Vous êtes sur la page 1sur 9

Algoritma Penjadwalan (Teori Tentang Antrian Sistem Operasi)

Kategori: tk"08
Diposting oleh roma08 pada Senin, 18 Januari 2010

[367 Dibaca] [1 Komentar]


Penjadwalan proses merupakan basis sistem operasi multiprogramming. Dengan
mengalih–alihkan pemroses di antara proses–proses yang ada, sistem operasi membuat
sistem komputer menjadi lebih produktif dan efisien. Sasaran multiprogramming adalah
mempunyai proses yang berjalan (dieksekusi) disetiap waktu untuk memaksimumkan
utilitasi pemproses. Untuk sistem komputer dengan pemroses tunggal (disebut sistem
uniprocessor atau singleprocessor) maka tidak lebih dari satu proses yang berjalan
(Running). Jika terdapat beberapa proses di sistem, satu proses berjalan sedangkan
sisanya menunggu sampai pemroses bebas dan proses itu dijadwalkan untuk
dijalankan.
Gagasan multiprogramming adalah sederhana, satu proses dieksekusi sampai proses itu
menunggu sesuatu, biasanya pelaksanaan operasi I/O. Pada multiprogramming,
beberapa proses disimpan proses disimpan di memori pada satu waktu. Tujuan dari
multiprogramming adalah untuk menjalankan beberapa proses pada waktu tertentu
sehingga bisa memaksimalkan penggunaan CPU. Tujuan dari time-sharing adalah untuk
menggilir penggunaan CPU antara proses-proses sehingga user bisa berinteraksi
dengan masing-masing program ketika program tersebut dijalankan. Ketika satu proses
harus menunggu, sistem operasi mengambil pemroses darinya dan memberikan
pemroses ke proses lain. Pola ini di lakukan terus menerus. Setiap kali proses
menunggu, proses lain mengambil alih penggunaan pemroses. Mahsudnya disini adalah
jika terdapat lebih dari satu proses, proses-proses lainnya harus menunggu sampai CPU
bebas dan bisa dijadwalkan ulang.
Penjadwalan CPU adalah basis dari sistem operasi multiprogramming, yang dilakukan
dengan men-switch CPU diantara proses. Disini sistem operasi dapat membuat
komputer menjadi lebih produktif.
Penjadwalan adalah fungsi dasar dari sistem operasi. Penjadwalan merupakan
kumpulan kebijaksanaan dan mekanisme di sistem operasi yang berkaitan dengan
urutan kerja yang dilakukan sistem komputer. Penjadwalan bertugas memutuskan hal-
hal berikut:
Proses yang harus berjalan, Kapan dan selama berapa lama proses berjalan. Hampir
semua sumber daya komputer dijadwalkan sebelum digunakan. CPU merupakan salah
satu sumber daya utama sistem komputer. Sehingga penjadwalan CPU merupakan
pusat rancangan sistem operasi.
Dalam penjadwalan, proses yang belum mendapat jatah alokasi dari CPU akan
mengantri di ready queue. Di sini algoritma diperlukan untuk mengatur giliran proses-
proses tersebut. Ada beberapa algoritma untuk mengatur hal tersebut. Salah satu
algoritma tersebut adalah Penjadwalan Prioritas.
Jenis-jenis algoritma penjadwalan:
1.  Nonpreemptive, menggunakan konsep :
a. FIFO (First In First Out) atau FCFS (First Come First Serve)
b. SJF (Shortest Job First)
c. HRN (Highest Ratio Next)
d. MFQ (Multiple Feedback Queues)
2.  Preemptive, menggunakan konsep :
a. RR (Round Robin)
b. SRF (Shortest Remaining First)
c. PS (Priority Schedulling)
d. GS (Guaranteed Schedulling)
 
Klasifikasi lain selain berdasarkan dapat/tidaknya suatu proses diambil secara paksa
adalah klasifikasi berdasarkan adanya prioritas di proses-proses, yaitu :
1.  Algoritma penjadwalan tanpa berprioritas.
2.  Algoritma penjadwalan berprioritas, terdiri dari :
a. Berprioritas static
b. Berprioritas dinamis
 
