Vous êtes sur la page 1sur 22

MENINGKATKAN NILAI TES

FORMATIF SISWA DENGAN


MENERAPKAN MODEL
PEMBELAJARAN INDEX CARD
MATH PELAJARAN IPA SEMESTER
I PADA SISWA KELAS V SEKOLAH
DASAR NEGERI 01 BOTOK TAHUN
PELAJARAN 2009/2010
HARDIYANTI , SRI (2010) MENINGKATKAN NILAI TES FORMATIF SISWA
DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN INDEX CARD MATH
PELAJARAN IPA SEMESTER I PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 01
BOTOK TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah
Surakarta .

Abstract
Tujuan penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan nilai tes formatif IPA pada siswa kelas
V semester I SD Negeri 01 Botok melalui penerapan metode Index Card Math. Bentuk
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model siklus. Tiap
siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas V dan guru SD Negeri 01 Botok
kecamatan Kerjo kabupaten Karanganyar dengan jumlah siswa 23 siswa. Teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dokumen tes. Teknik analisis
data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, sajian
data dan penarikan simpulan atau verivikasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa ada peningkatan dari nilai test formatif siswa kelas V SD Negeri 01
Botok setelah diadakan tindakan kelas. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa hasil belajar
yang diperoleh siswa meningkat yakni dari pembelajaran dengan sebelum
dilaksanakannya tindakan dan sesudah dilakukan penelitian tindakan. Pada proses
pembelajaran, dari frekuensi nilai dapat dilihat bahwa dengan kriteria ketuntasan siswa
maka dari 23 siswa pada siklus I yang belum tuntas ada 57 %, siklus II yang belum tuntas
menurun menjadi 32 % sedangkan siklus III 0 %. Atau pada siklus I yang belum tuntas
ada 13 siswa, siklus II yang belum tuntas ada 7 siswa, sedangkan proses pembelajaran
siklus III secara keseluruhan yakni 23 siswa telah tuntas. Dengan demikian dapat
diajukan rekomendasi bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan metode index card
math dapat meningkatkan nilai test formatif siswa pada SD Negeri 01 Botok kecamatan
Kerjo Karanganyar tahun pelajaran 2009 /2010
ANALISIS TES BAHASA INDONESIA DITINJAU DARI SEGI
PENDEKATAN KOMUNIKATIF DAN INTEGRATIF PADA SISWA
KELAS I SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI UBUD
Oleh
Ni Putu Parmini

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas tes formatif dan sumatif ditinjau dari
pendekatan komunikatif dan integratif, serta mengetahui hambatan-hambatan yang
dihadapi guru bahasa Indonesia dalam menyusun tes yang baik. Penelitian ini dilakukan
pada kelas I SMA Negeri Ubud tahun ajaran 2004/2005. penelitian ini merupakan studi
evaluatif yang datanya dikumpulkan melalui studi dokumen dan teknik wawancara. Data
tentang kualitas tes dikumpulkan dari dokumen tes buatan guru, sedangkan data tentang
hambatan-hambatan yang dihadapi dalam penyusunan tes dikumpulkan lewat teknik
wawancara terstruktur. Data yang diperoleh dikaji kebersesuaiannya berdasarkan aspek-
aspek kompetensi sesuai dengan dimensi-dimensi pendekatan komunikatif dan integratif.
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif interpretatif.
Hasil analisis data menunjukkan sebagai berikut: 1) tes formatif dan sumatif lebih
dominan mengukur kompetensi gramatika; 2) tes formatif sebagian digunakan untuk
mengukur kompetensi penggunaan saluran berbahasa lisan; 3) tes sumatif sepenuhnya
mengukur kompetensi penggunaan saluran berbahasa secara tertulis; dan 4) kendala yang
umumnya dihadapi oleh guru bahasa Indonesia dalam menyusun tes formatif dan sumatif
adalah: rendahnya wawasan dan kemampuan dalam menyusun tes yang mencerminkan
pendekatan komunikatif dan integratif
Beranjak dari kurangnya wawasan dan kemampuan guru dalam menyusun tes, maka
disarankan agar guru-guru mengikuti pelatihan untuk menambah wawasan dan
kemampuan dalam menyusun tes formatif dan sumatif yang sesuai dengan pendekatan
komunikatif dan integratif.

Kata Kunci: tes formatif dan sumatif, pendekatan komunikatif dan integratif.

