Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
Agung Yuriandi
Medan
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dana segar yang ada di pasar modal berasal dari masyarakat yang disebut juga
sebagai investor. Para investor melakukan berbagai teknik analisis dalam menentukan
dan semakin kecil resiko yang dihadapi maka semakin tinggi pula permintaan
kesejahteraan rakyat pasar modal juga mempunyai peranan strategis sebagai salah
satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha, sedangkan di sisi lain pasar modal juga
adalah pasar modal dijadikan tempat pencuci uang. Lembaga yang melakukan
pengawasan pada pasar modal adalah Badan Pengawas Pasar Modal yang merupakan
money laundering mengakui bahwa bursa efek berpotensi menjadi tempat idola untuk
tidak selalu berdampak positif bagi negara dan masyarakat, melainkan seringkali
1
Bismar Nasution, “Modul Perkuliahan : Hukum Pasar Modal”, (Medan : Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2009), hal. 11.
2
D. T. Hartono, “Bisakah Pasar Modal Sebagai Lahan Money Laundering?”,
http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/info_pm/warta/2005_pebruari/money_launderin
g.pdf., diakses pada 19 November 2010.
3
Munir Fuady dalam bukunya yang berjudul “Bisnis Kotor : Anatomi Kejahatan Kerah
Putih” di halaman 9 menjelaskan pengertian white collar crime sebagai suatu perbuatan (atau tidak
berbuat) dalam sekelompok kejahatan yang spesifik yang bertentangan dengan hukum pidana yang
dilakukan oleh pihak profesional, baik oleh individu, organisasi, sindikat kejahatan maupun yang
dilakukan oleh badan hukum. Biasanya kejahatan tersebut sangat berkaitan dengan pekerjaannya
sehari-hari dengan tujuan untuk melindungi kepentingan bisnis atau kepentingan pribadi, untuk
mendapatkan uang, harta benda maupun jasa, atau kedudukan dan jabatan tertentu, perbuatan mana
dilakukkan oleh pelakunya bukan dengan cara-cara kasar seperti mengancam, merusak atau memaksa
secara fisik, melainkan dilakukan dengan cara-cara halus dan canggih, yakni dengan jalan menutup-
nutupi, menipu, menyuap, atau menerima suap, atau memainkan perhitungan akuntansi yang biasanya
(tetapi tidak selamanya) dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi dalam
3
Kejahatan kerah putih tersebut sekarang tidak hanya terjadi di dalam negeri
saja, melainkan sudah pada taraf Trans Nasional4 yang tidak lagi mengenal adanya
batas-batas negara. Oleh karena itu, sudah menembus batas negara maka bentuk dari
kejahatan tersebut semakin canggih dan sangat terorganisir sehingga aparat penegak
Kejahatan di bidang pasar modal adalah kejahatan yang khas dilakukan oleh
pelaku pasar modal dalam kegiatan pasar modal. Secara internasional, kasus-kasus
kejahatan di bidang pasar modal bermodus tidak jauh berbeda dengan kejahatan
mencegah tindak kejahatan di pasar modal Indonesia dengan berbagai cara, antara
lain : menertibkan dan membina pelaku pasar modal sebagai tindakan preventif yaitu
mengenai prinsip mengenal nasabah terlebih dahulu sebelum memasuki pasar yaitu
masyarakat dan mempunyai keahlian tertentu, dan biasanya pula perbuatan tersebut dilakukan ketika
pelakunya sedang menjalankan tugas atau profesinya, sumber : Munir Fuady, Bisnis Kotor : Anatomi
Kejahatan Kerah Putih, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2004), hal. 9.
4
Trans Nasional disini diartikan sebagai lintas batas negara.
5
Jurnal Hukum Bisnis, “Menyikapi Globalisasi Pencucian Uang”, Volume 22, No. 3, 2003,
hal. 4.
6
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal, (Jakarta : Prenada Media,
2004), hal. 257.
4
Prinsip Mengenal Nasabah oleh Penyedia Jasa Keuangan di Bidang Pasar Modal.
Tugas yang diemban oleh BAPEPAM-LK tidaklah ringan, oleh karena itu
BAPEPAM-LK dan perumusan sanksi secara lebih tegas lagi. Ketentuan mengenai
Penyidik Pegawai Negeri Sipil untuk melakukan cegah dan tangkal, sanksi pidana
bagi perusahaan efek dan penasihat investasi atau pihak terafiliasinya yang
memberikan keterangan mengenai nama dan kegiatan nasabah tanpa hak, serta sanksi
7
Ibid.
5
Kejahatan pasar modal sebenarnya sudah cukup lama ada di berbagai negara,
konvensional, tentu saja kejahatan pasar modal tergolong kejahatan baru. Di London,
Inggris, sejak tahun 1285 telah ada peraturan yang mewajibkan para pialang saham
Di Prancis, antara tahun 1834 sampai dengan tahun 1836 telah terjadi
penyuapan terhadap operator dari Optical Telegraph oleh 2 (dua) orang banker
Prancis agar dapat mengeluarkan informasi tidak benar tentang saham sehingga para
penyuap mendapatkan keuntungan tertentu atas beban pihak investor lain. Tahun
1869, di Amerika Serikat terjadi ”cornering”10 oleh Jay Gould, James Fiske dan
Daniel Drew terhadap pasar emas sehingga harga emas turun mendadak yang memicu
terjadinya peristiwa ”Black Friday”. Black Friday ini merupakan salah satu
kejahatan di pasar modal terus saja terjadi dengan berbagai modus operandinya,
8
BAPEPAM-LK, Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005 – 2009, (Jakarta : Departemen
Keuangan Republik Indonesia, 2005), hal. 34.
9
Munir Fuady, Op.cit., hal. 115.
10
Munir Fuady dalam bukunya yang berjudul Pasar Modal Modern di halaman 163
menjelaskan cornering sebagai perbuatan dimana saham dikuasai oleh seseorang sampai terjadi
shortage di pasar dan kemudian dia dapat mengontrol harga. Sering cornering dilakukan dengan cara
terlebih dahulu melakukan penjualan dengan tidak memiliki efek (short selling), dengan cara
meminjamkan efek dari cornering kepada pelaku short selling, tetapi kemudian menarik kembali
saham dalam pinjaman tersebut sehingga pihak pelaku short selling harus mencarinya di pasar, sumber
: Munir Fuady, Pasar Modal Modern, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1996), hal. 163.
6
dimana pada abad ke-19 dan abad ke-20 serta dalam memasuki abad ke-21, intensitas
kejahatan pasar modal semakin tinggi, bahkan dengan cara-cara yang semakin lama
semakin canggih sehingga sangat susah untuk dideteksi, yang kesemuanya bertujuan
pidana kejahatan biasanya melakukan pencucian uang di pasar modal agar uang
tersebut kelihatan bersih dengan cara membuat kesepakatan bisnis yang tampak aneh
dan tidak normal yang sudah bukan rahasia lagi bahwa kini banyak beredar dana-
dana liar yang asal muasalnya tidak jelas. Ada bersumber dari hasil korupsi, ada yang
berasal dari transaksi ilegal seperti transaksi narkoba, penyelundupan, dan berbagai
bentuk kejahatan kerah putih lainnya.12 Uang haram atau uang kotor yang tidak jelas
asal-usulnya ini dari hari ke hari kian menumpuk dan sulit keluar dari brankas dengan
warna bersih dan cemerlang. Karena itulah pemilik uang kotor rela menyusutkan
nilainya asal bisa keluar dari brankas dengan aman dan bisa dipergunakan
sebagaimana layaknya.13
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa pasar modal adalah seperti juga jenis
pasar lainnya dimana di dalamnya berkumpul orang-orang untuk melakukan jual beli,
tetapi yang menjadi objeknya adalah Efek. Dengan demikian pasar modal berarti
suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang baik utang maupun modal
11
Munir Fuady, Bisnis Kotor : Anatomi Kejahatan Kerah Putih, Op.cit., hal. 116.
12
Harian Ekonomi Neraca, “B.E.I Perketat Pencucian Uang”, tanggal 13 Juni 2010,
http://www.neraca.co.id/2010/06/13/bei-perketat-pencucian-uang/., diakses pada 21 November 2010.
Memberitakan bahwa Gayus Tambunan terlibat dalam kasus penggelapan dan pencucian uang pajak di
Pasar Modal Indonesia.
13
M. Tri Agustiyadi, “Praktek Money Laundering pada Pasar Modal (Pasar Modal Bukan
Mesin Cuci Uang)”, http://triagus.multiply.com/reviews/item/33., diakses pada 19 November 2010.
7
diperdagangkan. Karena di dalam pasar modal banyak uang yang beredar, maka
orang-orang ramai untuk bergabung dengan perannya yang berbeda-beda satu sama
lain. Ada di antara mereka yang merupakan pemain yang baik, tetapi banyak pula di
antara mereka yang hanya sekedar mencari untung seketika dengan menghalalkan
segala macam cara, sehingga mereka menjadi pelaku kejahatan di pasar modal.
Banyak yang berpendapat bahwa pasar modal tidak terkait dengan pencucian
uang, mengingat transaksi yang terjadi di pasar modal bukanlah transaksi yang
melibatkan uang tunai. Dengan kata lain, untuk bertransaksi di pasar modal, pelaku
harus terlebih dahulu menyetorkan uang tunai ke sistem perbankan, sehingga indikasi
pencucian uang terdeteksi dan dicegah di pihak bank. Namun, demikian sebenarnya
kegiatannya tidak hanya melibatkan arus uang (flow of fund) tetapi juga arus efek
(flow of securities).14
menyamarkan asal-usul uang atau harta kekayaan yang diperoleh dari hasil tindak
pidana yang kemudian diubah menjadi harta kekayaan yang seolah-olah berasal dari
14
Ibid.
15
Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 122, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia No. 5164.
8
Saat ini, banyak orang sudah menggunakan internet sebagai alat untuk
berkomunikasi dalam hal jual beli Efek di Pasar Modal. Ironisnya, internet itu juga
semakin meluas digunakan oleh para penjahat berdasi tersebut untuk melakukan
murah, kedua, karena internet sudah merata digunakan oleh orang-orang berdasi, dan
yang ketiga adalah karena penggunaan internet tidak terlalu sulit, cukup sambil
istirahat di rumah pribadi menekan beberapa tombol maka pekerjaan penjahat pasar
yang umumnya dilakukan dengan modus operandi yang sangat rumit dan tidak
pelaku kejahatan pasar modal juga umumnya terdiri dari orang-orang terpelajar
kerah putih (white collar crime). Karena itu kejahatan pasar modal sulit untuk
16
Munir Fuady, Bisnis Kotor : Anatomi Kejahatan Kerah Putih, Op.cit., hal. 116.
17
Ibid., hal. 118.
9
perlindungan hukum dan penegakan hukum yang semakin penting. Dikatakan penting
undangan yang mengatur tentang pasar modal akan memberikan kontribusi positif
bagi penegakan hukum dalam memberikan jaminan dan kepastian hukum kepada
pelaku pasar modal. 19 Tantangannya yang dihadapi oleh Penyidik Pegawai Negeri
Sipil BAPEPAM-LK sebagai aparat penegak hukum yang diberi kewenangan untuk
melakukan penyidikan saat ini dan masa yang akan datang akan semakin berat seiring
“UUPM”) telah menggariskan jenis-jenis tindak pidana di bidang pasar modal, seperti
penipuan, manipulasi pasar dan perdagangan orang dalam (insider trading), UUPM
juga menetapkan sanksi pidana bagi para pelaku tindak pidana tersebut yaitu denda
Tindak pidana di bidang pasar modal memiliki karakteristik yang khas, yaitu
antara lain adalah “barang” yang menjadi objek dari tindak pidana adalah
kemampuan fisik seperti halnya pencurian dan perampokan mobil, akan tetapi lebih
18
Lembaga Pasar Modal merupakan lembaga kepercayaan maka untuk itu diperlukan prinsip
keterbukaan. Seperti yang dikemukakan oleh Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal,
(Jakarta : Universitas Indonesia, 2001), hal. 76.
19
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Op.cit., hal. 259.
20
Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Lembaran Negara Republik
Indonesia No. 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3608.
10
tindak pidana lain yaitu pembuktianya yang cenderung sulit dan dampak pelanggaran
diputar atau diusahakan di pasar modal agar uang tersebut nampak berasal dari sebab
yang halal. Uang merupakan nafas dari kejahatan, jika pelaku tindak pidana tidak
mempunyai uang maka tidak akan terjadi tindak pidana lanjutan. Hal ini dilihat dari
perspektif kejahatan kerah putih yang semua tindak kejahatannya membutuhkan uang
Lembaga yang berfungsi untuk melacak uang kejahatan tersebut adalah Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi (PPATK) yang merupakan struktur dari Undang-
Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
terkait dengan dugaan tindak pidana pencucian uang di bursa saham. Menurut Yanuar
Rizky, peneliti Aspirasi Indonesia Research Institute, menilai “pelaku pasar modal
berpotensi melakukan tindak pidana pencucian uang dalam jumlah besar, misalnya
21
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Loc.cit.
22
Bismar Nasution, ”Catatan Perkuliahan : Hukum Anti Money Laundering”, (Medan :
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2009).
23
Anugerah Perkasa, ”PPATK Bisa Menggandeng BAPEPAM-LK Terkait Pencucian Uang
di Bursa”, http://bataviase.co.id/node/371225., diakses pada 19 November 2010.
11
menemukan sejumlah kecil praktek pencucian uang di pasar modal berkaitan dengan
PPATK”.24
Para pelaku kejahatan di bidang pasar modal berupaya agar uang hasil
pencucian uang (money laundering). Dengan cara tersebut, para pelaku kejahatan
berusaha mengubah atau mencuci sesuatu yang didapat secara illegal menjadi legal.
Pencucian uang ini dilakukan terhadap uang hasil tindak pidana perdagangan
trading dalam transaksi saham di pasar modal.25 Dengan pencucian uang ini, pelaku
kejahatan dapat menyembunyikan asal-usul yang sebenarnya dana atau uang hasil
kejahatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan ini pula para pelaku kejahatan dapat
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka judul penelitian ini dapat
24
Ibid.
25
Jurnal Hukum Bisnis, “Menyikapi Globalisasi Pencucian Uang”, Op.cit.
