Vous êtes sur la page 1sur 28

Cara & Tips Membaca Puisi Yang Baik & Benar - Kegiatan membaca puisi (poetry

reading) mulai populer sejak hadirnya kembali WS. Rendra (Alm) dari kelananya di
Amerika Serikat. Agar Anda dapat membaca puisi dengan baik perlu memperhatikan hal-
hal berikut:

Interpretasi (penafsiran)
Untuk memahami sebuah puisi kita harus dapat menangkap simbol-simbol atau lambang-
lambang yang dipergunakan oleh penyair. Bila kita salah dalam menafsirkan makna
simbol/lambang, kita dapat salah dalam memahami isinya.

Teknik vokal
Untuk pengucapan yang komunikatif diperlukan penguasaan intonasi, diksi, jeda,
enjambemen, dan lafal yang tepat.

Performance (penampilan)
Dalam hal ini pembaca puisi dituntut untuk dapat memahami pentas dan publik.

Pembaca puisi juga dapat menunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan. Berani
menatap penonton dan mengatur ekspresi yang tidak berlebihan. Selain itu, pembaca puisi
harus memperhatikan pula irama serta mimik. Mimik merupakan petunjuk apakah
seseorang sudah benar-benar dapat menjiwai atau meresapkan isi puisi itu. Harmonisasi
antara mimik dengan isi (maksud) puisi merupakan puncak keberhasilan dalam membaca
puisi.

Ingatlah tidak setiap puisi dapat dibaca (dilisankan) tanpa menempatkan tanda tafsir
pengucapannya terlebih dahulu. Adakalanya Anda menemui deretan baris atau bait yang
satu dengan yang lain mempunyai jalinan pengucapan atau ada pula yang secara tertulis
terpisah, sehingga perlu jeda. Bila Anda kurang tepat dalam memberi jeda, akan dapat
mengaburkan maknanya.

Seorang penyair mempunyai beberapa kiat agar puisinya dapat dicerna atau dinikmati
pembaca. Penyair kerap menampilkan gambar angan atau citraan dalam puisinya. Melalui
citraan penikmat sajak memperoleh gambaran yang jelas, suasana khusus atau gambaran
yang menghidupkan alam pikiran dan perasaan penyairnya.

Perhatikan kutipan sajak Amir Hamzah berikut ini:

Nanar aku gila sasar


Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara di balik tirai
Dalam puisi di atas citraan penglihatan yang terasa ada dalam angan-angan pembaca.
Pembaca seolah melihat sosok wanita rupawan yang mengintai dari balik tirai.

Di samping citraan/imajinasi visual (yang menimbulkan pembaca seolah-olah dapat


melihat sesuatu setelah membaca kata-kata tertentu), terdapat pula imajinasi lain, seperti
imajinasi auditory (pendengaran), imajinasi articulatory (seolah mendengar kata-kata
tertentu), imajinasi alfaktory (seolah membau/mencium sesuatu), imajinasi organik
(seolah Anda seperti merasa lesu, capek, ngantuk, lapar, dan sebagainya).

Setelah Anda dapat menafsirkan lambang-lambang dalam puisi, untuk mewujudkan


keutuhan makna, Anda dapat lakukan langkah parafrasa puisi, memberi tanda jeda, serta
tekanan atau intonasinya.

Yang perlu diingat bahwa dalam mencoba memahami sebuah puisi perlu memperhatikan
judul, arti kata, imajinasi, simbol, pigura bahasa, bunyi/rima, ritme/irama, serta tema puisi.

Demikian artikel ini saya susun, semoga Cara & Tips Membaca Puisi Yang Baik & Benar
ini dapat berguna bagi saudara saudara semua ^_^
Sumber : BS - E Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk SMA/MA Kelas X, karangan Sri Utami,
Sugiarti, Suroto, Alexander Sosa [ Terimakasih Yang Sebesar Besarnya]
blog-indonesia.com/blog-archive-12181-38.html

Banyak teman-teman yang bertanya padaku, bagaimana caranya membuat puisi Apakah
faktor bakat itu bisa menentukan? Duh, bagaimana aku harus menjawabnya ya, Selama ini
aku menulis puisi hanya karena aku ingin mengungkapkan apa yang ada dalam hatiku,
namun agar ada bayangan tentang bagaimana cara menulis puisi, akan kucoba
menguaraikannya di sini, tapi pasti tidak akan memuaskan karena aku bukan alat pemuas,
eh….salah penyair maksudku.

Puisi berbeda dengan prosa. Sifat puisi lebih subyektif, artinya setiap orang memiliki
penafsiran yang berbeda terhadap makna puisi. Jadi yang tahu secara persis ten- tang
isinya ya hanya si penulisnya itu sendiri. Beda banget dengan prosa. Prosa lebih bersifat
obyektif, artinya setiap orang akan mempunyai penafsiran yang sama terhadap
Isinya.Contoh setiap orang pasti akan sepakat bila isi cerita Sangkuriang mengisahkan
seorang anak yang ingin menikahi ibunya .
Ditinjau dari bahasa yang digunakan dalam puisi, ada puisi yang berbentuk diafan yaitu
puisi transparan yang bahasanya mudah dimengerti, ada juga puisi prismatik yaitu puisi
yang lebih mengutamakan keindahan bahasa dan bunyi serta kedalaman makna. Puisi
prismatik lebih sulit ditangkap maknanya.

Menulis puisi dengan kalimat –kalimat yang tidak dimengerti oleh orang lain, tapi mampu
mengekspresikan perasaan kita, itu sah-sah saja, karena dalam penulisan puisi, kita
dilindungi oleh lisencia puitica atau kebebasan mengekspresikan perasaan dengan gaya
bahasa yang kita inginkan.

Hal yang cukup penting untuk diketahui waktu menulis puisi diantaranya:

1.Mampu menentukan tema yaitu gagasan atau apa yang ingin kita ungkapkan.

2 Perasaan yaitu kita harus mampu mengekspresikan gagasan yang akan kita ungkapkan
ke dalam bahasa yang indah.

3.Nada dan suasana, ini menjelaskan tentang sikap yang ingin kita ungkapkan dalam puisi
kita, sehingga mampu menimbulkan suasana hati pembaca/ pendengar sesuai dengan yang
kita rasakan.

4. Amanat yaitu pesan tersirat yang ingin kita sampaikan dalam puisi kita. Amanat ini
jangan terkesan menggurui.

Unsur lainnya lagi yang harus kita ketahui adalah unsur batin puisi yang lebih di kenal
dengan sebutan unsur pencitraan. Puisi harus mampu menimbulkan imajinasi/ daya
bayang yang mampu mengaktifkan panca indra kita, khususnya indra perasa, pencium,
pendengaran dan peraba.

