Vous êtes sur la page 1sur 7

1

Apresiasi Pembangunan
Islamic Centre dan Business Centre Samarinda
Bagian 2
Kalimantan Timur

Apresiasi Juni 2004


2

Aspek Arsitektural Islam yang perlu dicermati, dan


disesuaikan dengan standar fungsi bangunan ibadah.

1. Lay Out tempat wudhu dan toilet lantai basement dan lantai dasar untuk pria
dan wanita yang berdampingan, kami meminta dibuat secara terpisah dengan
jelas, berseberangan atau dipisahkan secara zona mengingat aktifitas dan
kegiatannya yang harus memenuhi etika fungsi bangunan.

2. Ornamen bintang persegi 12 pada plafond di lantai mezzanine nampak


dipaksakan dan tidak jelas posisi tersebut jika ditinjau pada gambar potongan C –
C.

3. Pola lantai ornament pada lantai dasar nampaknya terlalu besar dan tidak
dapat dinikmati/dilihat bagi pemakai ruang, diperlukan desain yang lebih sesuai
dengan skala manusia. Hal ini berbeda dengan jika penempatan pada plafond.

4. Bentuk pelengkung pilar, pengaruh romawi sebaiknya diganti Horse


Shoes/Arabic, atau mendekati bentuk pilar Masjid Al – Aqsa di Yerussalem, atau
Mesjid Nabawi di Medinah.

5. Mahkota Masjid mirip Mahkota Makam Barquq di kairo, perubahan gaya atau
eklektis Istambul dan Kairo. Perlu ditinjau kembali bagaimana jika digunakan
bentuk dari Kesultanan Pasir.

6. Tangga Utama dibuat dua penghentian / bordes dengan jumlah anak tangga
33, untuk mengekspresikan dzikir.

7. Makara / mahkota / Kuncup pada bentuk kubah utama terdiri dari :


Tiga bola dalam satu tiang dan Bintang Bersinar 10, dapat diterjemahkan sebagai
Trinitas / Tri Tunggal / Allah Bapa ; Allah Putra dan Roh Kudus. Sedangkan
Bintang Bersinar 10 adalah ungkapan 10 Perintah Allah / Ten Commandment.
Sebaiknya hal ini perlu diganti pada bentuk Makara pada masjid di Kesultanan
Pasir Abad XV atau bentuk Islami lainnya.
Demikian juga dengan bentuk – bentuk Makara / Mahkota / Kuncup hendaknya
tidak diambil dari bentuk makam para Sultan di Kairo.

8. Perhatikan bentuk lingkaran yang terdapat pada hampir seluruh permukaan


dinding luar diatas pilar pelengkung. Hal ini tidak terdapat pada hampir seluruh
bangunan Masjid. Dan hanya terdapat pada bangunan Gereja yang merupakan
ungkapan “Cahaya yang Datang Pada Kegelapan”

9. Pada bagian lantai utama Praying Room, terdapat 8 buah Pelengkung /


Hiasan / Tempelan atau tanpa fungsi selain mihrab, hal ini terlalu mengada – ada
dan memberi kesan Imam yang banyak dan membingungkan, sebaiknya ditinjau
kembali bentukan yang lain.

Apresiasi Juni 2004


3

10. Gerbang Utama/main Entrance yang terdiri dari tiga pintu mengingatkan pada
Mosque Of Three Doors atau Masjid Muhammad bin Khayrun di Tunisia /Afrika
Utara, mengingatkan kita pada pengaruh arsitektur Romawi yang berasal dari
bangsa Latini Britania Utara yang menaklukkan hingga wilayah Spanyol dan
daerah Pesisir Laut Mediteran dan tidak sampai ke Jazirah Arab.
Sebaiknya dibuat satu pintu gerbang yang besar sehingga nampak/yang terlihat
adalah pintu masuk Lobby dengan lima pintu gerbang, dibelakangnya.

