Vous êtes sur la page 1sur 14

GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL

(GAPPINAS)
ANGGARAN DASAR
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL
(GAPPINAS)

DEKLARASI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bahwa berserikat dan berkumpul serta mengeluarkan pendapat dijamin oleh


Undang-undang, maka hakekatnya manusia merupakan Insan Tuhan yang
sedang berkembang, dan ditandai peran informasi dan komunikasi serta
kebersamaan yang menimbulkan kesadaran baru yang pada hakekatnya semua
umat manusia ada dimuka bumi adalah salah satu selalu untuk berintegrasi.

Menyadari kenyataan setiap manusia dalam kekuasaan Tuhan Yang Maha


Esa, bahwa setiap perbuatan yang dilakukan seseorang dimanapun ia berada
sangat mempengaruhi bagi orang lain. Setiap warga Negara mempunyai
kedudukan yang sama dalam memegang teguh nilai-nilai yang paling
universal adalah manusia itu sendiri dengan sendi-sendi etika, budaya, moral
dan hukum.

Dalam mencapai cita-cita kemerdekaan untuk mewujudkan masyarakat


Indonesia madani berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,
maka kami sebagai pelaku usaha yang bergerak pada sektor jasa pelaksana
konstruksi dengan niat tulus dan ikhlas bersatu padu mendeklarasikan :
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL.

Anggaran Dasar
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL
(GAPPINAS)
ANGGARAN DASAR

BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 1
Nama

Organisasi ini bernama GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL yang


selanjutnya disingkat GAPPINAS.
Pasal 2
Waktu

GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL di dirikan pada tanggal 28


Januari 2010 di Jakarta untuk Jangka waktu yang tidak ditentukan.

Pasal 3
Tempat Kedudukan

Kedudukan GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL berpusat di Ibukota


Negara Republik Indonesia.
BAB II
AZAS DAN LANDASAN

Pasal 4
Azas

GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL (GAPPINAS) berazaskan


Pancasila
Pasal 5
Landasan

GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL (GAPPINAS) berlandaskan :


1. Undang–Undang Dasar 1945 sebagai landasan Konstitusional.
2. Undang–Undang No. 5 Tahun 1985 Tentang : Organisasi Kemasyarakatan.
3. Undang–Undang No. 1 Tahun 1987 Tentang : Kamar Dagang dan Industri.
4. Undang–Undang No. 18 Tahun 1999 Tentang : Jasa Konstruksi.

BAB III
BENTUK, SIFAT DAN FUNGSI

Pasal 6
Bentuk

GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL adalah Organisasi berbentuk


kesatuan dari Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Anggaran Dasar
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL
(GAPPINAS)
Pasal 7
Sifat

GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL adalah Organisasi Jasa


Pelaksana Konstruksi yang menjadi wadah Perusahaan Konstruksi yang bersifat
spesialisasi dengan sub bidang usaha perpipaan dalam melakukan kegiatannya.
Pasal 8
Fungsi

GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL mempunyai fungsi sebagai :


1. Wadah pembinaan bagi peningkatan profesionalisme Perusahaan Jasa Pelaksana
Konstruksi Indonesia yang telah memenuhi syarat menjadi anggota GABUNGAN
PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL, agar berdaya saing dan bertanggung jawab
dalam melaksanakan usahanya.
2. Wadah komunikasi dan konsultansi baik antar anggota, maupun antara anggota dengan
Pemerintah, antara anggota dengan Pengusaha Nasional/Asing serta Institusi dan
Organisasi lain mengenai hal–hal yang berkaitan dengan bidang usaha jasa pelaksana
konstruksi.
3. Wadah menyalurkan aspirasi perusahaan anggota GABUNGAN PELAKSANA
PERPIPAAN NASIONAL kepada Institusi Swasta, Institusi Pemeritah baik eksekutif
maupun legislatif untuk upaya melindungi kepentingan usaha perusahaan anggota
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL dalam menghadapi hal–hal
yang berkembang di dunia jasa pelaksana konstruksi.

BAB IV
TUJUAN DAN USAHA

Pasal 9
Tujuan

1. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan usaha, bagi kepentingan anggota


GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL (GAPPINAS) sebagai pelaku–
pelaku ekonomi Nasional di bidang jasa pelaksana konstruksi yang bersifat spesialisasi
sub bidang usaha perpipaan dalam rangka mewujudkan kehidupan dunia usaha Nasional
yang berdaya saing tinggi.
2. Membina hubungan dengan konsep dan program kemitraan yang sinergi dengan
pelaku sebagai penyedia jasa pada jasa pelaksana bersifat spesialisasi sub bidang usaha
perpipaan dengan Instansi Pemerintah pada khususnya baik ditingkat Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
3. Menghimpun dan membentuk kekuatan ekonomi secara bersama dalam dunia usaha
jasa pelakana konstruksi spesialisasi sub bidang perpipaan sehingga tercipta upaya saling
mendukung sesama perusahaan anggota.
Pasal 10
Usaha

Untuk mencapai tujuan institusi organisasi maka GABUNGAN PELAKSANA


PERPIPAAN NASIONAL melakukan usaha–usaha sebagai berikut :
1. Menghimpun seluruh potensi perusahaan/badan usaha jasa pelaksana konstruksi
perpipaan yang bersifat spesialis.