Naaahhhh bila kita telah tahu cara menulis puisi, sekarang mari kita belajar cara
Membacanya. Mengasyikan lho, membaca puisi karya sendiri. Membaca puisi itu sangat
mudah. Modal kita hanya keberanian dan rasa percaya diri yang tinggi, ditambah
pengetahuan berikut :

1. Pemahaman kita harus memahami dengan baik unsure fisik dan batin puisi yang telah
kuuraikan di atas tadi.

2. Kehafalan yaitu kecermatan dalam membaca larik-larik puisi.

3. Pelafalan yaitu ketepatan dalam melafalkan kata-kata.

4. Intonasi yaitu gabungan antara nada, tempo dan tekanan pada waktu kita membaca
puisi.

5. Ekspresi dan gerak mimik adalah penjiwaan dipadukan dengan gerak anggota tubuh
khususnya wajah.
Naahh mudah kan menulis dan membaca puisi itu? Satu hal yang perlu diingat, puisi yang
baik adalah puisi yang mampu mengungkapkan isi hati kita dengan jujur, mampu
menimbulkan kepuasan batin bagi kita yang menulisnya dan orang lain yang membacanya.
Untuk lebih jelas mari kita lihat sebuah contoh puisi yang baik. Eh…waktu puisi Ini
kubacakan di depan kelas, murid-muridku pada terharu dan ada yang menangis lho!

Yuk kita baca puisi ini

SENJA DI PELABUHAN KECIL

KARYA : CHAIRIL ANWAR

Ini kali tidak ada yang mencari cinta

Di antara gudang, rumah tua, pada cerita

Tiang serta temali, kapal,perahu tiada berlaut

Menghembus diri dalam mempercepat maut berpaut

Gerimis mempercepat kelam.

Ada juga kelepak elang

Menyinggung muram, desir hari lari berenang

Menemu bujuk pangkal akanan.

Tidak bergerak

Dan kini tanah dan air tidur hilang ombak

Tiada lagi, aku sendiri.

Berjalan Menyisir semenanjung, masih pengap harap

Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan

Dari pantai keempat sedu penghabisan bias kudekap

Puisi di atas mengekspresikan kepedihan yang mendalam, yang sulit terucapkan dengan
kata-kata, tapi di sinilah hebatnya Chairil, ia mampu mengekspresikannya tanpa ada kata
‘sedih, Ia mampu berbicara dengan hatinya. Puisi itu ditulis Chairil ketika ia merasa kecewa
cintanya ditolak oleh gadis pujaannya bernama Sri Ajati, seorang mahasiswi fakultas sastra.
Aku paling suka puisi itu, puisi itu seolah memberi gambaran bahwa laki-laki juga memiliki
hati yang sama dengan wanita. Mereka bisa putus asa, kecewa, cinta dan kehilangan. Tema
puisi itu tentu saja tentang cinta. Chairil mengekspresikannya dengan nada kecewa dan
penuh keharuan. Suasana yang ditimbulkannya pun, rasa haru yang begitu dalam, seolah
ingin bercerita betapa sunyi dan hampa hidupnya.

Meskipun puisi itu pengalaman Chairil, tapi kita tidak merasakan bahwa pengalaman itu
hanya pengalaman Chairil saja. Chairil telah berhasil mengangkat pengalaman pribadinya
ke tingkat universal yang bisa dirasakan pula oleh semua orang termasuk kita. Itulah puisi
yang baik, yang mampu mengungkapkan perasaan kita secara mendalam.

Ya puisi memang punya kekuatan yang hebat untuk mengungkapkan segalanya seperti apa
yang disampaikan oleh Taufik Ismail dalam puisinya di bawah ini

DENGAN PUISI AKU

Dengan puisi aku bernyanyi

Hingga senja umurku nanti

Dengan puisi aku bercinta

Berbatas cakrawala

Dengan puisi aku mengenang

Keabadian yang akan datang

Dengan puisi aku menangis

Bila jarum waktu kejam mengiris

Dengan puisi aku mengutuk

Nafas zaman yang busuk

Dengan puisi aku berdoa

Perkenankanlah kiranya
renik.blogsome.com

teknik membaca puisi

1. INTRODUKSI

Deklamasi berasal dari bahasa Latin yang maksudnya declamare atau declaim yang
membawa makna membaca sesuatu hasil sastera yang berbentuk puisi dengan lagu atau
gerak tubuh sebagai alat bantu. Gerak yang dimaksudkan ialah gerak alat bantu yang puitis,
yang seirama dengan isi bacaan.

Umumnya memang deklamasi berkait rapat dengan puisi, akan tetapi membaca sebuah
cerpen dengan lagu atau gerak tubuh juga bisa dikatakan mendeklamasi. Mendeklamasikan
puisi atau cerpen bermakna membaca, tetapi membaca tidak sama dengan maksud
mendeklamasi. Maksudnya di sini bahawa apapun pengertian membaca tentunya jauh
berbeda dengan maksud deklamasi.

2. MAKNA KATA DEKLAMASI

Sudah jelas deklamasi itu berasal dari bahasa asing, jadi maknanya ia bukan kata asli
Malaysia atau Indonesia. Ia sudah lama digunakan hingga menjadi bahasa Malaysia.
Memang keadaan semacam ini sering berlaku di Malaysia, misalnya kata neraka, izin,
zaman, ajal, karam dan lain-lain berasal dari bahasa Arab, sedang tauco, tauge berasal dari
bahasa Tionghua. Manakala dastar, kenduri, kelasi berasal dari bahasa Persi. Lampu, mesin,
koki, repot dari bahasa Belanda, manakala pensil, botol berasal dari bahasa Inggeris dan
demikianlah halnya deklamasi berasal dari bahasa Latin.

Di Indonesia perkataan deklamasi sudah ada lewat tahun 1950 dan di Malaysia hanya
terkenal sejak kebelakangan ini, tetapi sebelum itu disebut baca puisi dan adapun orang
mulai mendeklamasi puisi sudah sejak berpuluh tahun yang lalu, baik di Malaysia ataupun
di luar negeri. Deklamasi ertinya membawa puisi-puisi, sedang orang yang melakukan
deklamasi itu disebut "Deklamator" untuk lelaki dan "Deklamatris" untuk perempuan.

Apa bezanya deklamasi dan nyanyi? Menyanyi ialah melagukan suatu nyanyian dengan
menggunakan not-not do-re-mi atau not balok, sedang deklamasi ialah membawakan
pantun-pantun, syair, puisi atau sajak dengan menggunakan irama dan gaya yang baik.
Disamping itu kita mengenal pula: menari, melukis, memahat, sandiwara dan lain-lain.
Semuanya itu mempunyai cara-cara dan aturannya sendiri-sendiri.

3. BAHAN YANG DIDEKLAMASIKAN

Tentu saja tidak semua pantun, sajak atau puisi dapat dideklamasikan, malah cerpen dan
novel juga boleh dideklamasikan/soalnya kita harus memilih mana sajak, puisi, pantun-
pantun yang baik dan menarik untuk dideklamasikan.