12
B. Rumusan Masalah
Mengingat luasnya lingkup tindak pidana di bidang pasar modal, maka ruang
lingkup pembahasan dalam penulisan ini difokuskan pada tindak pidana pencucian
uang di pasar modal Indonesia sebagai predicate crime. Berdasarkan uraian latar
berikut :
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui peranan hukum dalam
(BAPEPAM-LK). Bertolak dari rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini,
antara lain :
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
E. Keaslian Penelitian
LK) Dalam Penanganan Money laundering di Pasar Modal” sudah pernah dilakukan,
antara lain :
2. Tesis dengan Judul “Penegakan Hukum Pidana di Bidang Pasar Modal”, yang
menjunjung tinggi kode etik penulisan karya ilmiah, oleh karena itu penelitian ini
adalah benar keasliannya baik dilihat dari materi, permasalahan, dan kajian dapat
1. Kerangka Teori
digunakan teori sistem hukum yang dikemukan oleh Lawrence M. Friedman, yang
memandang hukum sebagai suatu sistem yang terdiri dari sub-sistem substansi
15
hukum, struktur hukum dan kultur hukum. Penggunaan teori ini didasarkan pada
(money laundering) tidak bisa disandarkan pada analisis aspek substansi peraturan
perundang-undangan saja, tetapi juga harus dipandang dalam suatu kerangka sistemik
yang juga meliputi pembahasan terhadap struktur hukumnya yang meliputi lembaga-
BAPEPAM-LK khusus terkait dengan tindak pidana pencucian uang yang terjadi di
pasar modal. Di samping itu perlu pula diperhatikan aspek kultural, yang dalam
penelitian ini lebih difokuskan pada kultur aparaturnya lebih khusus lagi terkait masih
adanya budaya menerima suap pada oknum aparatur. Dengan pendekatan teori sistem
ini diharapkan didapatkan suatu gambaran (deskripsi) yang utuh tentang berbagai
(1) Diasumsikan bahwa salah satu letak permasalahan sulitnnya penanganan money
Pencucian Uang;
tindak pidana pencucian uang adalah PPATK, kepolisian dan kejaksaan. Undang-
16
(3) Masih adanya budaya menerima suap di kalangan oknum aparatur sehingga
(4) Menggunakan teori sistem dapat menggambarkan secara utuh aspek substansi,
Teori sistem hukum ini dipergunakan sebagai teori umum, yang diperkuat
oleh sejumlah teori-teori yang dipergunakan untuk menjawab hal-hal yang lebih
bersifat aplikasi/terapan. Teori dimaksud digali dari teori-teori di bidang disiplin ilmu
struktur, substansi dan kultur hukum. Struktur dari sistem hukum terdiri dari unsur
berikut ini : jumlah dan ukuran pengadilan, yurisdiksinya (yaitu jenis perkara yang
mereka periksa, dan bagaimana serta mengapa), dan cara naik banding dari satu
ditata, berapa banyak anggota yang duduk di Komisi Dagang Federal, apa yang boleh
dan tidak boleh dilakukan seorang presiden, prosedur apa yang diikuti oleh
organ, pejabat-pejabat, badan atau lembaga yang mengawasi peraturan hukum dan
26
Lawrence M. Friedman. American Law An Introduction, (Second Edition), diterjemahkan
oleh Wishnu Basuki, Hukum Amerika Sebuah Pengantar, (Jakarta : Tata Nusa, 2001), hal.7
17
tegaknya hukum yang dibuat. Struktur hukum disini adalah Badan Pengawas Pasar
PPATK untuk mengawasi tindak pidana pencucian uang atau money laundering.
Setiap lembaga pengawas tersebut memiliki fungsi, wewenang, dan peran masing-
masing.
berlaku dalam masyarakat, dan pola prilaku nyata manusia yang berada dalam sistem
terdapat dalam kitab-kitab hukum (law in books) dalam hal ini berbicara mengenai
pasar modal dan tindak pidana pencucian uang, maka tidak terlepas dari Undang-
Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Undang-Undang No. 8 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, tetapi
juga pada hukum yang hidup (living law) termasuk di dalamnya ”produk” yang
dihasilkan oleh orang yang berada dalam sistem itu, misalnya keputusan-keputusan
yang mereka keluarkan dan aturan-aturan yang mereka susun.28 Substansi hukum itu
adalah alur jalan atau peraturan untuk melaksanakan aturan main dalam pasar modal
27
Ibid. hal. 9.
28
Ibid. hal. 8.
18
dan tindak pidana pencucian uang. Substansi hukum berguna untuk mencapai
kepastian hukum.
dan harapan manusia terhadap hukum dan sistem hukum. Budaya hukum dapat
diartikan pula sebagai suasana pikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan
dipengaruhi oleh ”sub-budaya hukum” seperti sub-budaya orang kulit putih, orang
hukum, pengusaha, dan lain sebagainya. Sub-budaya hukum yang sangat menonjol
dan sangat berpengaruh terhadap hukum adalah budaya hukum dari ”orang dalam”
(insiders) yaitu hakim dan para penegak hukum yang bekerja dalam sistem hukum
itu. 29 Kultur hukum adalah budaya hukum suatu masyarakat untuk menegakkan
hukum tersebut yang sudah dibuat, diawasi, ditegakkan oleh lembaga-lembaga yang
tersebut di atas. Budaya hukum merupakan ”kunci starter” atas jalannya hukum itu.
Budaya hukum setiap masyarakat jelas berbeda-beda. Inilah yang dituntut oleh
masyarakat agar para pejabat publik yang berfungsi sebagai penyidik dalam hal
money laundering agar memiliki budaya hukum yang baik demi menegakkan
peraturan perundang-undangan.
lainnya agar tujuan dari hukum dapat tercapai, yaitu : keadilan, kepastian, dan
29
Ibid. hal. 10.
19
manfaat. Tercapainya tujuan hukum dapat menekan para pelaku kejahatan untuk
melakukan aksinya.
Penelitian tesis ini difokuskan pada aspek sistem hukum dalam penegakan
Pidana Pencucian Uang, khususnya yang terjadi dalam kegiatan pasar modal. Struktur
hukum yang terkait langsung dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
pencucian uang di pasar modal adalah PPATK, kepolisian, kejaksaan dan pengadilan.
Namun, oleh karena kejahatan yang diteliti ini terkait dengan praktek di pasar modal,
maka mau tidak mau harus bersentuhan dengan BAPEPAM-LK sebagai otoritas
pasar modal. Pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di pasar
modal akan efektif dengan adanya keterlibatan aktif dari BAPEPAM-LK sebagai
otoritas di pasar modal. Lembaga ini memiliki banyak hal yang dibutuhkan untuk
uang di pasar modal. Permasalahannya adalah substansi hukum yang ada, dalam hal
ini Undang-Undang No. 8 Tahun 2010, kurang melibatkan peran serta aktif dari
dalam subsistim substansi dan struktur hukum dalam pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana pencucian uang di pasar modal. Hal ini diperburuk oleh masih adanya
praktek pencucian uang, sehingga dapat dijelaskan hal-hal yang lebih praktis atau
Para pelaku kejahatan di pasar modal sering juga disebut sebagai white collar
crime karena perbuatannya merupakan akumulasi dari berbagai macam faktor antara
sasaran kejahatannya yang berkaitan dengan nilai keuntungan yang akan didapat oleh
para pelaku kejahatan tersebut. Karena keuntungan yang didapat sangatlah besar,
pencucian uang sehingga hasil kejahatannya seolah-olah dianggap sebagai uang yang
legal.
uang, metode tersebut digunakan secara kumulatif ataupun alternatif. Salah satu dari
tiga tersebut jika dilakukan untuk melakukan tindak pidana money laundering, berarti
sudah bisa dikatakan pencucian uang atau money laundering. Ketiga hal tersebut
antara lain :
dari tindak pidana ke dalam sistem keuangan (financial system) atau upaya
menempatkan uang giral (cheque, wesel bank, sertifikat deposito, dan lain-
pergerakan fisik uang tunai baik melalui penyelundupan uang tunai dari suatu
negara ke negara lain, penggabungan antara uang tunai yang berasal dari
kejahatan dengan uang yang diperoleh dari hasil kegiatan yang sah, atau cara-
berupa benda bergerak atau tidak bergerak yang berwujud maupun tidak
berwujud, yang berasal dari tindak pidana yang telah berhasil masuk ke dalam
kekayaan yang berasal dari tindak pidana yang telah berhasil masuk ke dalam
semula dapat menggunakan dengan aman. Disini uang yang di ‘cuci’ melalui
30
Bismar Nasution, Rejim Anti-Money Laundering di Indonesia, (Bandung : Book Terrace &
Library, 2005).
22
otoritas di bidang pasar modal harus tanggap dalam menyikapi praktek kejahatan
tersebut. Dengan demikian diperlukan kerjasama yang baik antar lembaga dan aparat
penegak hukum di bidang pasar modal dan bidang lainnya yang terkait, seperti :
(KPK), dan lain sebagainya sehingga segala bentuk tindak pidana di bidang pasar
2. Kerangka Konsep
bawah ini sebagai definisi operasional dari konsep-konsep yang dipergunakan, yaitu :
adalah suatu badan yang diberi kewenangan dan kewajiban untuk membina,
pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien, serta melindungi kepentingan
31
Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Lembaran Negara Republik
Indonesia No. 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3608, pada Pasal 3-4.
23
a. Memberi :
Amanat;
Pendaftaran;
32
Ibid., pada Pasal 1 angka 13.
24
undang-undang.
g;
dan penelitian serta biaya lain dalam rangka kegiatan Pasar Modal;
Modal;
pelaksanaannya;
Perusahaan Publik;
5. Kepastian hukum adalah landasan hukum yang kukuh, setiap pihak baik
33
BAPEPAM-LK, Op.cit, hal. 42-66.
34
Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi, Cet. 3, Ed. Revisi, (Bandung : Book Terrace
& Library, 2009).
27
undang.35
dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang
8. Transaksi adalah seluruh kegiatan yang menimbulkan hak atau kewajiban atau
Pidana; atau
35
Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang, Op.cit., Pasal 1 angka 1.
36
Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Op.cit.
37
Loc.cit., angka 3.
38
Ibid., angka 5.
28
10. Uang haram adalah uang hasil tindak pidana kejahatan atau uang yang didapat
11. Predicate Crime adalah tindak pidana asal dan atau dasar pidana sebelum
12. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjutnya disebut
13. Penegakan Hukum adalah proses hukum itu diterapkan untuk menciptakan
14. Penyidikan adalah penelitian terhadap suatu kasus tindak pidana, dalam hal ini
G. Metode Penelitian
39
Ibid., angka 2
40
Ibid., Penjelasan Pasal 74, yang mengatakan bahwa : Yang dimaksud dengan “penyidik
tindak pidana asal” adalah penjabat dari instansi yang oleh undang-undang diberi kewenangan untuk
melakukan penyidikan, yaitu Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan, Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Narkotika Nasional (BNN), serta Direktorat Jenderal Pajak dan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Penyidik tindak pidana
asal dapat melakukan penyidikan tindak pidana pencucian uang apabila menemukan bukti permulaan
yang cukup terjadinya tindak pidana pencucian uang saat melakukan penyidikan tindak pidana asal
sesuai kewenangannya.
29
norma hukum yang terwujud dalam kaidah-kaidah hukum dibuat dan ditetapkan oleh
menggunakan teori hukum murni yang berupaya membatasi pengertian hukum pada
bidang-bidang hukum saja, bukan karena hukum itu mengabaikan atau memungkiri
batas-batas yang ditetapkan pada hukum itu oleh sifat pokok bahasannya.42
41
Adapun tahap-tahap dalam analisis juridis normatif adalah : merumuskan azas-azas hukum
dari data hukum positif tertulis; merumuskan pengertian-pengertian hukum; pembentukan standar-
standar hukum; dan perumusan kaidah-kaidah hukum. Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode
Penelitian Hukum, (Jakarta : Rajawali Press, 2010), hal. 166-167.
42
Hans Kelsen, Teori Hukum Murni : Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif, diterjemahkan
oleh Raisul Muttaqien, disunting oleh Nurainun Mangunsong, (Bandung : Nusamedia & Nuansa, Cet.
III, 2007).
30
dan berdasarkan pada data sekunder, maka sumber bahan hukum yang digunakan
konsep hukum dalam bahan hukum primer, analisis bahan hukum primer
dibantu oleh bahan hukum sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber baik
jurnal, buku-buku, makalah, serta karya ilmiah mengenai pasar modal dan
pencucian uang, berita, dan ulasan media, juga sumber-sumber lain yang
3. Bahan hukum tertier diperlukan dipergunakan untuk berbagai hal dalam hal
penjelasan makna-makna kata dari bahan hukum sekunder dan bahan hukum
kepustakaan43 (library research) dan studi dokumen dari berbagai sumber yang
dipandang relevan, antara lain instansi terkait dan Badan Pengawas Pasar Modal
Utara.
4. Analisis Data
menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Dilihat dari tujuan analisis, maka
ada dua hal yang ingin dicapai dalam analisis data kualitatif, yaitu : 1) Menganalisis
proses berlangsungnya suatu fenomena hukum dan memperoleh suatu gambaran yang
tuntas terhadap proses tersebut; dan 2) Menganalisis makna yang ada di balik
43
Menurut Bambang Sunggono, studi kepustakaan dapat membantu peneliti dalam berbagai
keperluan, misalnya : a) Mendapatkan gambaran atau informasi tentang penelitian yang sejenis dan
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti; b) Mendapatkan metode, teknik, atau cara pendekatan
pemecahan permasalahan yang digunakan; c) Sebagai sumber data sekunder; d) Mengetahui historis
dan perspektif dari permasalahan penelitiannya; e) Mendapatkan informasi tentang cara evaluasi atau
analisis data yang dapat digunakan; f) Memperkaya ide-ide baru; dan g) Mengetahui siapa saja peneliti
lain di bidang yang sama dan siapa pemakai hasil penelitian tersebut, seperti yang dikemukakan
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : Rajawali Press, 2010), hal. 112-113.
32
informasi, data, dan proses suatu fenomena.44 Bahan hukum primer yang
logis antara berbagai konsep hukum yang sudah ditemukan dengan menggunakan
kerangka teoritis yang relevan. Dalam hal ini yang akan diuji hubungan logisnya
antara lain meliputi hubungan antara Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-
LK), Pasar Modal, peran ekonomi Pelaku Usaha dalam Pasar Modal, Tindak Pidana
Pencucian Uang, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), dan
Melalui pendekatan holistik dalam ilmu hukum, maka ilmu hukum dapat
menjalankan perkembangannya sebagai suatu ilmu pengetahuan yang lebih utuh dan
tidak terintegrasi ke dalam ilmu-ilmu lain yang nantinya akan berakibat bagi
perkembangan ilmu hukum itu sendiri, oleh sebab itu paradigma tersebut tentunya
akan mengubah peta hukum dan pembelajaran hukum selama ini memandu kita
44
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial Lainnya, Ed. 1, Cet. 3, (Jakarta : Kencana, 2009), hal. 153.
45
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosda, 2006), hal. 248,
dalam Burhan Bungin, Ibid., hal. 144-145.
46
Menurut Dilthey, holistik adalah hubungan melingkar antara part (bagian) dan whole
(keseluruhan) sebagai perputaran antara bagian dan keseluruhan dalam memahami sesuatu. Bagian
yang satu dapat dipahami apabila direlasikan dengan bagian yang lain sehingga membentuk totalitas
atau keseluruhan, dalam Yusran Darmawan, ”Membincang Holistik dalam Antropologi”,
http://timurangin.blogspot.com/2009/08/membincang-holistik-dalam-antropologi.html., diakses pada
13 Agustus 2010.
33
dalam setiap kajian-kajian ilmu hukum yang lebih baik dalam prinsip keilmuan.47
Pendekatan secara integral maksudnya adalah suatu konsep yang meliputi seluruh
bagian dari Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK) agar menjadikan sebuah
deduktif – induktif yaitu dilakukan dengan teori yang digunakan dijadikan sebagai
titik tolak untuk melakukan penelitian. Deduktif artinya menggunakan teori sebagai
alat, ukuran dan bahkan instrumen untuk membangun hipotesis, sehingga secara tidak
langsung akan menggunakan teori sebagai pisau analisis dalam melihat masalah
dalam kebijakan yang dibuat oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK).
penelitian, bahkan dalam format induktif tidak mengenal teorisasi sama sekali artinya
teori dan teorisasi bukan hal yang penting untuk dilakukan. Maka deduktif – induktif
adalah penarikan kesimpulan didasarkan pada teori yang digunakan pada awal
penelitian dan data-data yang didapat sebagai tunjangan pembuktian teori tersebut
penelitian dapat memperkuat teori yang ada; 2) apakah teori dalam posisi dapat
berbeda, lingkungan yang berbeda, atau fenomena yang telah berubah, untuk itu perlu
dikritik dan direvisi teori yang digunakan tadi; 3) apakah membantah teori yang
47
Satjipto Rahardjo, “Pendekatan Holistik Terhadap Hukum”, (Jurnal Progresif, Vol. 1 No.
2), hal. 5, dalam Ronny Junaidy K., “Ilmu Hukum dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan Modern”,
http://www.legalitas.org/content/ilmu-hukum-dalam-perspektif-ilmu-pengetahuan-modern., diakses
pada 13 Agustus 2010.
