Vous êtes sur la page 1sur 46

Assalamualaikum………..

Zona Ekonomi Islam adalah implikasi dari mimpi para punggawa mahasiswa ekonomi islam
STAIN Kudus, khususnya mereka yang berada di kelas C angkatan 2006. Bermula dari
keinginan mereka untuk mengamalkan ilmu mereka semaksimal mungkin dengan media apapun.

Blog atau Web merupakan salah satu media belajar, jadi kami mencoba memasuki celah ini
untuk mewujudkan mimpi itu. Kami sebagai admin dari blog ini hanyalah kepanjangan tangan
dari mereka yang menginginkan terwujudnya cita-cita luhur itu. Yaitu, memberikan informasi
tanpa batas tentang ilmu Islam, khususnya Ekonomi Islam/Ekonomi Syariah.
Kami juga membuka peluang kepada siapapun untuk berpartisipasi dalam mewujudkan tujuan
diatas.

Kami tak tak akan membatasi partisipasi anda. misal: menyumbang artikel, mempromosikan dari
mulut ke mulut dan sampai meberikan dukungan dana.
Bagi yang ingin berpartisipasi menyumbangkan artikelnya klik di sini, sertakan juga nama,
deskripsi singkat tentang diri anda dan foto (kalau ada). Karena kami akan mempublikasikan
tulisan anda beserta nama, deskripsi singkat anda, serta foto(biar nambah tenar ). Dan yang
ingin berpartisipasi dalam segi pendanaan atau ingin pasang iklan harap hubungi  admin dulu.
Semoga Islam menjadi leading dalam ilmu dan terus berjaya. Amin….
Wassalamualaikum…..

Salam Hangat, hormat kami


BAB I
SISTEM EKONOMI INDONESIA
A. Pengertian Sistem

Sistem menurut Chester A. Bernard, adalah suatu kesatuan yang terpadu secara holistik, yang di dalamnya

terdiri atas bagian-bagian dan masing-masing bagian memiliki ciri dan batas tersendiri. Suatu sistem pada dasarnya

adalah “organisasi besar” yang menjalin berbagai subjek (atau objek) serta perangkat kelembagaan dalam suatu

tatanan tertentu. Subjek atau objek pembentuk sebuah sistem dapat berupa orang-orang atau masyarakat, untuk suatu

sistem sosial atau sistem kemasyarakatan dapat berupa makhluk-makhluk hidup dan benda alam, untuk suatu sistem

kehidupan atau kumpulan fakta, dan untuk sistem informasi atau bahkan kombinasi dari subjek-subjek tersebut.

Perangkat kelembagaan dimaksud meliputi lembaga atau wadah tempat subjek (objek) itu berhubungan,

cara kerja dan mekanisme yang menjalin hubungan subjek (objek) tadi, serta kaidah atau norma yang mengatur

hubungan subjek (objek) tersebut agar serasi.

Kaidah atau norma yang dimaksud bisa berupa aturan atau peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak

tertulis, untuk suatu sistem yang menjalin hubungan antar manusia. Contohnya aturan-aturan dalam suatu sistem

kekerabatan. Secara toritis pengertian sistem ekonomi dapat dikatakan sebagai

keseluruhan lembaga-lembaga ekonomi yang dilaksanakan atau dipergunakan


oleh suatu bangsa atau negara dalam mencapai cita-cita yang telah ditetapkan.

Pengertian lembaga atau institusi ekonomi adalah suatu pedoman atau, atauran atau kaidah yang digunakan

seseorang atau masyarakat dalam melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhannya. Kegiatan

ekonomi adalah kegiatan yang berkaitan dengn usaha(bisnis), dengan pasar, transaksi jual- beli, dan pembayaran
dengan uang. Pengertian ekonomi secara lembaga yaitu produk-produk hokum tertulis, seperti Tap MPR, Undang-

Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, ARD/ART suatu organisasi dan lain-lain.

B.Sistem Ekonomi

Persoalan-persoalan ekonomi pada hakekatnya adalah masalah transformasi atau pengolahan alat-

alat/sumber pemenuh/pemuas kebutuhan, yang berupa faktor- faktor produksi yaitu tenaga kerja, modal, sumber

daya alam dan keterampilan (skill) menjadi barang dan jasa.

Sistem ekonomi merupakan cabang ilmu ekonomi yang membahas persoalan pengambilan keputusan

dalam tata susunan organisasi ekonomi untuk menjawab persoalan-persoalanekonomi untuk mewujudkan tujuan

nasional suatu negara. Menurut Dumairy (1966), Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang mengatur serta menjalin

hubungan ekonomi antar manusia dengan seperangkat kelembagaan dalam suat tatanan kehidupan, selanjutnya

dikatakannya pula bahwa suatu sistem ekonomi tidaklah harus berdiri sendiri, tetapi berkaitan dengan falsafah,

padangan dan pola hidup masyarakat tempatnya berpijak. Sistem ekonomi sesungguhnya merupakan

salah satu unsur saja dalam suatu supra sistem kehidupan masyarakat. Sistem ekonomi merupakan bagian dari

kesatuan ideologi kehidupan masyarakat di suatu negara.Pada negara-negara yang berideologi politik leiberalisme

dengan rezim

pemerintahan yang demokratis, pada umumnya menganut ideologi ekonomi kapitalisme dengan pengelolaan

ekonomi yang berlandaskan pada mekanisme pasar. Di negara-negara ini penyelenggara kenegaraannya cendrung

bersifat etatis dengan struktur birokrasi yang sentralistis. Sistem ekonomi suatu negara dikatakan bersifat khas
sehingga dibedakan dari sistem ekonomi yang berlaku atau diterapkan di negara lain. Berdasarkan beberapa sudut

tinjauan seperti :

1. Sistem pemilikan sumber daya atau faktor-faktor produksi


2. Keluwesan masyarakat untuk saling berkompentisi satu sama lain dan untuk
menerima imbalan atas prestasi kerjanya
3. Kadar peranan pemerintah dalam mengatur, mengarahkan dan merencanakan
kehidupan bisnis dan perekonomian pada umumnya.
C.Macam-Macam Sistem Ekonomi
1.Sistem Ekonomi Liberal-Kapetalis

Sistem ekonomi leiberal-kapitalis adalah suatu sistem yang memberikan kebebasan yang besar bagi

pelaku-pelaku ekonomi untuk melakukan kegiatan yang terbaik bagi kepentingan individual atau sumber daya-

sumber daya ekonomi atau faktor produksi. Secara garis besar, ciri-ciri ekonomi liberal kapitalis adalah sebagai

berikut :
Sistem Tata Ekonomi Kapitalisme, Sosialisme dan
Komunisme - Definisi, Pengertian, Arti & Penjelasan -
Sejarah Teori Ilmu Ekonomi
Thu, 07/09/2006 - 8:17pm — godam64

1. Sistem Perekonomian / Tata Ekonomi Kapitalisme

Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada
setiap orang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi baang, manjual
barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya. Dalam sistem ini pemerintah bisa turut ambil
bagian untuk memastikan kelancaran dan keberlangsungan kegiatan perekonomian yang
berjalan, tetapi bisa juga pemerintah tidak ikut campur dalam ekonomi.

Dalam perekonomian kapitalis setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan
kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba sebesar-
besarnya. Semua orang bebas malakukan kompetisi untuk memenangkan persaingan bebas
dengan berbagai cara.

2. Sistem Perekonomian / Tata Ekonomi Sosialisme

Sosialisme adalah suatu sistem perekonomian yang memberikan kebebasan yang cukup besar
kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi tetapi dengan campur tangan
pemerintah. Pemerintah masuk ke dalam perekonomian untuk mengatur tata kehidupan
perekonomian negara serta jenis-jenis perekonomian yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara seperti air, listrik, telekomunikasi, gas lng, dan lain sebagainya.

Dalam sistem ekonomi sosialisme atau sosialis, mekanisme pasar dalam hal permintaan dan
penawaran terhadap harga dan kuantitas masih berlaku. Pemerintah mengatur berbagai hal dalam
ekonomi untuk menjamin kesejahteraan seluruh masyarakat.

3. Sistem Perekonomian / Tata Ekonomi Komunisme

Komunisme adalah suatu sistem perekonomian di mana peran pemerintah sebagai pengatur
seluruh sumber-sumber kegiatan perekonomian. Setiap orang tidak diperbolehkan memiliki
kekayaan pribadi, sehingga nasib seseorang bisa ditentukan oleh pemerintah. Semua unit bisnis
mulai dari yang kecil hingga yang besar dimiliki oleh pemerintah dengan tujuan pemerataan
ekonomi dan kebersamaan. Namun tujuan sistem komunis tersebut belum pernah sampai ke
tahap yang maju, sehingga banyak negara yang meninggalkan sistem komunisme tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Said Zainal. 2004. Kebijakan Publik. Jakarta: Penerbit Pancur Siwah
Amal, Ichlasul. 2004. ”Sistem Pemerintahan RI.” Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.
Andarus Darachim, Dkk. 2003. Bunga Rampai Pembekalan Pelatihan
Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional Dan Daerah.
Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan RI
Asshidiqie, Jimly. 2004. Etika Birokrasi Penegakan Hukum Dan “Good
Governence.” Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Bennis, Warren & Michael Mische. 1995. The 21st Century Organization,
Reventing Through Reengineering. Kuala Lumpur: Golden Books Center.
Badan Pusat Statistik dan Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang. 2005.
Karawang dalam Angka. Karawang: BPS
Considine. Mark. 1994. Public Policy: A Critical Approach. Melbourne:
McMillan
Cushway, Barry. Dan Derek Lodge. 1993. Perilaku dan Desain Organisasi:
Struktur, Pekerjaan, Peran, Komunikasi dan Motivasi. Jakarta: Elex Media
Komputindo
Dunn, William N. 1981. Public Policy Analysis: An Introduction. New Jersey:
Englewood Cliffs
Dwiyanto, Agus. 1995. “Analisis Biaya Manfaat.” Yogyakarta: Pusat Penelitian
Kependudukan Universitas Gadjahmada
Dye, Thomas R. 1992. Understanding Public Policy. New Jersey: Englewood
Cliffs
Edward III, George C. 1980. Implementing Public Policy. Washington DC :
Congressional Quarterly Press.
Effendi, Sofyan. 2004. ”Paradigma Pembangunan Kelembagaan publik Dan
Reinventing Government.” Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Gibson, J.L. Ivancevich dan JH. Donnely. 1985. Organisasi dan Manajemen:
PErilaku, Struktur, Proses. Editor: Agus Dharma. Jakrta: Erlangga.
Hamid, dan Sentika. 2004. Persepsi Pemerintah Daerah terhadap Isu
Perdagangan Anak: Studi Kuantitatif di Daerah Sumber. Jakarta:
Kementerian Pemberdayaan Perempuan.
Hill, Michael. (ed.). 1993. The Policy Process: A Reader. New York: Harvester-
Wheatsheaf
Irwanto, dkk. 2001. Perdagangan Anak di Indonesia. Jakarta: ILO.
36
Islamy, Irfan M. 1997. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta:
Bumi Aksara
Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat. 2005. Penghapusan
Perdagangan Orang (trafficking in person) Di Indonesia. Jakarta:
Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat
Kementerian Lingkungan Hidup. 1997. Agenda 21 Indonesia. Jakarta:
Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan. 2002. Keputusan Presiden RI nomor 88
tahun 2002 Tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan
(trafiking) Perempuan dan Anak, Jakarta: KPP.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan. 2001. Evaluasi Manajemen Gerakan
Sayang Ibu, Jakarta: KPP.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan. 2001. Rencana Induk Pembangunan
Kesejahteraan Dan Perlindungan Anak 2001-2005. Jakarta: KPP.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan. 2001. Rencana Strategis Pembangunan
Pembangunan Pemberdayaan Perempuan, Tahun 2001-2005. Jakarta: KPP
Kementerian Pemberdayaan Perempuan. 2004. Laporan Periodik Report
Implementasi Hak-Hak Anak Pada Sidang Komite Anak Dunia, 15 Januari
2004. Jenewa.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan PPHG Universitas Brawijaya. 2002.
Pengkajian Trafficking Terhadap Perempuan dan Anak Di Jawa Timur
Khun, Thomas S. 1993. Peran Paradigma Dalam Revolusi Sains. Jakarta:
Remaja Rosda Karya.
Kristiadi. 2004. Politik Pasca Pemilu 2004 Dan Transisi Politik Di Indonesia.
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Loedin, Rufaidah Anne. 2004. Butir-Butir Dialog Pencermatan Lingkungan
Dalam Penyusunan Strategi Dan Kebijakan Publik. Jakarta: Strategic
Dialogue Center.
Madjid, Nurcholis.1995. Peran Agama dalam Budaya Pluralitas Indonesia.
Jakarta: Paramadina.
Ma’mun, Sjaefuddin. 2005, Pengaruh Implementasi Kebijakan Pengelolaan
Jalan Terhadap Pencapaian Efektivitas Pemeliharaan Jalan Propinsi Di
Jawa Bara.
Marele S. Grindel. 1980. Politics and Policy Implementation in the third world.
Princeton University Press
Milton J. Esman. 1986. Unsur Unsur Dari Pembangunan Lembaga. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia
Moeljarto T. 1985. Politik Pembangunan: Sebuah Analisis Konsep, Arah dan
Strategi. Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana
SISTIM EKONOMI SOSIALIS

Ciri-ciri sistem ekonomi Sosialis

 Lebih mengutamakan kebersamaan (kolektivisme).

- Masyarakat dianggap sebagai satu-satunya kenyataan sosial, sedang individu-individu fiksi


belaka.
- Tidak ada pengakuan atas hak-hak pribadi (individu) dalam sistem sosialis.

 Peran pemerintah sangat kuat

- Pemerintah bertindak aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga tahap pengawasan.
- Alat-alat produksi dan kebijaksanaan ekonomi semuanya diatur oleh negara.

 Sifat manusia ditentukan oleh pola produksi

- Pola produksi (aset dikuasai masyarakat) melahirkan kesadaran kolektivisme (masyarakat


sosialis)
- Pola produksi (aset dikuasai individu) melahirkan kesadaran individualisme (masyarakat
kapitalis).
Kelemahan-kelemahan sistem ekonomi Sosialis
Teori pertentangan kelas tidak berlaku umum
Tidak banyak kasus, hanya terjadi pada saat revolusi industri (abad pertengahan) dan revolusi
Bolsevik tahun 1917). Di India banyak kasta, tapi tidak pernah terjadi revolusi sosial.

 Tidak ada kebebasan memilih pekerjaan

Maka kreativitas masyarakat tehambat, produktivitas menurun, produksi dan perekonomian akan
berhenti.

 Tidak ada insentive untuk kerja keras

Maka tidak ada dorongan untuk bekerja lebih baik, prestasi dan produksi menurun, ekonomi
mundur.

 Tidak menjelaskan bagaimana mekanisme ekonomi

 Karl Marx hanya mengkritik keburukan kapitalisme, tapi tidak menjelaskann mekanisme yang
mengalokasikan sumber daya di bawah sosialisme.

sistem ekonomi Sosialis tidak sama dengan sistem ekonomi komunis


- Sosialisme merupakan tahap persiapan ke komunisme.
- Komunisme merupakan tahap akhir perkembangan masyarakat (The Six Major Historical
Stages): primitive communism slaery feudalism, capitalism, sosialism dan full commun
Sistem Ekonomi Pasar Sosialis

Dalam kurun waktu selama 30 tahun sejak berdirinya Republik Rakyat Tiongkok tahun 1949,
pemerintah Tiongkok melaksanakan sistem ekonomi berencana. Target-target perkembangan
ekonomi di semua sektor direncanakan dan disusun oleh lembaga-lembaga khusus negara.
Dengan adanya sistem seperti itu, ekonomi Tiongkok dapat berkembang mantap secara
berencana dan terarah, namun sistem itu sekaligus dengan serius telah membatasi vitalitas dan
laju perkembangan ekonomi.

Pada akhir tahu 1970-an, Tiongkok mulai melakukan reformasi terhadap sistem ekonomi
berencana. Pada tahun 1978, Tiongkok melaksanakan sistem tanggung jawab di daerah pedesaan
yang terutama berupa sistem kontrak atas dasar keluarga yang dikaitkan dengan hasil produksi.
Pada tahun 1984, reformasi sistem ekonomi beralih ke kota dari pedesaan. Pada tahun 1992,
Tiongkok menetapkan arah reformasi untuk mendirikan sistem ekonomi pasar sosialis.