Algoritma Nonpreemptive
1)        First In First Out (FIFO)
First In First Out (FIFO) merupakan penjadwalan tidak berprioritas. FIFO adalah
penjadwalan paling sederhana, yaitu proses-proses diberi jatah waktu pemroses
berdasarkan waktu kedatangan. Pada saat proses mendapat jatah waktu pemroses,
proses dijalankan sampai selesai.
Penilaian penjadwalan ini berdasarkan kriteria optimasi :
•           Adil, dalam arti resmi (proses yang datang duluan akan dilayani lebih dulu),
tapi dinyatakan tidak     adil karena job-job yang perlu waktu lama membuat job-job
pendek menunggu. Job-job yang tidak penting dapat membuat job-job penting
menunggu lama.
•            Efisiensi, sangat efisien.
•           Waktu tanggap sangat jelek, tidak cocok untuk sistem interaktif apalagi untuk
sistem waktu nyata.
•            Turn around time kurang baik.
•         Throughtput kurang baik. FIFO jarang digunakan secara mandiri, tetapi
dikombinasikan dengan skema lain.
•            Baik untuk sistem batch yang sangat jarang berinteraksi dengan pemakai.
                Contoh : aplikasi analisis numerik, maupun pembuatan tabel.
•            Sangat tidak baik (tidak berguna) untuk sistem interaktif, karena tidak
memberi waktu tanggap yang baik.
•            Tidak dapat digunakan untuk sistem waktu nyata (real-time applications).
  First-Come First-Served (FCFS)
Algoritma ini merupakan algoritma penjadwalan yang paling sederhana yang digunakan
CPU. Dengan
menggunakan algoritma ini seiap proses yang berada pada status ready dimasukkan ke
dalam antrian
FIFO sesuai dengan waktu kedatangannya. Proses yang tiba terlebih dahulu yang akan
dieksekusi
terlebih dahulu.
Misalnya ada tiga buah proses yang datang secara bersamaan yaitu pada 0 ms, P1
memiliki burst
time 24 ms, P2 memiliki burst time 5 ms, P3 memiliki burst time 3 ms. Hitunglah wating
time rata-rata
dan turnaround time (burst time + waiting time) dari ketiga proses tersebut dengan
menggunakan
algoritma FCFS.
Proses Burst time
P1 24 ms
P2 5 ms
P3 3 ms
Waiting time untuk p1 adalah 0 ms (P1 tidak perlu menunggu), sedangkan untuk p2
adalah sebesar
24 ms (menunggu P1 selesai) dan untuk p3 sebesar 29 ms (menunggu P1 dan P2
selesai). Waiting
time rata-ratanya adalah sebesar (0+24+29)/3 = 17,6 ms.
Turnaround time untuk P1 sebesar 24 ms, sedangkan untuk P2 sebesar 29 ms (dihitung
dari awal
kedatangan P2 hingga selesai dieksekusi), untuk p3 sebesar 32 ms. Turnaround time
rata-rata untuk
ketiga proses tersebut adalah (24+29+32)/3 = 28,3 ms.
Kelemahan dari algoritma ini:
a. Waiting time rata-ratanya cukup lama.
b. Terjadinya convoy effect, yaitu proses-proses menunggu lama untuk menunggu satu
proses besar
yang sedang dieksekusi oleh CPU.
2)        Shortest Job First (SJF)
Penjadwalan SJF(Shorthest Job First) adalah kasus khusus untuk algoritma
penjadwalan Prioritas. Prioritas dapat diasosiasikan masing-masing proses dan CPU
dialokasikan untuk proses dengan prioritas tertinggi. Untuk proritas yang sama
dilakukan dengan FCFS. Ide penjadwalan prioritas adalah tiap proses diberi prioritas
dan proses berprioritas tertinggi running (mendapat jatah waktu pemroses).
Prioritas dapat diberikan secara:
Prioritas statis (static priorities).
Prioritas dinamis (dynamic priorities).
Prioritas Statis
Prioritas statis berarti prioritas tak berubah.
Contoh Penjadwalan Berprioritas
Proses-proses yang sangat banyak operasi masukan/ keluaran (I/ O bound)
menghabiskan kebanyakan waktu menuggu selesainya operasi masukan/ keluaran.
Proses-proses ini diberi prioritas sangat tinggi sehingga begitu proses memerlukan
pemroses segera diberikan, proses akan segera memulai permintaan masukan/
keluaran berikutnya sehingga menyebabkan proses blocked menunggu selesainya
operasi masukan/ keluaran. Dengan demikian pemroses dapat dipergunakan proses-
proses lain. Proses-proses I/ O bound berjalan parallel bersama proses-proses lain yang
benar-benar memerlukan pemroses, sementara proses-proses I/ O bound itu
menunggu selesainya operasi DMA.
Proses-proses yang sangat banyak operasi masukan/ keluaran kalau harus menunggu
lama untuk memakai pemroses (karena prioritas rendah) hanya akan membebani
memori karena harus disimpan tanpa perlu proses-proses itu di memori karena tidak
selesai-selesai menunggu operasi masukan dan menunggu jatah pemroses.

