Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
“MATA NAJWA”
Oleh:
• ICON
Ikon menunjukkan kemiripan dengan objeknya. Ini yang kerapkali amat jelas dalam
tanda-tanda visual, foto Megawati adalah sebuah ikon, sebuah peta adalah ikon, tanda visual
umum yang ditempel di pintu kamar kecil pria danwanita adalah ikon. Ikon pun bisa berupa
tanda-tanda verbal , onomatopoeia merupakan upaya untuk membuat bahasa ikonik . Bait
yang yang ditulis Tennyson , “ sekumpulan lebah di pohon elms tua” membuat bunyi yang
kata-kata mirip dengan suara lebah. Ini ikonik. Simfoni “Pastoral” dari Beethoven
mengandung ikon musikalm suara alam. Model tanda objek interpretant dari Peirce
merupakan sebuah ikon dalam upayanya memproduksi dalam bentuk konkret struktur relasi
yang abstrak di antara unsur-unsurnya.
Yang termasuk di icon di dalam tayangan ini adalah pakaian yang di kenakan oleh
presenter dan bintang tamu. Pakaian yang di kenakan oleh orang yang masuk frame dalam
tayangan ini adalah bukan tanpa maksud, ppakaian di pandang sebagai proses komunikasi
non verbal. Penonton membuat kesimpulan tentang siapa pembicara dalam tayangan tersebut
lewat pakaian yang di kenakan. Apakah kesimpulan tersebut terbukti akurat atau tidak, tak
ayal ia akan mem[pengaruhi pikiran orang tentang anda dan bagaimana mereka bersikap pada
anda.
- Pakaian, Najwa memakai pakaian blus gelap berwarna merah marun, agar apa aura
dari sosok najwa yang feminim dan ke eleganan di tonjolkan. Agar dapat
berkomunikasi misalnya efisiensi dan dapat di percaya.
- Narasumber, Andrew Darwis, memakai jas gelap, memperlihatkan bahwa adarwis ini
adalah sosok seorang yang sukses dengan kaskus komunitas online yang dia buat dari
sekedar hasil iseng.
- Narasumber, Raditya Dika, memakai kemeja lengan pendek motif garis – garis dan
memakai kacamata, memperlihatkan bahwa anak muda juga bisa tampil rapi tapi
santai dengan segala aktivitas tanpa terganggu dan di gambarkan sebagai sosok
seorang kutu buku dengan kacamata yang agak besar, kebetulan juga Raditya Dika
adalah penulis yang besar dari blog dan tulisannya di sukai anak muda, jadi raditya
dika mewakili segment anak muda
- Narasumber, Roy Suryo, mengenakan jas hitam di padu dengan kemeja putih serta
dasi, mengindikasikan bahwa dia adalah pakar telematika yang dapat di percaya dan
orang yang mempunyai kredibilitas untuk mengungkapkan suatu statement.
• SIGNAL
Signal di dalam tayangan ini adalah berupa lighting yang ada di dalam ruangan
tempat acara mata najwa berlangsung, pencahayaan disini menggunakan lampu warna putih
dan terang ini dimaksudkan agar setiap garis tubuh dan properti yang ada di dalam ruangan
terlihat dengan jelas oleh penonton
• NAME
Nama – nama dari orang – orang yang berpartisipasi dari program acara ini biasanya
di taruh dalam bagian dari akhir acara. Name yang ada dalam program ini antara lain:
- Mata Najwa
- Najwa Shihab
- Andrew Darwis
- Raditya Dika
- Roy Suryo
- Tifatul Sembiring
• INDEKS
Sebuah indeks sama sederhananya untuk dijelaskan. Indeks merupakan tanda yang
hubungan eksistensialnya langsung dengan objeknya. Asap adalah indeks api, bersin indeks
flu, ketukan pintu indeks tamu, mendung indeks dari hujan. Bila saya berjanji ketemu Anda,
dan saya menyatakan bahwa Anda bias mengenali saya karena saya berkumis dengan baju
warna krem, maka kumis dan baju warna krem adalah indeks saya. Di dalam tayangan ini
tokoh di dalam dunia blog yaitu raditya dika yang di pertemukan oleh roy suryo yang pakar
telematika yang biasa menjadi rujukan masyarakat Indonesia apabila ada suatu foto janggal
dan biasanya foto janggal ini menyebar dari internet/blog.