11. Mempelajari dan mengamati gambar pola garis bintang/intricate serta kaligrafi
yang dipakai, kami perlu mengingatkan pamakaian pola intricate /geomatris dua
dimensional harus dapat dibedakan dengan Taoisme Cina, dan dalam hal ini hanya
nampak ditempelkan dan tidak menyatu atau terasa dipaksakan, bedakan juga
Bintang Arabic dan Yahudi Israel dalam penampakannya.
Untuk itu hendaknya kaligrafi dan atau hiasan mengacu pada;
• Pola Arabesque berasal dari tanaman (bunga, daun, batang) dan
• Kaligrafi ayat-ayat, Al Qur’an mengacu pada Mushaf Al Banjari.

12. Transformasi/penyederhanaan bentuk pola Arabesque menjadi Geometris


Intricate garis bintang setelah kami amati dengan dasar bintang persegi sepuluh
yang diambil dari Madrasah Mustansir Baghdad, dizaman khalifah Al Mu’tassim
abad VII, mungkin terlupakan bahwa pada bagian tengah bentuk bintang tersebut
terdapat Pola Arabesque kaligrapi ayat yang menjadi dasar perkembangan pola
intricate/bintang. Penghilangan hal ini sangat berbahaya karena memancing suatu
interprestasi yang berbeda dan hilangnya makna yang tersirat bagi awam. Dan
yang lebih sangat memprihatinkan adalah pemotongan intricate tersebut seperti
yang terpasang pada jendela bagian bawah atap kubah utama. Untuk itu kami
mohon segera mengganti dengan Geometris Intricate bintang yang lebih sesuai
dan mudah dicerna bagi masyarakat awam, yaitu; bentuk persegi empat dari
Ka’bah dimana sisi-sisinya mengarah keempat penjuru mata angin dan bagian
sudut pertemuan sisi-sisi tersebut keempat penjuru yang lain, dalam
penyusunan/untaian persegi delapan tersebut nanti akan terbentuk persegi lima.
Hal ini mengungkapkan Islam yang menyebar keseluruh penjuru mata angin, dan
dalam ikatan rukun islam, akan kembali bermuara kearah kiblat/Ka’bah.

13. Mempelajari perletakan Mimbar/tempat Kohtib dan Mihrab/tempat Imam


dalam satu posisi bertingkat, dimana Mihrab berada dibawah Mimbar dan
peninggian lantai Mihrab serta bagian belakang Mihrab terdapat tangga naik ke
Mimbar dari dua sisi, apakah yang naik banyak atau kalau naik dari kiri turun
kekanan. Kami mohon untuk ditinjau kembali dan hendaknya mengacu pada pola
tata letak yang telah diriwayatkan dalam hadis Nabi pada awal pembangunan
masjid pertama di Quba yang menjadi dasar acuan masjid-masjid lainnya.

14. Dimana batas seseorang dinyatakan masuk wilayah mesjid/daerah suci yang
langkah masuknya diharapkan telapak kaki kanan terlebih dahulu dan dapat
melakukan shalat Tahiyyatul masjid.

15. Plasa Utama/pelataran dalam selasar apakah termasuk dalam ruang yang dapat
difungsikan sebagai tempat shalat (pada kondisi tertentu), dan bagaimana posisi
ablution dan fountain terhadap fungsi tersebut.

Apresiasi Juni 2004


4

16. Plasa /pelataran diluar pintu masuk utama berfungsi juga sebagai tempat shalat
(dalam kondisi tertentu).

17. Multi purpose hall apakah juga dapat berfungsi sebagai tempat shalat.

18. Bagaimana hubungan antara ketiga ruang tersebut dalam hal ritual ibadah atau
kegiatan umum.

19. Ablution dan fountain pada plasa utama, mengingat kapasitas lantai utama dan
lantai mezzanine serta kemungkinan penggunaan plasa utama sebagai tempat
shalat/haram dikondidi tertentu, kami perlu memindahkan ablution dan fountain
ke halaman luar selasar/plasa luar. Dan mengingat dalam salah satu persyaratan
air wudhu, terdapat syarat air yang digunakan tidak dipanaskan matahari/terbuka,
berikut untuk membedakan fountain dan ablution Arimoundi Rethimnon fountain,
Bempo fountain, Morosini fountain yang bergaya roman arsitektur untuk itu perlu
ditambahkan penutup atap.