Pada Oktober tahun 2003, Tiongkok telah menegaskan lebih lanjut target dan tugas
penyempurnaan sistem ekonomi pasar sosialis, yakni: sesuai dengan tuntutan
mempertimbangkan secara menyeluruh perkembangan kota dan desa, perkembangan regional,
perkembangan sosial dan ekonomi, perkembangan harmonis antara manusia dan alam, serta
perkembangan di dalam negari dan keterbukaan terhadap dunia luar, mengembangkan peranan
dasar pasar dalam alokasi sumber daya, mningkatkan vitalitas dan daya saing perusahaan,
menyempurnakan pengontrolan makro negara, menyempurnakan fungsi pemerintah di bidang
pengelolaan sosial dan layanan umum, dan memberikan jaminn sistem yang kuat kepada
pembangunan masyarakat cukup sejahtera secara menyeluruh. Tugas utamanya ialah
menyempurnakan sistem pokok ekonomi di mana ekonomi milik negara merupakan bagian
utama dan ekonomi multi kepemilikan berkembang bersama, mendirikan sistem yang
menguntungkan untuk mengubah struktur ekonomi dualis antara kota dan desa, membentuk
mekanisme yang mendorong perkembangan harmonis ekonomi regional, membangun sistem
pasar modern yang seragam, terbuka dan bersaing secara tertib, menyempurnakan sistem
pengontrolan makro, sistem pengelolaan administrasi dan sistem hukum ekonomi,
menyempurnakan sistem penempatan kerja, distribusi pendapatan dan jaminan sosial, dan
mendirikan mekanisme yang mendorong perkembangan yang berkelanjutan di bidang ekonomi
dan sosial.

Menurut rencana, sampai tahun 2010, Tiogkok akan membangun sistem ekonomi pasar sosialis
yang relatif sempurna, dan sampai tahun 2020, akan dibangun sistem ekonomi pasar sosialis
yang relatif matang.
Kapitalisme, Sosialisme dan Sistem Ekonomi Indonesia

Februari 20, 2008 in Artikel

4 Votes

Pembahasan tentang ekonomi dan permasalahannya, seperti tidak akan lekang dimakan zaman. Entah
itu, dalam tingkat yang paling sederhana ekonomi rumah-tangga, ataupun dalam tataran yang lebih luas,
dalam konteks ekonomi negara misalnya. Sifat dasar manusia yang ingin selalu memenuhi
kebutuhannya, semakin menambah ruang lingkup pembahasan itu semakin luas. Pembahasan masalah
ekonomi berkembang menjadi pembahasan permasalahan manusia itu sendiri. Dengan kebutuhan yang
tidak pernah habis manusia dibuat menjadi sibuk. Kenyataan inilah yang membuat manusia diliputi
masalah-masalah ekonomi.

Perekonomian dunia yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia, memiliki cerita sejarah yang
panjang. Deretan-deretan tulisan yang menerangkannya pun tak akan habis dibaca, selalu ada bagian-
bagian tertentu yang masih tersisa untuk dibuka dan dipahami.

Pembahasan-permasalahan ini akan dimulai dari ketika manusia Eropa mengalami masa yang disebut
dengan revolusi industri. Inipun, masih akan di batasi lagi dengan pembahasan perekonomian yang
berhubungan dengan dua aliran utama ekonomi dunia. Dengan merunut pada lika-liku sejarah, dua
aliran tadi sedikit demi sedikit akan dikupas. Dan sub bahasan terakhir yang akan dibahas adalah
pengaruh dua mainstream aliran tadi terhadap sistem perekonomian Indonesia.

Revolusi Industri dan Lahirnya Dua Madzab Ekonomi Dunia

Dalam sejarahnya, revolusi industri tidak serta merta ada begitu saja. Revolusi ini muncul sesudah
masyarakat Eropa melampaui masa kegelapan. Masa di mana “pemikiran” mereka mengalami ke-
mandeg-an. Renaisance yang muncul pada abad 17 membuat manusia Eropa terlecut, dan kembali ke
jalan pemikiran. Dan kesadaran berfikir inilah yang memiliki peran penting membawa manusia Eropa
(Inggris khususnya) ke dalam sebuah perubahan besar.
Revolusi industripun lahir, di antara puing-puing peradaban Yunani. Manusia-manusia Eropa bergerak,
dan segera merubah dunia mereka. Corak agraris, dirubah menjadi industris. Tenaga-tenaga manusia
mulai diganti gerak-gerak mesin yang bermunculan setelah ditemukannya mesin uap. Pabrik-pabrikpun
segera saja mengisi sudut-sudut Eropa modern.  

Revolusi industri tidak hanya merubah Eropa dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industris, tapi
lebih dari itu. Sistem sosial masyarakatnya pun perlahan berubah. Muncul strata-strata baru di
dalamnya. Penggolongan tidak lagi didasarkan pada keturunan dan agama, tidak lagi hanya siapa yang
bangsawan dan yang bukan. Kondisi ini ada kerena munculnya kelas-kelas baru, kaum buruh (proletar)
dan pemodal (borjuis) yang memegang kapital. Di sini siapa yang mampu mengendalikan kapital dialah
yang berkuasa.

Perkembangan pesat industripun kemudian memerlukan birokrasi ekonomi yang lebih besar. Dan
kemudian dibentuklah sistem-sistem birokrasi penunjang, dan tentunya sistem birokrasi yang
menguntungkan kapitalisme. Industri yang  berkembang dan birokrasi ekonomi yang luas akhirnya
menciptakan sistem pasar yang disebut “kapitalisme” dengan ide dasar, leissez faire. Oleh Smith (1723-
1790) “sistem pasar ini adalah sebuah realitas independen yang memusat pada individu dan sekaligus
menguasainya.” Pasar akan bergerak dan terus bergerak dengan bimbingan invisible hand-nya Smith.
Pasarlah yang membentuk dunia dan pasar pulalah yang menentukan langkah perekonomian sekaligus
gerak dunia. Mengenai hal ini, Herbert Spencer (1820-1930) pun sejalan dengan pemikiran Adam Smith,
bahkan ia menambahkannya dengan ide Darwinisme Sosial. Ide Darwinisme ini akhirnya ia kembangkan,
dan munculah teori seleksi alamiah (survival of the fittest), siapa yang mampu bertahan dialah yang
menang. Sebuah ide yang membuat kelas-kelas pemodal semakin dimanjakan. Kepemilikan atas kapital-
kapital pabrik, membuatnya semakin memegang kuasa. Akhirnya hanya pada orang-orang inilah
kemakmuran terpusat.

Kesenjangan antara kaum buruh dan kapitalis inipun menimbulkan reaksi-reaksi, terutama oleh mereka
para cendekiawan Eropa yang merasa gerah atas situasi itu. Sebut saja, Claude-Henri de Saint-Simon
(1760-1825), F. M. Charles Fourier (1772-1837), Louis Blanc (1813-1882), dan Karl Marx (1818-1883).

Claude-Henri de Saint-Simon, Sang Bapak Sosialisme dunia. Menurutnya sentralisasi perencanaan sistem
ekonomi pemerintah adalah hal yang harus di utamakan. Masyarakat industri akan menjadi baik apabila
diorganisaikan secara baik. Dan pemerintah harus memiliki peran penting di dalamnya. Peran sentral
para kapitalis sebaiknya dibatasi oleh wewenang pemerintah dalam perekonomian.

F.M. Charles Fourier, kaum borjuis yang olehnya adalah orang-orang cacat sosial. Demi kepentingan
mereka sendiri, kaum buruh ditindas. Hal ini yang olehnya disebut sebagai sebuah pertentangan kelas
terselubung, dan bila dibiarkaan maka harmoni masyarakat akan rusak. Untuk menyelesaikan hal ini, ia
menganjurkan akan sebuah reorganisasi masyarakat. Reorganisasi masyarakat ini dapat dilakukan
dengan memisahkan kelompok-kelompok politik dan ekonomi. Opsi kedua yang ia tawarkan adalah
dengan memberikan individu-individu kebebasan memilih pekerjaan. Meskipun nampak memberikan
jalan keluar namun ide-idenya ini hanya dianggap sebagai sebuah ide utopian yang tidak bisa
diwujudkan.

Louis Blanc satu dari orang-orang sosialis yang benar-benar ingin mengangkat kaum buruh. Kaum buruh
olehnya harus menjadi prioritas pemerintah dalam menentukan kebijakan. Dan bentuk konkrit dari
prioritas itu adalah dengan menyediakan kapital-kapital bagi kaum buruh. Setelah kapital-kapital itu
disediakan maka kaum buruh diberi wewenang untuk mengelola pabrik-pabrik yang ada. Ide inipun
bernasib sama dengan gagasan Fourier, di tolak dan dibuang jauh di dalam cerobong pabrik kapitalisme.
Namun di balik itu, ada hal lain yang menyebabkan ide ini di tolak, merugikan  politisi dan ekonom.

Karl Marx. Ide dasar yang membawanya pada sentralisasi murni sistem perekonomian adalah
individualisme. Satu paham yang ditentangnya ini dianggap sebagai agen yang membuat masyarakat
terkotak-kotak dalam kelas-kelas (Klassengesellschaft) sosial. Kelas-kelas sosial inilah yang olehnya ingin
dihilangkan. Kelas sosial ini akan menimbulkan ketimpangan dalam masyarakat, kaum buruh akan
semakin tertekan dengan kelas sosialnya. Sebaliknya kaum borjuis akan semakin berjaya. Maka untuk
menghilangkan hal itu maka sistem perekonomia harus disentralisasi dengan memusatkan
perekonomian itu pada pemerintah. Dengan sistem yang baru ini maka pemerataan akan dapat
dilakukan, tidak ada lagi kepemilikan pribadi, yang ada hanya milik bersama secara kolektif. The
Communist Manifesto adalah salah satu karya monumental Marx yang melukiskan keradikalanya
sebagai seorang sosialis.

Dalam perkembangannya, kaum sosialis tumbuh menjadi aliran yang lebih radikal. Ajaran yang
digunakan kaum ini lebih berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai, yaitu membentuk masyarakat
sosialis dunia. Seringkali upaya-upaya yang mereka lakukan keluar jauh dari mainstream paham sosialis.
Anarkisme, pembantaian dan bahkan mengorbankan bagian dari golongan mereka sendiri, semua itu
sah-sah saja. Paham sosialis radikal ini berasal dari ajaran-ajaran Bakunin (1814-1876). Ajaran ini
menemukan bentuknya yang paling mengerikan, ketika Rusia menjadi pusat sosialis dunia, era Lenin. Di
sini militerisme menjadi alat sosialisme untuk melakukan segala tindak tanduknya. Paradigma
masyarakat dunia pun berubah. Sebuah bayangan ketakutan akan muncul apabila nama sosialisme
disebut. Sosialisme tidak lagi peduli dengan buruh-buruh di pabrik-pabrik para kapitalis, atau
memikirkan bagaimana kesenjangan ekonomi dapat segera di atasi, tapi ia menjadi sibuk dengan urusan
para elit-elit penguasa yang haus kekuasaan dan kekayaan.

Kapitalisme, sosialisme dan bentuk perekonomian Indonesia

Dengan melihat arah pembahasan di atas, segera akan muncul pertanyaan mengenai sistem
perekonomia Indonesia. Ke manakah sebenarnya sistem perekonomian Indonesia menyandarkan
dirinya, di bahu kapitalisme ataukah di pelukan sosialisme?
Kemunculan suatu aliran ekonomi di dunia, akan selalu terkait dengan aliran ekonomi yang muncul
sebelumnya. Begitu pula dengan garis hidup perekonomian Indonesia. Pergulatan kapitalisme dan
sosialisme begitu rupa mempengaruhi ideologi perekonomian Indonesia.

Era pra-kemerdekaan adalah masa di mana kapitalisme mencengkeram erat Indonesia, dalam bentuk
yang paling ekstrim. Pada masa ini, Belanda sebagai agen kapitalisme benar-benar mengisi tiap sudut
tubuh bangsa Indonesia dengan ide-ide kapitalisme dari Eropa. Dengan ide kapitalisme itu, seharusnya
bangsa Indonesia bisa berada dalam kelas pemilik modal. Tetapi, sebagai pemilik, bangsa Indonesia
dirampok hak-haknya. Sebuah bangsa yang seharusnya menjadi tuan di tanahnya sendiri, harus menjadi
budak dari sebuah bangsa asing. Hal ini berlangsung hingga bangsa Indonesia mampu melepaskan diri
dari penjajahan belanda.

“Perekonomian Indonesia berdasarkan atas asas kekeluargaan.” Demikianlah kira-kira substansi pokok
sistem perekonomian Indonesia paska kemerdekaan. Lalu apa hubungan substansi ini dengan dua aliran
utama perekonomian dunia? Adakah korelasi sistem perekonomian Indonesia paska kemerdekaan ini
dengan dua mainstrem tadi? Ataukah malahan, kapitalisme dan sosialisme sama sekali tidak berperan
dalam melahirkan sistem perekonomian Indonesia?

Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas ada baiknya kita cari tahu dahulu seperti apakah
sistem perekonomian Indonesia. Dengan melihat seperti apakah sistem perekonomian Indonesia secara
tidak langsung kita sedikit-banyak akan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas.

Di atas disinggung bahwa sistem perekonomian Indonesia beradasarkan asas kekeluargaan. Lalu, apa
asas kekeluargaan itu? Membahas asas ini, setidaknya muncul dua opsi dalam pikiran saya. Pertama,
asas ini lekat sekali dengan ide-ide Pak Hatta, mengenai sebuah bentuk perekonomian yang oleh beliau
dianggap paling sesuai dengan masyarakat Indonesia . Dengan ide inilah Pak Hatta menggagas satu
badan ekonomi Indonesia yang di kenal dengan “koperasi”. Kedua, hal ini berkenaan dengan UUD’45,
tepatnya dalam pembukaan dan dua pasal pokok di dalamnya. Asas kekeluargaan ini secara ekstrisik
nampak pada pasal 33 ayat 1, sedangkan secara intrisik asas dapat di pahami dari Pembukaan UUD,
pasal 27 ayat 2, dan pasal 33 (2,3). Pembahasan selanjutnya mengenai asas ini, akan saya fokuskan pada
opsi yang kedua saja, yaitu asas kekeluargaan dalam UUD’45.

Dalam pasal 33 ayat 1 yang berbunyi, “ Perekonomian disusun atas usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan, di sini secara jelas nampak bahwa Indonesia menjadikan asas kekeluargaan sebagai
fondasi dasar perekonomiannya. Kemudian dalam pasal 33 ayat 2 yang berbunyi, “Cabang-cabang
produksi yang bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”, dan
dilanjutkan pada pasal 33 ayat 3 yang berbunyi, “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan di pergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat,” dari
bunyinya dapat dilihat bahwa dua pasal ini mengandung intisari asas itu. Hal ini tercemin dari
penguasaan negara akan sumber-sumber daya alam dan kemudian tindak lanjutnya adalah kembali
pada rakyat, secara tersirat di sini nampak adanya kolektivitas bersama dalam sebuah negara. Meskipun
dalam dua pasal ini tidak terlalu jelas kandungan asas kekeluargaanya, namun melihat pasal
sebelumnya, kedua pasal inipun akan jadi terkait dengan asas kekeluargaan itu.

Kemudian dalam pasal 27 ayat dua yang berbunyi, “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Makna kekeluargaan di sini lebih jelas di bandingkan pasal
33 ayat 2 dan 3. Ada hak yang menjembatani antara negara dan warga negara. Hubungan ini tidak hanya
sekedar apa yang harus di lakukan dan bagaimana memperlakukan. Tetapi ada nilai moral khusus yang
menjadikannya istimewa. Dan nilai moral itu adalah nilai-nilai yang muncul karena rasa kekeluargaan.
Dan hal ini pun tidak jauh beda dengan yang ada dalam pembukaan UUD, di dalamnya asas
kekeluargaan juga muncul secara tersirat.

Mengacu pada pasal-pasal di atas, asas kekeluargaan dapat digambarkan sebagai sebuah asas yang
memiliki substansi sebagai berikut; kebersamaan, idealis keadilan, persamaan hak, gotong-royong,
menyeluruh, dan nilai-nilai kemanusiaan.  

Menilik dari substansi-substansi itu dapat diketahui bahwa sosialisme telah mengakar ke dalam tubuh
perekonomian Indonesia. di sini penulis tidak ingin mengatakan bahwa hanya sosialisme saja yang
memiliki pengaruh terhadap sistem perekonomian Indonesia. Namun penulis ingin menekankan bahwa
ada bagian-bagian aliran sosialisme yang menjadi bagian sistem ekonomi kita. Dan yang perlu di garis
bawahi, bagian-bagian aliran sosialisme yang diadopsi itu bukanlah bagian secara keseluruhan,
melainkan hanya bagian-bagian yang dianggap sesuai dan baik untuk Indonesia. hal ini dikuatkan dalam
TAP No. XIII/MPRS/1966, “Langkah-langkah pertama ke arah perbaikan ekonomi rakyat ialah penilaian
kembali daripada semua landasan-landasan kebijakan ekonomi, keuangan, dan pembangunan, dengan
maksud memperoleh keseimbangan yang tepat antara upaya yang diusahakan dan tujuan yang hendak
dicapai, yakni masyarakat sosialis Indonesia berdasarkan Pancasila.”

Hubungan antara sosialisme dan sistem perekonomian Indonesia telah dikupas, meski sedikit saja.
Kemudian bagaimana dengan kapitalisme? Apa kapitalisme juga memiliki andil dalam terbentuknya
sistem perekonomian kita? Untuk melihat hubungan antara perekonomian kita dengan kapitalisme, kita
cukup menelaah kapitalisme sedikit saja. Dan dengan sedikit telaah pada UUD’45 tadi, hal itu akan dapat
membantu manampakkan bias-bias buram hubungan itu.