Anggaran Dasar
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL
(GAPPINAS)
2. Mengadakan dan menyelenggarakan seminar, diskusi, studi dan pendidikan serta
pelatihan.
3. Mengadakan kerja sama dengan Institusi–Institusi Pemerintah maupun Swasta, baik
dari dalam maupun Luar Negeri.
4. Menyelenggarakan komunikasi, konsultansi dan asistensi kegiatan dunia usaha jasa
pelaksana konstruksi sub bidang perpipaan.
5. Mempromosikan kemampuan usaha perusahaan anggota Gabungan Pelaksana
Perpipaan Nasinal.
6. Memberikan perlindungan (advokasi) Hukum dan Mediasi serta Arbitrasi kepada
perusahaan anggota Gabungan Pelaksana Perpipaan Nasional.

BAB V
KEANGGOTAAN, HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 11
Keanggotaan

Keanggotaan GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL terdiri dari :


1. Anggota Biasa yaitu Badan Usaha/Perusahaan Swasta, Koperasi, BUMN dan BUMD
bergerak dalam bidang usaha jasa pelaksana konstruksi yang telah mendapatkan
pengesahan menurut Hukum di Negara Republik Indonesia serta memenuhi ketentuan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga GABUNGAN PELAKSANA
PERPIPAAN NASIONAL yang berlaku.
2. Anggota Luar Biasa yaitu Badan Usaha yang berbentuk Penanaman Modal Asing
(PMA) dan Badan Usaha Asing yang beroperasi di Indonesia dalam bidang usaha jasa
pelaksana konstruksi.
3. Anggota Biasa dan Anggota Luar Biasa tidak boleh merangkap menjadi pengurus
pada Organisasi/Asosiasi Perusahaan Jasa Konstruksi sejenis.
4. Perusahaan yang badan usahanya bergerak dalam bidang jasa pelaksana konstruksi
dengan sub bidang perpipaan yang meliputi bidang pekerjaan : Sipil dan Tata Lingkungan
dan bidang–bidang pekerjaan lainnya perpipaan air bersih/kotor, minyak dan gas dan/atau
sesuai perkembangan dunia usaha jasa pelaksana konstruksi.

Pasal 12
Hak Anggota

1. Anggota Biasa mempunyai :


a. Hak Suara yaitu hak memilih dan hak dipilih serta hak dalam pemungutan
suara untuk mengambil keputusan.
b. Hak Bicara yaitu hak mengeluarkan pendapat dan mengajukan pertanyaan.
c. Hak untuk mengikuti kegiatan dan menikmati fasilitas Organisasi.
d. Hak mengajukan permohonan untuk mendapatkan Sertifikat sesuai
ketentuan yang ditetapkan oleh Organisasi.
e. Hak membela diri.
f. Hak mendapatkan informasi, bimbingan dan perlindungan Organisasi
dalam menjalankan profesinya.
2. Anggota Luar Biasa mempunyai :
a. Hak Bicara, yaitu hak mengeluarkan pendapat dan mengajukan
pertanyaan.
b. Hak untuk mengikuti kegiatan dan menikmati fasilitas
Organisasi.

Anggaran Dasar
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL
(GAPPINAS)
c. Hak mengajukan permohonan untuk mendapatkan Sertifikat
sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Organisasi.

3. Dalam menggunakan hak anggota seperti tertulis pada Ayat 1 diatas, hanya dapat
diwakilkan kepada satu orang dengan cara :
a. Secara otomatis kepada satu orang yang tertulis dalam KTA biasa yang
berlaku.
b. Dalam hal diwakilkan kepada orang lain harus dapat dibuktikan bahwa
yang bersangkutan adalah salah seorang yang namanya tercantum dalam Akte
Pendirian dan atau perubahan–perubahannya serta yang bersangkutan mendapat
Kuasa penuh dari penanggung jawab tertinggi perusahaan yang bersangkutan
untuk mewakilkannya dalam Organisasi GABUNGAN PELAKSANA
PERPIPAAN NASIONAL, maka hak pimpinan yang tertinggi menjadi gugur.