48
Departemen Pendidikan Nasional, “Integral”, Kamus Besar Bahasa Indonesia Online,
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php., diakses pada 13 Agustus 2010.
34
digunakan untuk penelitian berdasarkan hasil penelitian, maka semua aspek teori
tidak dapat dipertahankan karena waktu, lingkungan, dan fenomena yang berbeda,
dengan demikian teori tidak dapat dipertahankan atau direvisi lagi, karena itu teori
49
Burhan Bungin, Op.cit., hal. 26-29.
35
BAB II
Pasar modal merupakan salah satu bagian dari pasar keuangan (financial
market), di samping pasar uang (money market) yang sangat penting peranannya bagi
sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan eksternal oleh perusahaan.50 Sama
perusahaan yang dilakukan oleh pelaku usaha dan/atau pengelola perusahaan, dalam
hal ini jajaran direksi. Pasar modal merupakan salah satu dari perkembangan bisnis
dewasa ini. Pasar modal dapat memainkan peranan penting dalam perkembangan
ekonomi di suatu negara, baik sebagai sarana investasi maupun sebagai sumber
dapat tercipta pengalokasian sumber dana secara lebih efisien dan dapat melahirkan
budaya fairness melalui keterbukaan yang pada akhirnya akan menciptakan ekonomi
yang sehat dari suatu negara.52 Fairness di atas dimaksudkan adalah keadilan dalam
dunia usaha yaitu menguntungkan pengusaha dan pemodal. Tidak ada yang dirugikan
disini, namun jika usaha yang dilakukan mengalami kemunduran atau kerugian maka
50
Nasarudin dan Surya, Op.cit., hal. 13.
51
Perlindungan terhadap investor merupakan satu kata kunci di pasar modal. Perlindungan
merupakan kebutuhan dasar investor yang harus dijamin keberadaannya. Hal ini penting dan mutlak.
Bisa dibayangkan bagaimana mungkin investor bersedia menanamkan dananya, jika tidak ada jaminan
perlindungan terhadap investasinya. Sumber : I Putu Gede Ary Suta, Peranan Pasar Modal, hal. 91.
52
I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, (Jakarta : Yayasan SAD Satria
Bhakti, 2000), hal. 51.
36
dapat diambil jalan pembagian kerugian. Dengan kata lain, pemodal juga tidak dapat
menerima untung atau laba saja melainkan kerugian juga ditanggung mereka.
rakyat. 53 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan fungsi dari pasar modal, yaitu 54 :
2. Sumber pembiayaan yang mudah, murah, dan cepat bagi dunia usaha dan
pembangunan nasional;
kesempatan kerja;
sistem moneter, karena pasar modal dapat menjadi sarana ”open market
6. Menekan tingginya tingkat bunga menuju suatu ”rate” yang reasonable; dan
53
Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Op.cit., dalam Penjelasan Umum.
54
Nasarudin dan Surya, Op.cit., hal. 278.
37
masyarakat.
Penegakan hukum tidak boleh terlepas dari kerangka keadilan, karena kalau
tidak, penegakan hukum malah akan menjadi counter productive, yang pada
gilirannya akan menjadi bumerang bagi perkembangan pasar modal. Bagi investor
berkala dan insidentil menjadi pedoman bagi investor untuk dapat melihat dan
berlaku.
ada perlu penyempurnaan dan penajaman. Perkembangan dan kemajuan pasar modal
sangat ditentukan oleh adanya kepastian hukum bagi para pelakunya, terutama
masyarakat investor.
besar terhadap aturan hukum (rule of law) disamping adanya aspek disclosure
(keterbukaan informasi). Investor manapun pasti enggan masuk pasar jika pasar yang
bersangkutan tidak memiliki perangkat aturan yang jelas. Apalagi bisnis di pasar
tersebut akan lebih aman dan terjamin jika dipayungi oleh peraturan yang jelas dan
55
Nasarudin dan Surya, Op.cit., hal. 279.
38
mengikat. Oleh karena itu, sejalan dengan semakin diakuinya peran strategis di
regulasi di bidang pasar modal Standar dan praktek internasional telah mengharuskan
internasional. 56
semua pihak yang terkait. Sebagai hasilnya, telah dibuat peraturan dalam dua bahasa,
Indonesia dan Inggris, dimana keseluruhan peraturan tersebut tertuang dalam buku
Tindak pidana dan aktivitas di pasar modal telah semakin kompleks yang
antara lain berdampak pada semakin canggihnya tekhnik yang dilakukan oleh pihak-
pihak tertentu yang melakukan tindak pidana di Pasar Modal. Tantangan yang
dihadapi oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil BAPEPAM-LK sebagai aparat penegak
hukum yang diberi kewenangan untuk melakukan penyidikan saat ini dan pada masa
yang akan datang akan semakin berat, seiring dengan semakin canggihnya tekhnik
56
BAPEPAM-LK adalah instansi yang berada di bawah Departemen Keuangan, merupakan
instansi yang setingkat dengan Direktorat Jenderal. Dalam kegiatan pasar modal, BAPEPAM-LK
bertindak sebagai wasit yang adil bagi pelaku pasar modal, yakni perusahaan go public (emiten),
penjamin emisi (underwriter), investor dan broker/dealer. BAPEPAM-LK berwenang untuk
menyiapkan berbagai perangkat aturan (hukum) yang berhubungan dengan aktivitas pasar modal, lihat
Marzuki Usman, Singgih Riphat, dan Syahrir Ika, Pengetahuan Dasar Pasar Modal, (Jakarta : Jurnal
Keuangan dan Moneter, 1997), hal. 13.
57
Nasarudin dan Surya, Op.cit., hal. 259.
39
Untuk dapat memahami lebih lanjut tentang tindak pidana di bidang Pasar
Modal, berikut ini akan diuraikan lebih rinci jenis-jenis tindak pidana yang dikenal di
Pasar Modal. Tindak pidana di pasar modal terbagi dalam 2 (dua) kelompok, yaitu :
tindak pidana yang berasal dari dalam pasar modal itu sendiri dan tindak pidana yang
A. Tindak Pidana Pencucian Uang yang berasal dari dalam (Internal) Pasar
Modal
Tindak pidana pencucian uang yang berasal dari dalam (internal) pasar modal
terbagi 2 (dua), yaitu : penipuan dan manipulasi pasar. Penipuan dalam pasar modal,
menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 90 huruf c
adalah :
Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau fakta penting dan relevan
mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga Efek pada
Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau Pihak lain yang
berkepentingan yang menjadi nasabahnya.58 Fakta material sebagai salah satu tujuan
Larangan ini ditujukan kepada semua pihak yang terlibat dalam perdagangan
efek, bahkan turut serta melakukan penipuan pun tidak terlepas dari jerat pasal ini.
58
Pasal 1 angka 7, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Op.cit.
40
Bagi kalangan tertentu yang mempunyai kemampuan dan fasilitas teknologi yang
dengan itu semua mereka dapat melakukan penipuan pun tidak lepas dari pasal ini.
BAPEPAM-LK dan PT. Bursa Efek Jakarta selaku regulator dan pengelola kegiatan
perdagangan pasar modal harus mampu menjaga kredibilitas pasar modal Indonesia.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal juga memberikan beberapa
Efek yang meliputi kegiatan penawaran, pembelian, dan atau penjualan Efek yang
terjadi dalam rangka Penawaran Umum, atau terjadi di Bursa Efek maupun di luar
Pasar Modal menegaskan bahwa hal tersebut termasuk membuat pernyataan yang
tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta yang material.
Modal dikenal pula suatu bentuk tindak pidana lain, yaitu manipulasi pasar. Secara
sederhana manipulasi pasar adalah kegiatan untuk menciptakan gambaran semu atau
Bursa Efek atau memberi pernyataan, atau keterangan yang tidak benar atau
manipulasi pasar diatur dalam Pasal 91, 92, dan 93 Undang-Undang No. 8 Tahun
Menurut R. J. Shook dan Robert L. Shook dalam The Wall Street Direct
“The illegal buying or selling of security to create the false impression that
active trading exist in an effort to convince other people to buy more shares
or sell the ones they own. Manipulation is done to influence prices so the
person doing the manipulating can achieve a more advantegeous market”.
False Impression tersebut mendorong pihak lain melakukan tindakan jual atau
beli suatu efek pada tingkat harga yang diinginkan manipulator. Transaksi yang dapat
menimbulkan gambaran semu antara lain adalah transaksi Efek yang tidak
mengakibatkan perubahan kepemilikan atau penawaran jual atau beli Efek pada harga
tertentu dimana Pihak tersebut juga telah bersekongkol dengan Pihak Lain yang
melakukan penawaran beli atau jual Efek yang sama pada harga yang kurang lebih
sama. Motif dari manipulasi pasar antara lain adalah untuk meningkatkan,
59
R. J. Shook dan Robert L. Shook, The Wall Street Direct Dictionary, hal. 234.
60
Nasarudin dan Surya, Op.cit., hal. 260.
42
digolongkan sebagai manipulasi pasar, yaitu 61 : marking the close; painting the tape;
pembentukan harga berkaitan dengan merger, konsolidasi, dan akuisisi; cornering the
market; pools; wash sales; dan insider trading (perdagangan orang dalam).
tentang Pasar Modal, mengkategorikan sejumlah tindakan lain di bidang pasar modal
Penyelesaian.
c. Perusahaan Efek.
d. Penasihat Investasi.
g. Wali Amanat.
61
Ibid.
62
Ibid., hal. 271.
43
2. Manajer Investasi dan Pihak terafiliasi yang menerima imbalan dari pihak lain
5. Pihak yang langsung atau tidak mempengaruhi pihak lain untuk melakukan
Modal diancam pidana seperti ditentukan dalam Pasal 103, 104, 105, 106,
107. (Pasal 108, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal);
kejahatan di bidang pasar modal, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal mengancam pidana penjara selama 3 (tiga) sampai 10 (sepuluh) tahun dan
Rp. 15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah). 63 Bila dibandingkan dengan KUHP
63
Ibid., hal. 272.
44
Pasal 378, ancaman hukumannya paling lama adalah 4 (empat) tahun penjara bagi
mereka yang terbukti melakukan penipuan. Sedanagkan dalam KUHP Pasal 390,
ancaman hukumannya adalah paling lama 2 (dua) tahun 8 (delapan) bulan penjara.
”Penipuan adalah tindakan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
dengan cara melawan hukum, mamakai nama palsu atau martabat palsu, tipu
muslihat, rangkaian kebohongan, membujuk orang lain untuk menyerahkan
barang sesuatu kepadanya atau supaya memberi utang atau menghapuskan
piutang”.
Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan beberapa spesifikasi
mengenai pengertian penipuan, yaitu terbatas dalam kegiatan perdagangan efek yang
meliputi kegiatan penawaran, pembelian, dan atau penjualan efek yang terjadi dalam
rangka penawaran umum, atau terjadi di bursa efek maupun di luar bursa efek atas
17 ayat (1) huruf a, Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
lembaga yang melakukan kegiatan di pasar modal seperti perusahaan efek, pengelola
reksa dana, kustodian, wali amanat, lembaga penyimpanan dan penyelesaian. Sebagai
64
Ibid., hal. 262.
45
ini mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan kepada Pusat Pelaporan dan
(lima ratus juta rupiah) atau dengan mata uang asing yang nilainya setara,
yang dilakukan baik dalam satu kali Transaksi maupun beberapa kali
PPATK, hal yang dilaporkan pada dasarnya adalah : a) mengetahui latar belakang,
keadaan keuangan, dan tujuan investasi nasabahnya; dan b) membuat dan menyimpan
catatan dengan baik mengenai pesanan, transaksi dan kondisi keuangannya.66 Selain
itu, terhadap Perusahaan Efek, Pengelola Reksa Dana, dan Bank Kustodian, Wali
1. Transfer dana tanpa disertai informasi yang jelas mengenai identitas pengirim
65
Pasal 23 ayat (1), Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Op.cit.
66
Pasal 36, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Op.cit.
67
Robinson Simbolon, “Mewaspadai Pencucian Uang Melalui Pasar Modal, dalam Jurnal
Hukum Bisnis, Vol. 22, No. 3, (Jakarta : Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, 2003), hal. 55.
46
2. Transfer dana, terutama dari luar negeri, untuk tujuan investasi tetapi jumlah
ditransfer tersebut;
atas nama pihak lain yang tidak mempunyai hubungan bisnis atau alasan yang
5. Adanya aliran dana yang masuk ke dalam rekening nasabah yang jumlahnya
nasabah;
mengenai identitasnya;
8. Nasabah yang berasal dari atau yang mempunyai rekening di Negara yang
dikenal sebagai tempat pencucian uang atas Negara yang kerahasiaan banknya
sangat ketat;
9. Adanya transfer dana ke dalam suatu rekening yang sangat tinggi secara tiba-
10. Pembayaran transaksi melalui uang tunai, transfer dari rekening atas nama
pihak lain, cek atas nama pihak lain, atau bentuk pembayaran lain yang
11. Adanya frekuensi transaksi pada rekening nasabah yang sangat tinggi tetapi
B. Tindak Pidana Pencucian Uang yang berasal dari luar (Eksternal) Pasar
Modal
Tindak pidana yang berasal dari luar (eksternal) pasar modal dapat dilihat
(1) “Hasil tindak pidana adalah harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana:
a. Korupsi;
b. Penyuapan;
c. Narkotika;
d. Psikotropika;
e. Penyelundupan tenaga kerja;
f. Penyelundupan imigran;
g. Di bidang perbankan;
h. Di bidang pasar modal;
i. Di bidang perasuransian;
j. Kepabeanan;
k. Cukai;
l. Perdagangan orang;
m. Perdagangan senjata gelap;
n. Terorisme;
o. Penculikan;
p. Pencurian;
q. Penggelapan;
r. Penipuan;
s. Pemalsuan uang;
t. Perjudian;
68
Pasal 2, Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang, Op.cit.
48
u. Prostitusi;
v. Di bidang perpajakan;
w. Di bidang kehutanan;
x. Di bidang lingkungan hidup;
y. Di bidang kelautan dan perikanan; atau
z. Tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat)
tahun atau lebih, yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan tindak pidana tersebut juga merupakan tindak pidana
menurut hukum Indonesia.
(2) Harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga akan digunakan dan/atau
digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan terorisme,
organisasi teroris, atau teroris perseorangan disamakan sebagai hasil tindak
pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n”.
Pembagian tindak pidana pasar modal ke internal dan eksternal adalah untuk
Untuk lebih lanjut akan dibahas mengenai contoh kasus pencucian uang. Kasus yang
diangkat dalam penulisan riset penelitian ini adalah Kasus L/C Fiktif Bank BNI’46.
Indonesia di akhir tahun 2003, dimana Bank BNI mengalami kerugian sebesar Rp.1,7
triliun yang diduga terjadi karena adanya transaksi ekspor fiktif melalui surat Letter
of Credit (disingkat L/C). 69 Kasus ini menjadi fenomenal karena selain merugikan
keuangan Bank BNI tetapi juga berimbas pada keuangan negara secara makro. Awal
terbongkarnya kasus, pada saat BNI melakukan audit internal pada bulan Agustus
69
Letter of Credit (disingkat L/C) adalah suatu pernyataan tertulis dari bank atas permintaan
nasabah untuk menyediakan dan menyelesaikan suatu jumlah kewajiban tertentu bagi kepentingan
pihak ketiga (beneficiary), dengan syarat-syarat yang ditentukan. Pada umumnya L/C digunakan untuk
membiayai penjualan barang jarak jauh antara eksportir dan importir. Lihat Black’s Law Dictionary,
http://www.blackslawdictionary.com/Home/Default.aspx., diakses pada 20 Maret 2011.