http://forumpenelitian.blogspot.com/2009/09/analisis-tes-bahasa-indonesia-ditinjau.html
PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN BENTUK TES
FORMATIF TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN
MENGONTROL INTELEGENSI SISWA SD DI PALEMBANG
THE EFFECT OF INSTRUCTIONAL APPROACHES AND
FORMATIVE TEST FORMS ON STUDENTS’MATHEMATICS ACHIEVEMENT
BY CONTROLLING PRIMARY SCHOOL STUDENTS’ INTELLIGENCE
IN PALEMBANG
RATU ILMA INDRA PUTRI1
ABSTRACT
The objective of this research is to find out the different effect of
instructional approaches and formative test forms. This research was
conducted in SDN 117 and MIN II Palembang. The research employed the
experimental method using 2 x 2 factorial design with 72 students taken
randomly through multi-stage sampling technique.
The results of the research, by controlling the students’ intelligence,
indicate that (1) the mathematics achievement in the group of students
tested by essay items is higher than the group of students tested by multiple
choice items; (2) the students’ mathematics achievement in PMRI
(Pendidikan Matematika Realistik Indonesia or Indonesian Realistic
Mathematics Education) class is lower than that of in Conventional class; (3)
There is a significant interaction effect between the instructional approaches
and the formative test forms onto the primary school students’ mathematics
achievement; (4) in group of students tested by essay items, the students’
mathematics achievement in PMRI class is higher than that of in
Conventional class; (5) in group of students tested by multiple choice items,
the students’ mathematics achievement in Conventional class is higher than
that of in PMRI class; (6) in PMRI class, the mathematics achievement in the
group of students tested by essay items is higher than that of in the group of
students tested by multiple choice items;(7) in Conventional class, the
mathematics achievement in the group of students tested by multiple choice
items is higher than that of in the group of students tested by essay items.
Based on these findings, it can be concluded that instructional
approaches and formative test forms give effects on students’ mathematics
achievement by controlling primary school students’ intelligence. So, it is
recommended that the primary school teachers implement the PMRI
approach as one of inovation approaches in teaching mathematics. Also, it
suggested to the mathematics teachers to use formative test forms.
PENDAHULUAN
Mata pelajaran Matematika sangatlah penting untuk diberikan kepada
semua peserta didik, mulai dari sekolah dasar sampai pada perguruan tinggi.
Salah satu tujuannya, menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
adalah untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif.
Matematika adalah ilmu dasar yang mendasari berbagai ilmu
pengetahuan lain. Oleh karena itu, Matematika berperan penting dalam
perkembangan ilmu pengetahuan. Matematika menjadi dasar dalam
pengembangan ilmu. Kemajuan teknologi tidak dapat dipisahkan dari peran
Matematika. Perkembangan ilmu dan teknologi sebagai hasil dari
kemampuan berpikir logis, kritis, dan analitis. Dengan adanya kemampuan
tersebut, manusia memiliki dorongan ingin tahu dan memecahkan setiap
persoalan yang dihadapinya. Oleh karena itu, Matematika sangatlah
berperan penting dalam setiap aspek kehidupan manusia.
Masalah utama yang sering dihadapi dalam pembelajaran Matematika
di sekolah yaitu Matematika dirasakan sulit oleh siswa karena banyak guru
yang mengajarkan Matematika dengan materi dan metode yang tidak
menarik, dimana guru menerangkan, sementara siswa hanya mencatat
(Zulkardi, 2000: 20). Senada dengan pendapat di atas, Russefendi (1989:15)
mengemukakan bahwa pelajaran Matematika pada umumnya merupakan
pelajaran yang tidak disenangi oleh anak-anak.
Permasalahan inti dalam pendidikan Matematika di Indonesia yaitu
rendahnya mutu pendidikan Matematika di Indonesia yang ditunjukkan
dengan rendahnya prestasi siswa baik pada skala Nasional (UN), maupun
Internasional (TIMSS, PISA). Untuk TIMSS (pada tahun 2007, Indonesia
berada pada urutan ke 36 dari 48 negara), sedangkankan untuk PISA (pada
tahun 2006, Indonesia berada pada urutan ke 52 dari 57 negara).
Rendahnya prestasi siswa tersebut terkait dengan komponen-komponen
pembelajaran Matematika di sekolah, diantaranya kurikulum, media,
pendekatan, dan evaluasi (Zulkardi, 2005: 25).
Saat ini pembelajaran Matematika yang digunakan di beberapa
Sekolah Dasar (SD) di kota Palembang masih menggunakan pendekatan
konvensional. Pembelajaran Matematika masih didominasi metode ceramah
dan pemberian tugas. Siswa kurang dilibatkan sepenuhnya dalam
pembelajaran dan tidak dilatih untuk menggali dan mengolah informasi,
mengambil keputusan secara tepat, dan memecahkan masalah. Siswa juga
kurang dilatih untuk mengkonstruksi dan menemukan sendiri konsep dan
rumus yang ada. Siswa hanya sebagai penerima informasi sehingga
membuat kecakapan berpikir siswa rendah atau dengan kata lain
pembelajaran dirasakan kurang bermakna. Pendidikan Matematika di
Indonesia pada umumnya masih merupakan pendidikan Matematika
konvensional yang banyak ditandai oleh sifatnya yang mekanistik atau
strukturalistik.
Hal ini kontras dengan tujuan pembelajaran Matematika seperti yang
termuat dalam KTSP yaitu melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik
kesimpulan. Seperti melalui kegiatan penyelidikan eksplorasi, eksperimen,
menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsistensi.
Zulkardi (2000: 9-10) mengatakan, guru dituntut untuk menerjemahkan
tujuan-tujuan kurikulum ke dalam materi yang akan dipelajari siswa hingga
mudah dimengerti dengan membuat materi sendiri (bukan hanya
menggunakan buku teks Matematika dari suatu penerbit buku) dan
menggunakan teori pembelajaran yang sesuai dengan KTSP, yang salah
satunya yaitu PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia). Dalam
PMRI pembelajaran Matematika dimulai dari konteks atau situasi yang
pernah dialami oleh siswa, sebagai titik awal pembelajaran Matematika dalam
membantu siswa mengkonstruksi pengertian terhadap konsep Matematika .
Menurut Marpaung (2003: 4), PMRI adalah suatu pendekatan
pembelajaran Matematika yang berpusat pada siswa. Siswa dilatih untuk aktif
berpikir dan berbuat. Pembelajaran mulai dari masalah-masalah yang nyata
bagi siswa. Siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan strategi
belajarnya dengan berinteraksi dan bekerjasama dengan teman atau gurunya
dan guru membantunya secara perlahan-lahan. Siswa dibimbing pada
pembentukan konsep penyelesaian masalah, menekankan pada proses
menemukan sendiri. Guru berperan sebagai fasilitator dan moderator.
Sejak akhir tahun 2004, di Palembang telah dilakukan suatu ujicoba
guna perbaikan mutu pendidikan Matematika di dua sekolah, yaitu SDN dan
MIN dengan menggunakan pendekatan PMRI. Pada saat penelitian ini
dilakukan, kelas uji coba PMRI dilaksanakan di kelas IV.
Selain pendekatan, kualitas belajar juga bergantung kepada metode
evaluasi yang diterapkan (Soedijarto, 1989: 36). Dilihat dari metode evaluasi
hasil pembelajaran, dapat dilakukan dengan dua tahap, yaitu: (1) evaluasi
formatif, yang dilakukan secara kontinu, detil, dan dalam lingkungan materi
yang terbatas, (2) evaluasi sumatif, yang dilakukan pada akhir pembelajaran
dalam pencapaian materi yang lebih luas, sedangkan dilihat dari bentuk tes
yang lazim digunakan adalah bentuk tes pilihan ganda dan bentuk tes uraian
baik dalam evaluasi formatif maupun sumatif. Dimana evaluasi yang
diberlakukan di kelas bertujuan untuk mendapatkan umpan balik bagi usaha
perbaikan kualitas pembelajaran dalam konteks kelas (Djaali, 2004: 12).
Berdasarkan hasil tersebut, guru dapat mengetahui apa yang masih perlu
untuk dijelaskan kembali agar materi pelajaran dapat dikuasai lebih baik oleh
siswa. Tes formatif terdiri dari tes formatif positif dan tes formatif negatif. Di
dalam tes formatif positif terdiri dari soal-soal yang banyak strategi dan
banyak solusi, sehingga semua siswa diharapkan dapat mengerjakan walau
dengan strategi yang berbeda, sedangkan tes formatif negatif terdiri dar
soal-soal yang sulit seperti soal Ujian Sekolah, sehingga banyak siswa yang
tidak mampu menjawabnya. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, jenis tes
yang digunakan adalah tes formatif positif.
Dilihat dari bentuknya, tes formatif dapat dibagi menjadi dua yaitu,
(1) tes objektif dan (2) tes uraian. Ada beberapa jenis tes objektif, misalnya
mengisi jawaban singkat, memasangkan benar salah, dan pilihan ganda.
Butir pilihan ganda umumnya terdiri atas satu kalimat pernyataan atau
kalimat pertanyaan dan beberapa pilihan jawaban yang disebut alternatif atau
options.
Tes objektif mempunyai beberapa keunggulan yang dapat digunakan
dalam pembelajaran di sekolah. Pertama, tes objektif itu singkat dan siswa
tidak perlu menulis banyak dalam menjawab. Kedua, materi dan tujuan
pengajaran dapat terwakili dengan baik. Ketiga, tes objektif adalah reliabel.
Keempat, tes objektif dapat digunakan pada kelas dengan jumlah siswa
yang banyak, dan dalam melakukan penyekoran dapat akurat, hanya
menggunakan kunci jawaban yang dapat dilakukan oleh orang atau mesin
(Brown dan Thornton, 1971: 174).
Berbeda dengan tes objektif, tes subjektif atau yang biasa disebut
dengan tes uraian adalah salah satu bentuk tes yang dalam pemberian skor
dipengaruhi oleh opini atau penilaian seseorang. Tes uraian menghendaki
siswa merumuskan jawaban sendiri. Jadi siswa tidak memilih jawaban
melainkan memberi jawaban dengan kata-katanya sendiri.
Kebutuhan akan tes uraian adalah untuk mengembangkan secara
penuh respon siswa. Keakuratan dan kualitas tanggapan (respon) harus
dinilai (dipertimbangkan) oleh seseorang yang mempunyai pengetahuan
tentang materi yang diujikan, biasanya orang yang menulis butir soal itu. Tes
uraian digunakan untuk mengembangkan secara penuh kemampuan siswa
dalam memberi tanggapan atas pertanyaan yang diberikan. Selain ingatan
dan penerapan akan suatu konsep, ketajaman analisis dan interpretasi
sangat diperlukan dalam menjawab tes uraian. Dengan tes uraian, guru
dapat mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu konsep atau belum
dan sejauh mana daya analisis yang dimiliki oleh siswa. Hal ini tampak jelas
