu.
c. Progresif/inevolution (stroke yang sedang berkembang) : perjalanan stroke
berlangsung perlahan meskipun akut. Stoke dimana deficit neurologisnya terus
bertambah berat. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam atau beberapa
hari.
d. Stroke lengkap/completed : gangguan neurologis maksimal sejak awal serangan
dengan sedikit perbaikan. Stroke dimana deficit neurologisnya pada saat onset lebih
berat, bisa kemudian membaik/menetap
6. Gejala klinis
Stroke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana
yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adequat dan jumlah aliran darah
kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik
sepenuhnya. Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung pada daerah dan luasnya
daerah otak yang terkena.
a. Pengaruh terhadap status mental
Tidak sadar : 30% - 40%
Konfuse : 45% dari pasien biasanya sadar
b. Daerah arteri serebri media, arteri karotis interna akan menimbulkan:
Hemiplegia kontralateral yang disertai hemianesthesia (30%-80%)
Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35%-50%)
Apraksia bila mengenai hemisfer non dominant(30%)
c. Daerah arteri serebri anterior akan menimbulkan gejala:
hemiplegia dan hemianesthesia kontralateral terutama tungkai (30%-80%)
inkontinensia urin, afasia, atau apraksia tergantung hemisfer mana yang terkena
d. Daerah arteri serebri posterior
Nyeri spontan pada kepala
Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35-50%)
e. Daerah vertebra basiler akan menimbulkan:
Sering fatal karena mengenai pusat-pusat vital di batang otak
Hemiplegia alternans atau tetraplegia
Kelumpuhan pseudobulbar (kelumpuhan otot mata, kesulitan menelan, emosi labil)
Apabila dilihat bagian hemisfer mana yang terkena, gejala dapat berupa:
a. Stroke hemisfer kanan
Hemiparese sebelah kiri tubuh
Penilaian buruk
Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral sebagai kemungkinan terjatuh ke
sisi yang berlawanan
b. Stroke hemisfer kiri
Mengalami hemiparese kanan
Perilaku lambat dan sangat berhati-hati
Kelainan bidang pandang sebelah kanan
Disfagia global
Afasia
Mudah frustasi
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
2) Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak
bisa bicara
3) Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
b. Pemeriksaan integumen
1) Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda
dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus
bed rest 2-3 minggu
2) Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
3) Rambut : umumnya tidak ada kelainan
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1) Kepala : bentuk normocephalik
2) Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
3) Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
d. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun
suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan
menelan.
e. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat
kembung.
f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
g. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h. Pemeriksaan neurologi
1) Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
2) Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
3) Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
4) Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks
patologis.(Jusuf Misbach, 1999)
12. Prognosis
Prognosis stroke ditentukan oleh banyak parameter dan prediktor klinis. Penelitian
Wardlaw, dkk (1998) pada 993 pasien stroke memperlihatkan bahwa infark yang terlihat
pada gambaran CT Scan kepala akan meningkatkan risiko kematian sebesar 4,5 kali (95%
CI: 2,7-7,5), dan ketergantungan hidup sebesar 2,5 kali (95% CI 1,9-3,3). Penelitian de
Jong, dkk (2002) pada 333 pasien memperlihatkan bahwa pasien stroke dengan lebih dari
1 infark lakuner memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan 1 infark
lakuner. Angka moralitas yang lebih tinggi (33% VS 21%), angka rekurensi stroke yang
lebih tinggi (21% VS 11%), dan nilai status fungsional yang lebih rendah dihubungkan
dengan infark lakuner yang lebih dari 1.
Pada kasus stroke perdarahan, angka mortalitas relatif lebih tinggi. Penelitian Larsen, dkk
(1984) pada 53 pasien stroke perdarahan menunjukkan bahwa angka mortalitas akut
adalah 27%. Faktor prognosis yang utama adalah tingkat kesadaran dan volume
hematoma. Penelitian Fieschi, dkk (1988) pada 104 pasien stroke menunjukkan angka
kematian pada bulan pertama adalah 30%. Faktor prognosis yang paling signifikan adalah
usia, tingkat kesadaran saat masuk RS, dan ukuran heatoma. Penelitian Kiyohara, dkk
(2003) pada 1621 pasien stroke di Jepang memperlihatkan hasil serupa, angka kematian
pada perdarahan serebral di 30 hari pertama adalah 63,3% dibanding infark serebral
sebesar 9%.
Faktor demografik, penyakit penyerta, dan keparahan gejala stroke berkontribusi terhadap
luaran stroke. Penelitian kohort Kernan, dkk (2000) memperlihatkan prognosis stroke
dipengaruhi oleh usia, komorbiditas gagal jantung, riwayat stroke sebelumnya, diabetes,
hipertensi, dan penyakit jantung koroner. Adanya komorbiditas, usia tua, riwayat stroke
sebelumnya akan memberikan prognosis yang lebih buruk.