49
2003. Dari audit itu diketahui bahwa ada posisi euro yang tinggi, senilai 52 juta euro.
Pergerakan posisi euro dalam jumlah besar mencurigakan karena peredaran euro di
Indonesia terbatas dan kinerja euro yang sedang baik pada saat itu.70
Dari audit akhirnya diketahui ada pembukaan L/C yang besar dan negara
bakal rugi lebih dari satu triliun rupiah. Penjelasan mengenai L/C fiktif BNI 46
3. Total nilai L/C : US$. 166,79 juta dan €. 56,77 juta atau
70
“Indikasi Kejahatan yang dilakukan oleh Kreditur/Bank kepada Debitur/Nasabah”,
http://korup5170.files.wordpress.com/2008/05/money-laundering.pdf., diakses pada 19 Maret 2011.
71
Ibid.
72
Opening Bank atau Issuing Bank atau Bank Penerbit adalah bank yang diminta oleh yang
mengajukan permohonan/applicant untuk menerbitkan L/C. Dalam Black’s Law Dictionary, Op.cit.
73
Beneficiary atau Penerima adalah pihak yang menerima L/C dan biasanya juga adalah
eksportir. Dalam Ibid.
74
Usance L/C adalah L/C yang mensyaratkan pembayaran atas unjuk, dimana kewajiban
bank untuk melakukan pembayaran adalah pada saat dokumen-dokumen diajukan kepadanya. Dalam
Ibid.
50
1. Bank BNI Cabang Kemayoran Baru menerima 156 buah L/C dengan Issuing
Bank : RosBank Switzerland, Dubai Bank Kenya Ltd., The Wall Street
Banking Corp, dan Middle East Bank Ltd. Oleh karena BNI belum
atas, mereka memakai bank mediator yaitu American Express bank dan
ekspor) atas L/C-L/C tersebut di atas BNI dan disetujui oleh pihak BNI.
Gramarindo Group menerima Rp. 1,6 triliun dan Petindo Group menerima Rp.
105 miliar;
3. Setelah beberapa tagihan tersebut jatuh tempo, Opening Bank tidak bisa
5. Gramarindo Group telah mengembalikan Rp. 542 miliar, sisanya (Rp. 1,2
Dalam menanggapi kasus ini manajemen Bank BNI mengatakan bahwa tidak
ada ekspor fiktif dan belum ada kerugian, tetapi yang ada hanya potensi kerugian
75
“Indikasi Kejahatan yang dilakukan oleh Kreditur/Bank kepada Debitur/Nasabah”, Op.cit.
51
undangan lainnya;
Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) yaitu 20 % dari modal disetor bank. Modal
disetor BNI per 31 Desember 2003 adalah sebesar Rp 7.042 milyar, sehingga dengan
demikian BMPK untuk kelompok Gramarindo dan Petindo adalah Rp 1,4 trilyun
(20% modal disetor). Nilai L/C yang diberikan kepada Gramarindo transaksi sebesar
Rp. 1,7 triliun jelas merupakan pelanggaran karena pada dasarnya dapat digolongkan
dalam fasilitas pemberian kredit, terutama ketika fasilitas negosiasi tersebut efektif
menjadi kredit karena tidak bisa dibayar oleh Issuing Bank. Diduga telah terjadi
tindak pidana pemalsuan terhadap L/C dan dokumen ekspor (B/L), karena dari
informasi yang ada, ternyata tidak pernah terjadi realisasi ekspor dan pengapalan
76
Ibid.
77
Ibid.
52
Pasal 6 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (pada saat kasus diperiksa di
Semua bank, tidak terkecuali Bank BNI pasti sudah mempunyai aturan baku
dalam menangani transaksi L/C, sehingga apabila semua aturan yang ada
dilaksanakan niscaya kasus seperti Bank BNI tidak akan terjadi. Untuk lebih
daftar nama-nama bank yang ada di Bankers Almanac atau setidak-tidaknya tidak
cukup terkenal, untuk tidak mengatakan bahwa nama-nama bank itu hanya fiktif.
Dalam praktek perbankan pada umumnya, kalau Issuing Bank tersebut bukan
korespnden, tentunya pada saat L/C diterima mestinya tidak bisa diproses, karena
tidak bisa dilakukan otentikasi atas kebenaran dan keabsahan L/C dimaksud, terlebih
lagi kalau ternyata L/C itu diterbitkan oleh bank fiktif, jelas bank tidak boleh
Dalam UCP 50078 Pasal 7 disebutkan bahwa dalam hal advising bank79
benar dalam memeriksa keabsahan L/C yang diteruskannya dan apabila bank tersebut
Bank. Pasal 7 lebih lanjut mengatur bahwa apabila tidak bisa memastikan keabsahan
L/C, Advising Bank pada kesempatan pertama harus memberitahukan kepada Issuing
Bank dan apabila Advising Bank memilih untuk meneruskan L/C tersebut, maka ia
keabsahan L/C tersebut. Ada beberapa kemungkinan atas lolosnya L/C dari bank-
1) L/C tersebut memang benar-benar asli dan otentik, dalam arti nama bank
memang ada dan Bank BNI dapat melakukan otentikasi atas keabsahan L/C
dimaksud.
2) L/C tersebut asli tapi palsu, dalam artian bukan diterbitkan oleh bank-bank
4) Satu hal yang juga sudah menjadi praktek standart yang dilakukan oleh bank-
78
UCP 500 adalah peraturan internasional mengenai perdagangan antar negara dengan
menggunakan L/C. Kepanjangannya adalah Uniform Customs and Practice for Documentary Credits.
Dikeluarkan oleh ICC (International Chamber of Commerce) di Paris, Perancis. 500 adalah nomor seri
keluarannya. Dalam Black’s Law Dictionary, Op.cit.
79
Advising Bank atau Bank Penerus adalah bank koresponden dari Issuing Bank yang diminta
untuk meneruskan L/C kepada eksportir. Dalam Ibid.
54
bank diseluruh dunia dan itu mungkin tidak dilakukan dalam kasus Bank BNI,
adalah bahwa untuk nilai transaksi yang cukup besar biasanya dimintakan
klarifikasi ulang kepada Issuing Bank untuk memastikan keabsahan dari L/C.
resiko bank korespondennya dan kemudian dibuatkan commercial line. Ada atau
tidak. Artinya bahwa jika tidak ada commercial line, maka Bank dapat memutuskan
untuk menolak negosiasi. Pada saat dokumen ekspor diajukan kepada bank, maka
bank akan memeriksa untuk meyakini bahwa semua syarat dan kondisi L/C telah
kebenaran isi dokumen, sebagaimana diatur dalam UCP Pasal 4 : “dalam pelaksanaan
L/C, bank hanya berurusan dengan dokumen-dokumen dan bukan dengan barang-
barang, jasa-jasa dan atau pelaksanaan lainnya yang berkaitan dengan dokumen yang
bersangkutan”.
Meskipun UCP Pasal 4 mengatur demikian, bukan berarti bank tidak berhak
mengecek apakah memang barang telah benar-benar dimuat di atas kapal, sehingga
bisa diterbitkannya Bill of Lading.80 Dalam kasus BNI, seharusnya karena nilai
dokumennya sangat besar, maka bank harus meyakini bahwa barang memang benar-
benar telah dimuat diatas kapal dengan mengklarifikasi kepada perusahaan pelayaran
80
Bill of Lading adalah surat yang dikeluarkan maskapai pelayaran yang menerangkan bahwa
ia telah menerima barang dari pengirim untuk diangkut sampai ke pelabuhan tujuan dan diserahkan
kepada penerima; surat muatan mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai perjanjian pengangkutan, tanda
bukti penerimaan barang, dan tanda bukti pemilikan barang. Dalam Ibid.
55
diperiksa lengkap dan sesuai dengan L/C, maka dalam kasus Bank BNI dimana L/C
akseptasi kepada Issuing Bank dan apabila sudah ada akseptasi maka baru bisa
dilaksanakan negosiasi.
Permasalahan di Bank BNI adalah bahwa setelah jatuh tempo, ternyata pihak
Issuing Bank wanprestasi atau tidak bisa membayar tagihan wesel ekspor
Usance. Sudah menjadi praktek umum di dunia perbankan, apabila terdapat tagihan
wesel yang tidak dibayar oleh Issuing Bank, maka Negotiating Bank harus
mengusahakan agar outstanding tagihan tersebut segera dibayar dan agar tidak terjadi
akumulasi tagihan wesel yang tidak terbayar, maka bank seharusnya untuk sementara
berhenti memberikan fasilitas negosiasi sampai semua tagihan weselnya dilunasi oleh
Issuing Bank. Disamping itu pada saat memberikan fasilitas negosiasi, bank biasanya
dimana jika ternyata wesel ekspornya tidak dibayar oleh bank di luar negeri,
negotiating bank dapat menarik kembali dari beneficiary atau sering disebut dengan
hak regres.
Hak regres adalah hak yang dimiliki oleh Negotiating Bank atas L/C yang
tidak dikonfirmasi, untuk L/C yang dikonfirmasi Negotiating Bank tidak mempunyai
hak regres (Pasal 9.IV UCP 500). Jadi dalam praktek, sebelum melakukan negosiasi
bank akan meminta terlebih dahulu surat jaminan yang nantinya akan digunakan oleh
Negotiating Bank untuk mengeksekusi hak regresnya. Bank juga harus meyakini
56
bahwa pada saat hak regres itu akan dieksekusi, maka rekening nasabah masih
pelanggaran prosedur dalam menangani transaksi L/C tersebut di atas sejak dari tahap
awal penerusan L/C sampai dengan L/C itu kemudian direalisir dan terjadi negosiasi.
bermasalah karena tidak dibayar oleh Issuing Bank, dimana kemungkinan Bank BNI
Dalam kasus Bank BNI, pihak yang wanprestasi adalah Issuing Bank. Dengan
asumsi bahwa nama-nama bank yang disebutkan sebelumnya adalah benar, maka
Issuing Bank dimaksud telah melanggar Pasal 9.A.III, UCP 500 yang antara lain
berbunyi :
“Suatu irrevocable L/C merupakan jaminan yang pasti dari Issuing Bank
asalkan dokumen-dokumen yang diminta diserahkan kepada Bank yang
ditunjuk Negotiating Bank dan sesuai dengan syarat dan kondisi L/C, untuk :
a. Apabila L/C mensyaratkan pembayaran atas unjuk (sight) – untuk
membayar atas unjuk;
b. Apabila L/C mensyaratkan pembayaran kemudian (defferred
payment) – untuk membayar pada tanggal jatuh tempo yang ditentukan
sesuai dengan yang disyaratkan L/C tersebut;
c. Apabila L/C mensyaratkan akseptasi :
1) Oleh Issuing Bank – untuk mengaksep wesel yang ditarik oleh
beneficiary pada Issuing Bank dan membayarnya pada saat jatuh
tempo
2) Oleh bank tertarik lainnya untuk menerima dan membayar pada
saat jatuh tempo wesel yang ditarik oleh beneficiary pada Issuing
Bank dalam hal bank tertarik yang ditunjuk dalam L/C tidak
mengaksep wesel yang ditarik atas bank tersebut, atau membayar
wesel yang telah diaksep tetapi tidak dibayar oleh bank tertarik
57
telah terjadi penyimpangan terhadap Kebiasaan dan Best Practice di dunia perbankan
sebagai berikut :
untuk yang L/C berasal dari high risk country dan nilainya sangat besar
lazimnya dikonfirmasi;
d. Tidak ada pemisahan fungsi manajemen risiko dan fungsi marketing karena
semua keputusan dilakukan oleh satu pejabat yakni Kepala Cabang atau
pejabat lain yang ditunjuk Kepala Cabang, tanpa adanya review dari sisi Risk
Manajemen.
Pegawai Bank BNI Kebayoran Baru lainnya tidak melaporkan adanya indikasi
pelanggaran prosedur diskonto L/C kepada unit yang berwenang, sehingga potensi
tentang perubahan atas Undang-Undang No. 31 tahun 1999 jo. Pasal 55 ayat (1)
SUBSIDAIR :
- Pasal 3 ayat (1) huruf a Undang-Undang No. 25 tahun 2003 tentang perubahan
atas Undang-Undang No. 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
LEBIH SUBSIDAIR :
- Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang No. 25 tahun 2003 tentang Perubahan atas
Undang-Undang No. 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang jo.
Penjatuhan sanksi pidana kepada para pelaku baik internal maupun eksternal
pada kasus L/C Fiktif Bank BNI’46 ini adalah terlalu ringan karena dana yang
diambil lebih besar dari yang dijatuhi hukuman. Hal tersebut jelas tidak membuat jera
para pelaku kejahatan. Seharusnya para pelaku kejahatan tersebut dimiskinkan atau
disita seluruh harta bendanya baik atas namanya maupun atas nama anak, saudara dan
3 (tiga) garis keturunan ke bawah. Jika sudah dimiskinkan maka pelaku tidak dapat
berbuat apa-apa lagi untuk naik banding ataupun ingin mengajukan upaya hukum
Dalam Kasus seperti yang dijelaskan pada sub bab sebelumnya, ada beberapa
indikasi yang dilakukan oleh pihak kreditur bersama dengan para penegak hukum,
yaitu81 :
tindak pidana, tetapi beberapa Asset yang telah diserahkan karena Debitur
81
“Indikasi Kejahatan yang dilakukan oleh Kreditu/Bank kepada Debitur/Nasabah”, Op.cit.
60
yang dijaminkan oleh debitur adalah Tagihan Piutang pada Pihak ke-III;
Debitur tidak tahu dengan sebenar-benarnya berapa yang telah dijual dan yang
telah disetorkan kepada pihak Kreditur, contoh kasus L/C BNI tersebut, aparat
hasil penjualan adalah Rp. 5,3 miliar, disetorkan kepada Kreditur hanya Rp. 1
4. Terjadi tarik menarik dan saling menyalahkan, antara pihak kepolisian yang
melakukan tindak pidana padahal sistem pada BNI 46 tersebut sangatlah tidak
mungkin apabila pejabat sampai tingkat pusat tidak mengetahui, karena semua
6. Kreditur selalu memberikan biaya operasi kepada setiap tindakan para aparat
lainnya agar tindak pidana tersebut tidak melebar dan mengarah kepada tindak
pidana yang dilakukan oleh Kreditur, cukup para Debitur dan pegawai
7. Kreditur rela mengeluarkan uang untuk mengatur media massa, cetak dan
Debitur dengan alasan telah terjadi Tindak Pidana Korupsi, karena kalau
yakin Debitur akan bebas karena alasan pembuktiannya akan lemah sekali dan
daftar penyitaan asset yang dilakukan oleh hakim, bukan dari alat-alat bukti
yang diajukan dalam persidangan yang terlebih dahulu telah disita oleh polisi
tetapi daftar asset yang diajukan oleh Kreditur pada saat menjadi saksi dalam
11. Ada perlakuan pidana yang tidak sama terhadap para Debitur, walaupun peran
dan pasal yang divoniskan sama, Debitur A divonis ringan, tanpa penyitaan,
Debitur B divonis berat, tanpa penyitaan, Debitur C divonis berat dan tetap
12. Penyitaan asset yang dilakukan, hanya Sita Administrasi karena ada unsur
kesengajaan yang dilakukan Penegak Hukum dan Kreditur untuk tidak segera
melakukan Sita Eksekusi terhadap asset debitur, sehingga asset potensial yang
13. Kreditur melakukan window dressing selama lebih dari satu tahun terhadap
Debitur yaitu menutupi kejadian Debitur lainnya yang lebih besar, agar
Kreditur tidak ketahuan dan Debitur yang dilindungi dapat mempunyai waktu
Dari seluruh poin-poin di atas yang terkait dengan pencucian uang dalam
kasus L/C Fiktif BNI 46 dibuktikan dengan hasil pencucian uang kasus BNI masuk
63
berikut :
”Terdapat aliran dana ke pasar modal yang diduga merupakan hasil tindak
pidana pencucian uang (money laundering). Jumlahnya sekitar Rp. 11,4
miliar. Berdasarkan laporan dari PPATK aliran dana diduga merupakan
bagian dari hasil tindak pidana manipulasi kredit ekspor BNI. Sebagian
dimasukkan ke reksadana, sebagian lagi ke pasar saham, dan sisanya
dibelikan obligasi korporasi.