Kala kita menyanyi biasanya memilih lagu-lagu yang dapat kita nyanyikan, seperti "Bintang
Kecil" atau lagu-lagu yang rentaknya keroncong dan lain-lain, pokoknya semua lagu yang
telah kita nyanyikan. Bagaimana kita akan menyanyi, kalau kita tidak dapat menyanyikan
sesuatu lagu?

Demikian pula halnya dengan deklamasi. Hanya saja kalau menyanyi itu harus mempelajari
not-notnya dahulu, sedang pada deklamasi harus dipelajari tanda-tanda atau aturan-
aturannya dahulu. Seperti telah kita terangkan di atas, yang dideklamasikan itu hanya yang
berupa pantun, syair, sajak atau puisi dalam bahasa Malaysia, tetapi sejak dulu orang
pernah juga mendeklamasikan puisi dalam bahasa daerah seperti bahasa Bajau, Kadazan,
Murut, Brunei, Iban atau Dusun dan di sini hanya diperkatakan dan dipelajari deklamasi
dalam bahasa Malaysia saja.

4. CARA BERDEKLAMASI
Seperti telah dijelaskan bahawa berdeklamasi itu membawakan pantun, syair dan sajak
atau puisi. Kemudian apakah cukup hanya asal membawakan sahaja? Tentu tidak!
Berdeklamasi, selain kita mengucapkan sesuatu, haruslah pula memenuhi syarat-syarat
lainnya. Apakah syarat-syarat itu? Sebelum kita berdeklamasi, kita harus memilih dulu
pantun, syair, sajak apa, yang rasanya baik untuk dideklamasikan. Terserah kepada
keinginan masing-masing.

Yang penting pilihlah sajak atau puisi, pantun atau syair yang memiliki isi yang baik dan
bentuk yang indah dideklamasikan. Mengenai hal isi tentunya dapat minta nasihat,
petunjuk dan bimbingan daripada mereka yang lebih berpengalaman dan berpengetahuan
atau ahli dalam bidang deklamasi.

Kalau kita sudah memilih sebuah puisi misalnya, tentu saja boleh lebih dari sebuah. Hal ini
sering terjadi dalam sayembara yang dikira harus terdiri puisi wajib dan puisi pilihan. Nah,
sesudah itu, lalu apa lagi yang harus kita perbuat? Maka tidak boleh tidak harus
mentafsirnya terlebih dahulu.

5. MENAFSIR PUISI

Apakah puisi yang kita pilih itu berunsur kepahlawanan, keberanian, kesedihan,
kemarahan, kesenangan, pujian dan lain-lain? Kalau puisi yang kita pilih itu mengandung
kepahlawanan, keberanian dan kegagahan, maka kitapun harus mendeklamasikan puisi
tersebut dengan perasaan dan laku perbuatan, yang menunjukkan seorang pahlawan,
seorang yang gagah berani. Kita harus dapat melukiskan kepada orang lain, bagaimana
kehebatan dan kegagahan kapal udara itu. Bagaimana harus mngucapkan kata-kata yang
seram dan menakutkan.

Sebaliknya kalau saja puisi yang kita pilih itu mengadung kesedihan, sewaktu kita
berdeklamasi haruslah betul-betul dalam suasana yang sedih dan memilukan, bahkan
harus bisa membuat orang menangis bagi orang yang mendengar dan melihat kita sedih,
ketika dideklamasikan menjadi sebuah puisi yang gembira, bersukaria atau sebaliknya.
Tentu saja hal-hal seperti itu harus dijaga benar-benar. Kerana itu, harus berhati-hati, teliti,
tenang dan sungguh-sungguh dalam menafsir sebuah puisi.
Bacalah seluruh puisi itu berulang-ulang sampai kita mengerti betul apa-apa yang
dikandung dan dimaksud oleh puisi tersebut. Juga kata-kata yang sukar dan tanda-tanda
baca yang kurang jelas harus difahami benar-benar, Jika sudah dimengerti dan diselami isi
puisi itu, barulah kita meningkat ke soal yang lebih lanjut.

6. MEMPELAJARI ISI UNTUK MENDEKLAMASI PUISI

Cara mengucapkan puisi itu tak boleh seenaknya saja, tapi harus tunduk kepada aturan-
aturannya: di mana harus ditekankan atau dipercepatkan, di mana harus dikeraskan, harus
berhenti, dimana harus dilambatkan atau dilunakkan, di mana harus diucapkan biasa dan
sebagainya. Jadi, bila kita mendeklamasikan puisi itu harus supaya menarik, maka harus
dipakai tanda-tanda tersendiri:

------- Diucapkan biasa saja

/ Berhenti sebentar untuk bernafas/biasanya pada koma atau di tengah baris

// Berhenti agak lama/biasanya koma di akhir baris yang masih berhubungan

ertinya dengan baris berikutnya

/// Berhenti lama sekali biasanya pada titik baris terakhir atau pada penghabis

san puisi

^ Suara perlahan sekali seperti berbisik

^^ Suara perlahan sahaja

^^^ Suara keras sekali seperti berteriak

V Tekanan kata pendek sekali

VV Tekanan kata agak pendek

VVV Tekan kata agak panjang

VVVV Tekan kata agak panjang sekali


____/ Tekanan suara meninggi

____ Tekanan suara agak merendah

Cara meletakkan tanda-tanda tersebut pada setiap kata masing-masing orang berbeda
tergantung kepada kemahuannya sendiri-sendiri. Dari sinilah kita dapat menilai: siapa
orang yang mahir dan pandai berdeklamasi.

Demikianlah, setelah tanda-tanda itu kita letakkan dengan baik dan dalam meletakkannya
jangan asal meletakkan saja, tapi harus memakai perasaan dan pertimbangan, seperti
halnya kalau kita membaca berita: ada koma, ada titik, tanda-tandanya, titik koma dan lain-
lain.

Kalau tanda-tanda itu sudah diletakkan dengan baik, barulah kita baca puisi tersebut
berulang-ulang sesuai dengan irama dan aturan tanda itu. Dengan sendirinya kalau kita
sudah lancar benar, tekanan-tekanan, irama-irama dan gayanya takkan terlupa lagi selama
kita berdeklamasi.

7. PUISI HARUS DIHAFAL

Mendeklamasi itu ialah membawakan puisi yang dihafal. Memang ada juga orang
berdeklamasi puisi di atas kertas saja. Cara seperti itu kurang enak kecuali jika untuk
siaran pembacaan puisi di radio atau rakaman. Tetapi deklamasi itu selalu saja didengar
dan ditonton orang. Mana mungkin para penonton akan senang, melihat kita berdeklamasi
kalau muka kita tertunduk melulu terus menerus kala mendeklamasikan puisi itu. Tentu
saja membosankan bukan?