B. KONSEP DASAR PENINGKATAN TEKANAN KRANIAL
1. Definisi/Pengertian
Tekanan Intrakranial (TIK) adalah suatu fungsi nonlinear dari fungsi otak, cairan
serebrosspinal (CSS) dan volume darah otak. Peningkatan tekanan intrakranial (PTIK)
adalah suatu peninmgkatan tekanan yang terjadi dalam rongga tengkorak.
Ruang intrakranial ditempati oleh jaringan otak, darah dan cairan serebrospinal.
Setiap bagian menempati suatu volume tertentu yang menghasilkan suatu tekanan
intrakranial normal berkisar antara 5 dan 15 mmHg (millimeter air raksa). PTIK adalah
komplikasi serius yang mengakibatkan herniasi dengan gagal pernapasan dan gagal jantung
serta kematian.
4. Gejala klinis
Manifestasi klinik peningkatan tekanan intrakranial banyak dan bervariasi dan dapat
tidak jelas. Perubahan tingkat kesadaran penderita merupakan indikator yang paling sensitif
dari semua tanda peningkatan tekanan intrakranial
a. Gejala umum terjadinya peningkatan TIK adalah:
Nyeri kepala
Muntah
TD meninggi dan nadi melambat (reflex Cushing)
Kejang
Gangguan kesadaran, berupa gangguan mental dan kesadaran menurun (GCS<15)
b. Gejala khusus: sesuai lokasi dan kausa
c. CT scan: misalnya edema otak hematom, tumor, atau herniasi
d. Intracranial Pressure Monitoring. Tekanan normal: ICP <10 mmHg
>20 mmHg: Moderate elevation
>40 mmHg: Severe elevation
Trias klasik peningkatan tekanan intrakranial adalah ;
1. Nyeri kepala karena regangan durameter dan pembuluh darah
2. Papiledema yang disebabkan oleh tekanan dan pembengkakan diskus optikus.
3. Muntah sering proyektil
Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial lainnya;
1. Hipertermia
2. Perubahan motorik dan sensorik
3. Perubahan berbicara
1. PENGKAJIAN.
Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan laboraturium untuk memperoleh
informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana
asuhan keperawatan klien.
Dari wawancara akan diperoleh informasi tentang biodata, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat kesehatan/penyakit masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pola aktifitas
sehari-hari, dan riwayat psikososial.
a Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien yang
menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat
perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien. (Marilynn E.
Doenges et al, 1998)
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose
medis.
2) Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak
dapat berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999)
3) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi
otak yang lain. (Siti Rochani, 2000)
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. (Donna D. Ignativicius, 1995)
5) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
(Hendro Susilo, 2000)
6) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor
biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.
7) Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi
oral.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase
akut.
c. Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi
konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
d. Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau
paralise/ hemiplegi, mudah lelah
e. Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot
f. Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk
berkomunikasi akibat gangguan bicara.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.
h. Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan pandangan,
perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola
kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir.
i. Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan stroke,
seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.
j. Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan
proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil,
kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
f. Intervensi Keperawatan
NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI DAN RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
Rasional: :
1. Klien dan keluarga mau
berpartisipasi dalam mencegah
terjadinya ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
2. Perubahan posisi dapat
melepaskan sekret darim saluran
pernafasan
3. Air yang cukup dapat
mengencerkan sekreT
4. Untuk mengetahui ada tidaknya
ketidakefektifan jalan nafas
5. Untuk mengetahui adanya
kelainan suara nafas
6. Agar dapat melepaskan sekret
dan mengembangkan paru-paru
Rasional:
1. Keluarga lebih berpartisipasi
dalam proses penyembuhan
2. Untuk mencegah perdarahan
ulang
3. Mengetahui setiap perubahan
yang terjadi pada klien secara
dini dan untuk penetapan
tindakan yang tepat
4. Mengurangi tekanan arteri
dengan meningkatkan draimage
vena dan memperbaiki sirkulasi
serebral
5. Batuk dan mengejan dapat
meningkatkan tekanan intra
kranial dan potensial terjadi
perdarahan ulang
6. Rangsangan aktivitas yang
meningkat dapat meningkatkan
kenaikan TIK. Istirahat total dan
ketenagngan mingkin
diperlukan untuk pencegahan
terhadap perdarahan dalam
kasus stroke hemoragik /
perdarahan lainnya
7. Memperbaiki sel yang masih
viabel
4. Risiko cedera Klien terhindar dari cedera 1. Gunakan tempat tidur yang
berhubungan dengan selama perawatan rendah, dengan pagar tempat
hemiparesis dan tidur terpasang
gangguan penglihatan. Kriteria hasil : 2. Jauhkan benda-benda yang
a. Klien tidak terjatuh berbahaya (seperti benda-benda
b. Tidak ada trauma dan tajam)
komplikasi lain 3. Orientasikan pasien pada
kondisi di sekelilingnya.