Sebelumnya berkas laporan telah terjadi pencucian uang di pasar modal sudah
diserahkan kepada BAPEPAM-LK oleh PPATK. Hal ini diungkapkan oleh Ketua
Bagaimana bank bisa curiga karena mereka menggunakan nama badan hukum
lain, nama orang lain yang tidak dikenal untuk menyimpan maupun
mencairkan uang tersebut. Oleh karena itu wajar saja kalau empat perusahaan
sekuritas tersebut tidak menyadari bahwa dana yang diterima adalah uang
haram.
Bank saja awalnya tidak tahu. Baru setelah dikirimi surat pemberitahuan
kemudian menjadi waspada dan berhasil menemukan beberapa rekening yang
mencurigakan. Walaupun demikian pemeriksaan tetap dilakukan mengapa
keempatnya tidak melaporkan adanya transaksi keuangan yang mencurigakan
tersebut. Seluruh berkas laporan sudah diserahkan kepada Bapepam, kini
semuanya tergantung dengan mereka. PPATK juga melaporkan temuan ini
kepada Kepolisian karena dana tersebut merupakan barang bukti kasus BNI”.
Dalam hal pengejaran atau pencarian aliran dana yang masuk ke pasar modal
dapat dilakukan dengan mengikuti arus aliran dana atau arus aliran saham, seperti
65
yang sudah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya. Hal inilah yang dilakukan PPATK
untuk mengejar para pelaku kejahatan pencucian uang. Pengejaran dimaksud harus
dapat bekerja. Ini yang disebut passive responsive dari institusi PPATK. Dalam
kasus BNI ini diserahkan kembali oleh PPATK kepada BAPEPAM-LK karena
BAPEPAM-LK.
Lawrence M. Friedman terkait dengan kasus L/C Fiktif BNI adalah bahwa belum
masyarakat (nasabah bank) mengenai praktik pencucian uang. Karena masih banyak
masyarakat yang berpendapat bahwa pencucian uang tidak langsung akan merugikan
masyarakat. Substansi dari sistem hukum adalah norma-norma yang tedapat dalam
menentukan berjalannya suatu sistem hukum adalah budaya hukum (legal culture)
tersebut dipengaruhi, antara lain oleh : agama; pendidikan, posisi atau kedudukan;
Secara umum hambatan yang ada dalam tindak pidana pencucian uang dalam
keadilan;
Agar tindak pidana money laundering dapat diberantas maka harus dilakukan
secara sistematis dengan cara melakukan perubahan pada struktur dan pelaku yang
tindak pidana ini harus digerakkan serta didukung sepenuhnya oleh Presiden dan
84
“Indikasi Kejahatan yang dilakukan oleh Kreditur/Bank kepada Debitur/Nasabah”, Op.cit.
67
daerah tersebut.86
2 (dua) cara yaitu : integration dan layering. Integration adalah mengembalikan dana
yang telah tampak sah kepada pemiliknya sehingga dapat digunakan dengan aman.
keuangan yang kompleks dalam rangka mempersulit pelacakan (audit trail) asal usul
dana.87
Pertama, hasil dari tindak pidana selain tindak pidana pasar modal masuk ke
dalam sistem pasar modal (dicuci melalui transaksi yang dilakukan di pasar modal,
misalnya uang hasil korupsi diinvestasikan dengan cara pembelian saham. Kedua,
85
Ibid.
86
Ibid.
87
Yunus Husein, “Rezim Anti Money Laundering : Aspek Hukum dan Perkembangan
Terkini”, Disampaikan dalam Kuliah Umum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 8
Mei 2009, hal. 8.
68
hasil tindak pidana pasar modal dicuci melalui sistem pasar modal juga. Jika yang
terjadi adalah keadaan yang kedua, maka kejahatan dan proses pencucian uang
BAB III
Salah satu kejahatan kerah putih yang sedang naik daun di dunia kejahatan
adalah pencucian uang. Maraknya tindak pidana jenis kerah putih seperti pencucian
uang ini bisa disebabkan oleh sulitnya pendeteksian dini disamping canggihnya
teknologi yang digunakan dalam aplikasi transfer uang melalui sistem perbankan.
Sulitnya upaya pemberantasan tindak pidana pencucian uang terbukti suatu negara
akan dimasukkan dalam daftar negara dan wilayah yang tidak kooperatif dalam
memerangi tindak pidana pencucian uang oleh The Financial Action Task Force
Laundering. Indonesia pernah masuk ke dalam daftar tersebut pada tahun 2003 tetapi
saat ini sudah keluar dari daftar tersebut. FATF adalah sebuah lembaga internasional
intra pemerintah yang didirikan oleh kelompok G-7 di Prancis, Juli 1989, dengan
pencucian uang.88
Tentu saja penerbitan peraturan tidaklah cukup tanpa diiringi oleh penegakan
hukum terhadap pelaku kejahatan itu sendiri. Namun, paling tidak pemerintah
88
Robinson Simbolon, “Mewaspadai Pencucian Uang Melalui Pasar Modal”, (DIKTI :
Journal Hukum Bisnis Vol. 22, No. 23, 2003), hal. 52.
70
pengenalan nasabah pada sektor lembaga keuangan seperti : bank, pasar modal,
Untuk melihat apa saja upaya BAPEPAM-LK dalam hal mengurangi money
dengan wewenang. Wewenang disebut dengan peran, maka sub-bab ini membahas
Mengingat pasar modal merupakan salah satu sumber pembiayaan dunia usaha dan
sebagai wahana investasi bagi para pemodal, serta memiliki peranan strategis untuk
agar pasar modal dapat berjalan secara teratur, wajar, efisien serta melindungi
dan kewajiban untuk membina, mengatur, dan mengawasi setiap pihak yang
menempuh upaya-upaya, baik yang bersifat prefentif dalam bentuk aturan, pedoman,
Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang secara garis besarnya mencakup90 :
89
Ibid.
71
90
Pasal 3-5, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Op.cit.
72
menjatuhkan denda dan sanksi atas setiap pelanggaran dan kejahatan di bidang pasar
modal.
Untuk kejahatan di bidang pasar modal, fungsi penuntutan ada pada lembaga
penyidikan, pengenaan sanksi. Fungsi ini disebut dengan fungsi kekuasaan quasi-
ditegaskan bahwa dalam hal ini BAPEPAM-LK tidak memiliki kewenangan untuk
bidang pencucian uang dalam hal ada dugaan terjadinya tindak pidana pencucian
tersebut bukan berarti tidak ada transaksi uang tunai di Pasar Modal. Penempatan
91
Ismail Dalla, The Emerging Asian Bond Market, (Washington DC : The World Bank,
1995), hal. 37.
92
M. Tri Agustiyadi, Op.cit.
74
3. Masuknya uang tunai daria Pembeli Siaga dalam proses Right Issue;
Adapun proses layering dan atau integration di Pasar Modal dapat dilakukan
melalui93 :
1. Transaksi bursa;
dari tindak pidana asal dengan adanya perpindahan efek dan atau perpindahan uang
dari satu pelaku ke pelaku yang lain, sehingga akhirnya pelaku dapat menikmati uang
hasil transaksi bursa maupun transaksi luar bursa tersebut seolah-olah merupakan
pembina maka dalam hal pencucian uang juga BAPEPAM-LK haruslah bertindak
mengatur, mengawasi dan membina setiap orang yang melakukan investasi di Pasar
Modal Indonesia. Hal inilah yang disebut sebagai peran. Untuk mengejar pelaku
penyidik dari kalangan instansinya sendiri. Cara yang ditempuh untuk menetapkan
93
Ibid.
94
Ibid.
75
dicurigai oleh PPATK dalam melakukan pencucian uang. Jadi, tidak perlu untuk
menetapkan penyidik. Salah satu caranya adalah dengan membekukan rekening dari
nasabah yang melakukan pencucian uang tersebut agar tidak bisa melakukan
transaksi. Hal ini adalah dengan mencontoh badan pengawas dari negara lain.
ditindaklanjuti dengan upaya hukum yang dilakukan maka akan tercipta kepastian
95
Organisasi, http://www.bapepam.go.id/old/profil/organisasi.htm., diakses pada 31 Maret
2011.
76
No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
hukum yang menjamin kepastian hukum di dalam tindak pidana pencucian uang di
Bertolak dari kasus L/C Fiktif Bank BNI’46 pada bab sebelumnya, PPATK
kejahatan money laundering leluasa untuk melakukan pencucian uang di pasar modal.
96
Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang, Op.cit.
77
dikarenakan prinsip Know Your Customer tidak jalan. Hal tersebut sudah pasti
ke pasar modal.
menegakkan hukum dalam hal pencucian uang tersebut. Namun, hal ini sulit
dilakukan karena pihak penyidik masih lemah dalam hal penerapan azas tersebut.
Kesulitan itu dikarenakan azas yang digunakan selama ini untuk kejahatan
konvensional adalah azas praduga tidak bersalah. Dimana setiap orang yang menjadi
tersangka dalam tindak pidana haruslah diduga tidak bersalah untuk menjunjung
tinggi hak azasi manusianya. Namun, hal ini dikecualikan untuk tindak pidana
pencucian uang seperti yang terlihat dalam Pasal 69 Undang-Undang No. 8 Tahun
sebagai substansinya sudah baik maka selanjutnya harus diikuti dengan lembaga
pengawasnya sebagai struktur dari undang-undang tersebut. Selain kedua hal tersebut,
Lawrence M. Friedman juga menyebutkan mengenai Kultur Hukum dari suatu negara
dikaitkan dengan kultur hukum ini maka masalah selanjutnya adalah mengenai azas
hukum yang belaku. Azas hukum tersebut adalah berubahnya pengaturan dari azas
97
Ibid.
78
Dengan perubahan azas yang terjadi, para penegak hukum kesulitan karena
tidak adanya sosialisasi dari setiap lembaga seperti PPATK kepada Kepolisian dan
Buktinya dapat dilihat pada kasus L/C Fiktif Bank BNI 46 yang sudah dipaparkan di
atas bahwa para pejabat petinggi bank tersebut sama sekali tidak tersentuh hukum.
yang dilakukan oleh BAPEPAM-LK terkait dengan pencucian uang di bursa efek.
pihak internalnya untuk menyelidiki apakah benar telah terjadi pencucian uang atau
tidak. Seharusnya di dalam peraturan mengenai hal itu harus jelas mengenai siapa
Dalam hal sudah diketahuinya telah terjadi pencucian uang di pasar modal
kembali pihak yang terlibat di dalamnya. Hal ini membutuhkan waku yang lama dan
sudah pasti berbelit-belit dengan begitu para pelaku yang melakukan tindak pidana
pencucian uang tersebut waspada dan menarik dananya ke tempat lain. Namun, untuk
mencegah hal itu terjadi Ketua BAPEPAM-LK mengeluarkan Keputusan No. Kep-
Bidang Pasar Modal. Prinsip mengenal nasabah (Know Your Customer) adalah
prinsip yang diterapkan Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal untuk
mengetahui latar belakang dan identitas Nasabah, memantau rekening Efek dan
yang terkait dengan tindak pidana pencucian uang, termasuk transaksi keuangan yang
terhadap setiap pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran
terlibat;
98
Angka 1 huruf k., Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM dan LK No. Kep-476/BL/2009
tentang Prinsip Mengenal Nasabah oleh Penyedia Jasa Keuangan di Bidang Pasar Modal
99
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Op.cit., hal. 276-278.
80
Modal dan atau peraturan pelaksanaannya atau pihak lain apabila dianggap
perlu.
disebut di atas.
yang dapat disita dalam hal ini adalah benda-benda yang telah/sedang/akan
dipergunakan oleh pihak mereka baik secara langsung maupun tidak langsung
untuk melakukan tindak pidana di bidang Pasar Modal dan benda lainnya
pemeriksaan dan kepada yang menyerahkan benda itu harus diberikan surat
81
sebaik-baiknya dan tanggung jawab atasnya ada pada pejabat yang berwenang
sesuai dengan tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan dan benda tersebut
ataupun pidana.
berkas perkara dianggap tidak lengkap, tidak jelas, maka kejaksaan akan
dari hasil kerja kedua instansi tersebut bisa diatasi, sehingga penegakan
tanggal 30 Desember 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Pasar
1. ”Ketua BAPEPAM-LK;
100
BAPEPAM-LK, “Struktur Organisasi BAPEPAM-LK”,
http://www.bapepam.go.id/bapepamlk/organisasi/struktur.htm., diakses pada 17 Mei 2011.
83
Biro-biro yang ada pada BAPEPAM-LK lebih banyak dari yang dimiliki oleh
SEC (Amerika Serikat) dan MAS (Singapura). Dengan kata lain, karyawan dan staff
BAPEPAM-LK sebagai lembaga otoritas pasar modal lebih banyak jadi oleh karena
kejahatan kerah putih (white collar crime) sudah pada taraf melintasi batas-batas
negara. Bentuk kejahatan yang semakin canggih dan terorganisir menyebabkan aparat
menyelamatkan uang hasil kejahatannya dengan berbagai macam cara, salah satunya
adalah dengan pencucian uang. Dengan cara ini, pelaku kejahatan berusaha
85
mengubah uang yang didapat dengan cara haram (dari hasil kejahatan) menjadi halal
tanggal 17 April 2002 Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang melalui Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor
tersebut diubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 108,
Tindak Pidana Pencucian Uang melalui Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5164.
dari hasil tindak pidana sehingga harta kekayaan tersebut seolah-olah berasal dari
aktivitas yang sah. Jika ada aktivitas yang sah maka ada yang tidak sah. Aktivitas
yang tidak sah101 dalam dunia perbankan, pasar modal, asuransi, narkotika,
101
Aktivitas yang tidak sah disini adalah pidana asal. Dalam Yunus Husein, ”Rezim Anti
Pencucian uang Indonesia Berdasarkan UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
TPPU”, Desember 2010, http://elearning.ppatk.go.id., diakses pada 17 Maret 2011.
86
pencucian uang.
ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga
atau perbuatan lain atas harta kekayaan. Pelaku tindakan tersebut adalah setiap orang
Selanjutnya setiap hasil tindak pidana kejahatan tersebut yang menerima, menguasai,
Adapun tujuan dari pencucian uang adalah memberikan legitimasi pada dana
yang diperoleh secara tidak sah. 104 Dengan kata lain tujuannya antara lain :
dalam bisnis legal). 105 Walaupun dapat dikatakan tidak ada sistem pencucian uang
yang sama, tetapi pada umumnya proses pencucian uang terdiri dari tiga tahap :
Pencucian uang diberantas dan dinyatakan sebagai tindak pidana karena ada
tiga alasan menurut pengamatan Guy Skessen. Pertama, karena pengaruh pencucian
uang pada sistem keuangan dan ekonomi berdampak negatif bagi perekonomian
dunia, misalnya terhadap efektifitas penggunaan sumber dana yang banyak digunakan
untuk kegiatan yang tidak sah dan dapat merugikan masyarakat. Kedua, dengan
ditetapkannya pencucian uang sebagai tindak pidana dan adanya sistem pelaporan
transaksi dalam jumlah tertentu yang mencurigakan, maka hal ini lebih memudahkan
bagi aparat penegak hukum untuk menyelidiki kasus pidana sampai kepada tokoh-
Ada beberapa aspek yang terkena dampak dari pencucian uang, yaitu 108 :
105
Yunus Husein, Op.cit., hal. 7.
106
Erman Rajagukguk, Loc.cit.