Pasal 13
Kewajiban Anggota

1. Anggota Biasa berkewajiban untuk :


.a Menjunjung tinggi dan menjaga nama baik Organisasi.
.b Mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, peraturan–
peraturan serta disiplin Organisasi.
.c Aktif melaksanakan program Organisasi.
.d Membayar iuran dan pungutan–pungutan resmi Organisasi.
2. Anggota Luar Biasa berkewajiban untuk :
.a Menjunjung tinggi dan menjaga nama baik Organisasi.
.b Mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta peraturan–
peraturan lainnya dari Organisasi.

Pasal 14
Syarat – Syarat Menjadi Anggota

Syarat–syarat menjadi anggota akan diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB VI
ORGANISASI

Pasal 15
Struktur Organisasi

1. GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL di susun secara vertikal


dengan wilayah kerja sebagai berikut :
a. GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL di Nasional, meliputi
seluruh wilayah Indonesia yang di pimpin oleh Badan Pimpinan Nasional (BPN).
b. GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL di Provinsi, meliputi
wilayah Provinsi yang di pimpin oleh Badan Pimpinan Provinsi (BPP).
c. GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL di Kabupaten/Kota
meliputi wilayah Kabupaten/Kota yang di pimpin oleh Badan Pimpinan
Kabupaten (BPK) dan/atau Badan Pimpinan Kota (BPK).
2. Di setiap Provinsi hanya ada satu GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN
NASIONAL di Provinsi.

Anggaran Dasar
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL
(GAPPINAS)
3. Di setiap Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Provinsi hanya ada satu GABUNGAN
PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL di Kabupaten/Kota.
4. GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL di Nasional, GABUNGAN
PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL di Provinsi dan GABUNGAN PELAKSANA
PERPIPAAN NASIONAL di Kabupaten/Kota terikat oleh satu garis hubungan jenjang
dalam Struktur Organisasi.
5. Setiap kebijaksanaan GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL yang
tingkat Organisasinya lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan kebijaksanaan
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL yang tingkat Organisasinya
lebih tinggi.

Pasal 16
Perangkat dan Wewenang Organisasi

Perangkat dan wewenang Organisasi diatur sebagai berikut:


1. Nasional
a. Musyawarah Nasional disingkat MUNAS GABUNGAN PELAKSANA
PERPIPAAN NASIONAL merupakan dan kewenangan tertinggi GABUNGAN
PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL di Nasional.
b. Musyawarah Kerja Nasional disingkat MUKERNAS GABUNGAN
PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL, merupakan Institusi yang diselenggarakan
untuk mengawasi terlaksananya ketetapan–ketetapan MUNAS GABUNGAN
PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL serta membantu Badan Pimpinan Nasional
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL dalam melakukan evaluasi
program kerja dan RAPBO serta memutuskan hal-hal yang tidak dapat diputuskan sendiri
serta menetapkan rencana kerja dan rencana anggaran tahunan Badan Pimpinan Nasional.
c. Rapat Pimpinan Nasional disingkat RAPIMNAS GABUNGAN PELAKSANA
PERPIPAAN NASIONAL, merupakan Institusi yang diadakan untuk menetapkan arah
kebijaksanaan dalam menyelaraskan gerak dan langkah pada Nasional dalam menghadapi
perkembangan/situasi yang timbul dan menampung serta menyelesaikan secara tuntas
masalah–masalah Organisasi pada Nasional.
d. Badan Pimpinan Nasional disingkat BPN GABUNGAN PELAKSANA
PERPIPAAN NASIONAL merupakan Pimpinan tertinggi GABUNGAN PELAKSANA
PERPIPAAN NASIONAL di Nasional, mewakili Organisasi baik kedalam maupun
keluar dan bertanggung jawab penuh terhadap jalannya Organisasi kepada MUNAS
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL,

2. Provinsi.
a. Musyawarah Provinsi disingkat MUSPROV GABUNGAN PELAKSANA
PERPIPAAN NASIONAL Provinsi, merupakan Institusi dan kewenangan
tertinggi GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL di Provinsi.
b. Musyawarah Kerja Provinsi disingkat MUKERPROV GABUNGAN
PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL Provinsi merupakan Institusi yang
diselenggarakan untuk melakukan evaluasi program kerja tahunan dan RAPBO
serta mengawasi terlaksanakannya ketetapan–ketetapan MUSPROV
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL Provinsi serta
membantu Badan Pimpinan Provinsi GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN
NASIONAL Provinsi dalam memutuskan hal–hal yang tidak dapat diputuskan
sendiri serta menetapkan rencana kerja dan rencana anggaran tahunan Badan
Pimpinan Provinsi.