Kapitalisme lahir di Eropa dengan ide-ide pasar bebasnya. Tapi apakah hanya itu saja ide-ide
kapitalisme? Dengan lantang kita akan menjawab tidak, sistem pasar bebas sendiri hanya bagian umum
dari ide-ide kapitalisme, jadi tentu ada bagian-bagian yang lebih substantif dalam kapitalisme. Sebut
saja, kebebasan bertindak, kepemilikan hak, kebebasan mengembangkan diri, dan banyak lagi, tentu ini
adalah substansi kapitalisme yang baik, di luar itu lebih banyak lagi substansi-substansi kapitalisme yang
tidak sesuai dengan sistem perekonomian Indonesia. Sejenak kita berfikir bahwa substansi-substansi itu
bukankah ada dalam sistem ekonomi Indonesia.

Satu persatu substansi itu kita lihat kembali. Kebebasan bertindak. Di Indonesia apakah kebebasan
berkehendak ada? Ataukah kebebasan itu malah di kekang? Serempak kita akan menjawab kebebasan
berkehendak di Indonesia jelas ada. Lalu bagaimana kita tahu bahwa kita diberikan kehendak bebas
dalam berekonomi? Dalam kehidupan sehari-hari kita melihat orang-seorang di beri kebebasan memilih
apa yang ia inginkan, pekerjaan apa yang ia suka, atau mendirikan perusahaan, negara memberikan
ruang bebas kepada kita untuk melakukan itu.

Hak kepemilikan. Hak memiliki sesuatu jelas adalah suatu yang lazim di Indonesia. Tidak ada ceritanya di
Indonesia orang dilarang untuk memiliki sesuatu, kecuali hal itu yang menyangkut hal-hal yang di jadikan
pengecualian. Di Indonesia orang boleh memiliki perusahaan-perusahaan, boleh memiliki villa pribadi,
sedan pribadi dan banyak lagi hak milik pribadi yang diperbolehkan. Bahkan kadang aset negarapun
boleh menjadi hak milik pribadi.

Jadi antara kapitalisme dan sistem ekonomi Indonesia memang memiliki kaitan yang cukup erat, seperti
halnya hubungan sosialisme dengan sistem ekonomi indonesia . Hal ini juga dipertegas dalam UUD’45,
dalam pasal 27 ayat 2 yang telah dibahas di atas. Selain ada unsur sosialisme ternyata dalam pasal ini
juga mengandung unsur kapitalisme. Hak untuk memilik pekerjaan ternyata juga termasuk hak
kepemilikan yang merupakan substansi kapitalisme. Selain itu dalam pasal ini juga tersirat bahwa
kewajiban negara adalah sebagai agen pelindung individu-individu sebagai warga negara. Tanggung
jawab negara terhadap hak-hak individu ini adalah bagian dari substansi kapitalisme yang menjadikan
individu-individu sebagai subjek.

Sistem ekonomi Indonesia sebagai sintesa kapitalisme dan sosialisme

Merunut pada pembahasan di atas, penulis akan menutup tulisan ini dengan menyimpulkan bahwa
sistem ekonomi Indonesia adalah sintesa antara kapitalisme dan sosialisme. Apakan dengan begitu
penulis ingin mengabaikan aspek-aspek lain pembentuk sistem ekonomi Indonesia, misalnya budaya
Indonesia. Apakah penulis ingin menyingkirkan hal-hal itu begitu saja. Tentu saja bukan demikian. Yang
ingin penulis sampaikan dalam tulisan ini adalah ada bagian penting kapitalisme dan sosialisme yang
menjadi konstruksi utama dalam pembentukan sistem ekonomi Indonesia. Dengan mangadopsi yang
baik dari dua mainstrem itu, sistem ekonomi Indonesia terbentuk. Tentunya dalam pembentukannya
ada bongkar-pasang untuk mendapatkan kesesuaian. Individualisme vs kolektivisme. Dengan
memadukan dua unsur ini maka yang ada dalam sistem Indonesia adalah bukan individualisme dan
bukan pula kolektivisme. Dalam perekonomian Indonesia ada individualisme, namun karena telah di
batasi kolektivisme maka individualisme ini tidak segarang aslinya. Sentralisai dan swastanisai. Peran
negara dalam sistem perekonomian Indonesia memang sentral, namun hal itu tidak menjadikannya
seperti sentralisme yang ada di negara-negara sosialisme, lagi-lagi hal ini karena hasil sintesa antara
individulisme dan kolektivisme.

Satu hal lagi yang mengenai sistem ekonomi Indonesia (Pak Hatta menyebutnya sebagai sistem ekonomi
terpimpin, Pak Karno menyebutnya sistem ekonomi sosialisme demokrasi, dan saya sendiri lebih suka
menyebutnya sebagi sistem ekonomi Pancasila) yang oleh Pak Hatta dianggap sebagai lawan dari
kapitalisme, saya tidak sependapat mengenai hal ini. Saya melihat kontradiksi antara kapitalisme dan
sistem ekonomi Indonesia tidak cukup kuat untuk dijadikan alasan itu. Seperti yang telah dibahas di atas
bahwa sistem perekonomian Indonesia terbentuk karena hasil sintesa antara kapitalisme dan sosialisme,
jadi agak berlebihan bila sistem ekonomi Indonesia disandingkan dengan sosialisme yang kontra
kapitalisme.   

Daftar Pustaka

Al-Rasid, Harun, Naskah UUD 1945 Sesudah Empat Kali Diubah oleh MPR, Jakarta: UIP, cet.I 2002

Hadi, Abdul, “Islam, Marxisme, dan Persoalan Sosialisme di Indonesia,” makalah ini disampaikan pada
mata kuliah Pancasila di ICAS Jakarta, 04 Desember 2006.

—————, “ Pancasila sebagi Etika Politik dan Dasar Negara,” makalah ini disampaikan pada mata
kuliah Pancasila di ICAS Jakarta, 06 November 2006.

Hardiman, Budi, Filsafat Modern, dari Machiavelli sampai Nietzsche, Jakarta: Gramedia, 2004

Hatta, Mohammad, Ekonomi Terpimpin, Jakarta, cet I, 1979, t.p..

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prenada Media, Kencana, cet.I,
2003.

Pasar memiliki kehendak bebas menentukan dirinya. Manusia menjadi objek dari pasar itu
sendiri, setelah penguasaan pasar atas diri mereka melalui sebuah mekanisme buatan manusia
sendiri. Simulasi-simulasi terbentuk dan terciptalah simulacrum yang menjerat manusia.

Teori evolusi Darwin yang telah diterapkan pada ranah sistem sosial manusia. “Dengan 
keyakinan bahwa kehidupan masyarakat tumbuh secara progresif menuju keadaan yang lebih
baik dan karena itulah masyarakat harus lepas dari tekanan negara,” George Ritzer dan Douglas
J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prenada Media, Kencana, cet.I, 2003, hal.49-50.

Istilah populer yang kelak di kenal untuk menandai pemikiran evolusi Darwin.
Budi Hardiman, Filsafat Modern, dari Machiavelli sampai Nietzsche, Jakarta: Gramedia, 2004,
hal: 201.

Pemisahan dua golongan ini tak nampak begitu jelas bagaimana bentuk realnya. Oleh Abdul
Hadi W.M dalam makalahnya  pemisahan itu berupa pemisahan komplek perumahan antara
golongan politik dan ekonomi. Sayangnya, di sini Abdul Hadi W.M. tidak menjelaskan lebih
lanjut tentang pemisahan komplek perumahan ini, seperti apa batasannya. Apakah pemisahan ini
hanya dalam tataran komplek perumahan saja, atau pemisahan ini juga pada tataran ranah-ranah
lain, dunia industri misalnya. Karena menurut hemat saya, pemisahan komplek perumahan
memang memisahkan dua golongan ini, dalam beberapa kontek saja. Namun tetap saja di bagian
lain tentu saja dua golongan ini masih tetap berinteraksi. Untuk berkoalisi,  bekerjasama dalam
menentukan kebijakan atau bahkan untuk saling menjatuhkan. Lihat, Abdul Hadi W.M., “Islam,
Marxisme, dan Persoalan Sosialisme di Indonesia”, makalah ini disampaikan pada mata kuliah
Pancasila di ICAS Jakarta, 04 Desember 2006.

Beberapa hal yang menjadikan anehnya ide ini adalah peran pemerintah dan pada kelas buruh itu
sendiri. Pertama, di sini peran pemerintah seolah hanya sebagai pemberi modal dan penentu
kebijakan yang diharap menguntungkan kaum buruh. Dan tentu hal itu bukan langkah yang baik
untuk sebuah kebijakan. Tentunya para kapitalis tak akan menerima hal ini, dan situasi paling
buruk yang akan muncul adalah adanya pertikaian yang akan semakin menambah masalah.
Kedua,  dengan memberikan  wewenang bebas kepada kaum buruh dalam memanage pabrik,
implikasinya adalah munculnya kelas borjuis-borjuis baru yang oleh Blanc harus dihindari.
Dengan begitu kapitalisme yang ingin dihilangkan Blanc bukannya menghilang tetapi akan
muncul dengan bentuk yang berbeda, dengan munculnya borjuis-borjuis baru itu. 

Kapitalisme ini adalah masih dalam rupa sebuah system yang hanya berupaya mengeruk sumber
daya alam daerah koloninya. Daerah jajahan sebagai pangsa pasar tidak di jadikan prioritas oleh
Belanda waktu itu. System pada masa itu masih sangat erat kaitanya dengan system
kolonialisme. Jadi, pada masa pra-kemerdekaan kolonialisme dan kapitalisme berpadu kasih
menguras sumber daya Indonesia. 

Harun Al-Rasid, NaskahUUD 1945 Sesudah Empat Kali Diubah oleh MPR, Jakarta: UIP, cet.I
2002.

Hal ini tentu saja hanya berkenanaan dengan pembatasan-pembatasan kajian saja.

Pengaruh  yang ingin dicari di sini adalah dalam sisi positif kapitalisme. Mengenai pembentukan
perekonomian Indonesia berkenaan dengan sisi negatif, hal itu sudah lazim diketahui.
PERBEDAAN SISTIM EKONOMI SOSIALIS DAN LIBELARIS KEUANGAN

Sistem ekonomi sosialisme sebenarnya cukup sederhana.


berpijak pada konsep karl marx tentang penghapusan
kepimilikan hak pribadi, prinsip ekonomi sosialisme
menekankan agar status kepemilikan swasta dihapuskan
dalam beberapa komoditas penting dan menjadi kebutuhan
masyarakat banyak, seperti air, listrik, bahan pangan, dan
sebagainya.ciri ekonomi liberalsemua sumber produksi
adalah milik masyarakat individu. masyarakat diberi
kebebasan dalam memiliki sumber-sumber produksi.
pemerintah tidak ikut campur tangan secara langsung
dalam kegiatan ekonomi. masyarakat terbagi menjadi dua
golongan, yaitu golongan pemilik sumber daya produksi dan
masyarakat pekerja (buruh). timbul persaingan dalam
masyarakat, terutama dalam mencari keuntungan. kegiatan
selalu mempertimbangkan keadaan pasar. pasar
merupakan dasar setiap tindakan ekonomi. biasanya
barang-barang produksi yang dihasilkan bermutu tinggi.
sistem ekonomi sosialisme sebenarnya cukup sederhana.
berpijak pada konsep karl marx tentang penghapusan
kepimilikan hak pribadi, prinsip ekonomi sosialisme
menekankan agar status kepemilikan swasta dihapuskan
dalam beberapa komoditas penting dan menjadi kebutuhan
masyarakat banyak, seperti air, listrik, bahan pangan, dan
sebagainya.ciri ekonomi liberalsemua sumber produksi
adalah milik masyarakat individu. masyarakat diberi
kebebasan dalam memiliki sumber-sumber produksi.
pemerintah tidak ikut campur tangan secara langsung
dalam kegiatan ekonomi. masyarakat terbagi menjadi dua
golongan, yaitu golongan pemilik sumber daya produksi dan
masyarakat pekerja (buruh). timbul persaingan dalam
masyarakat, terutama dalam mencari keuntungan. kegiatan
selalu mempertimbangkan keadaan pasar. pasar
merupakan dasar setiap tindakan ekonomi. biasanya
barang-barang produksi yang dihasilkan bermutu tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
daftar pustakaHatta, Mohammad, 1967, Persoalan Ekonomi Sosialis ... Mubyarto, 1990 , Sistem
dan Moral Ekonomi Indonesia , cetakan ... Payaman, 1993, Produktivitas Kerja: Pengertian ...

LATAR ELAKANG DAN PENGANJUR SOSIALISME

Sosialisme muncul sebagai faham ekonomi dan kemasyarakaratan pada akhir abad ke18 dan awal abad ke19 masehi

di Eropa. Revolusi industri yang terjadi di Inggris telah memunculkan kelas baru dalam masyarakat, yaitu kaum

borjuis yang menguasai sarana produksi karena penguasaan modal bertimbun di tangan mereka. Di sebelahnya

sebagian besar masyarakat kota hidup sebagai buruh yang tenaga kerjanya diperas dan semakin miskin. Kekayaan

yang dihasilkan karena kerja keras kaum pekerja ini hanya bisa dinikmati oleh kaum borjuis kapitalis yang

jumlahnya tidak besar. Dari waktu ke waktu kesenjangan sosial dan ekonomi semakin kentara. Ketika itulah

individualisme tumbuh.

Gereja sebagai lembaga sosial keagamaan yang masih berpengaruh ketika itu bersekutu pula dengan kaum kapitalis

dalam mengeruk kekayaan yang sebenarnya merupakan hak rakyat banyak, karena mereka yang sebenarnya bekerja

keras. Sebagai akibat dari pesatnya perkembangan individualisme dan kapitalisme ini hukum yang berlaku hanyalah

hukum rimba. UndangUndang dibuat sematamata demi kepentingan golongan borjuis (bandingkan dengan undang-

undang yang dibuat VOC dan pemerintah HindiaBelanda di Indonesia, dan juga dengan keadaan sekarang). Secara

ringkas, sosialisme merupakan reaksi terhadap keadaan ini.

Sosialisme seperti telah dikemukakan, mulamula muncul sebagai reaksi terhadap kondisi buruk yang dialami rakyat

dibawah sisitem kapitalisme liberal yang tamak dan murtad. Kondisi buruk terutama dialamai kaum pekerja atau buruh
yang bekerja di pabrikpabrik dan pusatpusat sarana produksi dan transportasi. Sejumlah kaum cendikiawan muncul

untuk membela hakhak kaum buruh dan menyerukan persamaan hak bagi semua lapisan, golongan, dan kelas

masyarakat dalam menikmati kesejahteraan, kekayaan dankemakmuran. Mereka menginginkan pembagian keadilan

dalam ekonomi. Diantara tokohtokoh awal penganjur sosialisme dapat disebut antara lain: St. Simon (17691873),

Fourie (17701837), Robert Owen (17711858) dan Louise Blanc (18131882). Setelah itu baru muncul tokohtokoh

seperti Proudhon, Marx, Engels, Bakunin dan lain sebagainya.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu sistem perekonomian yang ada didunia adalah sistem ekonomi kapitalis, yaitu sistem
ekonomi dimana kekayaan produktif terutama dimiliki secara pribadi dan pruduksi terutama
untuk penjualan. Tujuan dari pemilikan pribadi tersebut adalah untuk mendapatkan suatu
keuntungan yang lumayan dari penggunaan kekayaan pruduktif.

Pemilikan, usaha bebas dan produksi untuk pasar, mencari keuntungan tidak hanya merupakan
gejala ekonomi. Semua ini ikut menentukan segala aspek dalam masyarakat dan segala aspek
kehidupan dan kebudayaan manusia. Ini sangat jelas dan motif mencari keuntungan, bersama-
sama dengan lembaga warisan dan dipupuk oleh oleh hukum perjanjian, merupakan mesin
kapitalisme yang besar; memang merupakan pendorong ekonomi yang besar dalam sejarah
sampai saat ini.

1.2 Identifikasi Masalah

Pada masa permulaannya, kapitalisme merupakan semangat yang sering mendapatkan penekanan
adalah sebagai usaha, berani mengambil resiko, persaingan dan keinginan untuk mengadakan
inovasi. Tata nilai yang memadai kapitalisme ( terutama di negara Anglo Saxon ) adalah
individualisme, kemajuan material dan kebebasan politik. Pertumbuhan kapitalisme, dan
terutama industrialisasi oleh kapitalis, juga berarti melahirkan kelas pekerja yang besar dinegara
yang lebih maju. Sering berdesakan didaerah yang kotor di kota-kota industri yang baru
berkembang, jam kerja yang lama dengan upah yang rendah dan dalam keadaan yang
menyedihkan dan tidak sehat, kehilangan lembaga pengatur yang terdapat di daerah asalnya, dan
untuk selama beberapa dekade disisihkan sama sekali dari proses politik – pekerja dieropa tak
dapat diabaikan untuk keberhasilan kapitalisme dan juga merupakan persoalan sosial dan politik
yang paling besar selam tingkat permulaan kapitalisme industri ini.