Makanya sebaik mungkin deklamator harus menghafal puisi yang mahu dideklamasi itu.
Caranya ulangilah puisi itu berkali-kali tanpa mempergunakan teks, sebab jika tidak
demikian di saat kita telah naik pentas, kata-kata dalam puisi itu tak teringat atau terputus-
putus.
Betapa lucunya seorang deklamator, ketika dengan gaya yang sudah cukup menarik di atas
panggung, di muka penonton yang ramai, tiba-tiba ia lupa pada kalimat-kalimat dalam
puisi. Ia seperti terhenti, terpukau, mau bersuara tak tentu apa yang harus diucapkan. Mau
mengingat-ingat secara khusuk terlalu lama. Menyaksikan keadaan demikian itu sudah
tentu para penonton akan kecewa. Bagi sideklamator sendiri akan mendapat malu. Oleh
kerana itu dihafalkanlah puisi itu sebaik-baiknya sampai terasa lancar sekali. Setelah
dirasakan yakin, bahawa sebuah puisi telah sanggup dibaca di luar kepala, barulah berlatih
mempergunakan mimik atau "action"

Cara menghafal tentu saja dengan cara mengingatnya sebaris demi sebaris dan kemudian
serangkap demi serangkap disamping berusaha untuk mengerti setiap kata/ayat yang
dicatatkan kerana hal itu menjadi jelasnya maksud dan tujuan isi puisi itu.

8. DEKLAMASI BUKAN UCAPAN SEMATA

Deklamasi bukan ucapan semata. Deklamasi harus disertai gerak-gerak muka, kalau perlu
dengan gerak seluruh anggota badan atau seluruh tubuh, tetapi yang paling penting sekali
ialah gerak-gerak muka. Dengan ucapan-ucapan yang baik dan teratur, diserta dengan
gerak geri muka nescaya akan bertambah menarik, apa lagi kalau ditonton. Dari gerak geri
muka itu penonton dapat merasakan dan menyaksikan mengertikan puisi yang
dideklamasikan itu. Apakah puisi itu mengandung kesedihan, kemarahan, kegembiraan dan
lain-lain.

Hanya saja dalam melakukan gerak geri itu jangan sampai berlebih-lebihan seperti wayang
orang yang bergerak ke sana ke mari, sehingga mengelikan sekali. Berdeklamasi secara
wajar, tertib dan mengesankan.
9. CARA MENGHAKIMI

Untuk mudahnya bagi seorang deklamator/deklamatris melengkapi dirinya dalam


mempersiapkan kesempurnaan berdeklamasi, maka seorang calon harus mengetahui pula
hal-hal yang menjadi penilaian hakim dalam suatu sayembara deklamasi. Yang menjadi
penilaian hakim terhadap pembawa puisi atau deklamator meliputi bidang-bidang seperti
berikut:

A. PENAMPILAN/PERFORMANCE

Sewaktu pembawa puisi itu muncul di atas pentas, haruslah diperhatikan lebih dahulu hal
pakaian yang dikenakannya. Kerapian memakai pakaian, keserasian warna dan sebagainya
akan menambahkan angka bagi si pembawa puisi. Tentu saja penilaian pakaian ini bukan
terletak pada segi mewah tidaknya pakaian itu, tetapi dalam hal kepantasan serta
keserasiannya. Kerana itu, perhatikanlah pakaian lebih dahulu sebelum tampil di atas
pentas. Hindarikan diri dari kecerobohan serta ketidakrapian berdandan.

B. INTONASI/TEKANAN KATA DEMI KATA

Baris demi baris dalam puisi, sudah tentu tidak sama cara memberikan tekanannya. Ini
bergantung kepada kesanggupan dipembawa puisi menafsirkan tiap-tiap kata dalam
hubungannya dengan kata lainnya. Sehingga ia menimbulkan suatu pengungkapan isi
kalimat yang tepat. Kesanggupan sipembawa puisi memberikan tekanan-tekanan yang
sesuai pada tiap kata yang menciptakan lagi kalimat pada baris-baris puisi, akan
memudahkan mencapai angka tertinggi dalam segi intonasi.

C. EKSPRESI/KESAN WAJAH

Kemampuan sipembawa puisi dalam menemukan erti dan tafsiran yang tepat dari kata
demi kata pada tiap baris kemudian pada kelompok bait demi bait puisi akan terlihat pada
kesan air muka atau wajahnya sendiri. Ada kalanya seorang pembawa puisi tidak
menghayati isi dan jiwa tiap baris puisi dalam sebuah bait, sehingga antara kalimat yang
diucapkan dan airmuka yang diperlihatkan tampak saling bertentangan.

Jadi, penghayatan itu sangat penting dan ia harus dipancarkan pada sinar wajah si
pembawa puisi. Misalnya sebuah bait dalam puisi yang bernada sedih haruslah
digambarkan oleh sipembawa puisi itu melalui airmukanya yang sedih dan bermuram
durja.

D. APRESIASI/PENGERTIAN PUISI

Seorang pembawa puisi akan dinilai mempunyai pengertian terhadap sesuatu puisi,
manakala ia sanggup mengucapkan kata demi kata pada tiap baris puisi disertai kesan yang
terlihat pada airmukanya. Jika tidak berhasil, dikatakannya sipembawa puisi itu belum
mempunyai apresiasi atau apresiasinya terhadap puisi itu agak kurang. Dalam istilah
umumnya apresiasi diterjemah lebih jauh lagi sebagai penghayatan.

Seorang pendeklamator yang baik/ia harus menghayati makna dan isi puisi yang mahu
dideklamasikan dan tanpa menghayatinya, maka sudah tentu persembahannya bakal
hambar, lesu dan tak bertenaga.

E. MIMIK/ACTION

Mimik atau action dalam sebuah deklamasi puisi sangat besar pengaruhnya terhadap
pembentukan suasana pembacaan puisi. Seorang pembawa puisi yang berhasil ia akan
mengemukan sesuatu action atau mimik itu sesuai dengan perkembangan kata demi kata
dalam tiap baris dan tidak bertentangan dengan jiwa dan isi kata-kata kalimat dalam puisi.

Terjadinya kontradiksi antara apresiasi dan action menimbulkan kesan yang mungkin bisa
menjadi bahan tertawaan penonton, Hal ini harus dipelajari sebaik-baiknya oleh
sipembawa puisi. Tanpa hal itu, ia tak mungkin bisa mndapatkan angka terbaik dalam
pembawaan puisi.

Sebagi contoh: ketika dipembawa sajak menyebut "dilangit tinggi ada bulan" tetapi mimik
kedua belah tangan menjurus ke bumi, Hal ini akan menimbulkan bahan tertawaan bagi
penonton, mana mungkin ada bulan di bumi, tentu hal itu tidak mungkin sama sekali.
Betapapun bulan selalu ada di langit. Inilah yang dimaksud betapa pentingnya pembawa
sajak menguasai apresiasi puisi, sehingga dapat menciptakan mimik yang sesuai dengan
keadaan isi dan jiwa puisi itu.