Anggaran Dasar
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL
(GAPPINAS)
c. Rapat Pimpinan Provinsi disingkat RAPIMPROV GABUNGAN
PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL, merupakan Institusi yang diadakan
untuk menetapkan arah kebijaksanaan dalam menyelaraskan gerak dan langkah di
Provinsi dalam menghadapi perkembangan/situasi yang timbul dan menampung
serta menyelesaikan secara tuntas masalah–masalah Organisasi.
d. Badan Pimpinan Provinsi disingkat BPP GABUNGAN PELAKSANA
PERPIPAAN NASIONAL Provinsi merupakan Pimpinan GABUNGAN
PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL di Provinsi mewakili Organisasi, baik
ke dalam maupun keluar dan bertanggung jawab penuh terhadap jalannya
Organisasi kepada Musyawarah Provinsi GABUNGAN PELAKSANA
PERPIPAAN NASIONAL Provinsi dan Badan Pimpinan Nasional.

3. Kabupaten/Kota.
a. Musyawarah Kabupaten/Kota disingkat MUSKAB/KOT
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL Kabupaten/Kota
merupakan Institusi dan kewenangan tertinggi GABUNGAN PELAKSANA
PERPIPAAN NASIONALdi Kabupaten/Kota.
b. Musyawarah Kerja Kabupaten/Kota disingkat MUKERKAB/KOT
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL Kabupaten/Kota
merupakan Institusi yang diselenggarakan untuk melakukan evaluasi program
kerja tahunan dan RAPBO serta mengawasi terlaksanannya ketetapan–ketetapan
MUSKAB/KOT GAPPINAS Kabupaten/Kota serta membantu Badan Pimpinan
Provinsi GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL
Kabupaten/Kota dalam memutuskan hal–hal yang tidak dapat diputuskan sendiri
serta menetapkan rencana kerja dan rencana anggaran tahunan GABUNGAN
PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL Kabupaten/Kota.
c. Badan Pimpinan Kabupaten/Kota disingkat BPK GABUNGAN
PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL Kabupaten/Kota merupakan Pimpinan
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL di Kabupaten/Kota
mewakili Organisasi, baik ke dalam maupun ke luar dan bertanggung jawab penuh
terhadap jalannya Organisasi kepada MUSKAB/KOT GABUNGAN
PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL Kabupaten/Kota dan Badan Pimpinan
Provinsi GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL Provinsi.

BAB VII
MUSYAWARAH DAN RAPAT ORGANISASI

Pasal 17
Musyawarah dan Rapat

Musyawarah dan Rapat–Rapat Organisasi :


1. Nasional.
a. Musyawarah Nasional disingkat MUNAS.
b. Musyawarah Kerja Nasional disingkat MUKERNAS.
c. Rapat Pimpinan Nasional disingkat RAPIMNAS.
d. Rapat Pleno/Badan Pimpinan Lengkap (Badan Pimpinan Harian dan Departemen
– Departemen).
e. Rapat Badan Pimpinan Harian disingkat Rapat BPH.

2. Provinsi :
a. Musyawarah Provinsi disingkat MUSPROV.

Anggaran Dasar
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL
(GAPPINAS)
b. Musyawarah Kerja Provinsi disingkat MUKERPROV.
c. Rapat Pimpinan Provinsi disingkat RAPIMPROV.
d. Rapat Pleno/Badan Pimpinan Lengkap (Badan Pimpinan Harian dan Biro–Biro).
e. Rapat Badan Pimpinan Harian disingkat Rapat BPH Provinsi.
3. Kabupaten/Kota.
a. Musyawarah Kabupaten/Kota disingkat MUSKAB/KOT.
b. Musyawarah Kerja Kabupaten/Kota disingkat MUKERKAB/KOT.
c. Rapat Pleno/Badan Pimpinan Lengkap (Badan Pimpinan Harian dan
Bidang – Bidang).
d. Rapat Badan Pimpinan Harian Kabupaten/Kota disingkat Rapat BPH
Kabupaten/ Kota.
Pasal 18
Musyawarah Luar Biasa