Penjadwalan ini mengasumsikan waktu berjalannya proses sampai selesai telah


diketahui sebelumnya. Mekanismenya adalah menjadwalkan proses dengan waktu jalan
terpendek lebih dulu sampai selesai, sehingga memberikan efisiensi yang tinggi dan
turn around time rendah dan penjadwalannya tak berprioritas.
Contoh :
Terdapat empat proses (job) yaitu A,B,C,D dengan waktu jalannya masing-masing
adalah 8,4,4 dan 4 menit. Apabila proses-proses tersebut dijalankan, maka turn around
time untuk A adalah 8 menit, untuk B adalah 12, untuk C adalah 16 dan untuk D adalah
20. Apabila keempat proses tersebut menggunakan penjadwalan shortest job fisrt,
maka turn around time untuk B adalah 4, untuk C adalah 8, untuk D adalah 12 dan
untuk A adalah 20.
Karena SJF selalu memperhatikan rata-rata waktu respon terkecil, maka sangat baik
untuk proses interaktif. Umumnya proses interaktif memiliki pola, yaitu menunggu
perintah, menjalankan perintah, menunggu perintah dan menjalankan perintah, begitu
seterusnya. Masalah yang muncul adalah tidak mengetahui ukuran job saat job masuk.
Untuk mengetahui ukuran job adalah dengan membuat estimasi berdasarkan kelakukan
sebelumnya. Prosesnya tidak datang bersamaan, sehingga penetapannya harus
dinamis. Penjadwalan ini jarang digunakan karena merupakan kajian teoritis untuk
pembandingan turn around time.
 
3)        Highest Ratio Next (HRN)
Highest Ratio Next merupakan strategi penjadwalan dengan prioritas proses tidak
hanya berdasarkan fungsi waktu layanan tetapi juga jumlah waktu tunggu proses.
Begitu proses mendapat jatah pemroses, proses berjalan sampai selesai.
Prioritas dinamis HRN dihitung berdasarkan rumus : Prioritas = (waktu tunggu + waktu
layanan ) / waktu layanan Karena waktu layanan muncul sebagai pembagi, maka job
lebih pendek berprioritas lebih baik, karena waktu tunggu sebagai pembilang maka
proses yang telah menunggu lebih lama juga mempunyai kesempatan lebih bagus.
Disebut HRN, karena waktu tunggu ditambah waktu layanan adalah waktu tanggap,
yang berarti waktu tanggap tertinggi yang harus dilayani.
 
