Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
mungkin dapat dicapai. Indikasi akan menurunnya tekanan inflasi ke depan terasa
semakin kuat. Permintaan domestik yang semakin melemah, pergerakan harga
komoditas internasional (khususnya bahan pangan dan energi) yang menurun
lebih tajam, serta terjaganya kecukupan pasokan barang kebutuhan pokok dan
energi merupakan sebagian faktor yang mendukung semakin berkurangnya
tekanan terhadap inflasi. Bahkan penurunan harga minyak mentah internasional
yang lebih tajam dibandingkan dengan prakiraan semula dapat memfasilitasi
penurunan harga BBM bersubsidi lebih lanjut. Hal ini pada gilirannya dapat
mendorong penurunan harga komoditas yang memiliki kaitan cukup besar dengan
bahan bakar seperti tarif angkutan.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan 2010,
dapat diketahui perkembangan ekonomi makro Indonesia sebagai berikut:
Tabel 1:
ASUMSI EKONOMI MAKRO 2005-2010
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Indikator
Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi APBN RAPBN RAPBN
• PDB
Pertumb. Ekonomi 5,7 5,5 6,3 6,1 6,0 4,3 5,0
• Inflasi y.o.y 17,1 6,6 6,6 11,1 6,2 5,0 5,0
(%) 9.705 9.164 9.140 9.691 9.400 10.600 10.000
• Kurs Rupiah
(Rp/$) 9,1 11,7 8,0 9,3 7,5 7,5 6,5
• SBI 3 bulan
rata-rata (%) 51,8 63,8 69,7 97,0 80,0 61,0 60,0
• Harga
0,999 0,959 0,899 0,931 0,960 0,960 0,965
Minyak ($/barrel)
• Lifting
Minyak (juta barrel
perhari)
Sumber: www.fiskal.depkeu.go.id
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 2205 mengalami fluktuasi,
dimana pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah sebesar 5,7
persen, kemudian mengalami penurunan sebesar 0,2 persen pada tahun 2006 yaitu
sebesar 5,5 persen. Pada tahun 2007 mengalami peningkatan yang cukup tajam
yaitu sebesar 6,6 persen tetapi mengalami penurunan mulau pada tahun 2008
sampai dengan 2010 sehingga hanya mencapai 5,0 persen.
3
diartikan sebagai fluktuasi dari return-return suatu sekuritas atau portofolio dalam
suatu periode waktu tertentu. Mengetahui beta suatu sekuritas merupakan bagian
penting dalam menganalisis suatu sekuritas. Beta saham mengukur tingkat
kepekaan saham terhadap perubahan pasar, dapat dihitung menggunakan data
historis untuk mengestimasi beta di masa datang.
Risiko merupakan faktor penting dalam keputusan investasi. Beberapa
hal yang harus diperhatikan investor sebelum mengambil keputusan investasi,
yaitu :
1. Menentukan kebijakan investasi.
Investor harus menentukan tujuan investasinya yang sesuai dengan
keuntungan yang diharapkan dan preferensi risikonya.
2. Analisis sekuritas.
Tahap ini dilakukan dengan menganalisis sekuritas secara individual maupun
dalam suatu portofolio.
3. Pembentukan portofolio.
Investor membentuk portofolio dengan tujuan untuk mendiversifikasikan
sekuritas yang dimikili untuk mengurangi risiko investasi.
4. Melakukan revisi portofolio.
Tahap ini dilakukan jika investor menilai bahwa portofolio yang dimiliki tidak
dapat memberikan hasil yang optimal atau sudah tidak sesuai dengan
preferensi risiko mereka.
5. Evaluasi kinerja portofolio.
Dalam tahap ini investor melakukan evaluasi kinerja terhadap portofolionya,
baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang
ditanggung.
Mengacu pada penelitian-peneltian terdahulu mengenai pengaruh inflasi,
suku bunga dan kurs valas dan tentang risiko sistematis (beta) saham, dimana
risiko sistematis (beta) saham adalah sebagai variabel dependent dari penelitian
ini. Penelitian ini dilakukan di salah satu bank swasta yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Bank yang dipilih dalam penelitian ini adalah PT. Bank Mandiri Tbk.
