Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
RANCANGAN TESIS
Diajukan oleh :
Nama : XXXX
NIM : XXXX
Program Studi : Pendidikan Matematika
A. Judul
COOPERATIVE LEARNING DAN ANALISIS SIKAP DALAM UPAYA MENGURANGI
TINGKAT KENAKALAN SISWA SMK SEBAGAI SARANA PENINGKATAN KUALITAS
LULUSAN SMK (STUDI KASUS SISWA JURUSAN TEKNIK BANGUNAN SMK DI
XXXX)
B. Pendahuluan
Berdasarkan informasi dari beberapa guru SMK di Semarang mengatakan bahwa sebagian besar
siswa SMK sangat sulit dikendalikan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Siswa banyak
yang bertindak sekeinginan hatinya. Kenyataan yang terjadi saat ini, ada guru yang sama sekali
tidak dihiraukan oleh siswanya sendiri.
Guru telah mencoba untuk mengatasinya, tetapi masih saja guru belum berhasil untuk
memecahkan masalah tersebut. Berdasarkan hasil diskusi antara guru kelas dan dosen, sampailah
pada suatu intuisi bahwa pada umumnya dalam belajar, siswa menginginkan sebuah suasana
yang harmonis dan menyenangkan. Tetapi permasalahan tidak berhenti pada hal itu saja. Konsep
menyenangkan antara guru dan siswa SMK sangatlah berbeda dan sangat sulit untuk dapat
dipertemukan kedua konsep tersebut sehingga permasalahan tersebut tetap saja berlangsung
sampai dengan saat ini.
Dengan permasalahan tersebut, yang terjadi saat ini adalah rendahnya hubungan antar personal
guru dengan siswa SMK. Guru hanya mementingkan tugas mengajar tanpa mengikutsertakan
tugas membimbingnya. Dan siswa pun akhirnya menjadi acuh tak acuh, sehinga proses
pendidikan yang terjadi di sekolah menjadi sulit diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Adanya
permasalahan tersebut dapat diduga bahwa akhirnya pembelajaran menjadi kurang bermakna
bagi siswa. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Outhred & Michelmore dalam Silberman
(2001) bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menerapkan konsep untuk memecahkan
masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-hari.
Pendidikan yang diberikan selama sekolah seakan-akan menjadi sia-sia. Mereka hanya secara
formalitas bersekolah hanya untuk mendapat uang saku, dan akhirnya orientasi mereka
bersekolah pun menjadi lain. Sikap seperti inilah yang kemudian dilampiaskan kepada tawuran
dan hal-hal negatif lain. Sudah menjadi rahasia umum bahwa siswa SMK mudah untuk
melakukan tawuran. Tanpa ikatan yang kuat dari sekolah bukan hal yang mustahil jika setiap
hari terjadi perkelahian di sebuah SMK.
Untuk mengatasi permasalahan yang diuraikan tersebut perlu adanya suatu penelitian yang
menerapkan suatu strategi pembelajaran tertentu yang dapat meningkatkan ketertarikan siswa
pada materi pelajaran. Selain itu juga perlu dilakukan sebuah penelitian yang mengukur sikap
siswa dan guru dalam pembelajaran. Penelitian ini difokuskan kepada siswa dan guru SMK
jurusan teknik bangunan.
C. Rumusan Masalah
Permasalahan yang telah diuraikan dalam pendahuluan dapat dirumuskan sebagai berikut.
Bagaimanakah cara untuk mengurangi tingkat kenakalan siswa SMK?
Bagaimanakah cara meningkatkan minat siswa SMK untuk belajar?
Untuk menjawab permasalahan tersebut akan di jawab melalui penelitian dengan berdasarkan
pada refleksi awal (keadaan sebelum penelitian dilakukan).
Selanjutnya permasalahan yang ada diuraikan dalam pertanyaan sebagai berikut.
a. Bagaimanakah cara untuk mengurangi tingkat kenakalan siswa SMK?
b. Metode pembelajaran yang bagaimanakah yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat
siswa SMK dalam proses pembelajaran dalam kelas?
c. Bagaimanakah hubungan guru dan siswa SMK yang seharusnya?
D. Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan akan dilakukan kegiatan sebagai berikut.
Untuk memecahkan masalah pertama dilakukan dengan mengadakan diskusi antar pihak yang
terkait di luar siswa yang bersangkutan, kemudian dirumuskan pemecahannya. Selain itu
dilakukan penelitian kualitatif yang menganalisis sikap siswa dan hubungannya dengan guru di
kelas.