F. TATATERTIB

Untuk menambahkan lebih sempurna lagi bagi pengetahuan seorang deklamator atau
deklamatris, maka dibawa ini kita kemukakan beberapa tatatertib berdekmalasi:

F.1 Berdirilah baik-baik di atas pentas yang telah tersedia

F.2 Pakaian harus menimbulkan kesan yang menarik dan menyenangkan

F.3 Menghadap kepada penonton, memandang ke sekeliling dengan airmuka yang berseri-
seri, lalu memberi salam kepada hadirin dengan hormat, Dengan jalan menganggukkan
kepala.

F.4 Bacalah jodol puisi dan sebut nama penulisnya dengan suara yang jelas/tepat dengan
nada suara yang wajar

F.5 Berhenti beberapa detik, menyiapkan nafas, lalu mulailah pembacaan deklamasi itu
sebaris demi sebaris, bait demi bait.
F.6 Selama pembacaan puisi, perhatian harus tercurah kepada puisi itu sendiri dan jangan
tergoda oleh hiruk pikuk suara atau bunyi lain terutama sekali penonton.

F.7 Ketika pembacaan puisi itu selesai, berhentilah beberapa saat, melepaskan nafas, lalu
menghormati penonton dan kepada para hakim.

F.8 Biasakanlah dengan sikap yang tenang dan wajar ketika meninggalkan pentas dan tidak
usah tergesa-gesa.

10. HARAPAN DAN ANJURAN

Sesuai dengan pembangunan yang berencana di bidang pendidikan dan pengajaran, maka
pelajaran deklamasi itu mendapat tempat dan sambutan yang baik di kalangan murid-
murid sekolah dan orang awam, guru-guru dan masyarakat Malaysia. Sebab pelajaran
deklamasi amat penting sekali dan tentu saja diharapkan sangat deklamasi terus mendapat
perhatian yang besar.

Murid sekolah sangat-sangat memerlukan bimbingan dan petunjuk dari guru yang
berkebolehan, apa lagi dengan adanya acara hari kemerdekaan, hari guru, hari ibu dan
sebagainya dan dengan bantuan dari mereka yang berkebolehan, maka sudah tentu bidang
deklamasi ini akan lebih hebat lagi dan sekaligus akan dapat membentuk manusia Malaysia
yang baik, berjiwa besar dan punya semangat yang kuat untuk mempertahankan maruah
bangsa sejagat.
clubbing.kapanlagi.com ›

pengertian puisi

Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti
pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya
membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya,
makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun
menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan
(Sitomorang, 1980:10).

Menurut Vicil C. Coulter, kata poet berasal dari kata bahasa Gerik yang berarti membuat,
mencipta. Dalam bahasa Gerik, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya,
orang yang hampir menyerupai dewa-dewa atau orang yang amat suka pada dewa-dewa.
Dia adalah orang yang mempunyai penglihatan yang tajam, orang suci, yang sekaligus
seorang filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi
(Situmorang, 1980:10)).

Ada beberapa pengertian lain.

1. Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang
bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
2. Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan
secara implisit, samar dengan makna yang tersirat di mana kata-katanya condong
pada makna konotatif.
3. Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan
sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.
4. William Wordsworth (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah
peluapan yang spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya, memperoleh
asalnya dari emosi atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaian.
5. Percy Byssche Shelly (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah
rekaman dari saat-saat yang paling baik dan paling senang dari pikiran-pikiran yang
paling senang.
6. Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang
kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional
dan berirama.
7. Lescelles Abercrombie (Sitomurang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah
ekspresi dari pengalaman imajinatif, yang hanya bernilai serta berlaku dalam
ucapan atau pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan
bahasa yang mempergunakan setiap rencana yang matang serta bermanfaat.

Unsur-Unsur Pembentuk Puisi

Ada beberapa pendapat tentang unsur-unsur pembentuk puisi. Salah satunya adalah
pendapat I.A. Richard. Dia membedakan dua hal penting yang membangun sebuah puisi
yaitu hakikat puisi (the nature of poetry), dan metode puisi (the method of poetry).

Hakikat puisi terdiri dari empat hal pokok, yaitu

1. Sense (tema, arti)


Sense atau tema adalah pokok persoalan (subyek matter) yang dikemukakan oleh
pengarang melalui puisinya. Pokok persoalan dikemukakan oleh pengarang baik secara
langsung maupun secara tidak langsung (pembaca harus menebak atau mencari-cari,
menafsirkan).

1. Feling (rasa)

Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisinya.
Setiap penyair mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi suatu persoalan.

1. Tone (nada)

Yang dimaksud tone adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya pada
umumnya. Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap rendah hati, angkuh, persuatif,
sugestif.

1. Intention (tujuan)

Intention adalah tujuan penyair dalam menciptakan puisi tersebut. Walaupun kadang-
kadang tujuan tersebut tidak disadari, semua orang pasti mempunyai tujuan dalam
karyanya. Tujuan atau amanat ini bergantung pada pekerjaan, cita-cita, pandangan hidup,
dan keyakinan yang dianut penyair

Metode Puisi

Untuk mencapai maksud tersebut, penyair menggunakan sarana-sarana yang disebut


metode puisi. Metode puisi terdiri dari

1. Diction (diksi)

Diksi adalah pilihan atau pemilihan kata yang biasanya diusahakan oleh penyair dengan
secermat mungkin. Penyair mencoba menyeleksi kata-kata baik kata yang bermakna
denotatif maupun konotatif sehingga kata-kata yanag dipakainya benar-benar mendukung
maksud puisinya.

1. Imageri (imaji, daya bayang)

Yang dimaksud imageri adalah kemampuan kata-kata yang dipakai pengarang dalam
mengantarkan pembaca untuk terlibat atau mampu merasakan apa yang dirasakan oleh
penyair. Maka penyair menggunakan segenap kemampuan imajinasinya, kemampuan
melihat dan merasakannya dalam membuat puisi.

Imaji disebut juga citraan, atau gambaran angan. Ada beberapa macam citraan, antara lain

1. citra penglihatan, yaitu citraan yang timbul oleh penglihatan atau berhubungan
dengan indra penglihatan
2. Citra pendengaran, yaitu citraan yang timbul oleh pendengaran atau berhubungan
dengan indra pendengaran
3. Citra penciuman dan pencecapan, yaitu citraan yang timbul oleh penciuman dan
pencecapan
4. Citra intelektual, yaitu citraan yang timbul oleh asosiasi intelektual/pemikiran.
5. Citra gerak, yaitu citraan yang menggambarkan sesuatu yanag sebetulnya tidak
bergerak tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak.
6. Citra lingkungan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran
selingkungan
7. Citra kesedihan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran kesedihan

1. The concrete word (kata-kata kongkret)

Yang dimaksud the concrete word adalah kata-kata yang jika dilihat secara denotatif sama
tetapi secara konotatif mempunyai arti yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi
pemakaiannya. Slametmulyana menyebutnya sebagai kata berjiwa, yaitu kata-kata yang
telah dipergunakan oleh penyair, yang artinya tidak sama dengan kamus.