Untuk itu, penelitian ini berjudul ”ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA,
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengujian hipotesis yaitu uji secara simultan (uji-F) dan uji secara parsial (uji-t)
dengan tingkat signifikansi 5%. Pengolahan data menggunakan program Software
SPSS (Statistic Package for the Social Sciens) 14.00 for windows. Hasil simultan
(uji-F) menunjukkan bahwa semua variabel independent berpengaruh signifikan
terhadap harga saham. Hasil parsial (uji-t) menunjukkan bahwa variabel risiko
sistematis dan inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham.
Variabel nilai tukar berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham,
sedangkan variabel suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap harga
saham. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yaitu terdapat pengaruh
signifikan variabel independent terhadap harga saham, dan secara parsial risiko
sistematis, nilai tukar, dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap haarga saham
inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terus-menerus dari barang dan jasa
secara umum. Menurut Boediono(1995) inflasi adalah kecenderungan dari harga-
harga untuk naik secara umum dan terus-menerus.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah
Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah
dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang dilaksanakan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan
harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar
tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.
Indikator inflasi adalah sebagai berikut (www.bi.go.id ):
a) Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang umum
digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari
waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa
yang dikonsumsi oleh masyarakat. Tingkat inflasi di Indonesia biasanya
diukur dengan Indeks Harga Konsumen (IHK).
b) Indeks Harga Perdagangan Besar merupakan indikator yang
menggambarkan pergerakan harga dari komoditi-komoditi yang
diperdagangkan di suatu daerah.
Hardiningsih, dkk (2001) menambahkan bahwa peningkatan harga-harga
pada umumnya dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks
harga yang sering digunakan dalam indikator inflasi antara lain: indeks biaya
hidup (consumer price index), indeks harga perdagangan besar (wholesale price
index) dan GNP deflator.
Asumsi utama yang mendasari teori paritas daya beli adalah bahwa pasar
komoditi merupakan pasar yang efisien baik dari segi alokasi, operasional,
penentuan harga, dan informasi. Asumsi ini selanjutnya menyatakan bahwa
(Kuncoro, 1996: 182): (1) Semua barang merupakan barang yang diperdagangkan
di pasar internasional (tradable goods) dan tidak ada biaya transportasi; (2) Tidak
ada restriksi-restriksi dalam perdagangan internasional; (3) Barang dalam negeri
dan luar negeri bersifat homogen sempurna untuk masing-masing barang; (4)
Terdapat kesamaan indeks harga yang digunakan untuk memperhitungkan daya
beli mata uang asing dan domestik, terutama untuk indeks harga dan elemen
indeks harga.
2. Spesifikasi Model Kurs Valas Rp/US$
Model-model kurs valas dengan pendekatan moneter di atas akan dipakai
untuk menganalisis kurs Rp/US$ dengan spesifikasi model awal sebagai berikut:
LSU =l +µLM l − αLY l + βil
Keterangan :
LSU= Log. Kurs spot Rp/US$
LM1= Log. Selisih JUB (M2) Indonesia terhadap JUB Amerika
(M1+quasy money)
LY1= Log. Ratio tingkat pendapatan nasional (PDB) Indonesia terhadap
pendapatan nasional (PDB) Amerika.
i1 = Selisih tingkat bunga deposito (i) Indonesia terhadap Amerika (i*)
Inf1 = Selisih tingkat Inflasi (η) Indonesia terhadap inflasi (η*) Amerika
CA1= Selisih neraca transaksi berjalan (CA) Indonesia terhadap neraca
transaksi berjalan (CA*) Amerika.
2.2.4 Risiko
Risiko merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
investasi karena tidak ada investasi yang dilakukan yang bebas dari risiko.
Seorang investor dituntut untuk memiliki pengetahuan yang cukup tentang
15
perusahaan, dan saham tidak lain hanya satu dari sekian banyak saham di dalam
portofolio pemegang saham. (Keown, et al; 2004:206)
Risiko sistematis berkaitan dengan kondisi yang terjadi di pasar secara
umum, misalnya perubahan dalam perekonomian secara makro, risiko tingkat
bunga, risiko politik, risiko inflasi, risiko nilai tukar dan risiko pasar. Risiko
tersebut dapat mempengaruhi semua perusahaan dan karenanya tidak bisa
dihilangkan dengan diversifikasi. Parameter yang dapat dipergunakan dalam
mengukur risiko sistematis adalah beta.
Pengertian beta menurut Jones (2000) dalam Suharli M (2005:104) adalah :
“Beta a measure of volatility, or relative systematic risk”. Dimana
pengertian volatilitas adalah sebagai fluktuasi dari return suatu sekuritas
dalam suatu periode tertentu. Jika fluktuasi return sekuritas secara statistik
mengikuti fluktuasi return pasar, maka beta dari sekuritas tersebut bernilai 1.