4)        Multiple Feedback Queues (MFQ)
Merupakan penjadwalan berprioritas dinamis. Penjadwalan ini untuk mencegah
(mengurangi) banyaknya swappingdengan proses-proses yang sangat banyak
menggunakan pemroses (karena menyelesaikan tugasnya memakan waktu lama) diberi
jatah waktu (jumlah kwanta) lebih banyak dalam satu waktu. Penjadwalan ini juga
menghendaki kelas-kelas prioritas bagi proses-proses yang ada. Kelas tertinggi berjalan
selama satu kwanta, kelas berikutnya berjalan selama dua kwanta, kelas berikutnya
berjalan empat kwanta, dan seterusnya. Ketentuan yang berlaku adalah sebagai berikut
:
 
•        Jalankan proses pada kelas tertinggi.
•        Jika proses menggunakan seluruh kwanta yang dialokasikan, maka diturunkan
kelas prioritasnya.
•        Proses yang masuk untuk pertama kali ke sistem langsung diberi kelas tertinggi.
Mekanisme ini mencegah proses yang perlu berjalan lama swapping berkali-kali dan
mencegah proses-proses interaktif yang singkat harus menunggu lama.
 
Algoritma Preemptive
 
1)        Round Robin (RR)
Merupakan :
Penjadwalan yang paling tua, sederhana, adil, banyak digunakan algoritmanya dan
mudah  diimplementasikan.
Penjadwalan ini bukan dipreempt oleh proses lain tetapi oleh penjadwal berdasarkan
lama waktu berjalannya proses (preempt by time).
Penjadwalan tanpa prioritas.
Berasumsi bahwa semua proses memiliki kepentingan yang sama, sehingga tidak ada
prioritas tertentu. Semua proses dianggap penting sehingga diberi sejumlah waktu oleh
pemroses yang disebut kwanta (quantum) atau time slice dimana proses itu
berjalan.Jika proses masih running sampai akhir quantum, maka CPU akan
mempreempt proses itu dan memberikannya ke proses lain. Penjadwal
membutuhkannya dengan memelihara daftar proses dari runnable. Ketika quantum
habis untuk satu proses tertentu, maka proses tersebut akan diletakkan diakhir daftar
(list).
 
  2)        Shortest Remaining First (SRF)
Merupakan :
• Penjadwalan berprioritas.dinamis.
• preemptive untuk timesharing
• Melengkapi SJF
Pada SRF,  proses dengan sisa waktu jalan diestimasi terendah dijalankan, termasuk
proses-proses yang baru tiba.Pada SJF, begitu proses dieksekusi, proses dijalankan
sampai selesai.Pada SRF, proses yang sedang berjalan (running) dapat diambil
alihproses baru dengan sisa waktu jalan yang diestimasi lebih rendah.
Kelemahan :
•            Mempunyai overhead lebih besar dibanding SJF. SRF perlu penyimpanan
waktu layanan yang telah dihabiskan job dan kadang-kadang harus menangani
peralihan.
•            Tibanya proses-proses kecil akan segera dijalankan.
•            Job-job lebih lama berarti dengan lama dan variasi waktu tunggu lebih lama
dibanding pada SJF.
SRF perlu menyimpan waktu layanan yang telah dihabiskan , menambah overhead.
Secara teoritis, SRF memberi waktu tunggu minimum tetapi karena overhead peralihan,
maka pada situasi tertentu SFJ bisa memberi kinerja lebih baik dibanding SRF.
Shortest-Job First (SJF)
Algoritma ini mempunyai cara penjadwalan yang berbeda dengan FCFS. Dengan
algoritma ini maka
setiap proses yang ada di antrian ready akan dieksekusi berdasarkan burst time
terkecil. Hal ini
mengakibatkan waiting time yang pendek untuk setiap proses dan karena hal tersebut
maka waiting
time rata-ratanya juga menjadi pendek, sehingga dapat dikatakan bahwa algoritma ini
adalah
algoritma yang optimal.
Ada beberapa kekurangan dari algoritma ini yaitu:
• Kesulitan untuk memprediksi burst time proses yang akan dieksekusi selanjutnya .
• Proses yang mempunyai burst time yang besar akan memiliki waiting time yang besar
pula karena
yang dieksekusi terlebih dahulu adalah proses dengan burst time yang lebih kecil.
Algoritma ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Preemptive. Jika ada proses yang sedang dieksekusi oleh CPU dan terdapat proses di
antrian
ready dengan burst time yang lebih kecil daripada proses yang sedang dieksekusi
tersebut, maka
proses yang sedang dieksekusi oleh CPU akan digantikan oleh proses yang berada di
antrian
ready tersebut. Preemptive SJF sering disebut juga Shortest-Remaining-Time-First
scheduling.
2. Non-preemptive. CPU tidak memperbolehkan proses yang ada di antrian ready untuk
menggeser
proses yang sedang dieksekusi oleh CPU meskipun proses yang baru tersebut
mempunyai burst
time yang lebih kecil.
Misalnya ada empat buah proses dengan masing-masing waktu kedatangan burst time
di jelaskan
pada tabel di bawah ini. Hitunglah waiting time rata-rata dan turnaround time dari
keempat proses
tersebut dengan mengunakan algoritma SJF.
Proses Arrival time Burst Time
P1 0 ms 7 ms
P2 2 ms 4 ms
P3 4 ms 1 ms
P4 5 ms 4 ms
Solusi Preemptive:
Rata-rata waiting time adalah (9 + 1 + 0 +2)/4 = 3, dimana :
P1: (0-0+11-2) = 9
P2: (2-2+5-4) = 1
P3: (4-4) = 0
P4: (7-5) = 2
Rata-rata turnaround time adalah ((9+7)+(1+4)+(0+1)+(4+2))/4 = 7
Solusi Non-Preemptive:
Rata-rata waiting time adalah (0 + 6 + 3 + 7)/4 = 4, dimana:
P1: (0-0) = 0
P2: (8-2) = 6
P3: (7-4) = 3
 