1. MUNAS/MUSPROV yang diselenggarakan diluar Jadwal MUNAS/MUSPROV


disebut MUNAS Luar Biasa/MUSPROV Luar Biasa disingkat MUNASLUB/
MUSPROVLUB.
2. MUNASLUB dan MUSPROVLUB diselenggarakan :
Untuk meminta pertanggung jawaban BPN atau BPP mengenai pelanggaran–
pelanggaran prinsip atas Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan atau
penyelewengan–penyelewengan keuangan Organisasi oleh BPN atau BPP sehingga
ketentuan–ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan keputusan–
keputusan MUNAS atau MUSPROV tidak terlaksana sebagaimana mestinya.
3. MUNAS Luar Biasa dan MUSPROV Luar Biasa dapat diselenggarakan atas
permintaan sekurang–kurangnya ⅔ (dua per tiga) dari Jumlah Badan Pimpinan
dibawahnya.
4. MUSKAB/KOT Luar Biasa Kabupaten/Kota dapat diselenggarakan atas permintaan
sekurang–kurangnya ⅔ (dua per tiga) dari jumlah anggota yang ada di Kabupaten/ Kota
yang bersangkutan.
5. MUSPROVLUB Provinsi atau MUSKAB/KOTLUB Kabupaten/Kota harus mendapat
persetujuan Badan Pimpinan Nasional.

Pasal 19
Musyawarah Nasional Khusus
( MUNASSUS )

Musyawarah Nasional Khusus (MUNASSUS) adalah Musyawarah yang diadakan diluar


waktu penyelenggaraan MUNAS untuk menyelesaikan hal–hal Prinsip Organisasi yang
mendesak dan tidak dapat ditunda dan diadakan khusus hanya untuk merubah/
menyempurnakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, atas permintaan :
1. Sekurang–kurangnya ⅔ (dua per tiga) dari jumlah BPP dari Provinsi dan atau.
2. Atas inisiatif BPH/Pleno BPN

Pasal 20
Peserta Dan Wewenang Musyawarah Nasional

1. Musyawarah Nasional merupakan institusi tertinggi yang memegang kewenangan


tertinggi dan tak terbatas Organisasi, diselenggarakan oleh BPN GABUNGAN
PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL dan dihadiri oleh :
a. Anggota Pleno BPN sebagai peserta biasa.
b. Peserta dari BPP Provinsi sebagai peserta penuh dan peserta peninjau.

Anggaran Dasar
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL
(GAPPINAS)
c. Peserta dari BPKabupaten/Kota sebagai peserta peninjau.
d. Para undangan sebagai undangan.
2. Ketentuan tentang jumlah peserta penuh, peserta biasa, peserta peninjau dan undangan
pada MUNAS, diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan Tata Tertib Acara tersebut.
3. MUNAS mempunyai Wewenang :
a. Menilai, menerima atau menolak laporan pertanggung jawaban BPN.
b. Menetapkan/merubah AD dan ART.
c. Menetapkan program umum Organisasi dan Rencana Anggaran Pendapat dan
Belanja Organisasi.
d. Mengesahkan Badan Pimpinan Nasional GABUNGAN PELAKSANA
PERPIPAAN NASIONAL serta Hasil Ketetapan Rapat Tim Formatur MUNAS.
e. Mengesahkan atau membatalkan sanksi yang dikenakan kepada Personalia BPP
dan/atau BPKAB/KOT.

Pasal 21
Peserta Dan Wewenang MUSPROV

1. Musyawarah Provinsi GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL


Provinsi, diselenggarakan oleh BPP GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN
NASIONAL Provinsi dan dihadiri oleh :
a. BPN GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL sebagai peserta
biasa.
b. Anggota/personalia Pleno BPP GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN
NASIONAL Provinsi sebagai peserta biasa.
c. Peserta Badan Pimpinan Kabupaten/Kota sebagai peserta penuh dan yang belum
menyelenggarakan MUSKAB/KOT peserta peninjau .
d. Para undangan sebagai undangan.
2. Ketentuan tentang jumlah peserta penuh, peserta biasa dan peserta peninjau dan
undangan pada Musyawarah Daerah GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN
NASIONAL Provinsi, diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan Tata Tertib Acara
tersebut.
3. Musyawarah Propisi GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL
Provinsi mempunyai wewenang :
a. Menilai, menerima atau menolak laporan pertanggung jawaban BPP
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL Provinsi.
b. Menetapkan program kerja Organisasi dan Rencana Anggaran Pendapat dan
Belanja Organisasi.
c. Mengesahkan Badan Pimpinan Provinsi GABUNGAN PELAKSANA
PERPIPAAN NASIONAL dan Hasil Ketetapan Rapat Tim Formatur MUSPROV.
d. Merekomendasikan untuk mengesahkan dan/atau membatalkan sanksi yang
dikenakan kepada personalia BPP dan/atau personalia, anggota BPKAB/KOTA.

Pasal 22
Peserta Dan Wewenang Musyawarah Kabupaten/Kota

1. Musyawarah Kabupaten/Kota GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN


NASIONAL, di selenggarakan oleh BPKAB/KOT GABUNGAN PELAKSANA
PERPIPAAN NASIONAL dan dihadiri oleh :
a. Peserta BPP Provinsi sebagai peserta biasa.
b. Anggota Pleno BPP Kabupaten/Kota sebagai peserta biasa.
c. Seluruh Anggota diwilayah BPKabupaten/Kota sebagai peserta penuh.