Untuk memecahkan masalah kedua akan digunakan strategi pembelajaran kooperatif, di mana
dalam metode ini dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran
penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan
keterampilan sosial.
Untuk memecahkan masalah ketiga peneliti akan menggunakan analisis sikap guru dan siswa.
Guru dan siswa diberikan angket untuk mengetahui sejauhmana sikap guru terhadap siswa dan
sebaliknya sejauhmana sikap siswa terhadap guru kelasnya. Dengan analisis sikap ini nantinya
akan dapat dirumuskan solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
E. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Kooperatif
Dalam strategi pembelajaran perlu dikembangkan suatu strategi pembelajaran yang
memungkinkan siswa belajar aktif . Belajar aktif meliputi
...............................................................dst.
PROBLEM POSING
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Kajian Teoritik
a. Problem Posing
kegiatan pemberian tugas dimana siswa secara kelompok terlibat langsung dalam
pembuatan soal dan menyelesaikannya sesuai dengan konsep atau materi yang telah
dipelajari. Pada penelitian ini konsep yang diajarkan adalah Konsep Pangkat Tak
yaitu : 1) pembentukan soal baru atau pembentukan soal dari situasi atau
pengalaman siswa, dan 2) pembentukan soal dari soal lain yang sudah ada (PPGM,
1999 : 5).
Matematika.
-11-
-12-
Menurut ( PPGM, 1999 : 5 – 6 ) dijelaskan bahwa : (a) adanya korelasi positif
(1) Membentuk soal dari soal yang sudah ada atau memperluas soal yang
sudah ada.
(2) Membentuk soal dari suatu situasi atau gambar di Majalah atau Surat
(4) Membentuk sejumlah soal yang mirip tetapi dengan taraf kesulitan yang
(5) Setelah diberi beberapa contoh, selanjutnya siswa diberi tugas membentuk
soal sesuai dengan pokok bahasan yang diberikan, yang selanjutnya soal
-13-
secara kelompok. Hal ini dimaksudkan agar guru mudah memantau aktifitas siswa
selama pelaksanaan pemberian tugas berlangsung, dan memudahkan guru dalam
pemeriksaan hasil kegiatan. Soal yang dibuat siswa adalah yang mirip dengan
contoh yang telah diberikan guru. Dengan kata lain soal itu sedikit berbeda dari
membuat soal dan menyelesaikan saja, tetapi setiap kelompok akan mengerjakan
juga soal-soal yang telah dibuat oleh kelompok lain. Selain itu agar suasana
pemberian tugas dengan Problem Posing ini menarik dan menyenangkan, maka
kelompok yang mampu membuat soal dan menyelesaikannya lebih dari satu atau
lebih dari ketentuan guru akan diberi bonus. Demikian pula pada saat mengerjakan
soal buatan kelompok lain, apabila dapat mengerjakan lebih dari satu atau lebih dari
ketentuan guru maka kelompok itu akan mendapat bonus dari guru.
-14-
dalam mebuat soal dan menyelesaikannya serta dari kemampuan siswa dalam
mengerjakan soal buatan kelompok lain. Apabila kemampuan siswa dalam kegiatan
motivasi belajar.
b. Motivasi Belajar
perubahan. Misalnya : dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti
Motivasi adalah dorongan yang tumbuh karena tingkah laku dan kegiatan
manusia. Dalam proses belajar mengajar motivasi merupakan faktor yang sangat
penting karena dapat memberikan semangat dan petunjuk bagi peserta didik dalam
kegiatan belajarnya.
-15-
Lebih lanjut A. Tabrani Rusyan, dkk dalam Bukunya : Pendataan dalam Proses
laku kearah suatu tujuan dengan didasari adanya suatu kebutuhan”. Pada bagian lain
ditimbulkan adanya suatu sikap positif dari siswa, dalam hal ini adalah kegiatan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Belajar adalah proses perubahan kegiatan,
reaksi terhadap lingkungan dan perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar bila
merupakan usaha yang dilakukan setiap manusia dalam rangka untuk mencapai
sesuatu yang ingin dicapai. Belajar akan menimbulkan perubahan perilaku yang
ditimbulkan oleh siswa untuk melakukan usaha dalam rangka mencapai sesuatu
yang
-16-
diinginkan. Indikasi motivasi belajar antara lain terlihat pada keaktifan dan
2. Kerangka Berpikir
mengarah pada model pembelajaran yang bernuansa PAKEM yaitu model Pendidikan
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
a. Desain Penelitian
PTK Suharsimi
AUSZUG
Dewi, Elia Puspa. Die Anwendung der Lernaktivität und Die Bewertungsprozess der Team
Teachingstrategie an der Deutsch 2 im gerade Semester 2007/2008. Diplomarbeit,
Deutschabteilung, Literaturwissenschaftliche Fakultät der Staatlichen Universität Malang.