Misalnya apabila return pasar naik sebesar 5%, maka investor akan
mengharapkan kenaikan return sekuritasnya sebesar 5% pula.
BAB III
METODE PENELITIAN
atau
βi = Cov ( Ri .Rm ) / Var ( Rm )
Keterangan:
Rm = adalah tingkat keuntungan saham
βi = adalah risiko sistematis (beta) saham i
α = adalah konstanta
Ri = adalah tingkat keuntungan saham i
Tingkat keuntungan pasar (Rm) dihitung dengan menggunakan data
indeks harga saham gabungan per bulan selama periode 2005 sampai dengan 2010
dengan formula sebagai berikut:
IHSGt − IHSGt −1
Rmt =
IHSGt −1
Tingkat keuntungan saham i (Ri) ditentukan dengan menggunakan
perubahan harga yang terjadi setiap bulan dari bulan Januari 2005 sampai dengan
Januari 2010 dengan formulasi sebagai berikut:
Pt − Pt −1
Rit =
Pt −1
Pt = adalah harga saham untuk periode t
20
Daerah HO di
Daerah HO di tolak Daerah HO di tolak
terima
(Ha di terima) (Ha di terima)
-2,000 0 2,000
Kesalahan baku regresi sama dengan simpangan baku (standar deviasi) dari
kesalahan pengganggu dengan formulasi:
2. Uji Simultan
Uji ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independent yang terdapat di dalam model secara bersama-sama (simultan)
terhadap variabel dependent.
Oleh karena itu, untuk membuktikan kebenaran hipotesis digunakan
uji F, yaitu untuk mengetahui sejauh mana variabel-variabel bebas yang
digunakan mampu menjelaskan variabel terikat.
Apabila dari perhitungan Fhitung > Ftabel maka H0 tidak diterima,
sehingga dapat dikatakan bahwa variabel bebas dari model regresi dapat
menerangkan variabel terikat secara serentak. Sebaliknya Fhitung < Ftabel
maka HO diterima. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel bebas
dari model regresi linear berganda tak mampu menjelaskan variabel
terikatnya.
Adapun prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut:
1) Rumusan Hipotesis H0 dan Ha
H0 = β1 = β2 = 0
Artinya: Seluruh variabel independent tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependent.
H0 ≠ β1 ≠ β2 ≠ 0
Artinya: Seluruh variabel independent mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependent.
2) Penentuan α (5 %), df: k – 1, n – k
3) Criteria pengujian
22
4)
Fα (5%), df : k −1, n − k
H0 diterima jika:
F hitung ≤ Fα ; df ; k −1, n − k
Ha diterima jika:
F hitung >Fα ; df ; k −1, n − k
6) Kesimpulan
3. Koefisien Determinasi (R2)
Pengujian koefisien determinasi (R2) yaitu menerapkan besarnya variasi di
dalam variabel terikat yangmampu diterapkan oleh variabel bebas.
Koefisien determinasi merupakan koefisien yangmenunjukkan fraksi variabel
tak bebas yang dapat dihubungkan dengan variabel bebas dalam persamaan
regresi. Dengan mempergunakan koefisien determinasi kita juga dapat
mengetahui berapa besar nilai stokastic residual (yang berasal dari aliran
stokastik) yang berada di dalam model regresi. Adanya variabel lain selain
variabel independen yang akan mempengaruhi variabel dependen, walaupun
variabel lain tersebut kecil tetapi akan mempengaruhi variabel dependen dengan
pernambahan variabel pengganggu.
Untuk menguji hipotesis bahwa ada pengaruh antara variabel independen
dengan variabel dependen, dengan mempergunakan koefisien determinasi senagai
berikut: (Supranto, J; 1990:288).
Σei 2
R2 =1− 2
Σy i
23
Keterangan:
R2 = Koefisien Determinasi
2
Σei = Jumlah kuadrat kesalahan (Residual Sum of Squares) di saat Xi
terregresi pada variable selain k – 1.
2
Σy i = Jumlah kuadrat total (Total Sum of Squares)
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Dalam penelitian ini menggunakan model Regresi Linier Berganda, melalui
metode ini peneliti berusaha menemukan bentuk atau pola hubungan antara
variabel dependen dengan lebih dari satu variabel independent.