dari jawaban siswa yang tertulis dalam lembar jawaban. Setiap langkah
dalam menjawab pertanyaan dapat menjadi indikator sejauh mana
penguasaan siswa.
Kedua bentuk tes tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan
masing-masing dan keduanya dapat diterapkan dalam mengevaluasi hasil
belajar Matematika. Di samping sebagai umpan balik dari kedua bentuk tes
formatif tersebut akan diketahui seberapa besar efeknya terhadap hasil
belajar Matematika. Lebih jelasnya, akan dilihat apakah pola kebiasaan
siswa dalam mengerjakan tes formatif bentuk tertentu berpengaruh terhadap
hasil belajar Matematikanya.
Page 1
ii
PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN BENTUK TES
FORMATIF TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN
MENGONTROL INTELEGENSI SISWA SD DI PALEMBANG
THE EFFECT OF INSTRUCTIONAL APPROACHES AND
FORMATIVE TEST FORMS ON STUDENTS’MATHEMATICS ACHIEVEMENT
BY CONTROLLING PRIMARY SCHOOL STUDENTS’ INTELLIGENCE
IN PALEMBANG
RATU ILMA INDRA PUTRI1
ABSTRACT
The objective of this research is to find out the different effect of
instructional approaches and formative test forms. This research was
conducted in SDN 117 and MIN II Palembang. The research employed the
experimental method using 2 x 2 factorial design with 72 students taken
randomly through multi-stage sampling technique.
The results of the research, by controlling the students’ intelligence,
indicate that (1) the mathematics achievement in the group of students
tested by essay items is higher than the group of students tested by multiple
choice items; (2) the students’ mathematics achievement in PMRI
(Pendidikan Matematika Realistik Indonesia or Indonesian Realistic
Mathematics Education) class is lower than that of in Conventional class; (3)
There is a significant interaction effect between the instructional approaches
and the formative test forms onto the primary school students’ mathematics
achievement; (4) in group of students tested by essay items, the students’
mathematics achievement in PMRI class is higher than that of in
Conventional class; (5) in group of students tested by multiple choice items,
the students’ mathematics achievement in Conventional class is higher than
that of in PMRI class; (6) in PMRI class, the mathematics achievement in the
group of students tested by essay items is higher than that of in the group of
students tested by multiple choice items;(7) in Conventional class, the
mathematics achievement in the group of students tested by multiple choice
items is higher than that of in the group of students tested by essay items.
Based on these findings, it can be concluded that instructional
approaches and formative test forms give effects on students’ mathematics
achievement by controlling primary school students’ intelligence. So, it is
recommended that the primary school teachers implement the PMRI
approach as one of inovation approaches in teaching mathematics. Also, it
suggested to the mathematics teachers to use formative test forms.
1 Dosen Tetap pada Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Sriwijaya.
Page 2
iii
PENDAHULUAN
Mata pelajaran Matematika sangatlah penting untuk diberikan kepada
semua peserta didik, mulai dari sekolah dasar sampai pada perguruan tinggi.
Salah satu tujuannya, menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
adalah untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif.
Matematika adalah ilmu dasar yang mendasari berbagai ilmu
pengetahuan lain. Oleh karena itu, Matematika berperan penting dalam
perkembangan ilmu pengetahuan. Matematika menjadi dasar dalam
pengembangan ilmu. Kemajuan teknologi tidak dapat dipisahkan dari peran
Matematika. Perkembangan ilmu dan teknologi sebagai hasil dari
kemampuan berpikir logis, kritis, dan analitis. Dengan adanya kemampuan
tersebut, manusia memiliki dorongan ingin tahu dan memecahkan setiap
persoalan yang dihadapinya. Oleh karena itu, Matematika sangatlah
berperan penting dalam setiap aspek kehidupan manusia.
Masalah utama yang sering dihadapi dalam pembelajaran Matematika
di sekolah yaitu Matematika dirasakan sulit oleh siswa karena banyak guru
yang mengajarkan Matematika dengan materi dan metode yang tidak
menarik, dimana guru menerangkan, sementara siswa hanya mencatat
(Zulkardi, 2000: 20). Senada dengan pendapat di atas, Russefendi (1989:15)
mengemukakan bahwa pelajaran Matematika pada umumnya merupakan
pelajaran yang tidak disenangi oleh anak-anak.
Permasalahan inti dalam pendidikan Matematika di Indonesia yaitu
rendahnya mutu pendidikan Matematika di Indonesia yang ditunjukkan
dengan rendahnya prestasi siswa baik pada skala Nasional (UN), maupun
Internasional (TIMSS, PISA). Untuk TIMSS (pada tahun 2007, Indonesia
berada pada urutan ke 36 dari 48 negara), sedangkankan untuk PISA (pada
tahun 2006, Indonesia berada pada urutan ke 52 dari 57 negara).
Rendahnya prestasi siswa tersebut terkait dengan komponen-komponen
pembelajaran Matematika di sekolah, diantaranya kurikulum, media,
pendekatan, dan evaluasi (Zulkardi, 2005: 25).
Saat ini pembelajaran Matematika yang digunakan di beberapa
Sekolah Dasar (SD) di kota Palembang masih menggunakan pendekatan
konvensional. Pembelajaran Matematika masih didominasi metode ceramah
dan pemberian tugas. Siswa kurang dilibatkan sepenuhnya dalam
pembelajaran dan tidak dilatih untuk menggali dan mengolah informasi,
mengambil keputusan secara tepat, dan memecahkan masalah. Siswa juga
kurang dilatih untuk mengkonstruksi dan menemukan sendiri konsep dan
rumus yang ada. Siswa hanya sebagai penerima informasi sehingga
membuat kecakapan berpikir siswa rendah atau dengan kata lain
pembelajaran dirasakan kurang bermakna. Pendidikan Matematika di
Indonesia pada umumnya masih merupakan pendidikan Matematika
Page 3
iv
konvensional yang banyak ditandai oleh sifatnya yang mekanistik atau
strukturalistik.
Hal ini kontras dengan tujuan pembelajaran Matematika seperti yang
termuat dalam KTSP yaitu melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik
kesimpulan. Seperti melalui kegiatan penyelidikan eksplorasi, eksperimen,
menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsistensi.
Zulkardi (2000: 9-10) mengatakan, guru dituntut untuk menerjemahkan
tujuan-tujuan kurikulum ke dalam materi yang akan dipelajari siswa hingga
mudah dimengerti dengan membuat materi sendiri (bukan hanya
menggunakan buku teks Matematika dari suatu penerbit buku) dan
menggunakan teori pembelajaran yang sesuai dengan KTSP, yang salah
satunya yaitu PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia). Dalam
PMRI pembelajaran Matematika dimulai dari konteks atau situasi yang
pernah dialami oleh siswa, sebagai titik awal pembelajaran Matematika dalam
membantu siswa mengkonstruksi pengertian terhadap konsep Matematika .
Menurut Marpaung (2003: 4), PMRI adalah suatu pendekatan
pembelajaran Matematika yang berpusat pada siswa. Siswa dilatih untuk aktif
berpikir dan berbuat. Pembelajaran mulai dari masalah-masalah yang nyata
bagi siswa. Siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan strategi
belajarnya dengan berinteraksi dan bekerjasama dengan teman atau gurunya
dan guru membantunya secara perlahan-lahan. Siswa dibimbing pada
pembentukan konsep penyelesaian masalah, menekankan pada proses
menemukan sendiri. Guru berperan sebagai fasilitator dan moderator.
Sejak akhir tahun 2004, di Palembang telah dilakukan suatu ujicoba
guna perbaikan mutu pendidikan Matematika di dua sekolah, yaitu SDN dan
MIN dengan menggunakan pendekatan PMRI. Pada saat penelitian ini
dilakukan, kelas uji coba PMRI dilaksanakan di kelas IV.
Selain pendekatan, kualitas belajar juga bergantung kepada metode
evaluasi yang diterapkan (Soedijarto, 1989: 36). Dilihat dari metode evaluasi
hasil pembelajaran, dapat dilakukan dengan dua tahap, yaitu: (1) evaluasi
formatif, yang dilakukan secara kontinu, detil, dan dalam lingkungan materi
yang terbatas, (2) evaluasi sumatif, yang dilakukan pada akhir pembelajaran
dalam pencapaian materi yang lebih luas, sedangkan dilihat dari bentuk tes
yang lazim digunakan adalah bentuk tes pilihan ganda dan bentuk tes uraian
baik dalam evaluasi formatif maupun sumatif. Dimana evaluasi yang
diberlakukan di kelas bertujuan untuk mendapatkan umpan balik bagi usaha
perbaikan kualitas pembelajaran dalam konteks kelas (Djaali, 2004: 12).
Berdasarkan hasil tersebut, guru dapat mengetahui apa yang masih perlu
untuk dijelaskan kembali agar materi pelajaran dapat dikuasai lebih baik oleh
siswa. Tes formatif terdiri dari tes formatif positif dan tes formatif negatif. Di
dalam tes formatif positif terdiri dari soal-soal yang banyak strategi dan
banyak solusi, sehingga semua siswa diharapkan dapat mengerjakan walau
dengan strategi yang berbeda, sedangkan tes formatif negatif terdiri dari
Page 4
v
soal-soal yang sulit seperti soal Ujian Sekolah, sehingga banyak siswa yang
tidak mampu menjawabnya. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, jenis tes
yang digunakan adalah tes formatif positif.
Dilihat dari bentuknya, tes formatif dapat dibagi menjadi dua yaitu,
(1) tes objektif dan (2) tes uraian. Ada beberapa jenis tes objektif, misalnya
mengisi jawaban singkat, memasangkan benar salah, dan pilihan ganda.
Butir pilihan ganda umumnya terdiri atas satu kalimat pernyataan atau
kalimat pertanyaan dan beberapa pilihan jawaban yang disebut alternatif atau
options.
Tes objektif mempunyai beberapa keunggulan yang dapat digunakan
dalam pembelajaran di sekolah. Pertama, tes objektif itu singkat dan siswa
tidak perlu menulis banyak dalam menjawab. Kedua, materi dan tujuan
pengajaran dapat terwakili dengan baik. Ketiga, tes objektif adalah reliabel.
Keempat, tes objektif dapat digunakan pada kelas dengan jumlah siswa
yang banyak, dan dalam melakukan penyekoran dapat akurat, hanya
menggunakan kunci jawaban yang dapat dilakukan oleh orang atau mesin
(Brown dan Thornton, 1971: 174).
Berbeda dengan tes objektif, tes subjektif atau yang biasa disebut
dengan tes uraian adalah salah satu bentuk tes yang dalam pemberian skor
dipengaruhi oleh opini atau penilaian seseorang. Tes uraian menghendaki
siswa merumuskan jawaban sendiri. Jadi siswa tidak memilih jawaban
melainkan memberi jawaban dengan kata-katanya sendiri.
Kebutuhan akan tes uraian adalah untuk mengembangkan secara
penuh respon siswa. Keakuratan dan kualitas tanggapan (respon) harus