3). Priority Schedulling (PS)
Setiap proses diberi prioritas dan proses yang berprioritas tertinggi mendapat jatah
waktu lebih dulu (running). Diasumsikan bahwa masing-masing proses memiliki
prioritas tertentu, sehingga akan dilaksanakan berdasar prioritas yang dimilikinya.
Ilustrasi yang dapat memperjelas prioritas tersebut adalah dalam komputer militer,
dimana proses dari jendral berprioritas 100, proses dari kolonel 90, mayor berprioritas
80, kapten berprioritas 70, letnan berprioritas 60 dan seterusnya. Dalam UNIX perintah
untuk mengubah prioritas menggunakan perintah nice. Pemberian prioritas diberikan
secara:
a.) Statis (Static Priorities) berarti prioritas tidak berubah.
Keunggulan :
• Mudah diimplementasikan.
• Mempunyai overhead relatif kecil.
Kelemahan :
• Tidak tanggap terhadap perubahan lingkungan yang mungkin menghendaki
penyesuaian prioritas.
b. ) Dinamis (Dynamic Priorities) merupakan mekanisme untuk menanggapi perubahan
lingkungan  system beroperasi. Prioritas awal yang diberikan ke proses mungkin hanya
berumur pendek setelah disesuaikan ke nilai yang lebih tepat sesuai lingkungan.
Kelemahan :
Implementasi mekanisme prioritas dinamis lebih kompleks dan mempunyai overhead
lebih besar. Overhead ini diimbangi dengan peningkatan daya tanggap sistem.
Contoh penjadwalan berprioritas :
Proses-proses yang sangat banyak operasi masukan/keluaran menghabiskan
kebanyakan waktu menunggu selesainya operasinya masukan/keluaran. Proses-proses
ini diberi prioritas sangat tinggi sehingga begitu proses Memerlukan pemroses segera
diberikan, proses akan segera memulai permintaan masukan/keluaran berikutnya
sehingga menyebabkan proses blocked menunggu selesainya operasi
masukan/keluaran. Dengan demikian pemroses dapat dipergunakan proses-proses lain.
Proses-proses I/O berjalan paralel bersama proses-proses lain yang benar-benar
memerlukan pemroses, sementara proses-proses I/O itu menunggu selesainya operasi
DMA.
Proses-proses yang sangat banyak operasi I/O-nya, kalau harus menunggu lama untuk
memakai pemroses (karena prioritas rendah) hanya akan membebani memori, karena
harus disimpan tanpa perlu proses-proses itu dimemori karena tidak selesai-selesai
menunggu operasi masukan dan menunggu jatah pemroses.
 