Persamaan garis regresi dalam penelitian adalah:
Y = α + β1 X 1 + β2 X 2 + β3 X 3 + e
Keterangan:
Y = Variabel Risiko sistematis (beta) saham
α = Konstanta regresi berganda.
β1, β2, β3 = Koefisien regresi.
X1 = Variabel Suku Bunga.
X2 = Variabel Inflasi.
X3 = Variabel Kurs Valas (Rp/$)
e = Error (variabel bebas lain diluar model regresi)
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
28.
29.
Sumber: www.idx.co.id
26
Tabel 4:
BI Rate periode Januari 2005 – Januari 2010
TAHUN
Bulan
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Januari 7.42% 12.75% 9.50% 8.00% 8.75% 6.50%
Februari 7.43% 12.75% 9.25% 8.00% 8.25%
Maret 7.44% 12.75% 9.00% 8.00% 7.75%
April 7.70% 12.75% 9.00% 8.00% 7.50%
Mei 7.95% 12.50% 8.75% 8.25% 7.25%
Juni 8.25% 12.50% 8.50% 8.50% 7.00%
Juli 8.50% 12.25% 8.25% 8.75% 6.75%
Agustus 8.75% 11.75% 8.25% 9.00% 6.50%
September 10.00% 11.25% 8.25% 9.25% 6.50%
Oktober 11.00% 10.75% 8.25% 9.50% 6.50%
November 12.25% 10.25% 8.25% 9.50% 6.50%
Desember 12.75% 9.75% 8.00% 9.25% 6.50%
Sumber: www.bi.go.id
BI Rate dari tahun ke tahun semakin mengalami penurunan. Kondisi ini
merupakan bentuk dari kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indonesia
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2009 tingkat BI
Rate sudah mengalami penurunan mencapai 6.50% sampai dengan bulan Januari
tahun 2010.
28
Tabel 5:
KURS TRANSAKSI BANK INDONESIA MATA UANG USD
Januari 9211 9119 9442 9348 9135 9045 9337 9245 11412 11298 9412 9318
Februari 9306 9214 9276 9184 9206 9114 9096 9006 12040 11920
Maret 9527 9433 9120 9030 9164 9072 9263 9171 11633 11517
April 9618 9522 8819 8731 9128 9038 9280 9188 10767 10659
Mei 9542 9448 9266 9174 8872 8784 9365 9271 10392 10288
Juni 9762 9664 9347 9253 9099 9009 9271 9179 10276 10174
Juli 9868 9770 9115 9025 9232 9140 9164 9072 9970 9870
Agustus 10291 10189 9146 9054 9457 9363 9199 9107 10110 10010
September 10362 10258 9281 9189 9183 9091 9425 9331 9729 9633
Oktober 10140 10040 9156 9064 9149 9057 11050 10940 9593 9497
November 10085 9985 9211 9119 9423 9329 12212 12090 9527 9433
Desember 9879 9781 9065 8975 9466 9372 11005 10895 9447 9353
Sumber: www.bi.go.id
Perkembangan kurs Rp terhadap dolar setiap bulan mengalami perubahan.
Rupiah yang mengalami penurunan adalah pada bulan Agustus – November 2005
yang mencapai Rp. 10.000-an. Kondisi ini sama dengan yang terjadi pada tahun
2008 walaupun rupiah terdepresiasi sampai mencapai level Rp.12.000-an. Tetapi
posisi terrendah kurs tersebut terjadi pada tahun 2008 pada bulan November
kemudian mengalami apresiasi lagi pada bulan April 2009 sampai dengan Januari
2010.
4.2 Analisis Data
Seperti yang telah diuraikan pada Bab III, dimana variabel yang digunakan
untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
secara statistik dengan model analisis ”regresi linier berganda”. Pendekatan
statistik ini digunakan untuk mengukur pengaruh dari suk bunga, tingkat inflasi
dan kurs valas terhadap risiko sistematis saham PT. Bank Mandiri.