Betreuerin: Dra. Sawitri Retnantiti, M. Pd
Team teaching ist eine Lehrstrategie, die aus wenigstens zwei Dozenten besteht. Die
Dozenten plannen, unterrichten, und bewerten Unterichtsaktivität in einer Klasse. Team
teachingstrategie ist schon an der Universität angewandt wird. Diese Strategie wird auch in
Deutsch 2 an der Literaturwissenschaftliche Fakultät der Staatlichen Universität Malang
angewandt. Deutsch 2 ist ein Basis der deutschen Vorlesung die aus vier Sprachfertigkeiten
besteht. Die Fertigkeiten sind Hörverstehen, Sprechen, Schriftliche Ausdruck, und
Leseverstehen. Diese Vorlesung wird im gerade Semester durchgefürt. Auf dieser Grund
untersucht die Verfasserin Die Anwendung der Lernaktivität und die Bewertungsprozess der
Team Teachingstrategie an der Deutsch 2.
Das Untersuchungsziel beschreiben die Anwendung der Lernaktivität und die
Bewertungsprozess der Team Teachingstrategie an der Deutsch 2, und auch das Lernergebnis
der StudentInnen.
Diese Untersuchung ist eine deskriptive Methode. Die Daten sind die
Beobachtungsergebnis, Befragungsergebnis, und die Dokumentation der Deutsch 2
Lernergebnis der StidentInnen im gerade Semester 2007/2008.
Das Ergebnis dieser Untersuchung zeigt, dass die Anwendung der Lernaktivität der
Team Teachingstrategie mit zwei Dozenten effektiver als mit vier Dozenten ist. Es gibt aber ein
Problem, das von dem Dozentsteam erfahren wird. Wegen der wenige Zeit zwischen der
Unterrichtstunde der zwei Dozenten in einem Team können sie nicht die vorherige und die
nächste Materialien gut besprechen. Die Bewertungsprozess, die aus kognitif, afektif, und
psikomotor aspekte besteht, wird von dem Dozentsteam benutzt. Deutsch 2 Lernergebnis
(Mittsemestertest und Endsemestertest) den StudentInnen zeigt, dass die Note des
Endsemestertest besser als Mittsemestertest. Das bedeutet die Anwendung der Team
Teachingstrategie an der Deutsch 2 wird gut gemacht.
Nach dem Untersuchungsergebnis hat die Verfasserin Vorschläge für die Team
Teachingsdozen und die Deutschabteilung. Die Team Teachingsdozenten sollen die Methode
varieren. Die Deutschabteilung sollte der Zeitplan des Dozentsteam verbesseren. Der Zeitplan
des Dozentsteam sollte nicht in einer Reihe konstruieren, damit das Dozentsteam gute
besprechung machen können.
TAHU NGGAK ARTINYA....? TANYA PADA MBAK DEWI YANG NULIS (SORRY
MBAK SAYA UPLOAD)
NIIIIII......CHHHH ARTINYA
ABSTRAK
Dewi, Elia Puspa. Implementasi Kegiatan Belajar Mengajar dan Penilaian dengan Strategi
Team Teaching pada Mata Kuliah Deutsch 2 Semester Genap 2007/2008. Skripsi, Jurusan
Sastra Jerman, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang.