dinilai (dipertimbangkan) oleh seseorang yang mempunyai pengetahuan
tentang materi yang diujikan, biasanya orang yang menulis butir soal itu. Tes
uraian digunakan untuk mengembangkan secara penuh kemampuan siswa
dalam memberi tanggapan atas pertanyaan yang diberikan. Selain ingatan
dan penerapan akan suatu konsep, ketajaman analisis dan interpretasi
sangat diperlukan dalam menjawab tes uraian. Dengan tes uraian, guru
dapat mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu konsep atau belum
dan sejauh mana daya analisis yang dimiliki oleh siswa. Hal ini tampak jelas
dari jawaban siswa yang tertulis dalam lembar jawaban. Setiap langkah
dalam menjawab pertanyaan dapat menjadi indikator sejauh mana
penguasaan siswa.
Kedua bentuk tes tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan
masing-masing dan keduanya dapat diterapkan dalam mengevaluasi hasil
belajar Matematika. Di samping sebagai umpan balik dari kedua bentuk tes
formatif tersebut akan diketahui seberapa besar efeknya terhadap hasil
belajar Matematika. Lebih jelasnya, akan dilihat apakah pola kebiasaan
siswa dalam mengerjakan tes formatif bentuk tertentu berpengaruh terhadap
hasil belajar Matematikanya.
Page 5
vi
Dalam rangka penentuan kebijakan ke depan dengan mengantisipasi
perubahan-perubahan pada masa yang akan datang, perlu dilakukan
pengkajian terhadap berbagai usaha yang sedang dilakukan sekarang ini.
Dalam penelitian ini akan dikaji pengaruh faktor pendekatan pembelajaran
dan evaluasi dikaitkan dengan hasil belajar Matematika siswa SD di
Palembang, setelah mengurangi pengaruh linear intelegensi siswa.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti perlu dilakukan penelitian yang
berjudul ”Pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan Bentuk Tes Formatif
terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD di Palembang dengan
Mengontrol Intelegensi Siswa”. Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Matematika antara kelompok
siswa yang diajar menggunakan pendekatan PMRI dan kelompok siswa
yang diajar menggunakan pendekatan konvensional, setelah mengontrol
intelegensi siswa?
2) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Matematika antara siswa yang
diberikan bentuk tes uraian dan siswa yang diberikan bentuk tes pilihan
ganda, setelah mengontrol intelegensi siswa?
3) Apakah terdapat pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran
dan bentuk tes formatif terhadap hasil belajar Matematika setelah
mengontrol intelegensi siswa?
4) Untuk kelompok siswa yang diberikan bentuk tes uraian, apakah terdapat
perbedaan hasil belajar Matematika antara kelompok siswa yang diajar
dengan pendekatan PMRI dan kelompok siswa yang diajar dengan
pendekatan konvensional, setelah mengontrol intelegensi siswa?
5) Untuk kelompok siswa yang diberi bentuk tes pilihan ganda, apakah
terdapat perbedaan hasil belajar Matematika antara kelompok siswa yang
diajar dengan pendekatan PMRI dan kelompok siswa yang diajar dengan
pendekatan konvensional, setelah mengontrol intelegensi siswa?
6) Untuk kelompok siswa yang diajar dengan pendekatan PMRI, apakah
terdapat perbedaan hasil belajar Matematika antara kelompok siswa yang
diberi bentuk tes uraian dan kelompok siswa yang diberi bentuk tes
pilihan ganda, setelah mengontrol intelegensi siswa?
7) Untuk kelompok siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional,
apakah terdapat perbedaan hasil belajar Matematika antara kelompok
siswa yang diberi bentuk tes uraian dan kelompok siswa yang diberi
bentuk tes pilihan ganda, setelah mengontrol intelegensi siswa?
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 117 dan MIN II Palembang.
Penelitian ini berlangsung selama 4 (empat) bulan yaitu pada semester
ganjil, bulan Juli 2009 sampai dengan akhir bulan Oktober 2009 tahun
akademik 2009/2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah
metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2. Variabel terikat adalah
hasil belajar Matematika siswa. Faktor perlakuan adalah (1) bentuk tes
formatif, (2) pendekatan pembelajaran, serta (3) intelegensi siswa sebagai
covariable.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah two stage
random sampling. Pertama, secara cluster random sampling, yaitu memilih
secara acak dari empat sekolah ujicoba PMRI, yang terpilih SDN 117
Palembang dan MIN II Palembang. Kedua, secara cluster random sampling,
yaitu memilih satu kelas dari 6 kelas IV SDN 117, serta memilih satu kelas
dari 2 kelas IV MIN II Palembang. Satu kelas yang terpilih sebagai kelas
eksperimen yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran PMRI dan
satu kelas sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran
konvensional.
Dalam rancangan tersebut, sampel terdiri dari 72 siswa yang masing-
masing 36 siswa sebagai kelompok eksperimen (pembelajaran PMRI) di SDN
117 dan 36 siswa sebagai kelompok kontrol (pembelajaran konvensional) di
MIN 2 Palembang. Tiap-tiap kelompok terdiri atas 18 siswa dipillih secara
Page 30
xxxi
acak untuk diberikan tes uraian, dan 18 orang dipilih secara acak untuk
diberikan tes pilihan ganda, sehingga setiap selnya terdiri atas 18 orang
amatan.
Instrumen hasil belajar Matematika disusun berdasarkan KTSP kelas 1
semester 1 sebanyak 30 butir soal dalam bentuk pilihan ganda dan 10 butir
soal dalam bentuk uraian. Berdasarkan hasil ujicoba dan menggunakan
koefisien korelasi biserial (rbis), diperoleh 10 butir soal dalam bentuk uraian
dan 30 butir soal dalam bentuk pilihan ganda yang sahih. Dari perhitungan
validasi butir soal ke-1 yang telah dilakukan, diperoleh rbis = 0,502, untuk
n = 30 dan α = 0,05 diperoleh nilai r tabel = 0,159. Perhitungan untuk butir
yang lain juga membandingkan dengan nilai r tabel = 0,159. Reliabilitas
instrumen bentuk tes pilihan ganda dihitung dengan menggunakan rumus
Kuder Richardson (KR-20), sedangkan perhitungan reliabilitas bentuk tes
uraian menggunakan rumus Koefisien Alpha. Dari hasil perhitungan,
diperoleh koefisien reliabilitas instrument tes (30 butir soal) sebesar 0.8844.
Hasil ini menunjukkan bahwa reliabilitas termasuk kategori reliabilitas tinggi,
sehingga instrumen penelitian ini dapat dijadikan sebagai alat ukur.
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis
deskriptif dan analisis inferensial. Analisis Inferensial berupa Ankova dua jalur
untuk menguji hipotesis yang dilanjutkan dengan Tukey. Sebelum uji
hipotesis, perlu dilakukan uji persyaratan yang meliputi uji normalitas, uji
homogenitas populasi, dan uji kesejajaran garis. Uji normalitas yang
dilakukan menggunakan uji Lilliefors, sedangkan uji homogenitasnya
menggunakan uji Bartlett dengan taraf kepercayaan α = 0,05. sedangkan
uji kesejajaran garis menggunakan analisis regresi.
Bentuk Tes Formatif
Pendekatan
Pembelajaran
Bentuk Tes uraian
(A1)
Bentuk Tes
Pilihan Ganda
(A2)
Pembelajaran PMRI
(B1)
(X, Y)1 1 k
k= 1,2,...,n11
(A1B1)
(X, Y)2 1 k
k= 1,2,...,n12
(A2B1)
Pembelajaran Konvensional
(B2)
(X, Y)1 2 k
k= 1,2,...,n12
(A1B2)
(X, Y)2 2 k
k= 1,2,...,n22
(A2B2)
Gambar 3. Model Konstelasi Masalah
Page 31
xxxii
Keterangan:
A1B1 : kelompok siswa yang diberi tes uraian dan diajar melalui pendekatan PMRI
A1B2 : kelompok siswa yang diberi tes uraian dan diajar melalui pendekatan
Konvensional
A2B1 : kelompok siswa yang diberi tes pilihan ganda dan diajar melalui Pendekatan
PMRI
A2B2 : kelompok siswa yang diberi tes pilihan ganda dan diajar melalui Pendekatan
Konvensional
X
: Intelegensi siswa
Y
: Hasil belajar Matematika siswa
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:AXjPk4kSgf0J:p4mriunsri.files.wordpress.com/2009/11/sinopsis_disertasi_ratu
_ilma_unsri_20101.pdf+penelitian+formatif+tes&hl=id&gl=id
Dalam dunia pendidikan guru dan murid memiliki hubungan timbal balik. “Murid
merupakan orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau kelompok yang
menjalankan pendidikan.”¹ sedangkan “guru adalah orang yang berwenang dan
bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik baik individu maupun
klasikal di sekolah maupun di luar sekolah.” ²
Dari dua unsur tersebut dapat dikatakan bahwa anak didik dan guru mempunyai
hubungan saling membutuhkan. Anak didik tidak bisa belajar tanpa bimbingan guru
begitu juga dengan guru. Ia tidak dapat menstranferkan ilmu pengetahuannya tanpa
keberadaan siswa. Dalam hal ini anak didik dijadikan atau merupakan unsur manusiawi
yang penting dalam kegiatan interaksi edukatif. Malahan ia dijadikan unsur Berkaitan
dengan hal di atas, Suryo Subroto menyatakan :
Pendidikan adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan dan
pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar
mencapai kedewasaannya, serta mampu melaksanakan tugasnya sebagai makluk Allah
SWT, khalifah di permukaan bumi, dan sebagai indovidu yang mampu berdiri sendiri. ³
Kegiatan kependidikan tidak terlepas dari masalah kegiatan belajar mengajar (KBM)
antara pendidikan dan peserta didik, dan didukung oleh sarana dan prasarana serta media
pengajaran yang menunjang berlangsungnya KBM. Kemudian diadakan evaluasi atau tes
yang ikut berperan dalam dunia pendidikan. Tujuannya adalah mengetahui hasil belajar
siswa, apakah sesuai dengan perencanaan yang telah dirumuskan dalam tujuan
pembelajaran khusus (TKP) yang tertera dalam kurikulum atau belum. Evaluasi yang
diadakan setelah terjadinya proses kegiatan belajar mengajar inilah yang disebut tes
formatif.
Tes formatif merupakan salah satu cara atau sarana untuk mengetahui tingkat penguasaan
siswa tentang materi yang telah dijelaskan guru pada mereka apakah ada umpan balik
yang baik atau tidak. Yang dimaksud dengan “umpan balik ialah pemberian informasi
yang diperoleh dari tes atau alat ukur lainnya kepada siswa untuk memperbaiki atau
meningkatkan hasil belajar.”
Jelaslah bahwa setelah adanya tes akan diketahui adanya umpan balik baik siswa maupun
guru yang mengajar. Setelah itu diharapkan adanya perbaikan masing-masing baik siswa
maupun guru. Yang termasuk alat ukur disini ialah peekrjaan rumah (PR) atau tugas-
tugas beripa pertanyaan yang diajukan di dalam kelas dan yang sering dikenal dengan
kesehariannya ialah ulangan harian. Dari batasan inilah dapat disimpulkan bahwa umpan
balik berkaitan erat dengan kegiatan belajar terdahulu dievaluasikan dengan suatu alat
evaluasi yaitu salah satunya adalah tes formatif.