4. Lakukan kewaspadaan
keamanan pada pasien
Rasional:
1. Untuk menghindari cedera saat
jatuh dari tempat tidur
2. Untuk menghindari pasien
cedera akibat terkena benda-
benda tersebut
3. Mengetahui kondisi sekeliling
membantu mencegah terjadinya
cidera.
4. Kewaspadaan dapat
menghindarkan pasien dari
kemungkinan mengalami cidera.
Rasional:
1. Menurunkan resiko terjadinnya
iskemia jaringan akibat sirkulasi
darah yang jelek pada daerah
yang tertekan
2. Gerakan aktif memberikan
massa, tonus dan kekuatan otot
serta memperbaiki fungsi
jantung dan pernapasan
3. Otot volunter akan kehilangan
tonus dan kekuatannya bila
tidak dilatih untuk digerakkan
7. Gangguan sensori Meningkatnya persepsi 1. Kaji fungsi saraf III, IV, VI, VII
persepsi: Penglihatan sensorik secara optimal. 2. Gunakan obat tetes mata dan
berhubungan dengan pelindung
deviatin ke arah lesi, Kriteria hasil: 3. Orientasikan pasien pada
diplopia, gangguan 1. Tidak terjadi deviatin ke lingkungan sekitar sebagaimana
penglihatan / arah lesi kebutuhan
pergerakan bola mata. 2. Tidak ada diplopia Rasional:
3. Tidak ada gangguan 1. Menentukan adekuatnya saraf
penglihatan cranial yang berhubungan
dengan kemampuan pergerakan
mata
2. Memberikan lubrikan dan
melindungi mata
3. Mengenali lingkungan
Rasional:
1. Klien dan keluarga akan
mengerti tentang penyebab
obstipasi
2. Bising usu menandakan sifat
aktivitas peristaltik
3. Diit seimbang tinggi kandungan
serat merangsang peristaltik dan
eliminasi reguler
4. Masukan cairan adekuat
membantu mempertahankan
konsistensi feses yang sesuai
pada usus dan membantu
eliminasi reguler
5. Aktivitas fisik reguler
membantu eliminasi dengan
memperbaiki tonus oto
abdomen dan merangsang nafsu
makan dan peristaltik
6. Pelunak feses meningkatkan
efisiensi pembasahan air usus,
yang melunakkan massa feses
dan membantu eliminasi
Rasional:
1. Untuk menetapkan jenis
makanan yang akan diberikan
pada klien
2. Untuk klien lebih mudah untuk
menelan karena gaya gravitasi
3. Membantu dalam melatih
kembali sensori dan
meningkatkan kontrol muskuler
4. Memberikan stimulasi sensori
(termasuk rasa kecap) yang
dapat mencetuskan usaha untuk
menelan dan meningkatkan
masuka
5. Klien dapat berkonsentrasi
pada mekanisme makan tanpa
adanya distraksi/gangguan dari
luar
6. Makan lunak/cairan kental
mudah untuk
mengendalikannya didalam
mulut, menurunkan terjadinya
aspirasi
7. Menguatkan otot fasial dan dan
otot menelan dan merunkan
resiko terjadinya tersedak
8. Dapat meningkatkan pelepasan
endorfin dalam otak yang
meningkatkan nafsu makan
9. Mungkin diperlukan untuk
memberikan cairan pengganti
dan juga makanan jika klien
tidak mampu untuk
memasukkan segala sesuatu
melalui mulut
10. Sindrom kurang Kebutuhan perawatan diri 1. Tentukan kemampuan dan
perawatan diri klien terpenuhi tingkat kekurangan dalam
berhubungan dengan melakukan perawatan diri
hemiparesis. Kriteria hasil: 2. Beri motivasi kepada klien
- Klien dapat melakukan untuk tetap melakukan aktivitas
aktivitas perawatan diri dan beri bantuan dengan sikap
sesuai dengan sungguh
kemampuan klien 3. Hindari melakukan sesuatu
- Klien dapat untuk klien yang dapat
mengidentifikasi sumber dilakukan klien sendiri, tetapi
pribadi/komunitas untuk berikan bantuan sesuai
memberikan bantuan kebutuhan
sesuai kebutuhan 4. Berikan umpan balik yang
positif untuk setiap usaha yang
dilakukannya atau
keberhasilannya
5. Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi/okupasi
Rasional:
1. Membantu dalam
mengantisipasi/merencanakan
pemenuhan kebutuhan secara
individual
2. Meningkatkan harga diri dan
semangat untuk berusaha terus-
menerus
3. Klien mungkin menjadi sangat
ketakutan dan sangat tergantung
dan meskipun bantuan yang
diberikan bermanfaat dalam
mencegah frustasi, adalah