Seiring berjalannya waktu, prospek kapitalisme tidak begitu cerah seluruhya segera sesudah
terjadinya krisis finansial yang melanda Amerika Serikat yang kemudian berdampak bagi
negara-negara lain. Banyak para kalangan yang mengatakan bahwa ini adalah saatnya
kehancuran kapitalisme.

1.3 Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Di harapkan mampu mendeskripsikan dan memahami sistem ekonomi kapitalis.


2. Mampu menganalisis sejauh mana kekuatan ekonomi kapitalis yang banyak dianut oleh
negara-negara barat.
3. Dapat memahami sejauh mana dampak dari ekonomi kapitalis bagi suatu negara yang
menganutnya.

BAB II

ISI

2.1 Lahirnya Ekonomi Kapitalisme

Motivasi teori modernisasi untuk merubah cara produksi masyarakat berkembang sesungguhnya
adalah usaha merubah cara produksi pra-kapitalis ke kapitalis, sebagaimana negara-negara maju
sudah menerapkannya untuk ditiru. Selanjutnya dalam teori dependensi yang bertolak dari
analisa Marxis, dapat diakatakan hanyalah mengangkat kritik terhadap kapitalisme dari skala
pabrik (majikan dan buruh) ke tingkat antar negara (pusat dan pinggiran), dengan analisis utama
yang sama yaitu eksploitasi. Demikian halnya dengan teori sistem dunia yang didasari teori
dependensi, menganalisis persoalan kapitalisme dengan satuan analisis dunia sebagai hanya satu
sistem, yaitu sistem ekonomi kapitalis

Perkembangan kapitalisme pada negara terbelakang menjadi sebuah topik yang menarik untuk
dikaji. Gejala kapitalisme dianggap sebagai sebuah solusi untuk melakukan pembangunan di
negara terbelakang. Teori sistem dunia yang disampaikan oleh Wallerstein merupakan
keberlanjutan pemikiran Frank dengan teori dependensinya. Pendapat Frank, Sweezy dan
Wallerstein mengacu pada model yang dikenalkan oleh Adam Smith. Menurut Smith,
pembangunan yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat memiliki kesamaan
dengan pembangunan produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja merupakan sebuah
fungsi yang berhubungan dengan tingkat pembagian kerja. Konsep inilah yang kemudian
memunculkan pembedaan mode produksi menjadi sektor pertanian dan manufaktur. Konsep ini
kemudian semakin berkembang dengan munculnya pembedaan desa dan kota sebagai sebuah
mode produksi yang berbeda

Inti pemikiran Smith adalah bahwa proses produksi dan distribusi ini harus lepas dari campur
tangan pemerintah dan perdagangan bebas. Proses ekonomi hanya akan berjalan melalui tangan-
tangan tak kelihatan yang mengatur bagaimana produksi dan distribusi kekayaan ekonomi itu
berjalan secara adil. Biarkan para pengusaha, tenaga kerja, pedagang bekerja mencari
keuntungan sendiri. Siapapun tak boleh mencampurinya, karena ekonomi hanya bisa muncul dari
perdagangan yang adil. Karenanya, pemerintah harus menjadi penonton tak berpihak. Ia tak
boleh mendukung siapapun yang sedang menumpuk kekayaan pun yang tak lagi punya
kekayaan. Tangan-tangan yang tak kelihatan akan menunjukkan bagaimana semua bekerja
secara adil, secara fair.

Pandangan teori sistem dunia yang menganggap dunia sebagai sebuah kesatuan sistem ekonomi
kapitalis mengharuskan negara pinggiran menjadi tergantung pada negara pusat. Tansfer surplus
dari negara pinggiran menuju negara pusat melalui perdagangan dan ekspansi modal. Secara
tidak langsung teori ini memang mendukung pernyataan Smith yang memusatkan perhatian pada
tatanan kelas. Kenyataan yang terjadi dalam proses kapitalisme telah menimbulkan dampak
berupa pertumbuhan ekonomi yang terjadi karena arus pertukaran barang dan jasa serta
spesialisasi tenaga kerja. Kerangka pertukaran barang dan jasa serta spesialisasi tenaga kerja ini
terwujud dalam bentuk peningkatan produktivitas yang lebih dikenal dengan konsep
maksimalisasi keuntungan dan kompetisi pasar. Kapitalisme sebagai suatu sistem ekonomi yang
memungkinkan beberapa individu menguasai sumberdaya vital dan menggunakannnya untuk
keuntungan maksimal. Maksimimalisasi keuntungan menyebabkan eksploitasi tenaga kerja
murah, karena tenaga kerja adalah faktor produksi yang paling mudah direkayasa dibandingkan
modal dan tanah. Lebih jauh, dalam wacana filsafat sosial misalnya, kapitalisme dipandang
secara luas tak terbatas hanya aspek ekonomi, namun juga meliputi sisi politik, etika, maupun
kultural. Kapitalisme pada awalnya berkembang bukan melalui eksploitasi tenaga kerja murah,
melainkan eksploitasi kepada kaum petani kecil. Negara terbelakang merupakan penghasil
barang mentah terutama dalam sektor pertanian. Kapitalisme masuk melalui sistem perdagangan
yang tidak adil dimana negara terbelakang menjual barang mentah dengan harga relatif murah
sehingga menyebabkan eksploitasi petani. Masuknya sistem ekonomi perdagangan telah
menyebabkan petani subsisten menjadi petani komersil yang ternyata merupakan bentuk
eksploitasi tenaga kerja secara tidak langsung. Perkembangan selanjutnya telah melahirkan
industri baru yang memerlukan spesialisasi tenaga kerja. Kapitalisme yang menitikberatkan pada
spesialisasi tenaga kerja dan teknologi tinggi membutuhkan tenaga kerja yang terampil dan
menguasai teknologi. Keadaan ini sangat sulit terwujud pada negara pinggiran. Proses ini hanya
akan melahirkan tenaga kerja kasar pada negara pinggiran, sedangkan tenaga kerja terampil
dikuasai oleh negara pusat. Ketidakberdayaan tenaga kerja pada negara pinggiran merupakan
keuntungan bagi negara pusat untuk melakukan eksploitasi. Ekspansi kapitalisme melalui
investasi modal dan teknologi tinggi pada negara pinggiran disebabkan oleh tersedianya tenaga
kerja yang murah.

Kapitalisme yang menjalar hingga negara terbelakang menjadikan struktur sosial di negara
terbelakang juga berubah. Kapitalisme memunculkan kelas sosial baru di negara terbelakang
yaitu kelas pemilik modal. Berkembangnya ekonomi kapitalis ini didukung oleh sistem
kekerabatan antara mereka. Kelas borjuis di negara terbelakang juga dapat dengan mudah
memanfaatkan dukungan politik dari pemerintah. Sebagai sebuah kesatuan ekonomi dunia,
asumsi Wallerstein akan adanya perlawanan dari negara terbelakang sebagai kelas tertindas oleh
negara pusat menjadi hal yang tidak mungkin terjadi. Kapitalisme telah menciptakan kelompok
sosial borjuis di negara terbelakang yang juga menggunakan kapitalisme untuk meningkatkan
keuntungan ekonomi mereka, sehingga sangat tidak mungkin mereka melakukan perjuangan
kelas. Gagasan Marx tentang tahapan revolusi ternyata runtuh. Marx menyatakan bahwa negara
terbelakang akan memerlukan dua tahap revolusi, yaitu revolusi borjuis dan revolusi sosialis.
Revolusi borjuis dilakukan oleh kelas borjuis nasional untuk melawan penindasan oleh negara
maju dan kemudian baru berlanjut pada revolusi sosialis oleh kelas proletar.

Asumsi ini runtuh karena kelas borjuis nasional ternyata tidak mampu lagi melaksanakan
tugasnya sebagai pembebas kelas proletar dari eksploitasi kapitalisme, karena kelas borjuis
nasional sendiri merupakan bentukan dan alat kapitalisme negara maju.

Dari uraian di atas terlihat bahwa kapitalisme yang pada awalnya hanyalah perubahan cara
produksi dari produksi untuk dipakai ke produksi untuk dijual, telah merambah jauh jauh
menjadi dibolehkannya pemilikan barang sebanyak-banyaknya, bersama-sama juga
mengembangkan individualisme, komersialisme, liberalisasi, dan pasar bebas. Kapitalisme tidak
hanya merubah cara-cara produksi atau sistem ekonomi saja, namun bahkan memasuki segala
aspek kehidupan dan pranata dalam kehidupan masyarakat, dari hubungan antar negara, bahkan
sampai ke tingkat antar individu. Sehingga itulah, kita mengenal tidak hanya perusahaan-
perusahaan kapitalis, tapi juga struktur masyarakat dan bentuk negara. Upaya untuk memerangi
kapitalisme bukan dengan sistem ekonomi sosialis namun dengan kemandirian ekonomi atau
swasembada.

2.2 Perspektif Sistem Ekonomi Kapitalisme

2.2.1 Ciri-ciri Ekonomi Kapitalisme :

Pengakuan yang luas atas hak-hak pribadi dimana Pemilikan alat-alat produksi di tangan
individu dan Inidividu bebas memilih pekerjaan/ usaha yang dipandang baik bagi dirinya.

Perekonomian diatur oleh mekanisme pasar dimana Pasar berfungsi memberikan “signal” kepda
produsen dan konsumen dalam bentuk harga-harga. Campur tangan pemerintah diusahakan
sekecil mungkin. “The Invisible Hand” yang mengatur perekonomian menjadi efisien. Motif
yang menggerakkan perekonomian mencari laba

Manusia dipandang sebagai mahluk homo-economicus, yang selalu mengejar kepentingan


sendiri. Paham individualisme didasarkan materialisme, warisan zaman Yunani Kuno (disebut
hedonisme).

2.2.2 Kebaikan-kebaikan Ekonomi Kapitalisme:

* Lebih efisien dalam memanfaatkan sumber-sumber daya dan distribusi barang-barang.


* Kreativitas masyarakat menjadi tinggi karena adanya kebebasan melakukan segala hal yang
terbaik dirinya.
* Pengawasan politik dan sosial minimal, karena tenaga waktu dan biaya yang diperlukan lebih
kecil.

2.2.3 Kelemahan-kelemahan Kapitalisme

* Tidak ada persaingan sempurna. Yang ada persaingan tidak sempurna dan persaingan
monopolistik.
* Sistem harga gagal mengalokasikan sumber-sumber secara efisien, karena adanya faktor-faktor
eksternalitas (tidak memperhitungkan yang menekan upah buruh dan lain-lain).

2.2.4 Kecenderungan Bisnis dalam Kapitalisme


Perkembangan bisnis sangat dipengaruhi oleh sistem ekonomi yang berlaku. Kecenderungan
bisnis dalam kapitalisme dewasa ini adalah: adanya spesialisasi, adanya produksi massa, adanya
perusahaan berskala besar, adanya perkembangan penelitian.

2.3 Runtuhnya Sistem Ekonomi Kapitalisme

Dengan kegagalan kapitalisme membangun kesejahteran umat manusia di muka bumi, maka isu
kematian ilmu ekonomi semakin meluas di kalangan para cendikiawan dunia. Banyak pakar
yang secara khusus menulis buku tentang The Death of Economics tersebut, antara lain Paul
Omerod, Umar Ibrahim Vadillo, Critovan Buarque, dan sebagainya.

Paul Omerod dalam buku The Death of Economics (1994). Menuliskan bahwa ahli ekonomi
terjebak pada ideologi kapitalisme yang mekanistik yang ternyata tidak memiliki kekuatan dalam
membantu dan mengatasi resesi ekonomi yang melanda dunia. Mekanisme pasar yang
merupakan bentuk dari sistem yang diterapkan kapitalis cenderung pada pemusatan kekayaan
pada kelompok orang tertentu.

Mirip dengan buku Omerod, muncul pula Umar Vadillo dari Scotlandia yang menulis buku,
”The Ends of Economics” yang mengkritik secara tajam ketidakadilan sistem moneter
kapitalisme. Kapitalisme justru telah melakukan ”perampokan” terhadap kekayaan negara-
negara berkembang melalui sistem moneter fiat money yang sesungguhnya adalah riba.

Dari berbagai analisa para ekonom dapat disimpulkan, bahwa teori ekonomi telah mati karena
beberapa alasan. Pertama, teori ekonomi Barat (kapitalisme) telah menimbulkan ketidakadilan
ekonomi yang sangat dalam, khususnya karena sistem moneter yang hanya menguntungkan
Barat melalui hegemoni mata uang kertas dan sistem ribawi. Kedua, Teori ekonomi kapitalisme
tidak mampu mengentaskan masalah kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Ketiga,
paradigmanya tidak mengacu kepada kepentingan masyarakat secara menyeluruh, sehingga ada
dikotomi antara individu, masyarakat dan negara. Keempat, Teori ekonominya tidak mampu
menyelaraskan hubungana antara negara-negara di dunia, terutama antara negara-negara maju
dan negara berkembang. Kelima, terlalaikannya pelestarian sumber daya alam.

Alasan-alasan inilah yang oleh Mahbub al-Haq (1970) dianggap sebagai dosa-dosa para
perencana pembangunan kapitalis. Kesimpulan ini begitu jelas apabila pembahasan teori
ekonomi dihubungkan dengan pembangunan di negara-negara berkembang. Sementara itu
perkembangan terakhir menunjukkan bahwa kesenjangan antara negara-negara berpendapatan
tinggi dan negara-negara berpendapatan rendah, tetap menjadi indikasi bahwa globalisasi belum
menunjukkan kinerja yang menguntungkan bagi negara miskin. (The World Bank, 2002).

Sejalan dengan Omerod dan Vadillo, belakangan ini muncul lagi ilmuwan ekonomi terkemuka
bernama E.Stigliz, pemegang hadiah Nobel ekonomi pada tahun 2001. Stigliz adalah Chairman
Tim Penasehat Ekonomi President Bill Clinton, Chief Ekonomi Bank Dunia dan Guru Besar
Universitas Columbia. Dalam bukunya “Globalization and Descontents, ia mengupas dampak
globalisasi dan peranan IMF (agen utama kapitalisme) dalam mengatasi krisis ekonomi global
maupun lokal. Ia menyatakan, globalisasi tidak banyak membantu negara miskin. Akibat
globalisasi ternyata pendapatan masyarakat juga tidak meningkat di berbagai belahan dunia.
Penerapan pasar terbuka, pasar bebas, privatisasi sebagaimana formula IMF selama ini
menimbulkan ketidakstabilan ekonomi negara sedang berkembang, bukan sebaliknya seperti
yang selama ini didengungkan barat bahwa globalisasi itu mendatangkan manfaat.. Stigliz
mengungkapkan bahwa IMF gagal dalam misinya menciptakan stabilitas ekonomi yang stabil.

Karena kegagalan kapitalisme itulah, maka sejak awal, Joseph Schumpeter meragukan
kapitalisme. Dalam konteks ini ia mempertanyakan, “Can Capitalism Survive”?. No, I do not
think it can. (Dapatkah kapitalisme bertahan ?. Tidak, saya tidak berfikir bahwa kapitalisme
dapat bertahan). Selanjutnya ia mengatakan, ” Capitalism would fade away with a resign shrug
of the shoulders”,Kapitalisme akan pudar/mati dengan terhentinya tanggung jawabnya untuk
kesejahteraan (Heilbroner,1992).

Sejalan dengan pandangan para ekonom di atas, pakar ekonomi Fritjop Chapra dalam bukunya,
The Turning Point, Science, Society and The Rising Culture (1999) dan Ervin Laszio dalam
buku 3rd Millenium, The Challenge and The Vision (1999), mengungkapkan bahwa ekonomi
konvensional (kapitalisme) yang berlandaskan sistem ribawi, memiliki kelemahan dan
kekeliruan yang besar dalam sejumlah premisnya, terutama rasionalitas ekonomi yang telah
mengabaikan moral. Kelemahan itulah menyebabkan ekonomi (konvensional) tidak berhasil
menciptakan keadilan ekonomi dan kesejahteraan bagi umat manusia. Yang terjadi justru
sebaliknya, ketimpangan yang semakin tajam antara negara-negara dan masyarakat yang miskin
dengan negara-negara dan masyarakat yang kaya, demikian pula antara sesama anggota
masyarakat di dalam suatu negeri. Lebih lanjut mereka menegaskan bahwa untuk memperbaiki
keadaan ini, tidak ada jalan lain kecuali mengubah paradigma dan visi, yaitu melakukan satu titik
balik peradaban, dalam arti membangun dan mengembangkan sistem ekonomi yang memiliki
nilai dan norma yang bisa dipertanggungjawabkan.