Jika hasil evaluasinya memuaskan, siswa dan termotivasi untuk mengulangi pelajarannya
untuk memperbaiki hasil tesnya agar mendapat kepuasan yang serupa di waktu yang akan
datang. Dengan demikian siswa merasa termotivasi untuk mempertahankan tingkat
belajarnya atau malahan lebih giat. Ada kemungkinan siswa merasa puas dengan hasil
yang diperolehnya hingga tidak ada motivasi untuk belajar lebih giat. Jika hasilnya tidak
memuaskan, ia dapat memotivasi lagi untuk belajar lebih giat dan mencari upaya untuk
menutup kekurangannya itu, tapi dapat juga berakibat negatif sebagian siswa, mereka
merasa putus asa dan motivasi dalam belajar menurun bahkan hilang sama sekali.

Berdasarkan penomena di atas maka yang berperan penting adalah seorang guru yang
profesional, yang mampu merangsang siswanya agar selalu belajar dan guru merupakan
motivator dan fasilitatir bagi siswanya. Guru harus memberikan motivasi bagi siswanya
untuk belajar agar proses belajar mengajarnya berhasil sesuai dengan kurikulum yang
berlaku.
Pendidikan/belajar dikatakan berhasil apabila sesuai dengan tujuan instruksional khusus
dalam artian siswa mampu menguasai materi dalam satu pokok bahasan tertentu. Suatu
proses belajar instruksional khusus (TIK) dapat tercapai.
Jadi, pencapaian pembelajaran itu harus diukur dengan tes tentang penguasaan materi
dalam satu pokok bahasan yang telah disampaikan guru pada siswanya sesuai dengan
tujuan instruksional khusus.
SMP PGRI Tanjung Enim adalah salah satu sekolah umum. Berdasarkan pengamatan
sementara bahwa tes formatif di sini telah dilaskanakan pada setiap mata pelajaran.
Bahkan SMP ini telah ada tes bulanan setiap mata pelajaran yang diadakan setiap
pertengahan bulan dan nilainya dimuat dalam raport bulanan siswa.
Tapi pada dasarnya pelaksanaan tes formatif di sini hanya dilaksanakan, dinilai dan
raportnya diserahkan kembali kepada siswa. Tanpa ada tindak lanjut mengenai soal dan
jawaban yang dijawab oleh siswa mengenai materi tersebut.
Sebagian siswa juga hanya menerima soal, menjawab dan menerima raport, walau
berapapun nilainya tanpa bertanya kembali tentang soal yang tidak bisa dijawab. Guru
kemudian melanjutkan materi pada pokok bahasan selanjutnya, sedangkan sebagian
siswa belum menguasai sebagaian materi yang lalu dengan baik. Dengan demikian akan
terjadi penumpukan permasalahan terhadap materi sebelumnya hingga tujuan
pembelajaran belum bisa dicapai secara maksimal.
Kenyataannya tes formatif di SMP PGRI Tanjung Enim telah dilaksanakan dan tujuan
pembelajaran secara teori sudah tercapai, meskipun pada dasarnya siswa tidak menguasai
materi yang sudah diajarkan secara maksimal. Dengan demikian tes formatif telah
dilaksanakan tapi belum sesuai dengan tujuan tes formatif itu sendiri. “Tujuan tes
formatif adalah untuk memantu atau memonitor kemajuan belajar siswa demi
memberikan umpan balik, baik pada siswa maupun
guru.”⁶ Siswa hanya merasa bahwa setelah dilaksanakan tes formatif mereka selesai
melaksanakan tugas tanpa menanyakan tetnag hal-hal yang belum mereka pahami dari
materi yang diteskan. Kemudian guru melanjutkan materi ke pokok bahasan selanjutnya.
http://www.shvoong.com/social-sciences/education/2027515-pengaruh-tes-formatif-dan-
motivasi/
Cara Mengatasi Nervous Saat Berbicara
di depan Umum
Posted Sel, 04/14/2009 - 20:29 by mirna