Pembimbing: Dra. Sawitri Retnantiti, M. Pd
Team teaching adalah strategi pengajaran yang melibatkan sedikitnya dua orang guru
atau dosen dalam merencanakan, menginstruksikan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran
pada suatu kelas. Strategi team teaching telah banyak diterapkan pada institusi- institusi
pendidikan termasuk di universitas. Pada pelaksanaan mata kuliah Deutsch 2 Jurusan Sastra
Jerman Universitas Negeri Malang juga menggunakan strategi team teaching. Mata kuliah
Deutsch 2 merupakan mata kuliah dasar berbahasa Jerman yang di dalamnya terdapat
penguasaan keterampilan berbahasa Jerman seperti mendengar, berbicara, membaca, dan
menulis dan disajikan pada semester genap 2007/2008 serta memiliki delapan sks. Oleh karena
itu peneliti melakukan penelitian tentang implementasi strategi team teaching pada mata kuliah
Deutsch 2.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi kegiatan belajar
mengajar dan penilaian dalam proses belajar mengajar dengan strategi team teaching. Selain itu,
penelitian ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah
Deutsch 2 tahun akademik 2007/2008.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Data diambil melalui observasi,
wawancara dengan tim dosen pembina mata kuliah Deutsch 2, dan hasil dokumentasi nilai UTS
dan UAS mahasiswa pada mata kuliah Deutsch 2 tahun akademik 2007/2008.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, implementasi strategi team teaching pada mata
kuliah Deutsch 2 tahun akademik 2007/2008 sudah berjalan lebih efektif dengan dua dosen
daripada empat dosen. Namun, dalam pelaksanaannya, terdapat kendala yang dialami oleh dosen
tim yaitu tidak ada waktu untuk berkoordinasi dalam melanjutkan materi yang akan diajarkan.
Penilaian dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh dosen adalah berkenaan dengan
tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari hasil belajar mahasiswa, nilai UAS
mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai UTS pada mata kuliah Deutsch 2. Hal ini
berarti strategi team teaching yang dilakukan dalam proses belajar mengajar pada semester
genap 2007/2008 berjalan baik.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat memberikan saran kepada dosen
team teaching dan untuk Jurusan Sastra Jerman. Saran bagi dosen team teaching adalah dalam
implementasinya, sebaiknya dosen menggunakan metode pengajaran yang bervariasi. Saran bagi
Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang adalah sebaiknya jadwal mengajar antar dosen
tim pembina mata kuliah Deutsch 2 tidak disusun berurutan dan ada jeda waktu yang cukup
sehingga dosen tim pembina mata kuliah Deutsch 2 dapat berkoordinasi tentang materi yang
telah dan yang akan diajarkan dengan baik.
BRAVO UM KHUSUSNYA SPA 306 & KANTIN-KANTINNYA HE...3X
05:40 Permalink | Comments (4) | Email this | Tags: laporan ptk jerman
TING PLENCING.... MAAF YANG BENAR TEAM TEACHING
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dibahas tentang (1) pengertian team teaching (2) variasi team teaching, (3)
mata kuliah Deutsch 2 yang terdiri dari kompetensi dan tujuan, sumber/bahan pengajaran, dan
rencana perkuliahan semester (RPS), (4) kegiatan belajar mengajar dalam proses belajar
mengajar yang terdiri dari macam-macam metode, dan macam-macam media pengajaran, (5)
penilaian dalam proses belajar mengajar yang terdiri dari aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
psikomotor.
team teaching (pengajaran berkelompok) adalah sebuah model instruksi di dalam kelas yang
melibatkan beberapa guru dengan mengkombinasikan mata pelajaran yang dibina oleh masing-
masing guru menjadi satu mata pelajaran terpadu yang diajarkan secara bersama kepada satu
kelompok siswa.
Menurut Johnson dan Lobb dalam Amstrong (1977:65), dijelaskan bahwa team teaching
sebagai sekelompok tim pengajar yang terdiri dari dua atau lebih orang yang bekerja dalam
waktu bersamaan untuk tujuan proses pembelajaran subyek (mata pelajaran) tertentu atau
kombinasi dari beberapa mata pelajaran. Pendapat ini memiliki keterkaitan dengan definisi yang
terdapat di dalam American Heritage Dictionary Language (2000) bahwa tim pengajar akan
mengajarkan satu mata pelajaran tertentu atau mengkombinasikan mata pelajaran yang dibina
pengajaran yang dilakukan oleh dua atau lebih guru secara berkelompok dengan teliti dan sesuai
Sama halnya menurut Curzon, Waradani (2000:9) mengemukakan definisi literal dari
team teaching sebagai metode pembelajaran secara berkelompok, yang terdiri dari dua atau lebih
dosen yang mengajar di kelas yang sama pada waktu yang bersamaan.