Anggaran Dasar
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL
(GAPPINAS)
d. Para undangan sebagai undangan.
2. Ketentuan tentang jumlah peserta penuh, peserta biasa dan peserta peninjau dan
undangan pada Musyawarah Kabupaten/Kota GABUNGAN PELAKSANA
PERPIPAAN NASIONAL, diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan Tata Tertib Acara
tersebut.
3. Musyawarah Kabupaten/Kota GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN
NASIONAL mempunyai wewenang :
a. Menilai, menerima atau menolak laporan pertanggung jawaban BPKab/Kot
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL.
b. Menetapkan program kerja Organisasi dan Rencana Anggaran Pendapat dan
Belanja Organisasi.
c. Mengesahkan Badan Pimpinan Kabupaten/Kota GABUNGAN PELAKSANA
PERPIPAAN NASIONAL dan Hasil Ketetapan Rapat Tim Formatur MUSKAB/KOT.

Pasal 23
Peserta MUNAS Luar Biasa, MUSPROV dan MUSKAB/KOT Luar Biasa serta
MUNAS Khusus

Peserta MUNAS Luar Biasa dan MUSPROV dan MUSKAB/KOT Luar Biasa dan
MUNAS Khusus sama dengan yang disebut dalam Pasal 20 s/d 22 Anggaran Dasar ini.

Pasal 24
Peserta Dan Wewenang Musyawarah Kerja

1. Peserta Musyawarah Kerja Nasional dan Musyawarah Kerja Provinsi dan


Musyawarah Kab/Kot sama dengan Musyawarah Nasional dan Musyawarah Kerja
Provinsi dan Musyawarah Kab/Kot.
2. Musyawah Kerja mempunyai wewenang menilai, mengembangkan dan
menyempurnakan pelaksanaan program umum, program kerja Organisasi, serta
menetapkan peraturan Organisasi.

Pasal 25
Peserta dan Wewenang Rapat Pimpinan Organisasi Dan Rapat Anggota

1. RAPIMNAS dan RAPIMPROV dan RAPIMKAB/KOT dapat diadakan untuk :


a. Menetapkan arah kebijaksanaan dalam menyelaraskan gerak dan langkah
Organisasi pada tingkatan masing–masing dalam menghadapi perkembangan/
situasi yang timbul.
b. Menampung dan menyelesaikan secara tuntas masalah–masalah yang dihadapi
Organisasi dan anggota pada tingkatan masing–masing dalam waktu tertentu.
2. Rapat Pimpinan Organisasi tersebut pada ayat 1 pasal ini dapat diadakan setiap waktu
sesuai kebutuhan, dengan ketentuan:
a. RAPIMNAS, berdasarkan inisiatif dari BPN dan/atau adanya usulan dari ½ +
1 BPP.
b. RAPIMPROV, berdasarkan inisiatif dari BPP dan/atau adanya usulan ½ + 1
BPKabupaten/Kota di Provinsi yang bersangkutan.
c. RAPIMKAB/KOT, berdasarkan inisiatif anggota dari BPKAB/KOT dan/atau
adanya usulan ½ + 1 BPKabupaten/Kota di Provinsi yang bersangkutan
3. Semua keputusan Rapat Pimpinan Organisasi tersebut pada ayat 1 dan ayat 2 pasal ini
merupakan keputusan Organisasi yang mengikat yang dipertanggung jawabkan kepada
Musyawarah pada tingkatan masing-masing.
Anggaran Dasar
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL
(GAPPINAS)
4. Peserta Rapat Pimpinan Organisasi dan Rapat Anggota terdiri dari :
a. Untuk RAPIMNAS terdiri dari Badan Pimpinan Lengkap dan Badan
Pertimbangan BPN, serta utusan BPP.
b. Untuk RAPIMPROV terdiri dari Badan Pimpinan Lengkap dan Badan
Pertimbangan serta utusan dari BPKabupaten/Kota.
5. Rapat Pimpinan Organisasi tersebut pada ayat 1 dan ayat 2 Pasal ini dilaksanakan
oleh dan menjadi tanggung jawab Badan Pimpinan yang bersangkutan.