Titik balik peradaban versi Fritjop Chapra sangat sesuai dengan pemikiran Kuryid Ahmad ketika
memberi pengantar buku Umar Chapra, ”The Future of Economics : An Islamic Perspective
(2000), yang mengharuskan perubahan paradigma ekonomi. Hal yang sama juga ditulis oleh
Amitai Etzioni dalam buku, ”The Moral Dimension : Toward a New Economics”(1988), yakni
kebutuhan akan paradigm shift (pergeseran paradigma) dalam ekonomi.

Sejalan dengan pandangan para ilmuwan di atas, Critovan Buarque, ekonom dari universitas
Brazil dalam buknya, “The End of Economics” Ethics and the Disorder of Progress (1993),
melontarkan sebuah gugatan terhadap paradigma ekonomi kapitalis yang mengabaikan nilai-nilai
etika dan sosial.

Paradigma ekonomi kapitalis tersebut telah menimbulkan efek negatif bagi pembangunan
ekonomi dunia, yang disebut Fukuyama sebagai ”Kekacauan Dahsyat” dalam bukunya yang
paling monumental, “The End of Order”.(1997), yakni berkaitan dengan runtuhnya solidaritas
sosial dan keluarga.

Meskipun di Barat, ada upaya untuk mewujudkan keadilan sosial, namun upaya itu gagal, karena
paradigmanya tetap didasarkan pada filsafat materialisme dan sistem ekonomi ribawi.
Kemandulan yang dihasilkan elaborasi teori dan praktek Filsuf Sosial Amerika, John Rawis
dalam buku “The Theory of Justice” (1971) yang ditanggapi oleh Robert Nozik dalam bukunya
“Anarchy, State and Utopia” (1974), telah menjadi contoh yang mempresentasikan kegagalan
teori keadilan versi Barat.

2.4 Dampak sistem Ekonomi Kapitalisme;

Studi Kasus: “Krisis Finansial Global”

Interkoneksi sistem bisnis global yang saling terkait, membuat 'efek domino' krisis yang berbasis
di Amerika Serikat ini, dengan cepat dan mudah menyebar ke berbagai negara di seluruh penjuru
dunia. Tak terkecualikan Indonesia. Krisis keuangan yang berawal dari krisis subprime mortgage
itu merontokkan sejumlah lembaga keuangan AS. Pemain-pemain utama Wall Street berguguran,
termasuk Lehman Brothers dan Washington Mutual, dua bank terbesar di AS. Para investor
mulai kehilangan kepercayaan, sehingga harga-harga saham di bursa-bursa utama dunia pun
rontok.

Menurut Direktur Pelaksana IMF Dominique Strauss-Kahn di Washington, seperti dikutip AFP
belum lama ini, resesi sekarang dipicu pengeringan aliran modal. Ia menaksir akan terdapat
kerugian sekitar 1,4 triliun dolar AS pada sistem perbankan global akibat kredit macet di sektor
perumahan AS. "Ini lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 945 miliar dolar AS,". Hal
ini menyebabkan sistem perbankan dunia saling enggan mengucurkan dana, sehingga aliran dana
perbankan, urat nadi perekonomian global, menjadi macet. Hasil analisis Dana Moneter
Internasional (IMF) pekan lalu mengingatkan, krisis perbankan memiliki kekuatan yang lebih
besar untuk menyebabkan resesi. Penurunan pertumbuhan setidaknya dua kuartal berturut-turut
sudah bisa disebut sebagai resesi.

Sederet bank di Eropa juga telah menjadi korban, sehingga pemerintah di Eropa harus turun
tangan menolong dan mengatasi masalah perbankan mereka. Pemerintah Belgia, Luksemburg,
dan Belanda menstabilkan Fortis Group dengan menyediakan modal 11,2 miliar euro atau sekitar
Rp155,8 triliun untuk meningkatkan solvabilitas dan likuiditasnya. Fortis, bank terbesar kedua di
Belanda dan perusahaan swasta terbesar di Belgia, memiliki 85.000 pegawai di seluruh dunia
dan beroperasi di 31 negara, termasuk Indonesia. Ketiga pemerintah itu memiliki 49 persen
saham Fortis. Fortis akan menjual kepemilikannya di ABN AMRO yang dibelinya tahun lalu
kepada pesaingnya, ING. Pemerintah Jerman dan konsorsium perbankan, juga berupaya
menyelamatkan Bank Hypo Real Estate, bank terbesar pemberi kredit kepemilikan rumah di
Jerman. Pemerintah Jerman menyiapkan dana 35 miliar euro atau sekitar Rp486,4 triliun berupa
garansi kredit. Inggris juga tak kalah sibuk. Kementerian Keuangan Inggris, menasionalisasi
bank penyedia KPR, Bradford & Bingley, dengan menyuntikkan dana 50 miliar poundsterling
atau Rp864 triliun. Pemerintah juga harus membayar 18 miliar poundsterling untuk memfasilitasi
penjualan jaringan cabang Bradford & Bingley kepada Santander, bank Spanyol yang merupakan
bank terbesar kedua di Eropa. Bradford & Bingley merupakan bank Inggris ketiga yang terkena
dampak krisis finansial AS setelah Northern Rock dinasionalisasi Februari lalu dan HBOS yang
dilego pemiliknya kepada Lloyds TSB Group.

Dengan menggunakan analisis “stakeholder”, kita dapat melihat bahwa krisis finansial global
yang dimulai dari AS, sesungguhnya merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembangunan
ekonomi yang berlebihan di SEKTOR FINANSIAL dibandingkan SEKTOR RIIL yang berakar
dari system moneter buatan The Fed. Padahal secara inheren sektor finansial ini sudah bersifat
inflatif, karena mengandalkan keuntungannya pada system riba dan bukan karena produktivitas
yang riil (yang disebabkan karena kerja, kreativitas dan pemikiran).

Cara populer untuk mengatasi krisis ini, karenanya, jelas dengan memberikan energi yang lebih
besar pada sektor riil sebagaimana yang pernah dilakukan Presiden AS Roosevelt bersama
penasihat ekonominya yang terkenal John Maynard Keynes untuk membangun secara massif
infrastruktur sektor riil pasca terjadinya depresi besar di AS, di tahun 1930-an.

Secara implisit, gambaran di atas juga menunjukkan bahwa tinggi-rendahnya dampak krisis
finansial yang terjadi di AS maupun di luar AS, sangat ditentukan oleh peran dari masing-masing
pemangku kepentingan atau “stakeholders” tadi. Pemerintah di luar AS bisa saja meminimalisir
dampak krisis bila melakukan “imunisasi” atau “proteksi” yang perlu serta mengantisipasinya
dengan melakukan pembangunan sector riil dan peningkatan kesejahteraan publik secara massif.

2.5 Prinsip dan Akar masalah Krisis Ekonomi Kapitalis ( Krisis Finansial )

Pertama, dengan menyingkirkan emas sebagai cadangan mata uang, dan dimasukkannya dolar
sebagai pendamping mata uang dalam Perjanjian Breetonword, setelah berakhirnya Perang
Dunia II, kemudian sebagai substitusi mata uang pada awal dekade tujuh puluhan, telah
menyebabkan dolar mendominasi perekonomian global. Akibatnya, goncangan ekonomi sekecil
apapun yang terjadi di Amerika pasti akan menjadi pukulan yang telak bagi perekonomian
negara-negara lain. Sebab, sebagian besar cadangan devisanya, jika tidak keseluruhannya,
dicover dengan dolar yang nilai intrinsiknya tidak sebanding dengan kertas dan tulisan yang
tertera di dalamnya. Setelah euro memasuki arena pertarungan, baru negara-negara tersebut
menyimpan cadangan devisanya dengan mata uang non-dolar, meski dolar tetap saja memiliki
prosentase terbesar dalam cadangan devisa negara-negara tersebut secara umum.

Karena itu, selama emas tidak menjadi cadangan mata uang, maka krisis ekonomi seperti ini
akan terus terulang. Sekecil apapun krisis yang menimpa dolar, maka krisis tersebut akan dengan
segera menjalar ke perekonomian negara-negara lain. Bahkan dampak krisis politik yang
dirancang Amerika juga akan berakibat terhadap dolar, dengan begitu juga berdampak pada
dunia. Kondisi seperti akan bisa saja menimpa uang kertas negara manapun yang mempunyai
kontrol terhadap negara lain.
Kedua, hutang-hutang riba juga menciptakan masalah perekomian yang besar, hingga kadar
hutang pokoknya menggelembung seiring dengan waktu, sesuai dengan prosentase riba yang
diberlakukan kepadanya. Akibatnya, ketidakmampuan individu dan negara dalam banyak
kondisi menjadi perkara yang nyata. Sesuatu yang menyebabkan terjadinya krisis pengembalian
pinjaman, dan lambannya roda perekonomian, karena ketidakmampuan sebagian besar kelas
menengah dan atas untuk mengembalikan pinjaman dan melanjutkan produksi.

Ketiga, sistem yang digunakan di bursa dan pasar modal, yaitu jual-beli saham, obligasi dan
komoditi tanpa adanya syarat serah-terima komuditi yang bersangkutan, bahkan bisa
diperjualbelikan berkali-kali, tanpa harus mengalihkan komoditi tersebut dari tangan pemiliknya
yang asli, adalah sistem yang batil dan menimbulkan masalah, bukan sistem yang bisa
menyelesaikan masalah, dimana naik dan turunnya transaksi terjadi tanpa proses serah terima,
bahkan tanpa adanya komiditi yang bersangkutan.. Semuanya itu memicu terjadinya spekulasi
dan goncangan di pasar. Begitulah, berbagai kerugian dan keuntungan terus terjadi melalui
berbagai cara penipuan dan manipulasi. Semuanya terus berjalan dan berjalan, sampai terkuak
dan menjadi malapetaka ekonomi.

Keempat, perkara penting, yaitu ketidaktahuan akan fakta kepemilikan. Kepemilikan tersebut, di
mata para pemikir Timur dan Barat, adalah kepemilikan umum yang dikuasai oleh negara,
sebagaimana teori Sosialisme-Komunisme, dan kepemilikan pribadi yang dikuasi oleh kelompok
tertentu. Negara pun tidak akan mengintervensinya sesuai dengan teori Kapitalisme Liberal yang
bertumpu pada pasar bebas, privatisasi, ditambah dengan globalisasi.Ketidaktahuan akan fakta
kepemilikan ini memang telah dan akan menyebabkan goncangan dan masalah ekonomi. Itu
karena kepemilikan tersebut bukanlah sesuatu yang dikuasai oleh negara atau kelompok tertentu,
melainkan ada tiga macam:

* Kepemilikan umum, meliputi semua sumber, baik yang keras, cair maupun gas, seperti
minyak, besi, tembaga, emas dan gas. Termasuk semua yang tersimpan di perut bumi, dan semua
bentuk energi, juga industri berat yang menjadikan energi sebagai komponen utamanya.. Maka,
negara harus mengekplorasi dan mendistribusikannya kepada rakyat, baik dalam bentuk barang
maupun jasa.
* Kepemilikan negara, adalah semua kekayaan yang diambil negara, seperti pajak dengan segala
bentuknya, serta perdagangan, industri dan pertanian yang diupayakan oleh negara, di luar
kepemilikan umum. Semuanya ini dibiayai oleh negara sesuai dengan kepentingan negara.
* kepemilikan pribadi, yang merupakan bentuk lain. Kepemilikan ini bisa dikelola oleh individu
sesuai dengan hukum syara’.
Menjadikan kepemilikan-kepemilikan ini sebagai satu bentuk kepemilikan yang dikuasai oleh
negara, atau kelompok tertentu, sudah pasti akan menyebabkan krisis, bahkan kegagalan.

Kapitalisme juga gagal, dan setelah sekian waktu, kini sampai pada kehancuran. Itu karena
Kapitalisme telah menjadikan individu, perusahaan dan institusi berhak memiliki apa yang
menjadi milik umum, seperti minyak, gas, semua bentuk energi dan industri senjata berat sampai
radar. Sementara negara tetap berada di luar pasar dari semua kepemilikan tersebut. Itu
merupakan konsekuensi dari ekonomi pasar bebas, privatisasi dan globalisasi.. Hasilnya adalah
goncangan secara beruntun dan kehancuran dengan cepat, dimulai dari pasar modal menjalar ke
sektor lain, dan dari institusi keuangan menjalar ke yang lain..

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa sistem ekonomi kapitalis ternyata
tidak selamanya mampu menopang kekuatan negara-negara barat. Dengan kegagalan kapitalisme
membangun kesejahteran umat manusia di muka bumi, maka isu kematian ekonomi kapitalis
semakin meluas di kalangan para cendikiawan dunia. Banyak pakar yang secara khusus menulis
buku tentang The Death of Economics tersebut, antara lain Paul Omerod, Umar Ibrahim Vadillo,
Critovan Buarque, dan sebagainya. Paul Omerod dalam buku The Death of Economics (1994).
Menuliskan bahwa ahli ekonomi terjebak pada ideologi kapitalisme yang mekanistik yang
ternyata tidak memiliki kekuatan dalam membantu dan mengatasi resesi ekonomi yang melanda
dunia. Mekanisme pasar yang merupakan bentuk dari sistem yang diterapkan kapitalis cenderung
pada pemusatan kekayaan pada kelompok orang tertentu.

Dari berbagai analisa para ekonom dapat disimpulkan, bahwa teori ekonomi telah mati karena
beberapa alasan. Pertama, teori ekonomi Barat (kapitalisme) telah menimbulkan ketidakadilan
ekonomi yang sangat dalam, khususnya karena sistem moneter yang hanya menguntungkan
Barat melalui hegemoni mata uang kertas dan sistem ribawi. Kedua, Teori ekonomi kapitalisme
tidak mampu mengentaskan masalah kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Ketiga,
paradigmanya tidak mengacu kepada kepentingan masyarakat secara menyeluruh, sehingga ada
dikotomi antara individu, masyarakat dan negara. Keempat, Teori ekonominya tidak mampu
menyelaraskan hubungana antara negara-negara di dunia, terutama antara negara-negara maju
dan negara berkembang. Kelima, terlalaikannya pelestarian sumber daya alam.

3.2 Saran

Pertumbuhan ekonomi memiliki kaitan yang erat dengan pembangunan politik yang dijalankan
oleh suatu negara. Kebijakan pembangunan membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi
suatu negara, namun demikian pertumbuhan ekonomi semata tidak dapat dijadikan ukuran
keberhasilan sebuah pembangunan. Pertumbuhan ekonomi pada negara terbelakang dapat
dijelaskan sebagai suatu bentuk ketergantungan dengan negara maju. Wujud ketergantungan
tersebut kini dalam bentuk kesatuan ekonomi kapitalis dunia. Pembangunan politik negara
terbelakang memiliki peran dalam menentukan pertumbuhan ekonomi.

Kapitalisme yang telah melanda seluruh dunia mau tidak mau harus dilawan dengan
mewujudkan sistem ekonomi yang mandiri. Sistem ekonomi sosialis yang selama ini dianggap
sebagai tandingan dari kepitalisme ternyata menurut Wallerstein sama halnya dengan
kapitalisme. Negara dipandang sebagai sebuah badan usaha bersama yang menguasai alat
produksi dan melakukan eksploitasi. Sehingga dalam hal ini penulis sekiranya dapat memberikan
saran bahwa Kemandirian ekonomi harus menjadi konsep pembangunan yang dianut negara
terbelakang untuk melawan kapitalisme.
Kapitalisme, Sosialisme dan Sistem Ekonomi Indonesia
March 29, 2008

Pembahasan tentang ekonomi dan permasalahannya, seperti tidak akan lekang dimakan zaman.
Entah itu, dalam tingkat yang paling sederhana ekonomi rumah-tangga, ataupun dalam tataran
yang lebih luas, dalam konteks ekonomi negara misalnya. Sifat dasar manusia yang ingin selalu
memenuhi kebutuhannya, semakin menambah ruang lingkup pembahasan itu semakin luas.
Pembahasan masalah ekonomi berkembang menjadi pembahasan permasalahan manusia itu
sendiri. Dengan kebutuhan yang tidak pernah habis manusia dibuat menjadi sibuk. Kenyataan
inilah yang membuat manusia diliputi masalah-masalah ekonomi.

Perekonomian dunia yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia, memiliki cerita sejarah
yang panjang. Deretan-deretan tulisan yang menerangkannya pun tak akan habis dibaca, selalu
ada bagian-bagian tertentu yang masih tersisa untuk dibuka dan dipahami.

Pembahasan-permasalahan ini akan dimulai dari ketika manusia Eropa mengalami masa yang
disebut dengan revolusi industri. Inipun, masih akan di batasi lagi dengan pembahasan
perekonomian yang berhubungan dengan dua aliran utama ekonomi dunia. Dengan merunut pada
lika-liku sejarah, dua aliran tadi sedikit demi sedikit akan dikupas. Dan sub bahasan terakhir
yang akan dibahas adalah pengaruh dua mainstream aliran tadi terhadap sistem perekonomian
Indonesia.