107
Guy Skessen dalam Bismar Nasution, Rejim Anti-Money Laundering di Indonesia, Op.cit.,
sebagaimana dikutip Nurmalawaty, ”Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Pencucian Uang
(Money Laundering) dan Upaya Pencegahannya”,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15240/1/equ-feb2006-3.pdf., diakses pada 19 Maret
2011.
108
Yunus Husein, Op.cit., hal. 10.
88
beredar;
perbankan.109
109
Harkristuti dalam Nurmalawaty, Loc.cit.
89
Tujuan akhir dari Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
pendekatan secara penegakan hukum dan pendekatan anti pencucian uang maka akan
meningkat. 111
Dengan pencucian uang, maka pelaku dapat menyembunyikan asal-usul dari uang
110
Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang, Op.cit.
111
Yunus Husein, Loc.cit., hal. 13.
90
hasil kejahatan tersebut. Para pelaku tindak pidana pencucian uang biasanya
menyimpan dananya di suatu lembaga penyedia jasa keuangan misalnya bank, atau
penyedia jasa lain yang terkait dengan keuangan, misalnya melalui instrumen pasar
modal.
menjadi badan atau struktur hukum pada Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang
Personilnya berasal dari beberapa instansi terkait. Untuk laporan pelaksanaan tugas
112
Ibid., hal. 14.
113
Pasal 40 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang, Op.cit.
91
penyampaian data dan informasi dari instansi terkait pemerintahan ataupun lembaga
Rahasia Bank artinya institusi keuangan harus menjaga informasi yang diterimanya
tentang kliennya dalam rangka rahasia bisnis dan konfidensial. Dikatakan, karena
pencucian uang itu terintegrasi dengan kegiatan kriminal, pada dasarnya adalah bukan
114
Pasal 41, Ibid.
115
Charles Thelen Plombeek, “Confidentiality and Disclosure : The Money Laundering
Control Act of 1986 and Banking Secrecy”, Vol. 22 No. 1, (Spring : The International Lawyer, 1988),
hal. 70., sebagaimana dikutip Erman Rajagukguk, Op.cit.
92
Adapun fungsi analisis dan pemeriksaan oleh PPATK terdapat pada Pasal 44
oleh Penyedia Jasa Keuangan atau Penyedia Barang/Jasa lainnya dilakukan sesegera
mungkin paling lama tiga hari sejak Penyedia Jasa Keuangan atau Penyedia
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang juga menjerat orang-
orang yang terlibat dalam pencucian uang dalam hal membawa uang tunai ke luar
negeri. Setiap orang yang membawa uang tunai dalam mata uang rupiah dan/asing
dan/atau instrumen pembayaran lain dalam bentuk cek, cek perjalanan, surat sanggup
bayar, atau bilyet giro ke dalam atau ke luar daerah kepabeanan Republik Indonesia
sejumlah Rp. 100 juta atau lebih, atau mata uang asing yang nilainya setara, harus
tentang informasi yang diterimanya tersebut kepada PPATK selama jangka waktu
lima hari kerja. Apabila dilakukan pelanggaran oleh instansi terkait maka akan
dikenakan sanksi denda 10% dari seluruh jumlah, paling banyak Rp. 300 juta.
merupakan hasil tindak pidana, rekening penampungan harta kekayaan berasal dari
pemberhentian transaksi sementara. Paling lama lima hari sejak pembuatan berita
acara, PPATK dapat memperpanjang 15 hari kerja. Apabila dalam waktu 20 hari
kepada penyidik. Dalam hal pelaku Tindak Pidana tidak ditemukan dalam 30 hari
memutuskan harta kekayaan tersebut sebagai aset negara dan dikembalikan kepada
Dalam hal prosedur hukum yang harus ditempuh dalam menjerat pelaku
pengadilan tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya.117 Untuk
pelapor untuk memberikan keterangan secara tertulis mengenai harta kekayaan dari :
orang yang telah dilaporkan PPATK; tersangka; atau terdakwa. Surat permintaan
terbalik, yaitu duga saja seseorang itu melakukan kejahatan pencucian uang barulah
selanjutnya dibuktikan apakah benar melakukan atau tidak. Alat bukti yang
digunakan adalah alat bukti yang dimaksudkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP), ataupun alat bukti berupa informasi yang diucapkan,
dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau alat yang
116
Yunus Husein, Op.cit., hal. 23.
117
Pasal 64-Pasal 67 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Op.cit.
118
Pasal 72, Ibid.
119
Pasal 73, Ibid.
95
Penyidik dalam tindak pidana pencucian uang disini adalah dilakukan oleh
Korupsi (KPK); Badan Narkotika Negara (BNN), Direktorat Jenderal Pajak, dan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.120 Dalam hal penyidik menemukan bukti
permulaan yang cukup terjadinya tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana
asal, penyidik dapat menggabungkan penyidikan tindak pidana asal dan tindak pidana
perkara tindak pidana pencucian uang kepada Pengadilan Negeri paling lambat 30
hari kerja sejak diterima berkas perkara yang dinyatakan lengkap. Pengadilan Negeri
wajib membentuk majelis hakim paling lama 3 hari keja. Maksudnya adalah bahwa
majelis hakim.122
terdakwa agar membuktikan bahwa harta kekayaan yang terkait dengan perkara
bukan berasal atau terkait dengan tindak pidana. 124 Pembuktian oleh terdakwa
secara sah dan patut tanpa alasan yang sah, perkara pencucian uang dapat diperiksa
120
Pasal 74, Ibid.
121
Pasal 75, Ibid.
122
Pasal 76, Ibid.
123
Pasal 77, Ibid..
124
Pasal 78, Ibid..
96
dan diputus tanpa hadirnya terdakwa.125 Namun, apabila kehadiran terdakwa sebelum
putusan dijatuhkan, terdakwa wajib diperiksa kembali. Segala keterangan saksi dan
meninggal dunia sebelum putusan dan terdapat bukti yang kuat, hakim atas tuntutan
Perampasan harta kekayaan yang telah disita diumumkan dan tidak dapat dilakukan
upaya hukum lagi. Setiap orang yang berkepentingan dapat mengajukan keberatan
keterangan bagi penyidik, penuntut umum, atau hakim tidak berlaku ketentuan
keuangan lainnya.128
Pejabat dan Pegawai PPATK, penyidik, penuntut umum, atau hakim wajib
merahasiakan pihak pelapor dan pelapor. Pelanggaran memberi hak pelapor menuntut
ganti rugi. 129 Pihak pelapor, pelapor, dan saksi wajib diberi perlindungan khusus oleh
negara dari ancaman yang membayakan diri, jiwa, dan atau hartanya, termasuk
125
Pasal 79, Ibid.
126
Pasal 28, Ibid.
127
Pasal 45, Ibid.
128
Pasal 72 ayat (2), Ibid.
129
Pasal 83, Ibid.
97
identitas pelapor dan hakim wajib mengingatkan.131 Pelapor dan atau saksi tidak
dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana atas laporan atau kesaksian. 132
Pejabat atau Pegawai PPATK, penyidik, penuntut umum, hakim, dan setiap
Pegawai Pihak Pelapor dilarang memberitahukan kepada Pengguna Jasa atau pihak
lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan cara apapun mengenai
disampaikan kepada PPATK. 134 Pejabat atau Pegawai PPATK atau Lembaga
Mencurigakan yang akan atau telah dilaporkan kepada PPATK secara langsung atau
tidak langsung dengan cara apapun kepada Pengguna Jasa atau Pihak Lain. 135 Pidana
antar lembaga. Tujuan dari kerjasama tersebut adalah untuk pertukaran informasi,
pertukaran staf, sosialisasi dan pelatihan bersama, juga kerjasama yang harus
130
Pasal 84 dan Pasal 86, Ibid.
131
Pasal 85, Ibid.
132
Pasal 87, Ibid.
133
Pasal 11, Ibid.
134
Pasal 12 ayat (1), Ibid.
135
Pasal 12 ayat (3), Ibid.
98
perjanjian kerja sama dalam hal pemberantasan tindak pidana pencucian uang.
(PPATK) dan lembaga yang mengawasi pasar modal Indonesia disebut dengan Badan
dan transaksi pasar yang curang; pemalsuan pasar obligasi; pernyataan yang salah
pemonopolian; dan sebagainya. Hal ini terdapat dalam Securities and Futures Act.
Chapter 289 secara tegas wilayah berlakunya diterapkan di dalam dan di luar
136
“Financial Investigation Division”,
http://www.cad.gov.sg/topNav/abo/div/Financial+Investigation+Division.htm., diakses pada 31 Maret
2011.
99
di Singapura.137
Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
adalah di Indonesia tidak ada pengaturan mengenai bucketing.138 Dari jenis tindak
pidana, di Indonesia dan Singapura terdiri dari kejahatan dan pelanggaran. Sedangkan
dari segi sanksi pidana, di Indonesia dan Singapura mempunyai sanksi penjara
maksimal dan minimal yang berbeda. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan sistem
Monetary Authority of Singapore (MAS). MAS secara de facto adalah bank sentral
Singapura (Monetary Authority of Singapore Act.). Selain mengawasi pasar efek dan
pemegang izin usaha jasa pasar modal yang diizinkan untuk melakukan kegiatan
usaha dalam bidang-bidang yang telah ditentukan, yaitu kegiatan yang berkaitan
137
Lushiana Primasari, “Studi Perbandingan Formulasi Ketentuan Pidana dalam Undang-
Undang Pasar Modal di Indonesia dengan Singapura”, http://www.docstoc.com/docs/25952303/Studi-
perbandingan-formulasi-ketentuan-pidana-dalam-undang-undang., diakses pada 31 Maret 2011.
138
Bucketing adalah transaksi penjualan atau pembelian yang tidak jujur atau sah menurut
peraturan bisnis dan terlibat dalam transaksi asing yang tidak sah dari kejahatan dan pelanggaran.
139
Loc.cit.
140
Monetary Authority of Singapore Act., Section 17.2.1.,
http://www.singaporelaw.sg/content/CorporateFinance.html., diakses pada 31 Maret 2011.
100
(custodial services for securities). MAS juga memberikan izin usaha kepada
individual dari pihak-pihak yang disebutkan di atas. Izin usaha harus diperbaharui
setiap 3 (tiga) tahun dan dapat diperbaharui untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun
berikutnya.141
informasi oleh setiap bursa efek yang telah mempunyai izin, setiap pemegang izin
usaha jasa pasar modal atau perwakilannya dan, tentu saja, setiap orang apabila
terkait dengan hal yang sedang diselidiki. MAS dapat mewajibkan pihak pemegang
izin usaha pasar modal atau orang yang dikecualikan (exempt person) untuk
pelepasan efek atau kontrak berjangka. MAS dapat pula mewajibkan seseorang
Selain kewenangan untuk memperoleh keterangan dari bursa efek dan orang-
orang yang memiliki izin usaha, MAS dapat pula mewajibkan orang yang telah
bertindak sebagai trustee atau kuasa (agent) dari orang lain dan apabila demikian
halnya, siapakah orang tersebut dan instruksi apa yang telah diberikan. MAS
141
Section 17.2.2., Ibid.
142
Section 17.2.3., Ibid.
101
pegawai suatu perusahaan yang telah tercatat di bursa, apabila hal tersebut perlu
dalam rangka menetapkan suatu larangan perdagangan efek. Jika dianggap perlu,
mestinya.143
memastikan adanya pasar yang adil dan teratur, memastikan berjalannya manajemen
sistem resiko yang berintegritas dan baik dalam pasar, dan untuk melakukan hal-hal
atau menjual efek atau dengan alasan untuk kepentingan publik. MAS dapat pula
membuat peraturan yang menentukan hal-hal apa saja yang dianggap bersifat menipu
atau manipulatif berdasarkan Section 201 dari Securities and Futures Act. Pada
(Amendment) Act. 2000 yang kemudian diperluas untuk mencakup semua bentuk
kesalahn tindak (misconduct) di pasar berdasarkan Securities and Futures Act., MAS
(civil enforcement actions), yaitu MAS dapat memperoleh ganti rugi yang besar
143
Section 17.2.4., Ibid.
144
Section 17.2.5., Ibid.
102
menunggu laporan dari penyedia jasa keuangan. Bedanya adalah di Singapura apabila
sudah diketahui ada terjadi pencucian uang di pasar modalnya, MAS langsung
mengawasi harus menunggu laporan dan apabila sudah dilaporkan harus menetapkan
Dengan kata lain, MAS berwenang juga untuk mengatur, mengawasi, dan
rekening. Hal ini patut dicontoh oleh BAPEPAM-LK agar bertindak lebih aktif lagi
dalam memberantas tindak pidana money laundering. Dengan tindakan seperti itu,
maka hasil yang akan didapat adalah stabilnya harga-harga saham pada pasar modal
tersebut.
Commission (SEC). Adapun tujuan dari dibentuknya SEC ini adalah untuk
melindungi investor, mempertahankan pasar yang wajar, teratur, dan efisien, juga
103
dana ke Pasar Modal Amerika adalah untuk membantu masa depan, membayar
Hukum dan peraturan yang mengatur pasar modal di Amerika Serikat berasal
dari konsep sederhana dan mudah, yaitu : bagi semua investor baik perusahaan besar
tentang investasi sebelum membelinya dan berapa lama asset tersebut ditahan.147
Untuk mewujudkan hal tersebut SEC mewajibkan seluruh perusahaan publik untuk
mengungkapkan informasi keuangan yang baik bagi masyarakat. Hal ini bertujuan
agar para investor dapat memutuskan sendiri apakah akan menjual, membeli, atau
menahan saham yang dimiliki. Hanya dengan informasi yang akurat dan
komprehensiflah maka investor dapat membuat keputusan investasi yang baik. 148
SEC mengawasi seluruh peserta dalam dunia efek, termasuk bursa efek,
pialang saham, dan dealer, penasihat investasi dan reksadana. Setiap tahun SEC
145
SEC Website, “The Investor’s Advocate : How the SEC Protects Investors, Maintains
Market Integrity, and Facilitates Capital Formation”, http://www.sec.gov/about/whatwedo.shtml.,
diakses pada 02 Mei 2011.
146
Ibid., hal. 1.
147
Fakta-fakta dasar tertentu yang berlaku di Pasar Modal Amerika Serikat disebut di
Indonesia adalah Fakta Materiel.
148
SEC Website, “The Investor’s Advocate : How the SEC Protects Investors, Maintains
Market Integrity, and Facilitates Capital Formation”, Loc.cit.
104
Salah satu sumber informasi utama yang dapat diandalkan untuk menegakkan
hukum dalam Pasar Modal Amerika Serikat adalah investor itu sendiri. Hal ini
dikarenakan para investor sudah terdidik dan sangat berhati-hati karena berkaitan
dengan menciptakan pasar yang efisien. Untuk membantu pendidikan para investor
1934. Latar belakang dibentuknya peraturan ini adalah sebelum tahun 1929 ada
peristiwa Great Crash. Pada saat itu Pasar Modal Amerika Serikat mengalami
keuntungan dari kemenangan pasca Perang Dunia I. Diperkirakan bahwa lebih dari
US$. 50 miliar dalam sekuritas baru yang ditawarkan selama periode tersebut
menjadi tidak berharga. Ketika pasar saham jatuh pada bulan Oktober 1929,
kepercayaan publik di pasar anjlok. Investor besar dan kecil, serta bank-bank yang
Serikat dibutuhkan kepercayaan yang tinggi. Kongres mendengar jajak pendapat yang
149
Ibid., hal. 3.
150
Ibid.
151
Ibid., hal. 4.
105
aturan yang jelas dan dijalankan dengan jujur. Tujuan utama dari Securities Exchange
yang dijual, resiko yang terlibat dalam investasi dalam hal pembelian efek;
kepentingan pribadinya.