29
Inflasi:
Koefisien Standar
Variabel Z Hitung Keterangan
Regresi Error
Constanta -247.758 62.933 -3.937
Inflasi 78.494 45.753 1.716 Tidak Signifikan
R2 = 0,048 F hitung =
2,943
Kurs Valas:
Koefisien Standar
Variabel Z Hitung Keterangan
Regresi Error
Constanta 771.665 695.752 1.109
Inflasi -.099 .072 -1.389 Tidak Signifikan
2
R = 0,032 F hitung =
1,928
Sumber: data Sekunder di olah
30
Regresi Berganda:
Koefisien Standar
Variabel Z Hitung Keterangan
Regresi Error
Constanta 59.630 766.331
SBI 4646.302 2810.677 1.653 Tidak Signifikan
Inflasi 68.838 45.044 1.528 Tidak Signifikan
Kurs Valas -0.075 0.070 -1.065 Tidak Signifikan
R2 = 0,119 F hitung =
2.511
Persamaan regresi pertama dapat dianalisis bahwa jika dilihat dari nilai Z
hitung variabel suku bunga adalah adalah 1.940 untuk koefisien regresi SBI,
1.716 untuk koefisien regresi tingkat Inflasi dan -1.389 Kurs Valas. Jika
dibandingkan dengan nilai Z tabel pada α = 5 persen (2,000), maka pada
persamaan regresi tersebut tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara
statistik. Nilai konstanta sebesar -691.461 pada persamaan pertama menunjukkan
bahwa tanpa adanya variabel suku bunga, maka ringkat risiko saham akan
mengalami penurunan sebesar 691.461. sedangkan apabila terjadi peningkatan
sebesar 1 persen pada tingkat suku bunga akan meningkatkankan risiko sistematis
saham sebesar 5453.650.
Pada persamaan regresi yang kedua menunjukkan bahwa jika dilihat dari
nilai Z hitung variabel tingkat Inflasi adalah adalah 1.716 untuk koefisien regresi
tingkat Inflasi. Jika dibandingkan dengan nilai Z tabel pada α = 5 persen (2,000),
maka pada persamaan regresi tersebut tidak terdapat pengaruh yang signifikan
secara statistik. Nilai konstanta sebesar -247.758 pada persamaan kedua
menunjukkan bahwa tanpa adanya variabel inflasi, maka ringkat risiko sistematis
31
pengaruh yang signifikan secara statistik pada Risiko sistematis saham PT. Bank
Mandiri Tbk.
3. Koefisien Determinasi
Nilai koefisien determinasi (R2) pada persamaan regresi pada hasil estimasi
di atas menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel suku bunga, inflasi dan
kurs valas terhadap risiko sistematis saham.
Pada persamaan regresi diperoleh hasil untuk koefisien determinasnya
adalah sebesar 6,1 persen untuk variabel Suku Bunga. Ini menunjukkan bahwa
kemampuan dari variabel independent ini mempengaruhi risiko sistematis saham
sangat kecil. Ini berarti terdapat 93,3 persen variabel lain diluar variabel suku
bunga yang mempengaruhi risiko sistematis harga saham PT. Bank Mandiri Tbk.
Sedangkan pada persamaan regresi dengan variabel independennya adalah inflasi
nilai koefisien determinasinya adalah sebesar 4,8 persen. Ini menunjukkan bahwa
terdapat 95,2 persen variabel lain di luar variabel inflasi yang mempengaruhi
risiko sistematis saham. Sedangkan untuk variabel dependent kurs valas, nilai
koefisien determinasinya adalah sebesar 3,2 persen. Ini menunjukkan bahwa 96,8
persen variabel lain diluar variabel kurs valas yang mempengaruhi risiko
sistematis saham. Persamaan terakhir adalah ketika dilakukan pengujian secara
bersamaan, maka diperoleh nilai koefisien determinasi adalah 11,9 persen. Ini
menunjukkan bahwa terdapat 88,1 persen variabel lain diluar variabel pengamatan
yang mempengaruhi variabel dependent.
Kondisi perekonomian makro merupakan salah satu faktor yang tidak bisa
diabaikan begitu saja oleh para investor, karena akan mempengaruhi investasi
perusahaan pada negara yang bersangkutan. Kebijakan makro ekonomi yang
diambil oleh pemerintah dalam usaha untuk mendukung kondisi investasi yang
aman di suatu negara akan tercermin lewat kebijakan-kebijakan-kebijakan yang
diambil oleh pemerintah terutama bank sentral dalam penetapan tingkat suku
bunga, respon masyarakat lewat daya beli yang dapat dilihat pada tingkat inflasi
yang ada serta kepercayaan investor lewat nilai tukar mata uang yang ditunjukkan
dengan tingkat kurs valas yang ada pada suatu negara.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, risiko sistematis saham
pada salah satu Bank yang telah go publik di Bursa Efek Indonesia tidak hanya
dipengaruhi tingkat suku bunga, tingkat inflasi pada suatu negara dan kurs valuta
asing negara tersebut terhadap dollar. Masih banyak faktor-faktor lain di luar
ketiga faktor independen tersebut yang sangat mempengaruhi risiko sistematis
saham.