Setiap orang pasti pernah dan akan merasakan bagaimana berbicara di depan umum. Dan
apakah yang anda rasakan ketika anda akan mulai melakukan pembicaraan atau
presentase anda? Mungkin anda akan merasakan seluruh tubuh anda gemetaran, wajah
memerah, keluar keringat dingin dan bahkan mungkin yang paling parah perut anda
merasakan mual dan rasanya ingin segera ke toilet.
Dan pada saat yang seperti inilah anda didiagnosa mengalami demam percaya diri atau
lebih dikenal dengan demam panggung. Hal yang seperti ini bukan hanya dialami oleh
orang-orang yang baru pertama kali tampil di depan umum, bahkan mungkin orang yang
sudah terbiasa tampil di muka umum bisa saja terkena demam panggung.
Hal-hal yang seperti ini biasanya hadir karena sering berfikiran negative tentang diri kita
sendiri. Misalnya kita selalu berfikiran kalau kita tidak pernah bisa, atau tidak menguasai
topic pembicaraan, bahkan mungkin kita takut akan kritikan. Hal-hal tersebut yang
mengakibatkan kita kehilangan rasa percaya diri. Dan untuk membangkitkan rasa percaya
diri ketika berbicara di depan umumtersebut, ada 3 hal yang haru kita perhatikan:
1. Kita harus menguasai setiap detail yang akan kita sampaikan pada saat presentase.
Tentunya hal ini dilakukan dengan latihan. Mungkin latihan berbicara di depan cermin.
2. Kita harus berusaha mengendalikan emosi dan rasa takut yang muncul di diri kita, dan
menjadikan emosi kita itu spirit untuk mencapai hal yang kita inginkan.
3. Membangun gambaran positif di dalam diri kita. Misalnya dengan berfikir kalau kita
bisa untuk mencapai target pembicaraan yang kita inginkan.
Ada beberapa tisp sebelum melakukan presentase:
- Kuasai topic yang akan kita sampaikan
- Atur nafas hingga tenang, jangan sampai terlihat kalau kita sedang grogi.
- Buatlah jeda beberapa saat sebelum memulai pembicaraan, tetapi jangan terlalu lama.
Karena pendengar akan berfikiran kalau kitamungkin tidak menguasai materi yang akan
kita sampaikan.
- Jangan terbebani dengan penampilan (costum, dll), tetap focus pada komunikasi dan
pembicaraan.
- Bagi pemula yang mungkin belum berani untuk menatap pendengar, jangan sekali-kali
penglihatan kita menerawang kemana-mana. Focus ke pendengar, hanya saja lihat wajah
pendengar dari dagu hingga ke hidung. Jangan menatap mata pendengar, karena kadang
tatapan pendengar bisa membuat kita semakin grogi.