Maka dari itu kongres membentuk Securities and Exchange Commission pada tahun
stabilitas di pasar dan yang paling penting adalah untuk melindungi investor. Presiden
152
Ibid., hal. 5.
153
Ibid.
106
1. Organisasi SEC
SEC terdiri dari 5 (lima) Komisaris yang ditunjuk oleh Presiden, dengan
jangka waktu jabatan 5 (lima) tahun. Secara hukum tidak lebih dari 3 (tiga) Komisaris
dapat berasal dari Partai Politik yang sama, hal ini untuk memastikan non-partisan.
(lima) divisi dan 18 kantor, masing-masing yang berkantor pusat di Washington DC.
yang ada;
(negara bagian), dan otoritas asing (badan pengawas pasar modal di luar
Amerika Serikat).
154
Ibid.
155
Ibid., hal. 6.
107
umum dan media pemberitaan kecuali berkaitan dengan diskusi untuk hal-hal yang
penting kepada investor. Korporasi harus mematuhi peraturan yang berkaitan dengan
keterbukaan informasi yang harus dibuat ketika IPO (Initial Public Offering) tepatnya
pada saat saham perdana dan kemudian secara berkala dan terus menerus. Staf Divisi
diajukan perusahaan emiten. Para Staf Divisi juga menyediakan bantuan untuk
yang baru ditawarkan; laporan tahunan dan triwulanan (Formulir 10-K dan 10-Q);
pengajuan yang berkaitan dengan merger dan akuisisi. 157 Dokumen-dokumen tersebut
proses peninjauan Divisi, Staf Pemeriksaan melihat apakah perusahaan publik yang
156
Ibid., hal. 6.
157
Ibid., hal. 6-7.
108
Exchange Act 1934; dan Trust Indenture Act 1939; dan merekomendasikan peraturan
konseling kepada pendaftar, calon pendaftar, dan masyarakat untuk membantu dalam
hal investasi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sebagai contoh : sebuah
undang oleh Presiden. Securities Act of 1933, Securities Exchange Act of 1934,
Investment Company Act of 1940, dan Sabanes-Ocley Act memberikan kerangka atau
dasar pijakan bagi SEC dalam hal pengawasan pasar modal. Undang-undang tersebut
disusun secara luas dan menetapkan prinsip-prinsip dasar dan tujuannya. Untuk
memastikan bahwa maksud dan tujuan dari Kongres dapat dilakukan dalam keadaan
158
Ibid.
159
Ibid., hal. 7-8.
109
menawarkan produk-produk dan jasa baru maka SEC terlibat dalam pembuatan
peraturan tersebut.160
1) Concept Release;
dengan aturan proposal, tapi kadang-kadang permasalahan yang ditemui begitu unik
dan/atau rumit bahwa Komisi keluar mencari masukan dari masyarakat dimana jika
ada pendekatan regulasi yang tepat. Sebuah Concept Realese dikeluarkan dengan
membeli saham.
Komisi menerbitkan rinci formal Rule Proposal untuk komentar publik. Tidak
seperti Concept Release, sebuah tujuan aturan mempunyai kemajuan usulan spesifik
dan metode dalam pencapaiannya. Biasanya komisi menyediakan antara 30-60 hari
untuk tinjauan dan komentar. Sama seperti Concept Realese, komentar publik
3) Rule Adaption.
paparan publik mengenai aturan yang diusulkan, dan berusaha untuk menyetujui
kekhususan suatu konsep final. Jika ukuran akhir yang kemudian diadopsi oleh suara
160
Ibid., hal. 8.
161
Ibid.
110
terbanyak dari Komisi, maka itu menjadi bagian dari aturan resmi yang mengatur
Pasar Modal.
tanggung jawab dalam hal menjaga ketertiban dan keefisiensian pasar yang adil. Staf
pemilik efek), securities information processors, dan lembaga penafsir kredit. 162
yang merupakan pihak swasta perusahaan non-profit dalam menjamin efek dan uang
tunai dalam rekening nasabah disebut dengan anggota perusahaan pialang terhadap
menutupi kerugian yang timbul dari penurunan harga efek atau penipuan.163
broker saham;
162
Ibid., hal. 9.
163
Ibid.
164
Ibid., hal. 10.
111
peraturan baru dan perubahan yang diusulkan dalam hal peraturan yang
US$.26 triliun. Ini bagian terpenting dari Pasar Modal Amerika Serikat karena
meliputi reksa dana dan manajer investasi profesional yang menasehati para investor
besar karena menganalisa penelitian aktiva secara individual dan kelas aset, dan
dalam reksa dana, maka dana yang diperdagangnkan di bursa dan investasi lain yang
jatuh dalam lingkup Divisi ini memfokuskan untuk memastikan bahwa pengungkapan
tetang investasi berguna untuk pelanggan ritel, dan bahwa aturan biaya dalam fee
perusahaan efek maka konsumen/nasabah tidak harus membayar mahal untuk itu. 165
165
Ibid.
166
Ibid.
112
exemptive;
tambahan untuk penegakan otoritas sipil SEC, Divisi ini bekerja sama dengan
lembaga penegak hukum lainnya di Amerika Serikat dan seluruh dunia untuk
167
Ibid., hal. 11.
113
Komisi untuk direview. Komisi dapat mengotorisasi staf dalam pengajuan kasus
banyak kasus, Komisi dan Pihak Lain yang bersengketa dibebankan untuk
Dalam hal memutuskan apakah membawa suatu kasus tindak pidana di pasar
modal ke Pengadilan Federal atau hanya dalam SEC sebelum Hakim Hukum
yang sedang dicari. Misalnya : Komisi menduga seseorang dari industri broker saham
dalam proses administrasi, tetapi perintah melarang seseorang dari bertindak sebagai
168
Ibid.
169
Ibid., hal. 11-12.
114
ketika peringatan kesalahan tersebut Komisi membawa kedua proses hukum. Kedua
a. Civil Action;
menjatuhi sanksi dan denda. Seringkali Komisi meminta perintah pengadilan, yang
melarang tindakan lebih lanjut atau praktek-praktek yang melanggar hukum atau
peraturan Komisi. Sebuah perintah juga dapat meminta Auditor, seorang akuntan
untuk melihat kasus penipuan atau pengaturan pengawasan khusus. Selain itu, SEC
dapat mencari hukuman moneter sipil, atau kembali keuntungan ilegal (disebut
disebut dengan penhinaan terhadap putusan pengadilan dan dapat dikenakan denda
b. Administrative Action.
Law Judge (ALJ),171 yang terlepas dari Komisi. Hakim pada ALJ memimpin,
serta setiap bukti yang diajukan oleh pihak yang bersengketa pada proses peradilan
170
Ibid.
171
Administrative Law Judge (ALJ) di Amerika bersifat independen. Tidak di bawah SEC,
sehingga menghasilkan putusan yang objektif. Hal ini terkait dengan independensi kehakiman di
Amerika Serikat.
115
tersebut. Setelah mendengar dari ALJ, maka selanjutnya ALJ menerbitkan keputusan
awal yang mencakup temuan fakta dan kesimpulan hukum. Keputusan awal juga
berisi sanksi yang dituntut oleh Staf Divisi Penegakan Hukum. Kedua pihak yang
bersengketa (Staf Divisi Penegakan Hukum dan Terdakwa) bisa mengajukan banding
seluruhnya atau sebagian dari keputusan awal kepada Komisi. Komisi dapat
Divisi Risiko, Strategi, dan Inovasi Keuangan didirikan pada bulan September
2009 untuk membantu mengidentifikasikan risiko yang berkembang dan tren di pasar
modal. Divisi baru ini menyediakan analisis canggih yang mengintegrasikan disiplin
ilmu ekonomi, keuangan, dan hukum. Tanggung jawab Divisi ini mencakup 3 (tiga)
172
Civil Monetary Penalties atau denda sipil adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan ketika Negara (Instansi Pemerintah, atau Pihak Swasta) mencari bantuan moneter
terhadap individu sebagai restitusi kesalahan oleh individu. Kesalahan ini biasanya ditentukan oleh
suatu kodefikasi undang-undang, peraturan, dan keputusan. Denda sipil tidak dianggap sebagai
hukuman pidana, melainkan pengganti hukuman untuk mengembalikan keadaan seperti semula.
Contohnya : jika seseorang membuang limbah beracun di taman negara, maka negara akan meminta
untuk memulihkan taman tersebut seperti sedia kala atau membawa hal tersebut ke pengadilan negeri
jika diperlukan. Sumber : Black’s Law Dictionary, Op.cit.
173
Disgorgement adalah upaya paksa untuk menyerahkan seluruh keuntungan yang diperoleh
dengan tindakan ilegal atau tidak etis. Pengadilan dapat memerintahkan Terpidana untuk membayar
kembali keuntungan ilegal, dengan bunga, untuk mencegah perolehan keuntungan yang tidak adil.
Dalam Black’s Law Dictionary, mengatakan disgorgement adalah tindakan memberi sesuatu (seperti
keuntungan yang diperoleh secara ilegal atas permintaan atau dengan paksaan hukum. Sumber :
Black’s Law Dictionary, Op.cit.
116
bidang yang luas, antara lain : risiko dan analisis ekonomi; riset strategis; dan inovasi
keuangan. Munculnya derivatif, hedge funds, teknologi baru, dan faktor lain telah
mengubah pasar modal menjadi lebih baik terkait dengan Good Corporate
Governance (GCG). Divisi Risiko, Strategi, dan Inovasi Keuangan bekerja untuk
perkembangan produk dunia nyata dan praktek di Wall Street dan Main Street. 174
Adapun fungsi dari Divisi Risiko, Strategi, dan Inovasi Keuangan, adalah
sebagai berikut :
b. Mengidentifikasi perkembangan baru dan tren di pasar modal dan risiko yang
sistemik;
(Indonesia), MAS (Singapura), dan SEC (Amerika Serikat) maka didapatlah benang
174
SEC Website, “The Investor’s Advocate : How the SEC Protects Investors, Maintains
Market Integrity, and Facilitates Capital Formation”, Op.cit.
117
sama karena peraturan perundang-undangan tersebut terlihat mirip antar satu negara
dengan negara lain. Ditinjau dari sisi badan hukumnya, ketiga badan hukum tersebut
merupakan otoritas tertinggi dari pasar modal ketiga negara. Namun yang membuat
pejabat-pejabat pemerintah. Sedangkan di Negara lain hal ini tidak dapat ditolerir. 175
SEC dan MAS adalah otoritas keuangan pasar modal yang melaporkan tindak pidana
tidak bertindak apapun dalam kasus tindak pidana money laundering yang terjadi
Sehingga oleh pembentuk Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,
kewenangan ini dipisahkan yaitu : Kewenangan Pemeriksaan dalam BAB XII dalam
Pasal 100, sedangkan Kewenangan Penyidikan dalam BAB XIII dalam Pasal 101.
175
Dapat dilihat dari survey dari Political & Economic Risk Consultancy (PERC), Hongkong
dan Transfarency Internasional, Indonesia merupakan peringkat pertama sebagai negara terkorup
diikuti dengan Kamboja di posisi kedua dan Vietnam di posisi ketiga. Sedangkan Amerika Serikat
berada di posisi ketigabelas yang merupakan negara bersih, lain halnya dengan Singapura menempati
urutan paling akhir menempati urutan keenambelas sebagai negara terbersih. Sumber : Nusantaraku,
“Memalukan, Indonesia Negara Terkorup Asia Pasifik”,
http://nusantaranews.wordpress.com/2010/03/09/prestasi-terus-naik-indonesia-negara-terkorup-asia-
2010/., diakses pada 03 Mei 2011.
118
mempunyai kewenangan yang sama seperti yang dipunyai oleh otoritas pasar modal
modal yang teratur dan efisien serta dapat melindungi kepentingan pemodal dan
modal. Dengan melakukan pemeriksaan dan atau penyidikan yang didasarkan kepada
laporan atau pengaduan dari pelaku-pelaku pasar modal, data tersebut dianalisis oleh
BAPEPAM-LK dan dari hasil tersebut dijadikan konsumsi publik dengan melakukan
Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal juga tidak ada
laundering adalah salah satu tindak pidana perbankan yang dapat dilakukan di sektor
perbankan. Karena Pasar Modal adalah salah satu pasar perbankan, maka sudah
176
Hamud M. Balfas, Tindak Pidana Pasar Modal dan Pengawasan Perdagangan di Bursa
Efek, Jurnal Hukum No. 11, Volume 6., 1999, hal. 93, sebagaimana dikutip Budi Satrio, “Penegakan
Hukum Pidana di Pasar Modal”, (Tesis : Universitas Sumatera Utara, 2009), hal. 60-61.
119
BAB IV
Dalam hal penegakan hukum tindak pidana pencucian uang, PPATK sangat
berperan penting dalam menekan angka pencucian uang. Dengan kata lain, PPATK
uang di Indonesia. Jika, PPATK tidak menjalankan fungsinya dengan benar maka
dan Pemberantasan Pencucian Uang tidak akan tercapai. Dari latar belakang falsafah
dibentuknya Rezim Anti Pencucian Uang, maka dapat dikaji beberapa kendala yang
muncul dalam penerapan ketentuan ini di Indonesia. Seperti telah dipahami bahwa
suatu keberhasilan dalam penegakan hukum sangat tergantung pada beberapa faktor
budaya masyarakatnya.177
Pencucian uang sebagai suatu kejahatan mempunyai ciri khas yaitu bahwa
kejahatan ini bukan merupakan kejahatan tunggal tetapi kejahatan ganda. Hal ini
ditandai dengan bentuk pencucian uang sebagai kejahatan yang bersifat follow up
177
Yenti Garnasih, “Anti Pencucian Uang di Indonesia dan Kelemahan dalam
Implementasinya”, http://opinihukumkasus-lc-bni.blogspot.com/2008/07/anti-pencucian-uang-di-
indonesia-dan.html., diakses pada 21 Maret 2011.
120
crime atau kejahatan lanjutan, sedangkan kejahatan utamanya atau kejahatan asalnya
disebut sebagai predicate offense atau core crime atau ada negara yang
uang yang kemudian dilakukan proses pencucian uang. Tujuan pelaku memproses
predicate offence agar tidak terlacak untuk selanjutnya dapat digunakan, jadi bukan
untuk tujuan menyembunyikan saja tapi merubah performance atau asal usulnya hasil
(interprise crimes) hampir pasti akan dilakukan pencucian uang atau paling tidak
Dari kekhasan jenis kejahatan ini telah melahirkan berbagai definisi tentang
pencucian uang, yang ternyata tidak ada satupun yang bersifat universal serta
berbeda sama sekali tetapi terdapat standar minimumnya berkaitan dengan kriteria
kejahatan ini, dan terutama untuk kepentingan dilakukannya mutual legal assistance.
178
Ibid.
179
Ibid.
121
namun paling tidak terdapat standar yang harus diatur yaitu berkaitan dengan adanya
knowledge or reason to know dan proceed of crime or unlawful activity. Dari sifatnya
yang merupakan kejahatan ekonomi maka dipikirkan bahwa praktik pencucian uang
sebagian besar menggunakan sarana lembaga keuangan, maka harus dilakukan upaya
agar lembaga ini tidak digunakan untuk pencucian uang. Selain itu upaya
dini sebagai penangkapan pelaku dan penyitaan hasil kejahatan dalam kaitannya
pendekatan dua jalur yang disebut sebagai twin track against money laundering181 :
“A twin track policy has gradually evolved in the fight against money
laundering, consisting of preventive approach, founded in banking law, and
repressive approach founded in criminal law. To portray the distinction
between the preventive and the repressive approach to money laundering as a
dichotomy between criminal and financial law is, however, an
oversimplification”.
nampaknya upaya pemberantasan melalui bidang ini dipandang sebagai strategi dini
180
Ibid.
181
Ibid.