1. Figurative language (gaya bahasa)

Adalah cara yang dipergunakan oleh penyair untuk membangkitkan dan menciptakan imaji
dengan menggunakan gaya bahasa, perbandingan, kiasan, pelambangan dan sebagainya.
Jenis-jenis gaya bahasa antara lain

1. perbandingan (simile), yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal
lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti bagai, sebagai, bak,
seperti, semisal, umpama, laksana, dll.
2. Metafora, yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain tanpa
mempergunakan kata-kata pembanding.
3. Perumpamaan epos (epic simile), yaitu perbandingan yang dilanjutkan atau
diperpanjang dengan cara melanjutkan sifat-sifat perbandingannya dalam kalimat
berturut-turut.
4. Personifikasi, ialah kiasan yang mempersamakan benda dengan manusia di mana
benda mati dapat berbuat dan berpikir seperti manusia.
5. Metonimia, yaitu kiasan pengganti nama.
6. Sinekdoke, yaitu bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting untuk
benda itu sendiri.
7. Allegori, ialah cerita kiasan atau lukisan kiasan, merupakan metafora yang
dilanjutkan.

1. Rhythm dan rima (irama dan sajak)

Irama ialah pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembutnya ucapan bunyi bahasa
dengan teratur. Irama dibedakan menjadi dua,

1. metrum, yaitu irama yang tetap, menurut pola tertentu.


2. Ritme, yaitu irama yang disebabkan perntentangan atau pergantian bunyi tinggi
rendah secara teratur.

Irama menyebabkan aliran perasaan atau pikiran tidak terputus dan terkonsentrasi
sehingga menimbulkan bayangan angan (imaji) yang jelas dan hidup. Irama diwujudkan
dalam bentuk tekanan-tekanan pada kata. Tekanan tersebut dibedakan menjadi tiga,

1. dinamik, yaitu tyekanan keras lembutnya ucapan pada kata tertentu.


2. Nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya suara.
3. Tempo, yaitu tekanan cepat lambatnya pengucapan kata.

Rima adalah persamaam bunyi dalam puisi. Dalam rima dikenal perulangan bunyi yang
cerah, ringan, yang mampu menciptakan suasana kegembiraan serta kesenangan. Bunyi
semacam ini disebut euphony. Sebaliknya, ada pula bunyi-bunyi yang berat, menekan, yang
membawa suasana  kesedihan. Bunyi semacam ini disebut cacophony.

Berdasarkan jenisnya, persajakan dibedakan menjadi

1. rima sempurna, yaitu persama bunyi pada suku-suku kata terakhir.


2. Rima tak sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada sebagian suku kata
terakhir.
3. Rima mutlak, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada dua kata atau lebih secara
mutlak (suku kata sebunyi)
4. Rima terbuka, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku akhir terbuka atau
dengan vokal sama.
5. Rima tertutup, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku kata tertutup
(konsonan).
6. Rima aliterasi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bunyi awal kata pada
baris yang sama atau baris yang berlainan.
7. Rima asonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada asonansi vokal tengah
kata.
8. Rima disonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapaat pada huruf-huruf
mati/konsonan.

Berdasarkan letaknya, rima dibedakan

1. rima awal, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada awal baris pada tiap bait
puisi.
2. Rima tengah, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di tengah baris pada bait puisi
3. Rima akhir, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di akhir baris pada tiap bait puisi.
4. Rima tegak yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bait-bait puisi yang dilihat
secara vertikal
5. Rima datar yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada baris puisi secara horisontal
6. Rima sejajar, yaitu persamaan bunyi yang berbentuk sebuah kata yang dipakai
berulang-ulang pada larik puisi yang mengandung kesejajaran maksud.
7. Rima berpeluk, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik
pertama dan larik keempat, larik kedua dengan lalrik ketiga (ab-ba)
8. Rima bersilang, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik
pertama dengan larik ketiga dan larik kedua dengan larik keempat (ab-ab).
9. Rima rangkai/rima rata, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir
semua larik (aaaa)
10. Rima kembar/berpasangan, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir
dua larik puisi (aa-bb)
11. Rima patah, yaitu persamaan bunyi yang tersusun tidak menentu pada akhir larik-
larik puisi (a-b-c-d)

Pendapat lain dikemukakan oleh Roman Ingarden dari Polandia. Orang ini mengatakan
bahwa sebenarnya karya sastra (termasuk puisi) merupakan struktur yang terdiri dari
beberapa lapis norma. Lapis norma tersebut adalah

1. Lapis bunyi (sound stratum)


2. Lapis arti (units of meaning)
3. Lapis obyek yang dikemukakan atau “dunia ciptaan”

1. Lapis implisit
2. Lapis metafisika (metaphysical qualities)

ariperwira.co.cc/?p=154

Karya sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa, dan drama. Secara
etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poesis, yang berarti membangun,
membentuk, membuat, menciptakan. Sedangkan kata poet dalam tradisi Yunani Kuno
berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai
dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan
tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat
menebak kebenaran yang tersembunyi.

Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang
bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.

Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang kongkret
dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.

Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata-katanya
disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu seperti
musik.

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam
susunan terindah.
Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan
sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.

Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara
implisit dan samar, dengan makna yang tersirat, di mana kata-katanya condong pada
makna konotatif.

Herman J. Waluyo mendefinisikan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan
mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan
struktur batinnya.

Ada juga yang mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengekspresikan
secara padat pemikiran dan perasaan penyairnya, digubah dalam wujud dan bahasa yang
paling berkesan.

Yang Membedakan Puisi dari Prosa

Slametmulyana (1956:112) mengatakan bahwa ada perbedaan pokok antara prosa dan
puisi. Pertama, kesatuan prosa yang pokok adalah kesatuan sintaksis, sedangkan kesatuan
puisi adalah kesatuan akustis. Kedua, puisi terdiri dari kesatuan-kesatuan yang disebut
baris sajak, sedangkan dalam prosa kesatuannya disebut paragraf. Ketiga, di dalam baris
sajak ada periodisitas dari mula sampai akhir.

Pendapat lain mengatakan bahwa perbedaan prosa dan puisi bukan pada bahannya,
melainkan pada perbedaan aktivitas kejiwaan. Puisi merupakan hasil aktivitas pemadatan,
yaitu proses penciptaan dengan cara menangkap kesan-kesan lalu memadatkannya
(kondensasi). Prosa merupakan aktivitas konstruktif, yaitu proses penciptaan dengan cara
menyebarkan kesan-kesan dari ingatan (Djoko Pradopo, 1987).

Perbedaan lain terdapat pada sifat. Puisi merupakan aktivitas yang bersifat pencurahan
jiwa yang padat, bersifat sugestif dan asosiatif. Sedangkan prosa merupakan aktivitas yang
bersifat naratif, menguraikan, dan informatif (Pradopo, 1987)

Perbedaan lain yaitu puisi menyatakan sesuatu secara tidak langsung, sedangkan prosa
menyatakan sesuatu secara langsung.