Revolusi Industri dan Lahirnya Dua Madzab Ekonomi Dunia


Dalam sejarahnya, revolusi industri tidak serta merta ada begitu saja. Revolusi ini muncul
sesudah masyarakat Eropa melampaui masa kegelapan. Masa di mana “pemikiran” mereka
mengalami ke-mandeg-an. Renaisance yang muncul pada abad 17 membuat manusia Eropa
terlecut, dan kembali ke jalan pemikiran. Dan kesadaran berfikir inilah yang memiliki peran
penting membawa manusia Eropa (Inggris khususnya) ke dalam sebuah perubahan besar.

Revolusi industripun lahir, di antara puing-puing peradaban Yunani. Manusia-manusia Eropa


bergerak, dan segera merubah dunia mereka. Corak agraris, dirubah menjadi industris. Tenaga-
tenaga manusia mulai diganti gerak-gerak mesin yang bermunculan setelah ditemukannya mesin
uap. Pabrik-pabrikpun segera saja mengisi sudut-sudut Eropa modern.

Revolusi industri tidak hanya merubah Eropa dari masyarakat agraris menjadi masyarakat
industris, tapi lebih dari itu. Sistem sosial masyarakatnya pun perlahan berubah. Muncul strata-
strata baru di dalamnya. Penggolongan tidak lagi didasarkan pada keturunan dan agama, tidak
lagi hanya siapa yang bangsawan dan yang bukan. Kondisi ini ada kerena munculnya kelas-kelas
baru, kaum buruh (proletar) dan pemodal (borjuis) yang memegang kapital. Di sini siapa yang
mampu mengendalikan kapital dialah yang berkuasa.

Perkembangan pesat industripun kemudian memerlukan birokrasi ekonomi yang lebih besar.
Dan kemudian dibentuklah sistem-sistem birokrasi penunjang, dan tentunya sistem birokrasi
yang menguntungkan kapitalisme. Industri yang berkembang dan birokrasi ekonomi yang luas
akhirnya menciptakan sistem pasar yang disebut “kapitalisme” dengan ide dasar, leissez faire.
Oleh Smith (1723-1790) “sistem pasar ini adalah sebuah realitas independen yang memusat pada
individu dan sekaligus menguasainya[1].” Pasar akan bergerak dan terus bergerak dengan
bimbingan invisible hand-nya Smith. Pasarlah yang membentuk dunia dan pasar pulalah yang
menentukan langkah perekonomian sekaligus gerak dunia. Mengenai hal ini, Herbert Spencer
(1820-1930) pun sejalan dengan pemikiran Adam Smith, bahkan ia menambahkannya dengan
ide Darwinisme Sosial.[2] Ide Darwinisme ini akhirnya ia kembangkan, dan munculah teori
seleksi alamiah (survival of the fittest)[3], siapa yang mampu bertahan dialah yang menang.
Sebuah ide yang membuat kelas-kelas pemodal semakin dimanjakan. Kepemilikan atas kapital-
kapital pabrik, membuatnya semakin memegang kuasa. Akhirnya hanya pada orang-orang inilah
kemakmuran terpusat.

Kesenjangan antara kaum buruh dan kapitalis inipun menimbulkan reaksi-reaksi, terutama oleh
mereka para cendekiawan Eropa yang merasa gerah atas situasi itu. Sebut saja, Claude-Henri de
Saint-Simon (1760-1825), F. M. Charles Fourier (1772-1837), Louis Blanc (1813-1882), dan
Karl Marx (1818-1883).

Claude-Henri de Saint-Simon, Sang Bapak Sosialisme dunia. Menurutnya sentralisasi


perencanaan sistem ekonomi pemerintah adalah hal yang harus di utamakan. Masyarakat industri
akan menjadi baik apabila diorganisaikan secara baik. Dan pemerintah harus memiliki peran
penting di dalamnya. Peran sentral para kapitalis sebaiknya dibatasi oleh wewenang pemerintah
dalam perekonomian.

F.M. Charles Fourier, kaum borjuis yang olehnya adalah orang-orang cacat sosial. Demi
kepentingan mereka sendiri, kaum buruh ditindas. Hal ini yang olehnya disebut sebagai sebuah
pertentangan kelas terselubung, dan bila dibiarkaan maka harmoni masyarakat akan rusak. Untuk
menyelesaikan hal ini, ia menganjurkan akan sebuah reorganisasi masyarakat.[4] Reorganisasi
masyarakat ini dapat dilakukan dengan memisahkan kelompok-kelompok politik dan
ekonomi[5]. Opsi kedua yang ia tawarkan adalah dengan memberikan individu-individu
kebebasan memilih pekerjaan. Meskipun nampak memberikan jalan keluar namun ide-idenya ini
hanya dianggap sebagai sebuah ide utopian yang tidak bisa diwujudkan.

Louis Blanc satu dari orang-orang sosialis yang benar-benar ingin mengangkat kaum buruh.
Kaum buruh olehnya harus menjadi prioritas pemerintah dalam menentukan kebijakan. Dan
bentuk konkrit dari prioritas itu adalah dengan menyediakan kapital-kapital bagi kaum buruh.
Setelah kapital-kapital itu disediakan maka kaum buruh diberi wewenang untuk mengelola
pabrik-pabrik yang ada. Ide inipun bernasib sama dengan gagasan Fourier, di tolak dan dibuang
jauh di dalam cerobong pabrik kapitalisme. Namun di balik itu, ada hal lain yang menyebabkan
ide ini di tolak, merugikan politisi dan ekonom.[6]

Karl Marx. Ide dasar yang membawanya pada sentralisasi murni sistem perekonomian adalah
individualisme. Satu paham yang ditentangnya ini dianggap sebagai agen yang membuat
masyarakat terkotak-kotak dalam kelas-kelas (Klassengesellschaft) sosial. Kelas-kelas sosial
inilah yang olehnya ingin dihilangkan. Kelas sosial ini akan menimbulkan ketimpangan dalam
masyarakat, kaum buruh akan semakin tertekan dengan kelas sosialnya. Sebaliknya kaum borjuis
akan semakin berjaya. Maka untuk menghilangkan hal itu maka sistem perekonomia harus
disentralisasi dengan memusatkan perekonomian itu pada pemerintah. Dengan sistem yang baru
ini maka pemerataan akan dapat dilakukan, tidak ada lagi kepemilikan pribadi, yang ada hanya
milik bersama secara kolektif. The Communist Manifesto adalah salah satu karya monumental
Marx yang melukiskan keradikalanya sebagai seorang sosialis.

Dalam perkembangannya, kaum sosialis tumbuh menjadi aliran yang lebih radikal. Ajaran yang
digunakan kaum ini lebih berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai, yaitu membentuk
masyarakat sosialis dunia. Seringkali upaya-upaya yang mereka lakukan keluar jauh dari
mainstream paham sosialis. Anarkisme, pembantaian dan bahkan mengorbankan bagian dari
golongan mereka sendiri, semua itu sah-sah saja. Paham sosialis radikal ini berasal dari ajaran-
ajaran Bakunin (1814-1876). Ajaran ini menemukan bentuknya yang paling mengerikan, ketika
Rusia menjadi pusat sosialis dunia, era Lenin. Di sini militerisme menjadi alat sosialisme untuk
melakukan segala tindak tanduknya. Paradigma masyarakat dunia pun berubah. Sebuah
bayangan ketakutan akan muncul apabila nama sosialisme disebut. Sosialisme tidak lagi peduli
dengan buruh-buruh di pabrik-pabrik para kapitalis, atau memikirkan bagaimana kesenjangan
ekonomi dapat segera di atasi, tapi ia menjadi sibuk dengan urusan para elit-elit penguasa yang
haus kekuasaan dan kekayaan.

Kapitalisme, sosialisme dan bentuk perekonomian Indonesia


Dengan melihat arah pembahasan di atas, segera akan muncul pertanyaan mengenai sistem
perekonomia Indonesia. Ke manakah sebenarnya sistem perekonomian Indonesia menyandarkan
dirinya, di bahu kapitalisme ataukah di pelukan sosialisme?

Kemunculan suatu aliran ekonomi di dunia, akan selalu terkait dengan aliran ekonomi yang
muncul sebelumnya. Begitu pula dengan garis hidup perekonomian Indonesia. Pergulatan
kapitalisme dan sosialisme begitu rupa mempengaruhi ideologi perekonomian Indonesia.

Era pra-kemerdekaan adalah masa di mana kapitalisme[7] mencengkeram erat Indonesia, dalam
bentuk yang paling ekstrim. Pada masa ini, Belanda sebagai agen kapitalisme benar-benar
mengisi tiap sudut tubuh bangsa Indonesia dengan ide-ide kapitalisme dari Eropa. Dengan ide
kapitalisme itu, seharusnya bangsa Indonesia bisa berada dalam kelas pemilik modal. Tetapi,
sebagai pemilik, bangsa Indonesia dirampok hak-haknya. Sebuah bangsa yang seharusnya
menjadi tuan di tanahnya sendiri, harus menjadi budak dari sebuah bangsa asing. Hal ini
berlangsung hingga bangsa Indonesia mampu melepaskan diri dari penjajahan belanda.

“Perekonomian Indonesia berdasarkan atas asas kekeluargaan.” Demikianlah kira-kira substansi


pokok sistem perekonomian Indonesia paska kemerdekaan. Lalu apa hubungan substansi ini
dengan dua aliran utama perekonomian dunia? Adakah korelasi sistem perekonomian Indonesia
paska kemerdekaan ini dengan dua mainstrem tadi? Ataukah malahan, kapitalisme dan
sosialisme sama sekali tidak berperan dalam melahirkan sistem perekonomian Indonesia?

Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas ada baiknya kita cari tahu dahulu seperti
apakah sistem perekonomian Indonesia. Dengan melihat seperti apakah sistem perekonomian
Indonesia secara tidak langsung kita sedikit-banyak akan menjawab pertanyaan-pertanyaan di
atas.
Di atas disinggung bahwa sistem perekonomian Indonesia beradasarkan asas kekeluargaan. Lalu,
apa asas kekeluargaan itu? Membahas asas ini, setidaknya muncul dua opsi dalam pikiran saya.
Pertama, asas ini lekat sekali dengan ide-ide Pak Hatta, mengenai sebuah bentuk perekonomian
yang oleh beliau dianggap paling sesuai dengan masyarakat Indonesia . Dengan ide inilah Pak
Hatta menggagas satu badan ekonomi Indonesia yang di kenal dengan “koperasi”. Kedua, hal ini
berkenaan dengan UUD’45,[8] tepatnya dalam pembukaan dan dua pasal pokok di dalamnya.
Asas kekeluargaan ini secara ekstrisik nampak pada pasal 33 ayat 1, sedangkan secara intrisik
asas dapat di pahami dari Pembukaan UUD, pasal 27 ayat 2, dan pasal 33 (2,3). Pembahasan
selanjutnya mengenai asas ini, akan saya fokuskan pada opsi yang kedua saja, yaitu asas
kekeluargaan dalam UUD’45.[9]

Dalam pasal 33 ayat 1 yang berbunyi, “ Perekonomian disusun atas usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan, di sini secara jelas nampak bahwa Indonesia menjadikan asas kekeluargaan
sebagai fondasi dasar perekonomiannya. Kemudian dalam pasal 33 ayat 2 yang berbunyi,
“Cabang-cabang produksi yang bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara”, dan dilanjutkan pada pasal 33 ayat 3 yang berbunyi, “Bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan di pergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat,” dari bunyinya dapat dilihat bahwa dua pasal ini mengandung
intisari asas itu. Hal ini tercemin dari penguasaan negara akan sumber-sumber daya alam dan
kemudian tindak lanjutnya adalah kembali pada rakyat, secara tersirat di sini nampak adanya
kolektivitas bersama dalam sebuah negara. Meskipun dalam dua pasal ini tidak terlalu jelas
kandungan asas kekeluargaanya, namun melihat pasal sebelumnya, kedua pasal inipun akan jadi
terkait dengan asas kekeluargaan itu.

Kemudian dalam pasal 27 ayat dua yang berbunyi, “Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Makna kekeluargaan di sini lebih
jelas di bandingkan pasal 33 ayat 2 dan 3. Ada hak yang menjembatani antara negara dan warga
negara. Hubungan ini tidak hanya sekedar apa yang harus di lakukan dan bagaimana
memperlakukan. Tetapi ada nilai moral khusus yang menjadikannya istimewa. Dan nilai moral
itu adalah nilai-nilai yang muncul karena rasa kekeluargaan. Dan hal ini pun tidak jauh beda
dengan yang ada dalam pembukaan UUD, di dalamnya asas kekeluargaan juga muncul secara
tersirat.

Mengacu pada pasal-pasal di atas, asas kekeluargaan dapat digambarkan sebagai sebuah asas
yang memiliki substansi sebagai berikut; kebersamaan, idealis keadilan, persamaan hak, gotong-
royong, menyeluruh, dan nilai-nilai kemanusiaan.

Menilik dari substansi-substansi itu dapat diketahui bahwa sosialisme telah mengakar ke dalam
tubuh perekonomian Indonesia. di sini penulis tidak ingin mengatakan bahwa hanya sosialisme
saja yang memiliki pengaruh terhadap sistem perekonomian Indonesia. Namun penulis ingin
menekankan bahwa ada bagian-bagian aliran sosialisme yang menjadi bagian sistem ekonomi
kita. Dan yang perlu di garis bawahi, bagian-bagian aliran sosialisme yang diadopsi itu bukanlah
bagian secara keseluruhan, melainkan hanya bagian-bagian yang dianggap sesuai dan baik untuk
Indonesia. hal ini dikuatkan dalam TAP No. XIII/MPRS/1966, “Langkah-langkah pertama ke
arah perbaikan ekonomi rakyat ialah penilaian kembali daripada semua landasan-landasan
kebijakan ekonomi, keuangan, dan pembangunan, dengan maksud memperoleh keseimbangan
yang tepat antara upaya yang diusahakan dan tujuan yang hendak dicapai, yakni masyarakat
sosialis Indonesia berdasarkan Pancasila.”

Hubungan antara sosialisme dan sistem perekonomian Indonesia telah dikupas, meski sedikit
saja. Kemudian bagaimana dengan kapitalisme? Apa kapitalisme juga memiliki andil dalam
terbentuknya sistem perekonomian kita?[10] Untuk melihat hubungan antara perekonomian kita
dengan kapitalisme, kita cukup menelaah kapitalisme sedikit saja. Dan dengan sedikit telaah
pada UUD’45 tadi, hal itu akan dapat membantu manampakkan bias-bias buram hubungan itu.

Kapitalisme lahir di Eropa dengan ide-ide pasar bebasnya. Tapi apakah hanya itu saja ide-ide
kapitalisme? Dengan lantang kita akan menjawab tidak, sistem pasar bebas sendiri hanya bagian
umum dari ide-ide kapitalisme, jadi tentu ada bagian-bagian yang lebih substantif dalam
kapitalisme. Sebut saja, kebebasan bertindak, kepemilikan hak, kebebasan mengembangkan diri,
dan banyak lagi, tentu ini adalah substansi kapitalisme yang baik, di luar itu lebih banyak lagi
substansi-substansi kapitalisme yang tidak sesuai dengan sistem perekonomian Indonesia.
Sejenak kita berfikir bahwa substansi-substansi itu bukankah ada dalam sistem ekonomi
Indonesia.

Satu persatu substansi itu kita lihat kembali. Kebebasan bertindak. Di Indonesia apakah
kebebasan berkehendak ada? Ataukah kebebasan itu malah di kekang? Serempak kita akan
menjawab kebebasan berkehendak di Indonesia jelas ada. Lalu bagaimana kita tahu bahwa kita
diberikan kehendak bebas dalam berekonomi? Dalam kehidupan sehari-hari kita melihat orang-
seorang di beri kebebasan memilih apa yang ia inginkan, pekerjaan apa yang ia suka, atau
mendirikan perusahaan, negara memberikan ruang bebas kepada kita untuk melakukan itu.

Hak kepemilikan. Hak memiliki sesuatu jelas adalah suatu yang lazim di Indonesia. Tidak ada
ceritanya di Indonesia orang dilarang untuk memiliki sesuatu, kecuali hal itu yang menyangkut
hal-hal yang di jadikan pengecualian. Di Indonesia orang boleh memiliki perusahaan-
perusahaan, boleh memiliki villa pribadi, sedan pribadi dan banyak lagi hak milik pribadi yang
diperbolehkan. Bahkan kadang aset negarapun boleh menjadi hak milik pribadi.

Jadi antara kapitalisme dan sistem ekonomi Indonesia memang memiliki kaitan yang cukup erat,
seperti halnya hubungan sosialisme dengan sistem ekonomi indonesia . Hal ini juga dipertegas
dalam UUD’45, dalam pasal 27 ayat 2 yang telah dibahas di atas. Selain ada unsur sosialisme
ternyata dalam pasal ini juga mengandung unsur kapitalisme. Hak untuk memilik pekerjaan
ternyata juga termasuk hak kepemilikan yang merupakan substansi kapitalisme. Selain itu dalam
pasal ini juga tersirat bahwa kewajiban negara adalah sebagai agen pelindung individu-individu
sebagai warga negara. Tanggung jawab negara terhadap hak-hak individu ini adalah bagian dari
substansi kapitalisme yang menjadikan individu-individu sebagai subjek.