Menurut Freiberg dan Army (1992:98) team teaching adalah model susunan proses
pengajaran. Melalui team teaching, para anggota kelompok membagi tugas-tugas kurikuler
Dari beberapa definisi tentang team teaching di atas maka dapat disimpulkan bahwa,
team teaching adalah suatu strategi pengajaran yang melibatkan sedikitnya dua orang guru dalam
Mereka bekerja tidak secara perorangan namun sebagai kelompok yang bekerjasama.
pendidikan seperti di sekolah maupun di universitas merupakan team teaching yang sesuai
dengan definisi menurut Wardani, yaitu tim pengajar saling bekerjasama, baik sebagai team
Pelaksanaan strategi team teaching pada mata kuliah Deutsch 2 Jurusan Sastra Jerman
Universitas Negeri Malang merupakan strategi pengajaran yang terdiri dari dua orang dosen
sebagai tim pengajar pada setiap kelas paralel. Pada tahun ajaran 2007/2008 ini terdapat tiga
kelas paralel. Masing-masing tim dosen akan bekerjasama dalam membuat perencanaan
EVALUASI PEMBELAJARAN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang,
maupun objek (Davies, 1981:3). Menurut Wand dan Brown, evaluasi merupakan suatu proses
Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi dengan batasan sebagai proses memberikan
atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu ( Sudjana,
1990:3). Dengan berdasarkan batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa evaluasi secara
umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan,
kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek) berdasarkan kriteria tertentu.
Evaluasi mencakup sejumlah teknik yang tidak bisa diabaikan oleh seorang guru maupun
dosen. Evaluasi bukanlah sekumpulan teknik semata-mata, tetapi evaluasi merupakan suatu
proses yang berkelanjutan yang mendasari keseluruhan kegiatan pembelajaran yang baik.
Evaluasi pembelajaran bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana efisiensi proses
pembelajaran yang dilaksanakan dan efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Dalam rangka kegiatan pembelajaran, evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu
proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
Erman (2003:2) menyatakan bahwa evaluasi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai
penentuan kesesuaian antara tampilan siswa dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini yang
dievaluasi adalah karakteristik siswa dengan menggunakan suatu tolak ukur tertentu.
tampilan siswa dalam bidang kognitif (pengetahuan dan intelektual), afektif (sikap, minat, dan
motivasi), dan psikomotor (ketrampilan, gerak, dan tindakan). Tampilan tersebut dapat
dievaluasi secara lisan, tertulis, mapupun perbuatan. Dengan demikian mengevaluasi di sini
adalah menentukan apakah tampilan siswa telah sesuai dengan tujuan instruksional yang telah
Apabila lebih lanjut kita kaji pengertian evaluasi dalam pembelajaran, maka akan
diperoleh pengertian yang tidak jauh berbeda dengan pengertian evaluasi secara umum.
Pengertian evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang
yang dimaksud di sini adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan pembelajaran dengan
ukuran keberhasilan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif, sedangkan penilaian
yang dimaksud di sini adalah proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan pembelajaran
secara kualitatif.
PENGERTIAN METODE
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang
ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah,maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk
dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti
sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode
Metode belajar yang mampu membangkitkan motif, minat atau gairah belajar murid
dan menjamin perkembangan kegiatan kepribadian murid adalah metode diskusi. Metode diskusi
merupakan suatu cara mengajar yang bercirikan oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau
pokok pertanyaan atau problem. Di mana para anggota diskusi dengan jujur berusaha mencapai
atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama.[2] Dalam metode
diskusi guru dapat membimbing dan mendidik siswa untuk hidup dalam suasana yang penuh
tanggung jawab, msetiap orang yang berbicara atau mengemukakan pendapat harus berdasarkan
prinsip-prinsip tertentu yang dapat diperanggungjawabkan. Jadi bukan omong kosong, juga
bukan untuk menghasut atau mengacau suasana. Menghormati pendapat orang lain, menerima
pendapat yang enar dan menolak pendapatb yang salah adalah ciri dari metode yang dapat
dighunakan untuk mendidik siswa berjiwa demokrasi dan melatih kemampuan berbicara siswa.
Agar suasana belajar siswa aktif dapat tercapai, maka diskusi dapat menggunakan variasi model-
model pembelajaran menarik dan memotivasi siswa. Dari sekan banyak model pembelajaran
yang ada, model pembelajaran jigsaw cocok untuk digunakan dalam metode diskusi. Model
pembelajaran jigsaw membantu murid untuk mempelajari sesuatu dengan baik dan sekaligus
siswa mampu menjadi nara sumber bagi satu sama yang lain.