http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:DqEEIzWsAqQJ:cencalok.com/content/cara-mengatasi-nervous-saat-berbicara-
di-depan-umum+tips+mengatsi+nervous&hl=id&gl=id&strip=1
Jenisjenis Tes Hasil Belajar
December 4th, 2010 - admin

Tujuan utama tes formatif adalah untuk memperbaiki proses belajar, bukan untuk
menentukan tingkat kemampuan anak. Tes formatif sesungguhnya merupakan criterion-
referenced test., Tujuan utama tes formatif adalah untuk memperbaiki proses belajar,
bukan untuk menentukan tingkat kemampuan anak. Tes formatif sesungguhnya
merupakan criterion-referenced test

Konsep Dasar Evaluasi Hasil Belajar « Aderusliana's On Line


December 4th, 2010 - admin

Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penggunaan
tes-tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru
memperoleh informasi , Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi
formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung,
agar siswa dan guru memperoleh informasi

Konsep Dasar Evaluasi Hasil Belajar Great News Network Daily


December 4th, 2010 - admin

Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penggunaan
tes-tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru
memperoleh informasi , Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi
formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung,
agar siswa dan guru memperoleh informasi

http://syntaxerror.info/req/tes-formatif-adalah.htm

Perasaan "nervous" atau grogi di saat memulai presentasi adalah hal yang hampir pasti
dialami oleh semua orang. Bahkan seseorang yang telah berpengalaman berbicara di
depan umum pun tidak terlepas dari perasaan grogi atau "demam panggung" ini. Ada
pakar yang mengatakan bahwa perasaan grogi ini muncul karena melemahnya rasa
percaya diri pada seseorang. Namun, seorang yang sangat berkuasa pun, misal presiden
direktur yang berbicara pada bawahannya, masih juga terjangkit grogi. Ada juga anjuran
agar anda mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum menyajikan presentasi, namun toh
perasaan grogi itu tetap muncul. Ini berarti grogi atau nervous bukanlah hal yang bisa
dihindari begitu saja. Malahan bila perlu ditangani agar memberi nilai tambah dalam
presentasi anda. Baiklah, anda kini sedang menunggu giliran untuk menyampaikan
presentasi. Anda telah mempersiapkan segalanya. Namun, anda tetap saja grogi, nervous,
gugup dan lain sebagainya. Berikut adalah tips untuk menangani rasa grogi itu.

1. Pahami bahwa perasaan grogi adalah energi positif


Apa yang anda rasakan saat grogi? Dada berdebar-debar, keringat dingin mengucur, bibir
bergetar, dan darah seolah mengalir lebih cepat. Pahami bahwa semua itu adalah sebuah
dorongan energi yang meluap dari dalam diri anda. Tidak ada yang salah pada energi itu.
Ia perlu disalurkan secara positif. Ia semestinya menjadi bahan bakar yang mendorong
presentasi anda lebih baik. Anda bisa menggunakan energi itu untuk memantapkan
penampilan anda.

2. Bersikaplah nothing to loose.

Keinginan kita untuk bersikap sebaik-baiknya mendorong munculnya perasaan grogi.


Secara negatif, pikiran kita biasanya terbebani oleh ketakutan untuk membuat kesalahan,
kekhawatiran akan gagal, kecemasan bila melakukan kekonyolan, dan berbagai
bayangan-bayangan negatif lainnya. Sebelum anda bisa menggunakan energi grogi itu
secara positif, maka terlebih dahulu anda harus menetralisir emosi-emosi negatif tersebut.
Bersikaplah "nothing to loose"; tak sesuatu yang patut kita takutkan. Bila toh kita gagal,
maka tidak sesuatu yang harus menjadikan kita begitu kehilangan.

3. Tenangkan diri anda.

Sementara anda menunggu giliran, atur nafas anda. Tarik nafas dalam-dalam, keluarkan
lambat-lambat. Keluarkan energi yang meletup-letup dalam dada anda melalui hembusan
nafas yang teratur. Tenangkan pikiran dan emosi anda. Bila perlu pejamkan mata.
Kumpulkan energi itu sebaik-baiknya. Jangan biarkan mengganggu ketenangan jiwa
anda.

4. Kerahkan energi anda.

Kerahkan energi anda. Lepaskan energi itu dari "kekangannya". Bila para audiens
memberi appalus pada pembicara sebelum anda, maka kerahkan energi anda dengan
memberikan applaus yang tak kalah meriah. Berdirilah dengan sigap. Berjalanlah dengan
tegap dan mantap. Bila perlu hembuskan nafas lepas sambil berteriak kecil, "yes". Atau
turut bertepuk tangan menyambut applaus dari audiens. Lakukan apa-apanya dengan
sikap tegas. Biarkan energi itu mengalir dalam gerakan anda.

5. Berbicaralah dengan keras dan lantang.

Bila anda berbicara lambat, maka bibir anda akan semakin gemetar, suara anda pun
bergetar. Salurkan rasa grogi anda melalui suara anda yang keras dan lantang.
Suara keras anda bukan hanya dapat mengatasi kecemasan, namun juga sarana
menyalurkan energi tersebut. Ada baiknya anda menghafal teks pertama anda namun
tetap bersikap wajar.

6. Diam.

Anda dapat menyalurkan ketegangan dalam diri anda pada para audiens, yaitu dengan
memulai presentasi anda dengan diam beberapa detik. Biarkan ketegangan anda terserap
dan jadi ketegangan audiens. Bila anda merasa ketegangan di audiens sudah cukup
meninggi, mulailah presentasi anda dengan sebuah pembukaan yang kuat, tajam dan
lantang.