Unsur-unsur Puisi

Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik , bait,
bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara
singkat bisa diuraikan sebagai berikut.

Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat
sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih
diformulasi menjadi sebuah larik.
Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa
berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah
kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak ada batasan.

Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada
kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah,
tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.

Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang
ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme)
adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi.
Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi
(misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata
yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang
pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk
irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang
menciptakan efek musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak
didengar meskipun tanpa dilagukan.

Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa
menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi
disampaikan.

Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur, yaitu
struktur batin dan struktur fisik.

Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai
berikut.

(1)   Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan
tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait,
maupun makna keseluruhan.

(2)   Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan
psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial,
kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan
pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu
masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa,
dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan,
pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan
psikologisnya.

(3)   Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan
dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui,
mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan
masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan
rendah pembaca, dll.

(4)   Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong
penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari  sebelum penyair menciptakan
puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.

Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-
sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik
puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.

(1)   Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi
kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan
pemaknaan terhadap puisi.

(2)   Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena
puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal,
maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat
kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

(3)   Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji
taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan
merasakan seperti apa yang dialami penyair.

(4)   Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan
munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata
kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata
kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan,
dll.

(5)   Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek
dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan
puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna
(Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas
antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi,
anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro
parte, hingga paradoks.

(6)   Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi
pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope
(tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.),
(2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak
berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo,
187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang
pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

abdurrosyid.wordpress.com

 
Pengetahuan tentang berbagai hal yang telah tersimpan dalam struktur otak
manusiaa k a n m e m u d a h k a n m a n u s i a m e n c e r n a i s i b a c a a n . S e c a r a
s i m u l t a n p e n g e t a h u a n tentang  substansi  bacaan  merangsang  harapan-harapan
yang  berkenaan  denganstruktur konseptual yang lebih luas dari bacaan. Berbekal
harapan dan pengetahuantersebut pembaca membuat prediksi yang tepat dalam
menginterpretasikan maknat e k s s e c a r a k e s e l u r u h a n . B i l a h a l i n i
t e r j a d i m a k a p e m b a c a t e l a h m e m p e r o l e h pemahaman dari apa yang
dibacanya.Minat dan kegemaran membaca tidak dengan sendirinya dimiliki oleh
seseorang,termasuk anak-anak dalam usia sekolah. Minat baca dapat tumbuh
dan berkembang dengancara dibentuk.dalam kaitan ini dapat disimak teori
rangsangan dan dorongan. Doronganadalah daya motivasional yang mendorong
lahirnya perilaku yang mengarah pada pencapaiansuatu tujuan. Dorongan yang
dimaksud adalah motivasi tidak hanya untuk perilaku tertenusaja, melainkan
perilaku apa saja yang berkaitan dengan kebutuhan dasar yang
diinginkanseseorang. Dorongan-dorongan tersebut dapat muncul dari dalam
diri orang tersebut ataudapat dirangsang dari luar.Memperhatikan asal dari
dorongan untuk berperilaku, dapat diprediksikan bahwa minat dan kegemaran
membaca itu timbul dalam diri anak SD, SLTP, maupun dari orang-orang laindisekitar
lingkungan kita. Oleh sebab itu upaya untuk mengangkat program
peningkatanminat dan kegemaran membaca perlu melibatkan unsur-unsur sebagai
berikut:a. Anak didik pada semua jenjang SD, SLTP, dan SLTA,b. Guru sekolah,c. Sekolah
dengan berbagai program kegiatan yang dapat menunjang
pengkondisiantumbuhnya minat baca dan kegemaran membaca,d. Orang tua di
rumah,e. Lingkungan masyarakat diluar sekolah dan rumah,f . L e m b a g a - l e m b a g a
m a s y a r a k a t y a n g b e r m i n a t t e r h a d a p p e n g e m b a n g a n m i n a t d a n kegemaran
membaca, misalnya dengan mendirikan pondok baca.g. Pemerintah melalui berbagai
program yang dikembangkan, seperti adanya kegiatanbulan buku nasional pada
setiap bulan Mei, hari Aksara Internasional pada setiap
3
 
bulan September dan sebagainya yang bisa dikaitkan dengan pembinaan minat
dankegemaran membaca.B. Literasi InformasiLiterasi  informasi  sendiri  dapat
diartikan  kemampuan  seseorang  dalam  mencari,mengoleksi, mengevaluasi atau
menginterpreatisakan, menggunkan, dan mengkomunikasikaninformasi dari berbagai
sumber secara efektif.Mengapa literasi informasi penting?K e m a m p u a n l i t e r a s i
informasi dirasakan sangat penting, secara global sekarang kitasedang
memasuki abad informasi. Ledakan informasi yang diakibatkan oleh
k e m a j u a n teknologi informasi memerlukan keahlian ini. Karena miliaran informasi yang
tersedia tentusaja akan membingungkan apabila tidak memiliki kemampuan
mengelolanya.Disamping itu juga, sekarang pembangunan telah mendorong proses
transformasi sosialekonomi secara fundamental. Transformasi itu berlangsung makin
cepat seiring dengan kianmenguatnya  globalisasi  ekonomi,  yang  melahirkan  paradigma
baru  pembangunan,Knowledge Based Economy (KBE). Sudah sejak lama wacana
pembangunan yang merujuk pada paradigma KBE ini mulai menggeser paradigma lama
yang bertumpu pada modal fisik dan modal sumber daya alam.Secara  sederhana,  KBE
didefinisikan  sebagai  suatu  aktivitas  perekonomian  yangbertumpu pada dukungan ilmu
pengethuan dan teknologi (IPTEK), baik teknologi informasimaupun komunikasi. Iptek
menjadi elemen utama KBE, yang berperan penting dan memberisumbangan signifikan
pada pertumbuhan ekonomi.KBE berpijak pada ilmu pengetahuan merupakan kunci dalam
proses produksi sekaligusmenjadi
the driving factor of the economic development 
. Jika pada abad-abad lampau, tanahdan pabrik menjadi asset ekonomi paling
berharga serta sumber utama kemakmuran dankesejahteraan, sekarang ini ilmu
pengetahuanlah yang menjadi asset ekonomi yang paling u t a m a d a n f a c t o r
determinan dalam menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan. Ilmu
 