• SYMBOL
Sebuah simbol adalah tanda yang memiliki hubungan dengan objeknya berdasarkan
konvensi, kesepakatan, atau aturan. Kata-kata umumnya adalah simbol. Palang merah adalah
simbol. Angka adalah simbol, kita tidak tahu mengapa bentuk 2 mengacu pada sepasang
objek, hanya karena konvensi atau aturan dalam kebudayaan kita yang membuatnya begitu.
Di dalam logo mata najwa, dapat di identifikasi mata itu sendiri adalah berarti organ
penglihatan yang mendeteksi cahaya, yang di lakukan mata yang paling sederhana hanya
mengetahui lingkungan sekitarnya adalah terang dan gelap, mata yang lebih kompleks untuk
membelrikan pengertian visual. Dalam acara tersebut menganalogikan semua peristiwa /
kejadian tayangan tersebut dapat dilihat dan di jelaskan secara gamblang sisi gelap maupun
sisi terangnya, dan tetap berpatokan pada kode etik jurnalistik yang berlaku apabila ada
narasumber yang tidak mau di katahui identitasnya maka suaranya akan di samarkan beserta
wajahnya. Najwa sendiri adalah nama pembawa acara tayangan ini dengan mata yang
besar,tajam dan selalu awas di rasa pas untuk memperlihatkan tayangan ini. Dan background
di belakang nama tayangan ini yang berwarna adalah bahwa tayangan ini akan berubah –
ubah setiap episodenya dan dapat di tonton oleh segala segmen dan segala lapisan
masyarakat.
Mata Najwa identik dengan warna dominan oranye dan kuning. Pemilihan warna ini
tidak asal, melainkan mempunyai maksud tertentu. Warna oranye dianggap melambangkan
kehangatan atau yang cukup keramahan. Maksudnya jelas bahwa Mata Najwa menyambut
narasumber dalam suasana hangat dan ramah, sekaligus menyapa pemirsa dengan ramah.
Warna oranye juga menyimbolkan keberanian, yang mempunyai pesan bahwa Mata Najwa
berani mengangkat tema-tema kontroversial yang sedang ramai dibicarakan di masyarakat.
Sedangkan warna kuning menyimbolkan cerdas dan kreatif. Sudah jelas bahwa Mata
Najwa ingin menyampaikan pesan bahwa program mereka adalah program yang cerdas dan
kreatif.
Dalam awal tayangan episode “revolusi jejaring social” pembawa acara seoalah
seolah dalam membawakan acara untuk masuk ke dalam dokumentasi tayangan dia seperti di
hadapkan kepada layar besar yang penggunaannya dengan cara di sentuh, hal ini berbanding
lurus dengan judul episode tayangan tersebut yaitu “evolusi” di mana masyaratkat
kebanyakan masih menggunakan keyboard dan layar kecil untuk suatu teknologi computer,
namun pembawa acara ini menggunakan layar sentuh sebagai kemudahan dari teknologi
terdahulu.
Ketika pembawa acara mewawancarai narasumber dia terlihat duduk di sebuah meja
yang besar dan ada bungan matahari di depannya, memperlihatkan bahwa tempat kerja yang
nyaman, dan filosofi bunga matahari ini adalah dengan warna cerah bahwa dapat menerangi
penonton, tangkai dan daun yang kuat yang berarti semangat, dan bunga matahari selalu
mengikuti arah kemana matahari terbit yang berarti bahwa tayangan tersebut akan mengikuti
isu – isu apa yang ingin di ketahui oleh masyarakat.
Ketika raditya dika mewancarai suryo, ketiaka raditya dika ngobrol dengan asiknya
dan roy suryo menjawab muncul suatu indeks “ &^%$5..uh!apaan sih “ ini menyiratkan
bahwa apa yang di katakan roy suryo di dalam jawabannya tidak memuaskan, seperti
mengada – ada dan mungkin apa yang dia bicarakan tidak seperti kenyataan yang terjadi
Di akhir acara pembawa acara akan memeberikan mukadimmah atau kesimpulan dari
awal acara hingga akhir acara dan bentuk tulisan yang di tampilkan adalah seperti sebuah
script pembacaan berita, maksud dari bentuk tullisan seperti ini bahwa acara ini adalah
sebuah berita yang menginformasi masyarakat.