7. Lontarkan humor yang wajar.


Lenturkan kegugupan anda dengan sebuah humor yang wajar. Anda memang
perlumerencanakannya dengan baik, namun jangan sampai kehilangan spontanitas.Dan,
humor terbaik yang tidak akan melukai perasaan siapa pun adalah humor tentang diri
anda.

http://botorejo-greenpeace.blogspot.com/2008/12/tips-mengatasi-nervous-saat-
presentasi.html
Tips Mengatasi Nervous - Grogi atau nervous dapat melenyapkan kesempatan emas
yang sudah jelas-jelas di depan mata anda. Contoh sederhana saja, saat remaja, anda pasti
pernah menyukai lawan jenis anda. Nah, biasanya saat anda tidak berhadapan langsung
(lewat SMS) dengan sang pujaan hati, anda bisa menggombal dengan sesuka hati anda.
Giliran bertatap muka dengan sang pujaan hati, anda tidak dapat berkata apa-apa (apalagi
yang manis-manis). Nah karena nervous, anda tak kunjung menembak pujaan hati anda.
Sehingga dia lama-lama berpaling dari anda. Sakit bukan?

Ke-nervous-an biasanya timbul dari dalam diri anda sendiri. Krisis percaya diri adalah
penyebab utamanya. Nah, bagaimana cara mengatasi ini. Berikut tips cara mengatasi
nervous

1. Rileks
Ini adalah cara yang paling ampuh untuk mengusir nervous, cara untuk rileks sendiri
bermacam-macam. Tergantung kepada anda. Entah dengan mengunyah permen karet,
mengaca, mengatur nafas, minum air putih atau lainnya.

2. Jangan Panik
Biasanya orang yang nervous akan panik. Dan jika nervous bercampur panik, akibatnya
akan sangat fatal. Jadi, kalau anda nervous jangan sampai panik, tetap rileks. Tumbuhkan
kepercayaan diri dan ketenangan di dalam diri anda.

3. Yakin
Bentuklah kepercayaan diri anda sebelum melakukan sesuatu. Yakinkan diri anda bahwa
anda bisa. Yakin bahwa anda tampan/cantik juga bisa memberikan spirit lebih untuk
melawan ke-nervous-an anda.

4. Duduk sejenak
Ini bisa membantu anda yang nervous saat berpidato.

5. Usahakan jangan menampakkan ke-nervous-an anda.

Sejauh ini baru 5 cara diatas yang pernah saya terapkan dan berhasil.
Kuncinya ada di poin pertama, yaitu rileks. Selamat mencoba.

Read more: Tips Mengatasi Nervous (Grogi) http://ryanbian.blogspot.com/2010/08/tips-


mengatasi-nervous-grogi.html#ixzz17JfQn8sv
SKRIPSI
PENGARUH PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE DISKUSI DAN
PEER
LEARNING TERHADAP HASIL TES FORMATIF BIOLOGI PADA MATERI
KEANEKARAGAMAN HAYATI
(Kasus Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester II di SMA
Muhammadiyah Sliyeg Kabupaten Indramayu Tahun Ajaran 2008/2009)
Diajukan Kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Ahmad Dahlan di Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Eko Prasetyo Andi Wibowo
02008028
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2010
PENGARUH PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE DISKUSI DAN
PEER
LEARNING TERHADAP HASIL TES FORMATIF BIOLOGI PADA MATERI
KEANEKARAGAMAN HAYATI
(Kasus Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester II di SMA
Muhammadiyah
Sliyeg Kabupaten Indramayu Tahun Ajaran 2008/2009)
ABSTRAK
Oleh:
Eko Prasetyo Andi Wibowo
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran biologi dengan
metode
diskusi dan peer learning terhadap hasil tes formatif biologi pada materi
keanekaragaman hayati
siswa kelas X semester II di SMA Muhammadiyah Sliyeg Kab Indramayu tahun ajaran
2008/2009.
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen pada penelitian ini merupakan
penelitian populasi karena jumlah siswa kurang dari 100 siswa, penelitian ini
menggunakan
metode kuasi eksperimen. Teknik pengambilan data dilakukan dengan metode observasi
dan tes.
Metode observasi untuk memperoleh data kegiatan diskusi dan peer learning siswa,
sedangkan
metode tes untuk memperoleh data tes formatif biologi. Untuk menganalisis instrumen
soal tes
formatif dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Analisis data yang digunakan regresi
berganda,
koefisien determinasi (R
2
) dan uji F dengan taraf signifikan 5% yang dibantu menggunakan
komputer program SPSS 15.
Hasil analisis regresi berganda Y=-67+2.39X1+2.27X2 yang artinya apabila tidak ada
kegiatan diskusi maka hasil tes formatif turun sebesar 67.29, jika dilakukan diskusi maka
hasil
tes bertambah sebesar 2.93 sedangkan jika ada peer learning maka berambah 2.27.
Variabel
antara diskusi dan peer learning secara bersama-sama ditunjukkan dengan F hitung
(40.29) >
(2.93). Sehingga yang memiliki sumbangan terbesar dalam mempengaruhi hasil tes
formatif
biologi adalah variabel diskusi, dan hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh yang
positif
antara diskusi dan peer learning secara bersama terhadap hasil tes formatif biologi, hal
ini
ditunjukkan dengan hasil analisis dari F hitung yaitu 40,29. nilai determinasi ganda (R
2
) sebesar
73,5%.
Kata kunci : pembelajaran biologi, metode diskusi, peer learning
THE INFLUENCE OF LEARNING BIOLOGY USING DISCUSS METHOD AND
PEER
LEARNING TOWARD THE RESULT OF BIOLOGICAL FORMATIVE TEST OF
THE
MATERIAL DEVERCITY OF LIVE
(The case of quasi-experiment research of students class X 2
nd
semester in SMA
Muhammadiyah Sliyeg Kab Indramayu academic year 2008/2009)
ABSTRACT
By:
Andi Eko Prasetyo Wibowo
This study aims to determine the effect of biology with the methods of learning and peer
learning discussions of formative tests on materials of biological biodiversity of X-class
students
in the second semester of high school Muhammadiyah Indramayu regency SLIYEG
2008/2009
schoolyear.
This research uses quasi-experimental methods in this research is the study population
because the number of students is less than 100 students, this research uses quasi-
experimental
methods. Data acquisition techniques performed by the method of observation and tests.
Observational methods to obtain data and peer discussions student learning, while the test
methods to obtain biological data formative tests. To analyze the formative test
instruments
performed about the validity and reliability tests. Data analysis used multiple regression,
the
coefficient of determination (R2) and F test with significant level of 5% using a computer
assisted program SPSS 15.
The results of multiple regression analysis, Y =- 67 +2.39 X1 +2.27 X2, which means if
there is no discussion of the activities of formative tests fell by 67.29, if the discussion is
carried
out test results increased by 2.93, while if there is peer learning berambah 2.27. Variable
between discussion and peer learning together count indicated by F (40.29)> (2.93). So
who has
the biggest contribution in the formative influence the results of biological tests is
variable
discussion, and the results of this study showed no positive effects of discussion and peer
learning together against biological formative test results, it is shown by the results of the
analysis of the F calculated is 40.29 . double determination values (R2) of 73.5%.
Keywords: learning biology, methods of discussion, peer learning
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:VhGQppDxTJQJ:repo.uad.ac.id/index.php/pend-
biologi/article/view/200/198+penelitian+formatif+tes&hl=id&gl=id

Vous aimerez peut-être aussi