pengetahuan  merupakan  komponen  sangat  vital  untuk  membangun  kapasitas
danm e n i n g k a t k a n p r o d u k t i v i t a s , m e l a m p a u i k e k u a t a n m o d a l d a n t e n a g a
k e r j a , ( A l h u m a m i , 2007).Melalui pengajaran literasi informasi, peserta didik
akan diajarkan pada sebuah metode untuk  menelusuri  informasi  dari  berbagai
sumber  informasi  yang  terus  berkembang,bagaimana cara mengelolanya, seperti
apa cara menilai, dan bagaimana cara menggunakanserta
mengkomunikasikannya. Tidak akan ada seorangpun pada zaman sekarang ini
yangm a m p u u n t u k m e n g i k u t i s e m u a i n f o r m a s i y a n g a d a . B e r d a s a r k a n
c a t a t a n m e n u n j u k k a n bahwa sekarang ini perkantoran saja menghasilkan 2,7 miliar
dokumen pertahun dan satu jutapublikasi diterbitkan setiap tahun.Literasi informasi
merupakan survival skill untuk menyongsong abad 21, bekal suksesdalam
belajar dan lebih kompetitif dalam persaingan kerja, serta membuat keputusan
yangbaik dalam hidup.U n t u k d a p a t d i k a t a k a n b a h w a s e s e o r a n g t e l a h m e l e k
informasi (
information literate
)paling tidak harus memiliki kemampuan:

menentukan cakupan informasi yang diperlukan

mengakses informasi secara efektif 

mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya dengan kritis

menggunakan informasi sesuai dengan tujuanOrang yang memahami informasi adalah:1.
mengetahui  bahwa  informasi  yang  lengkap  dan  akurat  adalah  dasar
untuk pengembilan keputusan yang cerdas.2. Mengetahui kebutuhan informasi3.
Menentukan bagaimana untuk menempatkan informasi yang dibutuhkan4. Merumuskan
pertanyaan berdasar pada kebutuhan informasi5. Mengidentifikasi sumber utama
informasi6. Mengembangkan keberhasilan strategi pencarian7. Mengakses sumber
informasi termasuk yang berbasis komputer dan teknologi lain8. Mengevaluasi apapun
sumbernya
 
lingkungannya. Oleh karena itu kita harus mengupayakan semaksimal mungkin
agar kekurangan yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dapat diperbaiki. Dan
yang lebihpenting lagi adalah agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan intelektual,
sosialdan emosional sesuai dengan tingkat usianya.
6.  Pendidikan Kecakapan Hidup (
Life Skills
)
Konsep  kecakapan  hidup  mempunyai  cakupan  yang  luas,  berinteraksi
antarapengetahuan dan keterampilan dan yang diyakini sebagai unsure penting untuk
hiduplebih mandiri (Broling, 1989).Kecakapan hidup meliputi kecakapan hidup
untuk mengatur kebutuhan diri (
dailyliving  skills
),  memahami  potensi  diri  dan  dalam  pergaulan  sosial/lingkungan(
personal/social skills
), kecakapan hidup dalam pemilih keterampilan dan mengatur  pekerjaan  (
vocasional/occupatio-nal 
)  dengan  prinsip  belajar  untuk  memperolehpengetahuan (
learning to know
) , b e l a j a r u n t u k d a p a t b e r b u a t a t a u b e k e r j a s e s u a i dengan potensi diri (
learning to do
) dan belajar untuk menjadi orang yang berguna (
learning to be
) serta belajar untuk dapat hidup bersama dengan orang lain (
learning to live together 
).
7.   Pendidikan Berkelanjutan
Pendidikan ini diarahkan pada pendidikan dan pelatihan berusaha
( K e j a r U s a h a ) utamanya bagi warga belajar yang telah bebas buta aksara dan
lulus Paket B namuntidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Melalui program Kejar Usaha, warga belajar diberikan pelatihan praktis tentang
bagaimana mengelola suatuusaha sebagai modal untuk mengembangkan
usahanya.Program Kegiatan MLI (Masyarakat Literasi Indonesia)MLI (Masyarakat
Literasi Indonesia)yang diketuai oleh Suherman, M.Si,  hadir karenaadanya
keprihatinan dari program literasi yang diselenggarakan oleh pemerintah,
secarastruktur rancangan program yang diadakan pemerintah belum
sepernuhnya bejalan, olehkarena itu MLI menanggapinya dengan membangun
masyarakat literasi. Program kegiatan yang dilakukan oleh MLI adalah sebagai
berikut:
15
 
1. Membuka jendela dunia dengan  memberantas penyakit buta aksara
y a n g masih mewabah di negeri kita ini. Dengan konsep pendekatan yang besifat
total action
serta metodologi penyampaian yang modern, simpel, dan  praktis.2. membangun
perpustakaan mandiri dengan membantu membuat perpustakaan sekolah,
perusahaan,  pribadi,  perustakaan  umum,  termasuk  menanganiperpustakaan keliling.3 .
menyelenggarakan  pelatihan  kepustakawanan,  Pelatihan  tidak
hanyaberorientasi pada penguasaan teknis, akan tetapi lebih pada
p e m b e n t u k a n kepribadian pustakwan supaya termotivasi untuk menjadi
knowlege manager 
atau
information entrepreneur.
4. menawarkan  layanan penyediaan informasi terseleksi yang dikemas
secaraprofesional dalam bentuk yang beragam, dengan menyediakan  layanan kliping(
hardcopy and softcopy
) dengan berbagai macam subjek, menyediakan paket informasi (
information package
) yang dikerjakan oleh spesialis informasi yangberpengalaman dalam penelurusan
informasi dari beragam sumber literatur  rujukan.P e r l u d i g a r i s b a w a h i d a r i
a p a y a n g t e l a h d i k e m u k a k a n   d i a t a s , b a h w a u p a y a sungguh-sungguh  kita
untuk  meningkatkan  SDM  dan  memasyarakatkan  budayamembaca ditentukan oleh
semua komponen bangsa baik pemerintah, penyelenggara danpengelola pendidikan,
pemerhati pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan, para penerbit,p e n g g i a t
perbukuan dan masyarakat luas yang menjadikan pendidikan dan
b u d a y a membaca sebagai kekuatan
peradaban.
Baik untuk kepentingan pembangunan SDM secara umum maupun untuk
menciptakan masyarakat belajar.
 
DAFTAR PUSTAKADarmono. 2001.
Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah
. Jakarta: Grasindo.Jalal,  Faisal.  2009.
Peran  Pendidikan  Luar  Sekolah  dalam  Pembangunan  SDM  danPemasyarakatan Budaya.
D i a k s e s d a r i http://www.bit.lipi.go.id/masyarakat-literasi/index.php/minat-baca/74-
peran-pendidikan-luar-sekolah-dalam-pembangunan-sdm-dan-pemasyarakatan-budaya-
baca?start=11p a d a t a n g g a l 3 November 2010.Suherman. 2009.
Perpustakaan Sebagai Jantung Sekolah
. Bandung: MQS Publishing.Suherman. 2009.
Pelatihan Membangkitkan Minat Baca: Sebuah pendekatan alternatif  
.Diakses darihttp://www.bit.lipi.go.id/masyarakat-literasi/index.php/pelatihan-
membangkitkan-minat-baca-sebuah-pendekatan-alternatif?start=13padatanggal 3
November 2010.
17

Vous aimerez peut-être aussi