Sistem ekonomi Indonesia sebagai sintesa kapitalisme dan sosialisme


Merunut pada pembahasan di atas, penulis akan menutup tulisan ini dengan menyimpulkan
bahwa sistem ekonomi Indonesia adalah sintesa antara kapitalisme dan sosialisme. Apakan
dengan begitu penulis ingin mengabaikan aspek-aspek lain pembentuk sistem ekonomi
Indonesia, misalnya budaya Indonesia. Apakah penulis ingin menyingkirkan hal-hal itu begitu
saja. Tentu saja bukan demikian. Yang ingin penulis sampaikan dalam tulisan ini adalah ada
bagian penting kapitalisme dan sosialisme yang menjadi konstruksi utama dalam pembentukan
sistem ekonomi Indonesia. Dengan mangadopsi yang baik dari dua mainstrem itu, sistem
ekonomi Indonesia terbentuk. Tentunya dalam pembentukannya ada bongkar-pasang untuk
mendapatkan kesesuaian. Individualisme vs kolektivisme. Dengan memadukan dua unsur ini
maka yang ada dalam sistem Indonesia adalah bukan individualisme dan bukan pula
kolektivisme. Dalam perekonomian Indonesia ada individualisme, namun karena telah di batasi
kolektivisme maka individualisme ini tidak segarang aslinya. Sentralisai dan swastanisai. Peran
negara dalam sistem perekonomian Indonesia memang sentral, namun hal itu tidak
menjadikannya seperti sentralisme yang ada di negara-negara sosialisme, lagi-lagi hal ini karena
hasil sintesa antara individulisme dan kolektivisme.

Satu hal lagi yang mengenai sistem ekonomi Indonesia (Pak Hatta menyebutnya sebagai sistem
ekonomi terpimpin, Pak Karno menyebutnya sistem ekonomi sosialisme demokrasi, dan saya
sendiri lebih suka menyebutnya sebagi sistem ekonomi Pancasila) yang oleh Pak Hatta dianggap
sebagai lawan dari kapitalisme, saya tidak sependapat mengenai hal ini. Saya melihat kontradiksi
antara kapitalisme dan sistem ekonomi Indonesia tidak cukup kuat untuk dijadikan alasan itu.
Seperti yang telah dibahas di atas bahwa sistem perekonomian Indonesia terbentuk karena hasil
sintesa antara kapitalisme dan sosialisme, jadi agak berlebihan bila sistem ekonomi Indonesia
disandingkan dengan sosialisme yang kontra kapitalisme.

Daftar Pustaka

Al-Rasid, Harun, Naskah UUD 1945 Sesudah Empat Kali Diubah oleh MPR, Jakarta: UIP, cet.I
2002

Hadi, Abdul, “Islam, Marxisme, dan Persoalan Sosialisme di Indonesia,” makalah ini
disampaikan pada mata kuliah Pancasila di ICAS Jakarta, 04 Desember 2006.

—————, “ Pancasila sebagi Etika Politik dan Dasar Negara,” makalah ini disampaikan pada
mata kuliah Pancasila di ICAS Jakarta, 06 November 2006.

Hardiman, Budi, Filsafat Modern, dari Machiavelli sampai Nietzsche, Jakarta: Gramedia, 2004

Hatta, Mohammad, Ekonomi Terpimpin, Jakarta, cet I, 1979, t.p..

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prenada Media,
Kencana, cet.I, 2003.

[1] Pasar memiliki kehendak bebas menentukan dirinya. Manusia menjadi objek dari pasar itu
sendiri, setelah penguasaan pasar atas diri mereka melalui sebuah mekanisme buatan manusia
sendiri. Simulasi-simulasi terbentuk dan terciptalah simulacrum yang menjerat manusia.
[2] Teori evolusi Darwin yang telah diterapkan pada ranah sistem sosial manusia. “Dengan
keyakinan bahwa kehidupan masyarakat tumbuh secara progresif menuju keadaan yang lebih
baik dan karena itulah masyarakat harus lepas dari tekanan negara,” George Ritzer dan Douglas
J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prenada Media, Kencana, cet.I, 2003, hal.49-50.
[3] Istilah populer yang kelak di kenal untuk menandai pemikiran evolusi Darwin.
[4] Budi Hardiman, Filsafat Modern, dari Machiavelli sampai Nietzsche, Jakarta: Gramedia,
2004, hal: 201.
[5] Pemisahan dua golongan ini tak nampak begitu jelas bagaimana bentuk realnya. Oleh Abdul
Hadi W.M dalam makalahnya pemisahan itu berupa pemisahan komplek perumahan antara
golongan politik dan ekonomi. Sayangnya, di sini Abdul Hadi W.M. tidak menjelaskan lebih
lanjut tentang pemisahan komplek perumahan ini, seperti apa batasannya. Apakah pemisahan ini
hanya dalam tataran komplek perumahan saja, atau pemisahan ini juga pada tataran ranah-ranah
lain, dunia industri misalnya. Karena menurut hemat saya, pemisahan komplek perumahan
memang memisahkan dua golongan ini, dalam beberapa kontek saja. Namun tetap saja di bagian
lain tentu saja dua golongan ini masih tetap berinteraksi. Untuk berkoalisi, bekerjasama dalam
menentukan kebijakan atau bahkan untuk saling menjatuhkan. Lihat, Abdul Hadi W.M., “Islam,
Marxisme, dan Persoalan Sosialisme di Indonesia”, makalah ini disampaikan pada mata kuliah
Pancasila di ICAS Jakarta, 04 Desember 2006.
[6] Beberapa hal yang menjadikan anehnya ide ini adalah peran pemerintah dan pada kelas buruh
itu sendiri. Pertama, di sini peran pemerintah seolah hanya sebagai pemberi modal dan penentu
kebijakan yang diharap menguntungkan kaum buruh. Dan tentu hal itu bukan langkah yang baik
untuk sebuah kebijakan. Tentunya para kapitalis tak akan menerima hal ini, dan situasi paling
buruk yang akan muncul adalah adanya pertikaian yang akan semakin menambah masalah.
Kedua, dengan memberikan wewenang bebas kepada kaum buruh dalam memanage pabrik,
implikasinya adalah munculnya kelas borjuis-borjuis baru yang oleh Blanc harus dihindari.
Dengan begitu kapitalisme yang ingin dihilangkan Blanc bukannya menghilang tetapi akan
muncul dengan bentuk yang berbeda, dengan munculnya borjuis-borjuis baru itu.
[7] Kapitalisme ini adalah masih dalam rupa sebuah system yang hanya berupaya mengeruk
sumber daya alam daerah koloninya. Daerah jajahan sebagai pangsa pasar tidak di jadikan
prioritas oleh Belanda waktu itu. System pada masa itu masih sangat erat kaitanya dengan
system kolonialisme. Jadi, pada masa pra-kemerdekaan kolonialisme dan kapitalisme berpadu
kasih menguras sumber daya Indonesia.
[8] Harun Al-Rasid, NaskahUUD 1945 Sesudah Empat Kali Diubah oleh MPR, Jakarta: UIP,
cet.I 2002.
[9] Hal ini tentu saja hanya berkenanaan dengan pembatasan-pembatasan kajian saja.
[10] Pengaruh yang ingin dicari di sini adalah dalam sisi positif kapitalisme. Mengenai
pembentukan perekonomian Indonesia berkenaan dengan sisi negatif, hal itu sudah lazim
diketahui.
Kebaikan Sistem Ekonomi Sosialis
Filed under Ekonomi Islam no comments

Adapun kebaikan-kebaikan dari Sistem Ekonomi Sosialis adalah


1) Disediakannya kebutuhan pokok
Setiap warga Negara disediakan kebutuhan pokoknya, termasuk makanan dan minuman,
pakaian, rumah, kemudahan fasilitas kesehatan, serta tempat dan lain-lain. Setiap individu
mendapatkan pekerjaan dan orang yang lemah serta orang yang cacat fisik dan mental berada
dalam pengawasan Negara.
2) Didasarkan perencanaan Negara
Semua pekerjaan dilaksanakan berdasarkan perencanaan Negara Yang sempurna, diantara
produksi dengan penggunaannya. Dengan demikian masalah kelebihan dan kekurangan dalam
produksi seperti yang berlaku dalam System Ekonomi Kapitalis tidak akan terjadi.
3) Produksi dikelola oleh Negara
Semua bentuk produksi dimiliki dan dikelola oleh Negara, sedangkan keuntungan yang diperoleh
akan digunakan untuk kepentingan-kepentingan Negara.

Kelemahan Sistem Ekonomi Sosialis


Filed under Ekonomi Islam one comment

Sistem Ekonomi Sosialis mempunyai kelemahan sebagai berikut :


1) Sulit melakukan transaksi
Tawar-menawar sangat sukar dilakukan oleh individu yang terpaksa mengorbankan kebebasan
pribadinya dan hak terhadap harta milik pribadi hanya untuk mendapatkan makanan sebanyak
dua kali. Jual beli sangat terbatas, demikian pula masalah harga juga ditentukan oelh pemerintah,
oelh karena itu stabilitas perekonomian Negara sosialis lebih disebabkan tingkat harga
ditentukan oleh Negara, bukan ditentukan oelh mekanisme pasar.
2) Membatasi kebebasan
System tersebut menolak sepenuhnya sifat mementingkan diri sendiri, kewibawaan individu
yang menghambatnyadalam memperoleh kebebasan berfikir serta bertindak, ini menunjukkan
secara tidak langsung system ini terikat kepada system ekonomi dictator. Buruh dijadikan budak
masyarakat yang memaksanya bekerja seperti mesin.
3) Mengabaikan pendidikan moral
Dalam system ini semua kegiatan diambil alih untuk mencapai tujuan ekonomi, sementara
pendidika moral individu diabaikan. Dengan demikian, apabila pencapaian kepuasan kebendaan
menjadi tujuan utama dan nlai-nilai moral tidak diperhatikan lagi
SISTIM PEREKONOMIAN SOSIALIS

Sistem Sosialis Perekonomian Rakyat

Oleh Darwin Iskandar

Ciri-ciri Pokok Dasar Produksi Materil dalam SosialismeDasar produksi materil dalam
sosialisme ialah produksi besar secara maksimal dalam segala cabang perekonomian yang
berdasarkan teknik yang semaju-majunya dan kerja yang bebas dari pemerasan dan
penghisapan. Dibandingkan dengan kapitalisme, produksi dalam sosialisme menggunakan
teknik yang lebih tinggi, yang satu berhubungan dengan yang lain dalam suatu kesatuan
dalam seluruh Negara dan dibentuk atas dasar milik masyarakat atas alat-alat produksi
serta perkembangannya diatur menurut rencana tertentu dalam keseluruhannya untuk
kepentingan seluruh masyarakat, hingga tidak terbentur kepada rintangan-rintangan yang
terdapat dalam kapitalisme yang berdasarkan milik pribadi atas alat-alat produksi.

Produksi sosialis adalah suatu pemusatan produksi yang terbesar dengan menggunakan
mekanisme yang tertinggi dalam dunia. Dalam masyarakat kapitalis mesin-mesin
digunakan sebagai alat penghisapan dan pemerasan terhadap Rakyat pekerja dan hanya
dimasukan ke dalam produksi, jika memperbesar keuntungan kaum kapitalis dan
mengurangi upah kaum pekerja. Penggunaan mesin dalam masyarakat sosialis ditujukan
untuk menghemat kerja dan untuk meringankan pekerjaan dalam segala bidang
perekonomian dan untuk mempertinggi kesejahteraan Rakyat. Karenanya dalam
masyarakat sosialis tidak ada pengangguran, mesin tidak dapat menjadi saingan kaum
pekerja, bahkan memberi jasa sebesar-besarnya kepada kaum pekerja. Dibandingkan
dengan dalam kapitalisme penggunaan mesin dalam sosialisme mendapatkan lapangan
yang luas sekali.

Likuidasi milik pribadi atas alat-alat produksi mengandung akibat, bahwa semua hasil
ilmu pengetahuan dan teknik dalam sosialisme menjadi milik bersama seluruh
masyarakat. Dalam perekonomian sosialis tidak mungkin ada terjadi menghentikan
kemajuan teknik dengan sengaja, tetapi dalam sosialisme cara ini digunakan sebagai suatu
metode oleh kaum kapitalis monopoli untuk kepentingan sendiri guna mendapatkan
keuntungan yang lebih besar. Produksi sosialis yang berkewajiban mencukupi keperluan
masyarakat seluruhnya, menghendaki suatu perkembangan dan penyempurnaan bidang
teknik dengan tak putus-putus: caranya ialah senatiasa mengganti alat-alat teknik yang
lama dengan yang baru dan mengganti yang baru dengan yang terbaru. Dengan demikian
timbullah suatu keharusan adanya penanaman-penanaman modal yang besar sekali dalam
perekonomian Rakyat. Dengan adanya pemusatan alat-alat produksi dan akumulasi
perekonomian yang terpenting didalam tangannya, Negara sosialis dapat membuat
penanaman modal dalam segala cabang produksi. Berbeda dengan dalam kapitalisme,
kemajuan teknik dalam sosialisme tidak terhambat oleh beban teknik yang lama. Dengan
demikian sosialisme dapat menjamin bahwa teknik mesin modern dalam segala cabang
produksi dilaksanakan dengan konsekuen, juga dalam bidang pertanian. Sebaliknya
dalam masyarakat kapitalis, terutama dalam masyarakat negeri-negeri yang menjadi
jajahan kapitalisme bidang pertanian dan beberapa cabang perekonomian masih
berdasarkan atas pekerjaan perorangan.

Dalam sosialisme kedudukan kaum pekerja berubah sama sekali sampai kepada dasarnya.
Kaum pekerja bukan lagi buruh yang terhisap dan terperas, yang hanya menerima upah
sekedar agar tidak mati kelaparan. Seluruh rakyat pekerja dibebaskan dari penghisapan
dan pemerasan; kaum pekerja perindustrian, kaum tani kolektif dan kaum cendekiawan
pembela rakyat adalah unsur-unsur pokok yang menjadi dasar kehidupan masyarakat
sosialis. Seluruh kaum pekerja bekerja untuk dirinya sendiri dan untuk masyarakat, tidak
untuk kepentingan kaum penghisap dan kaum pemeras; itulah sebabnya, maka kaum
pekerja berkepentingan sekali akan penyempurnaan produksi atas dasar penggunaan
yang sebaik-baiknya alat-alat teknik yang ada.

Bersamaan dengan itu tingkat kualifikasi teknik kaum pekerja menjadi naik, yang
menambah kegiatan ciptanya dalam kemajuan produksi dan penemuan baru alat-alat dan
perkakas kerja. Kaum pekerja, kaum tani kolektif dan kaum cendekiawan pembela rakyat
tidak sedikit memberikan bantuannya dalam kemajuan teknik, dalam menemukan norma-
norma baru dalam bidang teknik. Dengan demikian pula dalam sosialisme dapat terjamin
suatu perkembangan yang cepat dan tak putus-putus dari pada tenaga produktif.

Perindustrian Sosialisme

Perindustrian sosialis menunjuk suatu perindustrian yang dipusatkan dan yang


menggunakan teknik yang semaju-majunya yang dipersatukan atas dasar milik
masyarakat atas alat-alat produksi dalam rangka seluruh negeri. Perindustrian sosialis
memimpin seluruh perekonomian rakyat; segala cabang perekonomian rakyat
diperlengkapinya dengan mesin-mesin modern. Semua ini dapat di capai dengan
perkembangan produksi dengan alat-alat produksi yang cepat dan tingkat pemajuan
pembuatan mesin yang tinggi. Perindustrian berat adalah dasar pokok sosialis.

Mengingat, bahwa jumlah perekonomian hidup rakyat akan bertambah, maka peranan
perindustrian sungguh penting sekali. Cabang-cabang perindustrian ringan dan
perindustrian makanan yang paling diperlengkapi dengan alat-alat terbaru dari tahun
pertahun mempertinggi produksi barang keperluan hidup Rakyat. Pemusat produksi
menghasilkan dengan teratur menurut rancana dan berjalan dengan baik untuk
kepentingan seluruh masyarakat. Sebaliknya dalam kapitalisme pemusatan berjalan
dengan spontan dengan sendirinya, tidak teratur dan rencana, anarkistis, dan biasanya
langsung diikuti dengan kehancuran dan keruntuhan perusahaan-perusahaan kecil dan
menengah yang menjadi mangsa daripada kekuasaan kapitalis monopoli.