Pasal 26
Waktu Penyelenggaraan Musyawarah dan Rapat

Waktu penyelenggaraan Musyawarah dan Rapat adalah :


1. Musyawarah Nasional atau MUNAS, Musyawarah Provinsi atau MUSPROV dan
Musyawarah Kabupaten/Kota atau MUSKAB/KOT diadakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun.
2. Musyawarah Kerja Nasional atau MUKERNAS, Musyawarah Kerja Provinsi atau
MUKERPROV dan MUKERKAB/KOT atau Musyawarah Kabupaten/Kota diadakan
sekurang – kurangnya 1 (satu) kali di antara 2 (dua) MUNAS, MUSPROV dan/tau
MUSKAB/KOT yang bersangkutan.
3. Rapat Pimpinan Organisasi Nasional atau RAPIMNAS, Rapat Pimpinan Organisasi
Provinsi atau RAPIMPROV dan Rapat Anggota di Kabupaten/Kota sekurang– kurangnya
2 (dua) kali diantara 2 (dua) MUNAS, MUSPROV dan MUSKAB/KOT yang
bersangkutan; diadakan sewaktu–waktu sesuai dengan kebutuhan.
4. Rapat Badan Pimpinan Nasional atau Rapat BPN, Rapat Badan Pimpinan Provinsi
atau Rapat BPP diadakan sewaktu–waktu sesuai dengan kebutuhan dengan ketentuan :
a. Rapat Badan Pimpinan Harian atau Rapat BPH diadakan sekurang–kurangnya
sebulan sekali.
b. Rapat Badan Pimpinan Lengkap atau Rapat BPL/Pleno diadakan sekurang–
kurangnya 2 (dua) bulan sekali.
5. Rapat Badan Pertimbangan dan Rapat Badan Pembina dapat diselenggarakan setiap
saat bilamana diperlukan dan dihadiri oleh Badan Pimpinan Nasional, Badan Pembina
dan Pertimbagan yang bersangkutan.

Pasal 27
Kuorum

1. Musyawarah dan Rapat dinyatakan mencapai Kuorum dan sah apabila dihadiri oleh
sekurang - kurangnya ½ + 1 (satu per dua ditambah satu) jumlah peserta yang berhak
hadir yang memiliki Hak Suara.
2. Bila mana Kuorum tidak tercapai, maka Musyawarah dan Rapat dapat ditunda
selama – lamanya 24 Jam.
3. Jika sesudah penundaan tersebut Jumlah Kuorum belum juga tercapai, tetapi dihadiri
oleh sekurang – kurangnya ⅓ + 1 (satu per tiga ditambah satu) jumlah peserta yang
berhak hadir yang memiliki Hak Suara, maka Musyawarah dan Rapat tersebut dapat terus
diselenggarakan dan semua keputusan yang diambil dinyatakan sah dan mengikat.
4. Khusus untuk perubahan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART)
atau Pembubaran Organisasi secara Nasional, Musyawarah Nasional dinyatakan
mencapai Kuorum dan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ⅔ (dua per tiga)
jumlah peserta yang berhak hadir yang memiliki Hak Suara.

Anggaran Dasar
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL
(GAPPINAS)

Pasal 28
Pengambilan Keputusan

1. Semua keputusan dalam Musyawarah dan Rapat ditetapkan atas dasar Musyawarah
atau berdasarkan suara terbanyak dari peserta yang hadir yang memiliki Hak Suara.
2. Keputusan untuk maksud perubahan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah
Tangga (ART) diambil berdasarkan persetujuan ⅔ (dua per tiga) Kuorum pada
Musyawarah Nasional.
3. Khusus untuk maksud Pembubaran Organisasi secara Nasional, keputusan diambil
berdasarkan keputusan mutlak Kuorum pada Musyawarah Nasional Luar Biasa diadakan
untuk itu.

BAB VIII
BADAN PEMBINA, PENASEHAT DAN PERTIMBANGAN

Pasal 29
Badan Pembina

1. Badan Pembina terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat dan/atau anggota–anggota


GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL yang telah berjasa dalam
mengembangkan Organisasi GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL,
diangkat hasil MUNAS/ MUSPROV.
2. Badan Pembina di Organisasi yang lebih tinggi tidak dapat merangkap menjadi
Anggota Badan Pembina, Penasehat dan Pertimbangan di Organisasi yang di bawahnya.
3. Badan Pembina hanya terdapat di Nasional dan Provinsi.

Pasal 30
Badan Penasehat

4. Badan Penasehat terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat dan/atau anggota–anggota


GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL yang telah berjasa dalam
mengembangkan Organisasi GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL,
diangkat hasil MUNAS/ MUSPROV.
5. Badan Penasehat di Organisasi yang lebih tinggi tidak dapat merangkap menjadi
Anggota Badan Pembina, Penasehat dan Pertimbangan di Organisasi yang di bawahnya.
6. Badan Penasehat hanya terdapat di Nasional dan Provinsi.