DOKUMENTASI
Dalam
scene ini,
terdapat garis-
garis virtual
berwarna putih
di depan seorang
Najwa Shihab.
Garis ini dibuat
seakan bisa berinteraksi dengan Najwa, hampir mirip seperti teknologi touchscreen. Garis
virtual ini mempunyai makna agar program “Mata Najwa” terkesan modern, canggih, dan
futuristik.
Selain itu, setting tempat dibuat dengan bantuan teknologi blue screen. Hal ini
semakin menambah kesan modern dan canggih dalam program ini.
Dalam scene ini, narasumber memakai jas dan berpenampilan rapi. Hal ini tentu
mempunyai maksud bahwa seseorang yang dikatakan sukses, seseorang yang bisa dijadikan
panutan adalah orang yang berpenampilan sopan dan rapi sekaligus mahal. Hal ini jika dilihat
secara lebih jauh akan memunculkan sebuah anggapan bahwa kalau ingin menjadi orang
yang sukses maka kita harus berpakaian rapi, mahal.
Scene ini memperlihatkan saat Raditya Dika mewawancarai Roy Suryo, dengan
tambahan-tambahan kalimat hasil editan.
METAFORA
Metafora adalah sebuah model interaksi tanda , yang di dalamnya sebuah tanda dari
sebuah sistem digunakan untuk menjelaskan makna untuk sebuah sistem yang lainnya. Dalam
program “Mata Najwa”, metafora terdapat dalam bahasa yang digunakan oleh Raditya Dika
ketika mewawancarai narasumber, yakni Roy Suryo dan Tifatul Sembiring. Bahasa yang
digunakan terkesan kurang sopan dan seringkali tidak nyambung dengan apa yang
disampaikan oleh narasumber. Namun, cara ini sesungguhnya tidak dimaksudkan untuk
melecehkan narasumber, melainkan mengajak agar narasumber lebih dekat dengan golongan
muda, yang mayoritas bisa dikatakan berbahasa “seadanya”.
Selain itu, metafora juga bisa ditemukan dalam barisan kata yang dirangkum dalam
Mukaddimah dan Catatan Najwa. Dalam Mukaddimah Catatan Najwa ini, bahasa yang
digunakan lebih seperti sindiran-sindiran nakal atas fenomena yang terjadi. Bahasa-bahasa
seperti “ayat satu” dst. merupakan bentuk-bentuk metafora yang sesungguhnya ingin
menyampaikan kesan cerdas dan kreatif.
NARASI
Pada masa pendudukan Jepang mengambil alih kekuasaan, koran-koran ini dilarang.
Akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin terbit: Asia
Raja, Tjahaja, Sinar Baru, Sinar Matahari, dan Suara Asia.
Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat BJ Habibie menggantikan Soeharto.
Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya
organisasi profesi.
Kegiatan jurnalisme diatur dengan Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 yang
dikeluarkan Dewan Pers dan Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yang
dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia atau KPI.
• Sejarah penyiaran
• Siaran Berita
siaran berita awalnya adalah penyampaian informasi dari source / sumber kepada
khalayak ramai secara bersamaantanpa adanya feedback / lambat. Dalam penyiaranya berita
terdapat gate keeper yang meyaring semua berita sebelum di turunkan untuk dikonsumsi
masyarakat banyak.
Tetapi semakin modern dari penyiaran berita ini semakin perbarui dalam media
pertelevisian untuk memudahkan para penonton dalam mengerti sebuah isu yang sedang
dibicarakan. Dan semakin beubahnya sistem pers indonesia juga media massa semakin bebas
dalam mengekspresikan. Dengan format acara mendatangkan langsung narasumber, dengan
tampilan pembawa acara yang tidak hanya duduk tetapi jalan – jalan seperti halnya seorang
wartawan yang mencari berita, teknik penyiran yang didukung oleh teknologi canggih.
Jas (bahasa Belanda: jas) adalah pakaian resmi model Eropa, berlengan panjang dan
dipakai di luar kemeja. Setelan jas (bahasa Inggris:suit) atau hanya disebut setelan sedikitnya
terdiri dari sebuah jas dan sebuah celana panjang yang dibuat dari kain yang yang sama.