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitan yang dilakukan dan beberapa uraian-uraian
tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1) Variabel independen tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan kurs valas
baik secara parsial maupun secara serempak (simultan) tidak berpengaruh
signifikan secara statistik pada α = 5 persen.
2) Pengujian regresi berganda yang dilakukan pada ke tiga variabel
independen diperoleh hasil bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan
secara statistik pada variabel risiko sistematis saham PT. Bank Mandiri Tbk.
3) Hanya Kurs Valas yang mampu mengurangi risiko sistematis saham
Bank Mandiri selama periode penelitian yaitu dari Januari 2005 sampai
dengan Januari 2010.
4) Besarnya risiko sistematis suatu saham bukan hanya ditentukan oleh
suku bunga SBI, inflasi dan kurs valas, melainkan terdapat faktor-faktor lain
yang ikut mempengaruhi risiko sistematis saham tersebut.
5) Faktor-faktor ekonomi makro seperti inflasi, tingkat suku bunga dan
nilai tukar Rupiah/US Dollar dalam mempengaruhi investasi di pasar modal
khususnya saham, yang selanjutnya akan berdampak terhadap harga pasar
saham di bursa ternyata pada Bank Mandiri kondisi tersebut tidak terbukti.
5.2 Saran/Rekomendasi
Dari kesimpulan atas penelitian yang dilakukan, maka diperoleh beberapa
saran, antara lain:
1) Kebijakan akan suku bunga akan mempengaruhi investor dalam
berinvestasi di indonesia. Oleh karena besaran suku bunga perlu ditinjau
ulang oleh otoritas moneter dalam upaya meningkatkan minat investor dan
meminimalkan risiko sistematis saham masing-masing perusahaan.
35
DAFTAR PUSTAKA
Adiatmo R. T., (2009). Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Sbi, Pdb, Jub,
Kurs Dollar Amerika, dan Suku Bunga SIBOR Terhadap Indeks Saham
LQ 45 di Bursa Efek Jakarta 2002. 1 – 2007. 4. Surakatra. Fakultas
Ekonomi Universitas Muhamadiya Surakarta.
Boediono, (1995), Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5: Ekonomi
Moneter. Yogyakarta. BPFE.
Dornbusch, R & S.Fisher (1980). Exchange Rate and Current Account, American
Economic Review.
Hadi K. & Mudrajad K. (2005). Analisis Kurs Valas dengan Pendekatan Box-
Jenkins: Studi Empiris Rp/US$ dan Rp/Yen, 1983.2-2000.3. Yogyakarta.
Fakultas Ekonomi. Universitas Gajah Mada.
Keown, Arthur. J., Martin, John D., Petty, J William dan Scott, David F., (2005).
Financial Management, International Edition. New Jersey. Prentice
Hall
Keown, Arthur. J., Martin, John D., Petty, J William dan Scott, David F., (2000).
Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Terjemahan Chaerul D. Djatman
& Dwi Sulistyorini. Jakarta. Salemba Empat
Nopirin, (1996). Ekonomi Moneter, Buku I dan II. Yogyakarta. BPFE- UGM.
Sekar R.M. (2007). Perbedaan Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga dan Nilai
Tukar Rupiah/US Dollar terhadap Return Saham (Studi Kasus Pada
Saham Properti Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta
2000 - 2005).
Sudarwanti, Retno. Pengaruh Return Saham dan Laba Akuntansi terhadap Risiko
Sistematis (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia Periode 2006-2006). Surakatra. Fakultas Ekonomi Universitas
Muhamadiya Surakarta.
Supranto, J; (1990). Statistik, Teori dan Aplikasi. Jakarta. Erlangga
Sutrisno, (2003). Manajemen Keuangan (Teori, Konsep dan Aplikasi) Edisi
Pertama. Yogyakarta, Ekonisia
www.antaranews.com
www.bi.go.id
www.bps.go.id
www.fiskal.depkeu.go.id
www.idx.co.id
37
www.duniainvestasi.com
Wibowo A. & Suhendra S., (2009). Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Tingkat
Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Dana Pihak Ketiga pada Bank
Devisa di Indonesia (Periode Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008).
Jakarta. Universitas Gunadarma.