penting bagi klien untuk
melakukan sebanyak mungkin
untuk diri-sendiri untuk
mempertahankan harga diri dan
meningkatkan pemulihan
4. Meningkatkan perasaan makna
diri dan kemandirian serta
mendorong klien untuk
berusaha secara kontinyu
5. Memberikan bantuan yang
mantap untuk mengembangkan
rencana terapi dan
mengidentifikasi kebutuhan alat
penyokong khusus
Rasional:
1. Memenuhi kebutuhan
komunikasi sesuai dengan
kemampuan klien
2. Mencegah rasa putus asa dan
ketergantungan pada orang lain
3. Mengurangi kecemasan dan
kebingungan pada saat
komunikasi
4. Mengurangi isolasi sosial dan
meningkatkan komunikasi yang
efektif
5. Memberi semangat pada klien
agar lebih sering melakukan
komunikasi
6. Melatih klien belajar bicara
secara mandiri dengan baik dan
benar
4. Evaluasi
No. Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan 1. Bunyi nafas vesikuler
dengan penumpukan sputum akibat: kelemahan, 2. RR normal
hilangnya refleks batuk. 3. Tidak ada tanda-tanda sianosis
dan pucat
4. Tidak ada sputum
2 Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan 1. Tingkat kesadaran membaik
dengan perdarahan intracerebral. (GCS meningkat)
2. fungsi kognitif, memori dan
motorik membaik
3. TIK normal
4. Tanda-tanda vital stabil
5. Tidak ada tanda perburukan
neurologis
3 Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan 1. Skala nyeri berkurang dari …
tekanan intrakranial. menjadi …
2. Wajah pasien tidak meringis.
4 Risiko cedera berhubungan dengan hemiparesis 1. Klien tidak terjatuh
dan gangguan penglihatan. 2. Tidak ada trauma dan komplikasi
lain
5 Gangguan Kenyaman: mual berhubungan dengan 1. Tidak terjadi peningkatan saliva.
peningkatan tekanan intrakranial. 2. Mual berkurang.
3. Tidak muntah.
6 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan 1. tidak ada kontraktur atau foot
kerusakan neuromuskuler, kelemahan, drop
hemiparesis. 2. kontraksi otot membaik
3. mobilisasi bertahap
7 Gangguan sensori persepsi: Penglihatan 1. Tidak terjadi deviatin ke arah lesi
berhubungan dengan deviatin ke arah lesi, 2. Tidak ada diplopia
diplopia, gangguan penglihatan / pergerakan bola 3. Tidak ada gangguan penglihatan
mata.
8 Konstipasi berhubungan dengan imobilisasi, 1. Klien dapat defekasi secara
intake cairan yang tidak adekuat. spontan dan lancar tanpa
menggunakan obat
2. Konsistensifses lunak
3. Tidak teraba masa pada kolon
( scibala )
4. Bising usus normal ( 15-30 kali
per menit )
9 Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan 1. Berat badan dapat dipertahankan/
tubuh berhubungan dengan disfagia. ditingkatkan
2. Hb dan albumin dalam batas
normal
10 Sindrom kurang perawatan diri berhubungan 1. Klien dapat melakukan aktivitas
dengan hemiparesis. perawatan diri sesuai dengan
kemampuan klien
2. Klien dapat mengidentifikasi
sumber pribadi/komunitas untuk
memberikan bantuan sesuai
kebutuhan
11 Kerusakan komunikasi verbal berhubungan 1. Terciptanya suatu komunikasi
dengan disarrtria, afasia, amourasis fulgaks akibat dimana kebutuhan klien dapat
kerusakan sentral bicara. dipenuhi
2. Klien mampu merespon setiap
berkomunikasi secara verbal
maupun isyarat
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
Depkes RI, 1996, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan,
Diknakes, Jakarta.
Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,
EGC, Jakarta.
Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, EGC,
Jakarta.
Harsono, 1996, Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi 1, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hudak C.M.,Gallo B.M.,1996, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI, Volume II,
EGC, Jakarta.
Price S.A., Wilson L.M., 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4,
Buku II, EGC, Jakarta.