Berdasarkan jumlah baris kancing di bagian depan, jas terdiri dari jas kancing sebaris (single
breasted) dan jas kancing dua baris (double breasted).
Dalam bahasa Inggris, istilah jacket juga mengacu kepada jas launs (lounge suit) atau
jas malam (evening suit), dan bukan pengertian jaketdalam bahasa Indonesia (jaket olahraga
atau jaket kulit).
Jas launs adalah model jas standar yang paling umum, dulunya berasal
dari Inggris sebagai pakaian untuk berkegiatan di alam bebas.[1] Bila hanya disebut jas, maka
jas yang dimaksudkan adalah setelan jas model standar (jas launs) lengkap dengan kemeja
dan dasi, dan biasanya dipakai pria bekerja di kantor.
Bila dalam undangan disebutkan kode busana black tie, maka pria diminta memakai
jas resmi yang disebut tuksedo. Jas diner (dinner suit, sebutan di Britania) atau tuksedo
(tuxedo atau tails, sebutan di Amerika Serikat dan Kanada) adalah setelan jas resmi
berwarna hitam, bagian belakang jas berbuntut, dan dipakai bersama dasi kupu-kupu hitam
dan kemeja putih. Kode busana black tie bukan berarti jas standar warna gelap dengan dasi
hitam.
Tuksedo dulunya merupakan alternatif dari mengenakan jas berbuntut (dress coat).
Sementara itu, jas yang dipakai bekerja di kantor merupakan pengganti dari jas
panjang (frock coat) dan jas pagi (morning coat), atau setelan pagi (morning suit).
Blazer adalah sejenis jas santai untuk pria dan wanita yang di bagian saku depan sering diberi
lambang dari sekolah atau organisasi, dan sering dipakai sebagai seragam. Dalam bahasa
Indonesia, blazer hanya sering mengacu kepada sejenis jas untuk wanita yang dipakai di luar
blus atau kemeja dengan bawahan berupa rok, kulot, atau celana panjang.
Variasi desain jas, model, jenis kain, rompi, dan jumlah baris kancing di bagian depan
menunjukkan fungsi sosial dan kegunaan pakaian. Sejak dulu hingga sekarang, jas umumnya
dipakai sewaktu mengenakan kemeja berkerah dan dasi.[2] Hingga sekitar 1960-an, pria
memakai topi ketika berada di luar ruang.
Seperti halnya semua jenis pakaian, jas dulunya hanya dijahit oleh tailor berdasarkan
pesanan. Ketika ingin membuat jas, orang datang ke tailor untuk diukur, memilih bahan, dan
menentukan model. Sejak Revolusi Industri, jas diproduksi massal dalam berbagai ukuran
dan dijual sebagai pakaian jadi. Penjahit misalnya hanya perlu menyesuaikan ujung bawah
pipa celana dengan tinggi badan pemakai. Jas sekarang ini umumnya dijual dalam tiga
bentuk:
- jas dibuat atas dasar pesanan, sebelum bahan dipotong, penjahit membuat pola jas
agar pas badan;
- jas menurut ukuran yang dimodifikasi sesuai ukuran badan pemesan berdasarkan pola
dan pilihan kain yang ada;
- jas siap pakai yang harganya relatif tidak mahal
Para pembawa acara umumnya gemar mengenakan jas atau kemeja berwarna gelap,
yang dipadu dengan aksesori seperti dasi dengan warna terang. hal itu dimaksudkan untuk
memberikan efek daya tarik dan kesan keseriusan, sekaligus sebagai penegasan terhadap
posisi mereka dalam struktur organisasi. Hal ini agar pembawa acara dapat di percaya oleh
masyarakat bahwa si pembawa acara mempunyai wawasan yang luas dan mempunyai
wewenang untuk menginformasikan suatu berita.
KESIMPULAN
- Program Mata Najwa ini merupakan bentuk evolusi program berita yang
konvensional
- Program Mata Najwa ingin menghadirkan kepada khalayak sisi lain dari suatu
fenomena yang sedang marak dibicarakan
- Program Mata Najwa menggunakan bahasa-bahasa yang cukup dekat dengan bahasa
masyarakat sehari-hari, namun sering juga bahasa yang dipakai merupakan bahasa
kelas atas
- Program Mata Najwa mencoba tampil modern dan canggih dengan menerapkan
teknologi yang ada.