4)   Guaranteed Schedulling (GS)
Penjadwalan ini memberikan janji yang realistis (memberi daya pemroses yang sama)
untuk membuat dan menyesuaikan performance adalah jika ada N pemakai, sehingga
setiap proses (pemakai) akan mendapatkan 1/N dari daya pemroses CPU. Untuk
mewujudkannya, sistem harus selalu menyimpan informasi tentang jumlah waktu CPU
untuk semua proses sejak login dan juga berapa lama pemakai sedang login. Kemudian
jumlah waktu CPU, yaitu waktu mulai login dibagi dengan n, sehingga lebih mudah
menghitung rasio waktu CPU. Karena jumlah waktu pemroses tiap pemakai dapat
diketahui, maka dapat dihitung rasio antara waktu pemroses yang sesungguhnya harus
diperoleh, yaitu 1/N waktu pemroses seluruhnya dan waktu pemroses yang telah
diperuntukkan proses itu. Rasio 0,5 berarti sebuah proses hanya punya 0,5 dari apa
yang waktu CPU miliki dan rasio 2,0 berarti sebuah proses hanya punya 2,0 dari apa
yang waktu CPU miliki. Algoritma akan menjalankan proses dengan rasio paling rendah
hingga naik ketingkat lebih tinggi diatas pesaing terdekatnya. Ide sederhana ini dapat
diimplementasikan ke sistem real-time dan memiliki penjadwalan berprioritas dinamis.
Multilevel Feedback Queue
Algoritma ini mirip sekali dengan algoritma Multilevel Queue. Perbedaannya ialah
algoritma ini
mengizinkan proses untuk pindah antrian. Jika suatu proses menyita CPU terlalu lama,
maka proses
itu akan dipindahkan ke antrian yang lebih rendah. Ini menguntungkan proses interaksi,
karena proses
ini hanya memakai waktu CPU yang sedikit. Demikian pula dengan proses yang
menunggu terlalu
lama. Proses ini akan dinaikkan tingkatannya.
Biasanya prioritas tertinggi diberikan kepada proses dengan CPU burst terkecil, dengan
begitu CPU
akan dimanfaatkan penuh dan I/O dapat terus sibuk. Semakin rendah tingkatannya,
panjang CPU
burst proses juga semakin besar.
Algoritma ini didefinisikan melalui beberapa parameter, antara lain:
• Jumlah antrian
• Algoritma penjadwalan tiap antrian
• Kapan menaikkan proses ke antrian yang lebih tinggi
• Kapan menurunkan proses ke antrian yang lebih rendah
• Antrian mana yang akan dimasuki proses yang membutuhkan
Gambar 4 Antrian multilevel feedback
Dengan pendefinisian seperti tadi membuat algoritma ini sering dipakai. Karena
algoritma ini mudah
dikonfigurasi ulang supaya cocok dengan sistem. Tapi untuk mengatahui mana
penjadwal terbaik, kita
harus mengetahui nilai parameter tersebut. Multilevel feedback queue adalah salah satu
algoritma
yang berdasar pada algoritma mulilevel queue. Perbedaan mendasar yang
membedakan multilevel
feedback queue dengan multilevel queue biasa adalah terletak pada adanya
kemungkinan suatu
proses berpindah dari satu antrian ke antrian lainnya, entah dengan prioritas yang lebih
rendah
ataupun lebih tinggi, misalnya pada contoh berikut.
• Semua proses yang baru datang akan diletakkan pada antrian 0 (quantum = 8 ms)
• Jika suatu proses tidak dapat diselesaikan dalam 8 ms, maka proses tersebut akan
dihentikan
dan dipindahkan ke antrian pertama (quantum = 16 ms)
• Antrian pertama hanya akan dikerjakan jika tidak ada lagi proses di antrian 0, dan jika
suatu
proses di antrian pertama 1 tidak selesai dalam 16 ms, maka proses tersebut akan
dipindahkan
ke antrian kedua
• Antrian kedua akan dikerjakan bila antrian 0 dan 1 kosong, dan akan berjalan dengan
algoritma
FCFS.

Vous aimerez peut-être aussi