Suatu perkembangan lanjut dalam perekonomian sosialis ialah adanya kombinasi dalam
produksi. Kombinasi ini memungkinkan penggunaan bahan-bahan mentah dan bahan-
bahan bakar dengan lebih baik dan lebih effesien, mengurangi biaya-biaya tansport dan
mempercepat proses produksi. Pemusatan produksi yang telah maju membawa pula
timbulnya spesialisasi dalam perindustrian. Spesialisasi dalam perindustrian berarti
orientasi perusahaan atas pembuatan suatu hasil tertentu, bagian-bagiannya dan bagian-
bagian daripada bagian atau atas pelaksanaan masing-masing cara penyelesaiannya pada
pembuatan hasil itu. Spesialisasi menunjukkan bahwa masyarakat menggunakan dengan
teratur kebaikan-kebaikan dan keuntungan-keuntungan yang ada pada pembagian kerja
antara perusahaan-perusahaan. Dengan spesialisasi ini akan timbul kemungkinan
dipergunakannya perlengkapan-perlengkapan dan mesin-mesin dengan sebaik-baiknya
hingga memberikan hasil
sebesar-besarnya serta dilakukannya dengan luas standarisasi dan berjalan untuk
produksi secara besar-besaran, hingga dengan demikian dapatlah terjamin suatu kenaikan
produktifitas kerja yang setinggi-tingginya.

Dengan adanya kemajuan dan pembuatan perlengkapan-perlengkapan dan mesin-mesin


baru dalam teknik perindustrian, akan bertambah pula perusahaan-perusahaan
perindustrian, yang menyebabkan kenaikan jumlah serta kenaikan kecakapan teknik
kaum pekerja. Sebaliknya dalam kapitalisme, peggunaan dan kemajuan mesin-mesin pada
umumnya mengakibatkan pengangguran dan menurunnya kualifikasi sebagian
besar kaum pekerja.

Untuk menghubungkan semua cabang dan daerah perekonomian didalam negeri yang
merupakan suatu kesatuan perekonomian, alat-alat perhubungan penting sekali
kedudukannya dalam produksi dan distribusi barang-barang materil. Dalam
perekonomian sosialis yang berdasarkan atas suatu perencanaan, alat-alat perhubungan
mendapatkan arti yang besar sekali, karena jalannya perekonomian amat cepat dan
hubungan antara cabang-cabang perekonomian sangat luas pula. Pemusatan segala alat-
alat perhubungan (darat, sungai, laut dan udara) dalam tangan masyarakat meniadakan
persaingan antara macam-macam bentuk-bentuk perusahaan-perusahaan perhubungan
dan memungkinkan diadakannya koordinasi dalam segala pekerjaan. Sistem perhubungan
dalam sosialisme yang merupakan suatu kesatuan didasarkan atas hasil-hasil terbaru
dalam teknik transport, penggunaan seluas-luasnya alat-alat perhubungan yang
berkualitas tinggi dan bentuknya terbaru, mekanisasi kerja menaikan dan membongkar
barang, penyempurnaan perekonomian jarak jauh dan sebagainya.

Pertanian Sosialis

Dalam kapitalisme perekonomian kaum tani terpecah belah dalam perusahaan-


perusahaan pertanian kecil, sedangkan sebagian besar tanah berada dalam kekuasaan
kaum kapitalis yang menjadikannya perusahaan-perusahaan perkebunan besar. Dalam
sosialisme perkebunan-perkebunan besar harus menjadi milik Negara yang hasilnya
diperuntukan bagi kepentingan seluruh masyarakat. Adalah suatu kesalahan besar jika
dalam sosialisme juga pertanian Rakyat yang terpecah belah itu dirampas pula oleh
Negara. Bahkan Negara harus mengatur tanah milik Rakyat dan membatasinya dalam
maksimum dan minimumnya. Dalam minimum hingga tidak ada Rakyat tani lagi yang
hidup dalam kekurangan, tetapi dapat menempuh kehidupan yang layak bagi
kemanusiaan; dalam maksimum hingga tidak orang lagi yang hidup dalam kemewahan
yang berlimpah-limpah dari pada hasil tanah dengan sama sekali tidak mengeluarkan
tenaga sedikitpun, sedangkan yang nyata-nyata membanting tulang dipaksa hidup dalam
kesengsaraan.
Perusahaan kolektif pertanian Rakyat dan perusahaan pertanian Negara yang berbentuk
perkebunan-perkebunan Negara adalah dasar perekonomian pertanian sosialis. Bentuk-
bentuk ini memudahkan adanya pemusatan-pemusatan dan mekanisasi dalam seluruh
perusahaan pertanian. Demikian pula hubungan antara pertanian dan perindustrian
dapat diatur dengan sebaik-baiknya. Dalam perkebunan-perkebunan besar dapat
dipergunakan alat-alat teknik baru sebagai umpama dalam perusahaan-perusahan gula,
teh ,kopi, karet, tembakau, penanaman kapas dengan pemintalan dan pertenunannya dan
sebagainya. Traktor-traktor dan mesin-mesin serta perkakas pertanian lainnya akan
mempermudah dan mempecepat jalannya pekerjaan dalam pertanian.

Dengan adanya perombakan bidang pertanian secara sosialis, cara-cara tradisional dalam
pertanian yang tidak sesuai lagi dengan jamannya dapat dilenyapkan dan diganti dengan
sistem pertanian yang baru. Garis-garis pokok yang baru ini, ialah:

1. pemakaian seluas-luasnya alat-alat teknik yang terbaru serta hasil-hasil ilmu


pengetahuan pertanian yang termaju;

2. penggunaan cara penanaman yang sebaik-baiknya dengan mengutamakan penanaman bahan-


bahan makanan, sayur-mayur, dan tanaman perkebunan yang seluas-luasnya;

3. pemakaian pupuk buatan dan pupuk organik.

4. pembukaan tanah-tanah yang masih kosong, pengeringan rawa-rawa dan sebagainya.

Suatu pimpinan yang baik dari pada perusahaan sosialis akan meniadakan universalisme
perekonomian petani kecil yang hanya beberapa bidang menghasilkan untuk keperluan sendiri;
demikian pula tidak memungkinkan adanya pertumbuhan sepihak perusahaan-perusahaan
kapitalis, yang pada umumnya menjalankan spesialisasi dalam suatu penanaman bahan
tertentu(monokultur). Spesialisasi dalam perusahaan-perusahan pertanian sosialis menunjukan
bahwa sesuai dengan syarat-syarat alam dan syarat keekonomian suatu daerah dengan teratur
berencana didirikan dan diperkembangkan suatu cabang pokok perekonomian pertanian dan
disampingnya cabang-cabang pelengkapnya. Dengan demikian spesialisasi tidak menutup
perkembangan suatu perusahaan yang banyak cabang-cabangnya asalkan cabang-cabang pokok
dan cabang-cabang pelengkapnya dikoordinasi dengan baik, bahkan memajukannya. Suatu
keuntungan besar dalam perekonomian sosialis ialah bahwa perusahaan-perusahaan yang
komplek dan bercabang-cabang mempunyai kemungkinan besar sekali untuk berkembang
dengan baik dan mengatur tenaga kerja dengan produktif.

Penggabungan perusahaan-perusahaan pertanian dengan melengkapinya dengan alat-alat teknik


yang baru memerlukan pendidikan tenaga-tenaga ahli yang menguasai teknik dan ilmu
pengetahuan pertanian yang baru dan maju. Dengan demikian hasil tanah tiap hektarnya akan
bertambah, produktifitas peternakan akan naik serta perkembangan seluruh produksi pertanian
akan semakin luas.

Jalannya Kemajuan Teknik dalam Sosialisme


Garis-garis besar kemajuan teknik dalam sosialisme, ialah:

A. Mekanisasi dan Otomatisasi Produksi. Mekanisme berarti penggantian tenaga kerja


manusia dengan tenaga mesin. Adalah suatu keharusan keekonomian dalam sosialisme untuk
menjalankan mekanisasi dengan konsekuen dalam proses produksi. Kenaikan produksi yang
cepat dan tepat hanya dapat dijamin dengan penyempurnaan teknik yang teratur dan mekanisasi
proses kerja dalam segala lapangan perekonomian. Mekanisasi proses kerja adalah tenaga yang
menentukan dan tanpa adanya mekanisasi tidak mungkin dapat dijamin tempo produksi yang
tinggi yang seluasnya produksi dengan cepat. Dalam sosialisme mekanisasi penuh terus-menerus
mendapat kemajuan yang luas. Mekanisasi penuh ialah mekanisasi semua tingkat proses
produksi yang berhubungan satu dengan yang lain, tingkat pokok maupun tingkat cabang;
dasarnya ialah suatu permesinan yang lengkap dan tertutup dan meliputi seluruh produksi.
Dalam sistem mekanisasi penuh satu mesin melengkapi yang lain, hingga kekurangan-
kekurangan dalam mekanisasi biasa yang dapat dikesampingkan.

Tingkat tertinggi mekanisasi adalah otomatisasi, artinya penggunaan mesin-mesin otomatis


dengan pengemudian sendiri. Rapat sekali hubungannya dengan otomatisasi ialah telemekanik,
ialah pengemudian dan pengawasan kerja dengan mesin-mesin dan alat-alat dari tempat yang
jauh. Sistem mesin dalam keseluruhannya yang meliputi seluruh proses produksi dengan
pengemudian sendiri disebut sistem mesin otomatik Pada semua sistem mesin otomatik semua
produksi yang diperlukan untuk mengerjakan bahan mentah hingga menjadi barang jadi
dilakukan tanpa bantuan kerja manusia; yang diperlukan cukup hanya pengawasan seorang
tenaga kerja saja. Mekanisasi produksi dalam tingkatnya yang tinggi, dalam sosialisme adalah
dasar untuk kenaikan cepat produktifitas kerja, dasar untuk mendekatkan kerja jasmaniah dengan
kerja rohaniah.

B. Elektrifikasi Perekonomian Rakyat. Perombakan semua cabang perekonomian sampai


kepada produksi besar dengan menggunakan mesin dan menjalankan mekanisasi dalam proses
produksi yang konsekwen, rapat sekali hubungannya dengan elektrifikasi(penggunaan tenaga
listrik). Tenaga listrik adalah dasar teknik produksi besar modern. Sosialisme memberi jaminan
untuk penggunaan tenaga listrik secara teratur menurut rencana dalam semua cabang
perekonomian Rakyat. Sifat khas dalam sosialisme untuk elektrifikasi , ialah:

1. pemusatan pembangkitan tenaga dan kosentrasi kapasitas pada pembangunan-pembangunan


tenaga listrik yang besar, pembangunan cepat kawat-kawat aliran tinggi yang mempersatukan
bangunan-bangunan tenaga yang berdiri sendiri-sendiri menjadi suatu sistem yang besar untuk
satu daerah atau lebih, dengan tujuan untuk mencapai suatu kesatuan sistem perhubungan aliran
bagi seluruh negeri atau daerah bagian negeri yang seluas-luasnya;

2. pembangunan bangunan-bangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan tenaga air,


yang diperkembangkan atas dasar yang luas dan yang penaikan bagian-bagiannya diatur dengan
pembangkitan tenaga seluruhnya, yang merupakan suatu faktor yang penting sekali untuk
penaikan neraca tenaga listrik didalam negeri.

Elektrifikasi perindustrian merubah cara bekerja pabrik-pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.


Mesin-mesin penggerak dan alat transmisinya yang rumit hampir dalam semua bagian
perusahaan diganti dengan satu mesin penggerak listrik. Elektrifikasi mesin-mesin kerja adalah
dasar tenaga yang diperlukan dalam mekanisasi, mekanisasi penuh dan otomatisasi serta
telemekanik dalam produksi. Penggunaan tenaga listrik menimbulkan cabang-cabang
perindustrian baru sebagai elektrometallurgi baja besi dan baja bukan besi, elektrokimia dan
cara-cara baru dalam pengolahan baja.

C. Penggunaan Seluas-luasnya Ilmu Kimia dalam Produksi. Kemajuan teknik modern juga
tampak pada senantiasa adanya kemajuan dalam ilmu kimia dan penggunaan cara bekerja
menurut ilmu kimia. Cara bekerja menurut ilmu kimia mempercepat proses produksi, menjamin
terpakainya bahan-bahan mentah dengan sebaik-baiknya dan membuka kesempatan untuk
menemukan bahan-bahan dan jenis materiil baru. Produksi modern yang menggunakan ilmu
kimia pada umumnya diotomatisasikan dan berjalan kontinu, dalam aparatur lengkap dengan
pengawasan dan pengemudian otomatis, tanpa ikutnya seseorangpun dengan langsung.
Pemakaian hasil kimia adalah suatu syarat penting untuk kenaikan hasil tiap hektar dalam bidang
pertanian. Produksi bahan makanan dengan hasil yang besar berhubungan rapat sekali dengan
penggunaan hasil-hasil kimia dalam bidang pertanian.

Pembagian Daerah dalam Produksi Sosialis

Dalam sosialisme diadakan pembagian daerah produksi dan sistem perhubungan baru dari pada
cabang-cabang produksi dan daerah-daerah produksi didalam negeri. Dalam masyarakat kapitalis
akibat dari pada hasrat untuk mengejar keuntungan sebesar-besarnya dan adanya persaingan
antara produsen-produsen kapitalis ialah adanya pembagian daerah produksi yang tidak merata
dan tidak rasionil. Produksi dikonsentrasikan dibeberapa tempat pusat, sedangkan daerah yang
luas, terutama daerah-daerah jajahan, terkutuk dalam keterbelakangan dalam bidang
perindustrian.

Sosialisme membuat pembagian dearah produksi dengan teratur menurut rencana, dengan tujuan
guna mempertinggi produktifitas kerja, memperkuat kekuasaan Negara dan menaikan
kesejahteraan kehidupan seluruh Rakyat pekerja. Pembagian daerah produksi dalam sosialisme
berdasar atas asas-asas sebagai berikut:

1. Sedapat mungkin mendekatkan produksi dengan sumber-sumber bahan-bahan mentah dan


dengan daerah-daerah pemakai hasil-hasil perindustrian dan pertanian. Suatu pembagian daerah
atas dasar ini memberi kemungkinan, digunakannya lebih baik sumber-sumber alam dan
dihindarinya cara-cara pengangkutan yang tidak rasional; dengan itu dapat dihemat banyak
tenaga kerja dan dapat dipercepat jalannya produksi.

2. Menghilangkan ketidaksamaan keekonomian diantara suku-suku bangsa, menaikan dengan


cepat perekonomian daerah yang masih terbelakang; asas ini adalah dasar materil untuk
memperkuat persatuan bangsa.

3. Pembagian kerja teritorial (menurut wilayah) dengan teratur menurut rencana antara daerah-
daerah perekonomian pada perkembangan perekonomian yang komplek (yang meliputi banyak
bidang) sesuatu wilayah dengan memperhatikan syarat-syarat alam dan keadaan-keadaan khusus
untuk mencapai keadaan keekonomian, guna menghasilkan barang-barang perindustrian dan
pertanian tertentu. Perkembangan daerah pertanian yang komplek, dengan memperhatikan
keperluan-keperluannya akan bahan-bahan bakar, bahan-bahan bangunan, produksi secara besar-
besaran perindustrian ringan dan bahan-bahan makanan, banyak sekali mengurangi
pengangkutan jarak jauh yang tidak rasional dan membantu mobilisasi sumber-sumber bahan
mentah yang terdapat dalam daerah itu.

4. Pembagian daerah perindustrian dengan teratur menurut rencana yang meliputi seluruh negeri,
sehingga terdiri kota-kota dan pusat-pusat perindustrian yang baru di daerah-daerah pertanian
yang dahulunya terbelakang; ini berarti mendekatkan perindustrian kepada pertanian, sehingga
akan lenyaplah perbedaan-perbedaan hakiki antara kota dan desa.

5. Memperkuat kemampuan pembelaan negeri; pengepungan kaum kapitalis imperialis yang


mengandung permusuhan mengharuskan memajukan dengan cepat sekali cabang-cabang
perindustrian sebanyak mungkin.

SUBSTANSI DARI SISTIM EKONOMI SOSIALIS

Dalam perekonomian sosialis alat-alat produksi menjadi milik masyarakat, artinya, alat-alat
produksi itu dikuasai oleh kaum pekerja dan penguasa itu terjelma dalam bentuk negara sosialis
dan dalam bentuk perekonomian-perekonomian kolektif serta dalam bentuk perkeumpulan
koperasi; dengan demikian hasil kerja juga dikuasai oleh kaum pekerja yang mengemudikan
politik negara; Sistem sosialis perekonomian rakyat berarti, bahwa pemerasan dan penghisapan
atas manusia oleh manusia telah hapus dan bahwa produksi ditujukan pemenuhan maksimal
keperluan hidup seluruh masyarakat, material maupun kulturil; Produksi sosialis berkembang
secara teratur dan berencana. Naiknya kesejahteraan materil kaum pekerja yang tetap dan
bertambahnya daya beli yang tak putus-putus adalah suatu tenaga pendorong untuk mengadakan
perluasan produksi dan suatu jaminan yang dapat dipercaya terhadap tidak akan timbulnya krisis
terlalu banyak produksi dan penganguran; dalam sosialis pekerja-pekerja menerima barang-
barang materil sesuai dengan kualititas dan kualitas kerjanya; pendapatan Rakyat di bagi dalam
bagian-bagian yang digunakan untuk menaikan kesejahteraan kaum pekerja denga teratur,
meluaskan produksi di dalam maupun di luar kota, dan untuk menambah kekayan Rakyat.

Vous aimerez peut-être aussi