[1] Oemar Hamalik, Proes Belajar Mengajar, Jakarta : 2001 : Bumi Aksara
[2] Oemar Hamalik, Proes Belajar Mengajar, Jakarta : 2001 : Bumi Aksara
TGT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
pendidikan. Pembelajaran kooperatif meliputi banyak jenis bentuk pengajaran dan pembelajaran
dalam kumpulan kecil supaya anak didik dapat bekerja sama untuk mempelajari kandungan
1. Ketrampilan sosial
Setiap individu akan berinteraksi secara bersemuka dalam kelompok. Interaksi yang
serentak berlangsung dalam setiap kelompok melalui pembicaraan setiap individu yang
menyelesaikan tugas dalam kelompok itu. Setiap siswa mempunyai peluang yang sama
untuk mengambil bagian dalam kelompok. Siswa yang mempunyai kelebihan harus
membantu temannya dalam kelompok itu untuk tercapainya tugas yang diberikan kepada
kelompok itu. Setiap anggota kelompok harus saling berhubungan,saling memenuhi dan
bantu-membantu.
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan,melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status.
Tipe ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya,mengandung unsur permainan yang bisa
permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa
dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja
1. Penyajian kelas
dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah,diskusi yang dipimpin guru.
Pada saat penyajian kelas ini ,siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami
materi yang diberikan guru,karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja
kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok ( team )
Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa.Fungsi kelompok
adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk
mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang
didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok.Kebanyakan game terdiri dari
menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu.Siswa yang menjawab benar
2. Turnamen
Untuk memulai turnamen masing-masing peserta mengambil nomor undian. Siswa yang
mendapatkan nomor terbesar sebagai reader 1,terbesar kedua sebagai chalennger 1,terbesar
ketiga sebagai chalenger 2,terbesar keempat sebagai chalenger 3.Dan kalau jumlah peserta
dalam kelompok itu lima orang maka yang mendapatkan nomor terendah sebagai
reader2.Reader 1 tugasnya membaca soal dan menjawab soal pada kesempatan yang
pertama. Chalenger 1 tugasnya menjawab soal yang dibacakan oleh reader1 apabila
menurut chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah menjawab soal
yang dibacakan oleh reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan chalenger 1 menurut
chalenger 2 salah. Chalenger 3 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader
tugasnya adalah membacakan kunci jawaban .Permainan dilanjutkan pada soal nomor
dua.Posisi peserta berubah searah jarum jam.Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang
menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi reader2. Hal itu terus dilakukan sebanyak jumlah
mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.
RME
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
mengorganisasikan dan menyelesaikan masalah yang ada pada situasi nyata. Contoh
dalam cara-cara yang berbeda, merumuskan masalah kehidupan sehari-hari ke dalam bentuk
kembali pengetahuan yang telah diperoleh dalam simbol-simbol matematika yang lebih
penggeneralisasian.
Dalam RME kedua matematisasi horisontal dan vertikal digunakan dalam proses
sedangkan realistik memberikan perhatian yang seimbang antara matematisasi horisontal dan
Pada prisip ini dikatakan bahwa belajar matematika adalah aktivitas konstruksi.
Karakteristik kontruksi ini tampak jelas dalam pembelajaran, yaitu siswa menemukan
sendiri prosedur untuk dirinya sendiri. Pengkontruksian ini akan lebih menghasilkan
Belajar konsep matematika atau ketrampilan adalah proses yang merentang panjang dan
bergerak pada level abstraksi yang bervariasi. Untuk dapat menerima kenaikan dalam
level ini dari batas konteks aritmatika informal sampai aritmatika formal dalam
pembelajaran digunakan model supaya dapat menjembatani gap antara konkret dan
abstrak.
Belajar matematika dan kenaikan level khusus dari proses belajar ditingkatkan melalui
refleksi. Penilaian terhadap seseorang tidak hanya berdasarkan pada hasil saja, tetapi juga
Belajar bukan hanya merupakan aktivitas individu, tetapi sesuatu yang terjadi dalam
belajar, siswa harus diberi kesempatan bertukar pikiran, adu argumen dan sebagainya.
terstruktur. Konsep baru dan obyek mental harus cocok dengan dasar pengetahuan yang
lebih besar atau lebih kecil, sehingga dalam pembelajaran diupayakan agar ada
Proses yang berhubungan dalam berfikir dan pemecahan masalah ini dapat