122
dan yang paling signifikan. Misalnya pada tahap placement lembaga keuangan (bank)
dimanfaatkan dengan cara yang sederhana sampai yang rumit menggunakan wire
kegiatan Pasar Modal diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal, dengan tetap mengacu pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
mempunyai wewenang dalam hal penyidikan Tindak Pidana yang terjadi di Pasar
182
Ibid.
183
Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Op.cit.
123
8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah diatur bahwa yang menjadi penyidik dalam
hal terjadi tindak pidana di lingkungan Pasar Modal adalah Penyidik Pegawai Negeri
Acara Pidana Pasal 1 menyatakan bahwa yang menjadi penyidik adalah Pejabat Polisi
Negara RI dan Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus
oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan. Sesuai dengan Pasal 101 ayat 6
terjadi Tindak Pidana di lingkungan Pasar Modal. Sehingga dalam hal menyidik
maupun memproses Tindak Pidana yang terjadi di Pasar Modal sampai saat ini
pasar modal Indonesia masih tidak jelas sanksi hukumnya. Contoh yang dapat kita
lihat adalah kasus L/C Fiktif BNI 46 yang merugikan negara Rp. 11,4 miliar yang
sampai saat ini belum jelas apa sanksi hukum yang dijatuhkan.184
pasar modal dapat berkembang dibutuhkan adanya landasan hukum yang kukuh
184
Rudi Hartono, “Lemahnya Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pasar Modal”,
http://masroed.wordpress.com/., diakses pada 21 Maret 2011.
124
pasar modal, serta melindungi kepentingan masyarakat pemodal dari praktik yang
untuk meningkatkan koordinasi dan kerja sama antara BAPEPAM-LK dan Polri
Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
Acara Pidana, yang menjadi penyidik adalah Kepolisian. Namun, di dalam Undang-
Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang, yang melaporkan tindak pidana pencucian uang adalah PPATK.
kerja sama yang baik dari semua unsur Sistem Peradilan Pidana (SPP) yang dalam hal
ini terdiri dari Polisi, Jaksa, Hakim dan juga PPATK. Masing-masing unsur SPP dan
PPATK harus bisa berjalan dengan baik terkoordinir dan simultan. Namun,
185
Ibid.
125
kejahatan kerah putih (white collar crime). Tingkat kesulitan penegakan hukum pada
kasus money laundering L/C Fiktif Bank BNI’46 memiliki tingkat kesulitan yang
menunjukkan bahwa kasus tersebut sampai ke pengadilan jauh lebih sulit daripada
sebagai berikut187 :
1. Modus operandi dari white collar crime jauh lebih kompleks dibandingkan
2. Pelaku white collar crime jarang yang mempunyai riwayat kriminil seperti
innoncent, tidak kelihatan sebagai penjahat karena pelaku white collar crime
adalah orang-orang terpandang dan memiliki banyak teman dan uang, maka
membebaskan dari jeratan hukuman. Dengan dasar uang yang banyak dan
relasi yang punya kedudukan maka tidak terlalu sulit bagi seorang white
186
Yenti Garnasih, Op.cit.
187
Munir Fuady, Bisnis Kotor : Anatomi Kejahatan Kerah Putih, Op.cit., hal. 180.,
sebagaimana dikutip Budi Satrio, Op.cit., hal. 55-56.
126
collar crime untuk mendekati aparat penegak hukum, seperti polisi, jaksa,
white collar crime, dapat juga dilihat menggunakan teori Lawrence M. Friedman –
1. Substansi Hukum
dalam Pasal 107 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, mengatakan
bahwa188 :
“Untuk kepentingan penyidikan, penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf
a., memberikan petunjuk kepada penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf
b., dan memberikan bantuan penyidikan”.
penyidikannya. Hal ini terjadi karena masih kurangnya pemahaman dari penyidik
188
Solahuddin, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Acara Pidana, dan Perdata, Cetakan
Pertama, (Jakarta : Visimedia, 2008).
189
Budi Satrio, Loc.cit., hal. 80-82.
127
Hal ini diakui oleh Sardjito, Kepala Biro Pemeriksaan dan Penyidikan
Dalam hal pengejaran pelaku tindak pidana money laundering di Pasar Modal
Tahun 2010 tentang Pemberantasan dan Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang
sebagai penyidik. Maka dari itu pihak BAPEPAM-LK sendiri tidak mempunyai dasar
2. Stuktur Hukum
a. BAPEPAM-LK
190
Ibid., hal. 82.
128
Kerja sama itulah yang tidak ada antar lembaga, setiap lembaga menunjukkan
pasar modal yang merupakan salah satu tempat tindak pidana money laundering
bawah191 :
191
Ibid., hal. 83.
129
diberi gaji tinggi maka aparat tersebut akan baik bekerja. Sebenarnya semuanya
berasal dari dalam diri masing-masing (law from inside).192 Jika para aparat penegak
hukum mempunyai kesadaran hukum yang tinggi maka, seberapa sulit penegakan itu
b. PPATK
kecurigaan pencucian uang terutama melalui deteksi dini dalam alur transaksi yang
mencurigakan. 193
penyelidikanpun sangat awal dan sangat terbatas membantu kepolisian. Hasil analisis
atas transaksi atau kecurigaan adanya pencucian uang kemudian diserahkan kepada
polisi yang ternyata oleh polisi masih dilakukan penyelidikan baru ditindaklanjuti
dengan penyidikan dan proses selanjutnya. Artinya bahwa hasil analisis PPATK ini
bukanlah sebagai alat bukti karena masih harus ditindaklanjuti dalam penyidikan,
selain itu dalam masa penyidikan tersebut PPATK tidak berwenang untuk memblokir,
192
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Op.cit.
193
Yenti Garnasih, Op.cit., hal. 174.
194
Ibid.
130
c. Kepolisian
function) dan penganalisis (analysis function) dan sebagai clearing house yaitu
lembaga yang menyediakan fasilitas untuk pertukaran informasi atas transaksi yang
mencurigakan. 195
Berkenaan dengan tugas penyidikan polisi harus memperoleh alat bukti yang
akan diajukan pada jaksa untuk selanjutnya diungkapkan di persidangan, dan untuk
perkara pencucian uang bukanlah masalah mudah, apalagi harus dikaitkan dengan
kejahatan asalnya. Peran polisi juga sangat dominan manakala berkaitan dengan
pengembalian harta kekayaan hasil tindak pidana ini di luar negeri. Kemajuan di
memerlukan kerjasama antara Negara. Penyidikan juga akan semakin sulit ketika
melibatkan penggunaan jasa wire system, hal ini nampaknya dikarenakan tuntutan
195
Ibid.
196
Ibid.
131
Sejak 1989 dihampir semua negara telah menerapkan wire transfer system
secara internal, antar bank dan lembaga keuangan (transffering fund by electronic
dana ilegal dengan cepat dan tidak mudah untuk dilacak oleh jangkauan hukum,
dimana sekaligus pada saat yang sama terjadilah pencucian uang dengan cara
mengacaukan audit trail. Cara ini juga sering disebut sebagai Electronic Fund
Transfer (EFT) atau cyber payment yang merupakan salah satu jasa yang diberikan
wire transfer system yang menyertai money laundering juga semakin mempersulit
pembuktian.197
Selain itu polisi juga harus menemukan fakta untuk dibuktikan jaksa yang
meliputi unsur subyektif atau mens rea dan unsur obyektifnya atau actus reus. Mens
rea yang harus dibuktikan yaitu knowledge (mengetahui atau patut menduga) dan
mengetahui bahwa dana tersebut berasal dari hasil kejahatan dan terdakwa
mengetahui tentang atau maksud untuk melakukan transaksi. Untuk memenuhi unsur
yang harus dibuktikan jaksa tersebut sangat sulit, mengetahui atau cukup menduga
didukung berbagai faktor terutama dari perilaku dan kebiasaan pelaku. 198
197
Ibid.
198
Ibid.
132
Perlu ditekankan bahwa polisi tidak selalu harus menunggu laporan atau hasil
investigasi dari PPATK, bisa saja dan sangat mungkin polisi melakukan penyelidikan
awal terlebih dahulu atas adanya dugaan pencucian uang. Dalam kasus seperti ini
misalnya polisi telah mempunyai bukti awal tentang adanya korupsi atau aliran dana
illegal logging misalnya, justru polisi berinisiatif meminta bantuan PPATK untuk
rekening tertentu. Seperti yang terjadi sekarang ini, begitu banyak kasus korupsi yang
dahulu tidak perlu menunggu dari PPATK. Sebaiknya polisi juga mulai waspada
tradisional yaitu cara pemindahan uang dari bagasi ke bagasi. Nampaknya hal ini
uang terungkap maka para pelaku kejahatan itu akan mengevaluasi teknik-teknik
yang mereka lakukan dan pada akhirnya akan menjatuhkan mereka. Mereka akan
mereka sehingga terjebak dalam penangkapan polisi. Artinya polisi harus menyadari
bahwa penjahat tidak bisa didikte oleh pemerintah. Apabila di Indonesia saat ini
199
Ibid.
133
uang, sudah seharusnya polisi lebih mewaspadai proses pencucian uang yang tidak
Menghadapi ancaman pencucian uang yang semakin canggih dan dengan cara
sederhana tetapi strategis bukan sesuatu yang mudah. Di berbagai negara hal ini
Operation (operasi penjebakan). Pada intinya operasi ini adalah untuk mengungkap
jaringan pencucian uang dengan cara penyamaran (undercover inquiring). Jadi polisi
Namun untuk operasi penjebakan pencucian uang ini lebih rumit, karena tidak
sekedar penyamaran saja tetapi negara harus menyiapkan sejumlah uang yang akan
Sampai sekarang ini operasi penyamaran untuk kasus-kasus besar oleh pihak
dari pemerintah. Untuk menyelesaikan sebuah kasus, seorang polisi hanya dibayar
anggaran yang cukup. Mental polisinya juga harus dipertaruhkan dalam hal ini.
200
Ibid.
201
Ibid.
134
Budaya hukum Indonesia masih merupakan budaya suap. Hal ini dibuktikan
dengan kasus L/C Fiktif BNI’46, yang dapat dilihat bahwa Komjen Polisi Suyitno
Landung terseret kasus suap terkait dengan kasus tersebut. Adapun kutipan
pernyataan Tim Penyidik Bareskrim Mabes Polri dalam mekanisme penuntasan kasus
dengan baik, apabila penegak hukumnya masih bisa disuap. Keganjilan lain yang
dapat dilihat dari pernyataan di atas adalah bahwa pihak yang menginterogasi dan
atau menyelidiki kasus tersebut adalah lembaga Kepolisian itu sendiri. Sebuah badan
memeriksa badannya sendiri, kasus ini tidak akan selesai karena tidak terjadi checks
and balances jika pemeriksaan dilakukan oleh Kepolisian itu sendiri. Seharusnya
pemeriksaan dilakukan oleh lembaga lain. Budaya hukum suap inilah yang tidak
202
Sirojul Muttaqien, “Komjen Pol. Suyitno Landung Jadi Tersangka Kasus Suap BNI”,
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2005/bulan/12/tgl/13/time/143429/idnews/4977
02/idkanal/10., diakses pada 04 Mei 2011.
135
Hal tersebut di atas dapat dilihat lagi dengan bukti lebih lanjut mengenai
statistik survei yang digelar oleh KPK pada April-September 2009 dengan 11.413
Dengan kata lain Kepolisian merupakan lembaga terkorup pada tahun 2009. 203
pasar modal semakin tidak didukung oleh lembaga penegak hukum lainnya. Sulit
untuk mengungkapkan kasus tindak pidana money laundering di Pasar Modal karena
tidak didukung oleh Substansi Hukum, Struktur Hukum, dan Budaya Hukumnya.
diberikan kewenangan untuk menangani masalah itu. Jadi, revisi dapat dilakukan
203
Monitor Indonesia, “Inilah 15 Lembaga Terkorup Versi KPK”,
http://monitorindonesia.com/2010/01/inilah-15-lembaga-terkorup-versi-kpk/., diakses pada 04 Mei
2011.
136
BAB V
A. Kesimpulan
(dua) cara : Pertama, melalui hasil tindak pidana pasar modal itu sendiri
kemudian masuk ke sistem pasar modal; Kedua, hasil tindak pidana di luar
pasar modal kemudian masuk ke sistem pasar modal. Kedua hal tersebut lebih
placement.
tindak pidana pasar modal sesuai dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995
otoritas pasar modal dalam hal terjadi praktek money laundering di pasar
modal.
B. Saran
Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal merupakan Penyidik dalam
penanganan tindak pidana yang terjadi di Pasar Modal dan lebih memahami
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Rajawali
Press, 2010.
Dalla, Ismail., The Emerging Asian Bond Market, Washington DC : The World Bank,
1995.
Friedman, Lawrence M., A History of American Law, 3rd Edition, New York : Simon
& Schuster, Inc., 2005.
Fuady, Munir., Bisnis Kotor : Anatomi Kejahatan Kerah Putih, Bandung : Citra
Aditya Bakti, 2004.
Husein, Yunus., “Rezim Anti Money Laundering : Aspek Hukum dan Perkembangan
Terkini”, Disampaikan dalam Kuliah Umum Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, Medan, 8 Mei 2009.
Jurnal Hukum Bisnis, “Menyikapi Globalisasi Pencucian Uang”, Volume 22, No. 3,
2003.
Nasarudin, M. Irsan dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta :
Prenada Media, 2004.
Shook, R. J., dan Robert L. Shook, The Wall Street Direct Dictionary.
Suta, I Putu Gede Ary., Menuju Pasar Modal Modern, Jakarta : Yayasan SAD Satria
Bhakti, 2000.
Tumanggor, M.S., “Kajian Hukum Atas Insider Trading di Pasar Modal Suatu
Antisipasi Terhadap Pengembangan Ekonomi Indonesia (Satu Telaah
Singkat)”, Bandung : Disertasi, Program Doktor Universitas Padjajaran.
Usman, Marzuki., Singgih Riphat, dan Syahrir Ika, Pengetahuan Dasar Pasar Modal,
Jakarta : Jurnal Keuangan dan Moneter, 1997.
ARTIKEL INTERNET
Agustiyadi, M. Tri., “Praktek Money Laundering pada Pasar Modal (Pasar Modal
Bukan Mesin Cuci Uang)”, http://triagus.multiply.com/reviews/item/33.,
diakses pada 19 November 2010.
142
“F i n a n c i a l I n v e s t i g a t i o n D i v i s i o n”,
http://www.cad.gov.sg/topNav/abo/div/Financial+Investigation+Division.htm.
diakses pada 31 Maret 2011.
Harian Ekonomi Neraca, “B.E.I Perketat Pencucian Uang”, tanggal 13 Juni 2010,
http://www.neraca.co.id/2010/06/13/bei-perketat-pencucian-uang/., diakses
pada 21 November 2010.
Ihsan, Ahmad., “Hasil Pencucian Uang Kasus BNI Masuk Pasar Modal”, Kamis, 19 F
e b r u a r i 2 0 0 4,
http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2004/02/19/brk,20040219-
28,id.html., diakses pada 19 Maret 2011.
Muttaqien, Sirojul., “Komjen Pol. Suyitno Landung Jadi Tersangka Kasus Suap
BNI”,
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2005/bulan/12/tgl/13/ti
me/143429/idnews/497702/idkanal/10., diakses pada 04 Mei 2011.
Ronny, Junaidy K., “Ilmu Hukum dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan Modern”,
http://www.legalitas.org/content/ilmu-hukum-dalam-perspektif-ilmu-
pengetahuan-modern., diakses pada 13 Agustus 2010.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. KEP-
02/PM/2003 tentang Prinsip Mengenal Nasabah.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. KEP-
476/BL/2009 tentang Prinsip Mengenal Nasabah oleh Penyedia Jasa
Keuangan di Bidang Pasar Modal.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Lembaran Negara Republik
Indonesia No. 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3608.