Pasal 31
Badan Pertimbangan

7. Badan Pertimbangan terdiri dari anggota–anggota GABUNGAN PELAKSANA


PERPIPAAN NASIONAL yang telah berjasa dalam mengembangkan Organisasi
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL, diangkat oleh Rapat Pleno
BPN/BPP dan BPKab/Kot.
8. Yang duduk di Badan Pertimbangan tidak diperbolehkan merangkap jabatan pada
Badan Pimpinan di semua Tingkatan Organisasi.
9. Ketua Badan Pertimbangan dan anggotanya di tingkat Organisasi yang lebih tinggi
dan/atau rendah tidak dapat duduk menjadi Anggota Badan Pembina, Penasehat.
10. Badan Pertimbangan berwenang :

Anggaran Dasar
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL
(GAPPINAS)
a. Memberikan pertimbangan–pertimbangan dan saran–saran kepada Badan
Pimpinan mengenai apa saja yang menyangkut Dunia Usaha pada umumnya dan
jasa pelaksana konstruksi pada khususnya, juga bertugas menyeleksi dan
mengusulkan pada Badan Pimpinan, siapa-siapa yang berhak mendapatkan
penghargaan dari GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL atas
jasa–jasanya kepada GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL
maupun dunia usaha jasa pelaksana konstruksi, yang disampaikan dalam rapat-
rapat organisasi di tingkatnya.
b. Melakukan pengamatan terhadap masalah–masalah Organisasi, Kelancaran
pelaksanaan–pelaksanaan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga
(ART) GAPPINAS dan kerjasama antar anggota dan menyampaikan hasil
pengamatan dalam bentuk saran–saran serta pertimbangan kepada Badan
Pimpinan.
11. Ditiap–tiap tingkatan BPP/BPKab/Kot, Organisasi dibentuk Badan Pertimbangan.
a. Badan Pertimbangan dibentuk oleh Rapat Pleno Badan Pimpinan yang
bersangkutan dengan Surat Keputusan.
b. Badan Pertimbangan menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan
institusi di minta maupun tidak di minta harus secara tertulis.

BAB IX
KEUANGAN

Pasal 32
Sumber Dana

1. Keuangan dan sumber dana GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL


diperoleh dari :
.a Uang pangkal, uang iuran dan uang blanko KTA
.b Pungutan resmi Organisasi.
.c Bantuan dan sumbangan tanpa ikatan.
.d Usaha–usaha lainnya yang sah.
2. Seluruh pemasukan dan pengeluaran dana Organisasi harus melalui mekanisme yang
diatur dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 33
Pertanggungan Jawab

1. Harus dilaporkan secara periodik atau sekurang–kurangnya 6 (enam) bulan sekali


kepada Badan Pimpinan dibawahnya atau anggota.
2. Keuangan Organisasi harus bersifat terbuka dan akuntabel.
3. Pertanggung jawaban keuangan akhir pada Musyawarah Nasional dan Musyawarah
Daerah bersifat kolektif.
4.
Pasal 34
Pengelolaan Harta Kekayaan Organisasi

Badan Pimpinan disetiap tingkatan Organisasi bertanggung jawab atas pengelolaan


seluruh kekayaan Organisasi pada tingkatannya.
BAB X

Anggaran Dasar
GABUNGAN PELAKSANA PERPIPAAN NASIONAL
(GAPPINAS)
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR (AD)
DAN PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 35
Perubahan Anggaran Dasar (AD)

Perubahan Anggaran Dasar (AD) Organisasi hanya dapat dilakukan oleh MUNAS atau
MUNASLUB atau MUNAS Khusus.

Pasal 36
Pembubaran Organisasi

1. Pembubaran Organisasi hanya dapat dilakukan oleh MUNAS atau MUNAS Luar
Biasa.
2. Dalam hal Organisasi di bubarkan maka segala kekayaan Organisasi, penggunaan dan
penyelesaiannya ditentukan lebih lanjut dalam MUNAS atau MUNAS Luar Biasa
tersebut.

BAB XI

PENUTUP

Pasal 37
Anggaran Rumah Tangga

Hal – hal yang belum diatur atau tidak diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga dan tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar
ini.
Pasal 38
Berlakunya Anggaran Dasar

1. Anggaran Dasar ini merupakan hasil keputusan Badan Pendiri dan akan dilakukan
Perubahan/Penyempurnaan dalam MUNAS GABUNGAN PELAKSANA
PERPIPAAN NASIONAL yang akan dilasanakan untuk itu
2. Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak tanggal di tetapkan.

Anggaran Dasar

Vous aimerez peut-être aussi