20. Setelah mempelajari fungsi lantai utama dimana terdapat pemisahan ruang
berupa selasar/corridor dalam dengan lantai mezzanine yang tidak terdapat
pemisahan, untuk itu hendaknya bagian penyekat berupa pintu geser dihilangkan
ketiga sisi-sisinya karena hanya akan meningkatkan suhu ruang utama, serta pola
intricate penyekat yang seolah menyerupai gambaran orang sedang mengintip.

21. Pola hiasan tanaman pada lantai utama dan dinding tempat wudhu dapatkah
kiranya dibuat pola lain sehingga tidak menyerupai tanaman papyrus yang sangat
terkenal di Mesir, dimana dalam lukisan yang dilihat Osiris dengan hiasan dasar
papyrus sebagi pelengkapnya.

22. Sesuai pesan Umar Bin Khattab dalam pembangunan mesjid pemakaian warna
hendaknya tidak digunakan warna Merah dan Kuning agar umat Islam tidak
mudah marah.

23. Komposisi steel plate tebal 5 mm pada kubah yang kemudian dilapis dengan
GRC dan mozaik dengan asphalt membrane sebagai waterproofing, perlu kami
sampaikan disini bahwa akan terjadi perbedaan muai besi dengan GRC yang
menyebabkan retak rambut dan terlepasnya mozaik. (catatan : thermal movement
aluminium 15.00 m mencapai 14 mm). Untuk itu disarankan mengganti komposisi
bahan penutup dengan steinless steel kombinasi dengan tembaga sebagai
ornament intricate atau penutup atap kaca yang dapat memberikan kesan
keterbukaan dan era jaman teknologi saat ini.

Apresiasi Juni 2004


5

Aspek Arsitektural yang perlu dicermati, dan


disesuaikan dengan standar bagi fungsi bangunan ibadah.

1. Halaman parkir lantai basement akan digunakan secara serempak baik saat
kendaraan masuk maupun keluar, dengan jumlah kendaraan hingga 300
kendaraan, perlu dipikirkan kebisingan yang timbul hingga 60 db, polusi CO2
yang tinggi dan kaitan fungsi dengan ibadah sholat, dianjurkan untuk merubah
fungsi.

2. Pencahayaan dan penghawaan alami khususnya lantai Multipurpose Hall sangat


kurang dan tidak memenuhi, pemakaian Artifisial Lighting dan Aircon biaya
operasinal tinggi.

3. Proporsi / perbandingan menara samping ; utama dan menara pintu masuk tidak
mengacu pada satu sistem geometris, sehingga terkesan dipaksakan.

4. Penempatan sub soil-drain/perporated pipe pada bagian luar basement berikut


komposisi gravel, sehingga menghilangkan tekanan air permukaan pada dinding
basement dan mencegah timbulnya kelembaban, selanjutnya air dapat dikontrol
pada bagian tertentu untuk dihisap/dipompa keluar.

5. Perencanaan ramp pada bagian sisi bangunan perlu dikoreksi karena dikhususkan
bagi penyandang cacat/disable dengan wheelchair kemiringan maksimum adalah
5˚ 53". Dengan finishes homogeneous non slippery.

6. Posisi Decorative Pattern terhadap cuaca/iklim di Indonesia akan cepat pudar dan
rusak karena terlalu dekat dengan dinding luar hanya 0.5 m dan tinggi hingga
10.00 m.

7. Fungsi selasar dengan tinggi 4.00 m dan lebar 4.00 m perlu ditinjau kembali,
karena akan terkena hujan dan panas ; fungsi sia – sia.

8. Konflik sistem modul/kelipatan yang berkaitan dengan penggunaan material


Arsitektur yaitu modul 0,2 dan modul 0,3. Untuk ini kami menetapkan digunakan
modul 0,2 sehingga seluruh material finishing yang digunakan mengacu pada
sistem kelipatan /modul 0,2, seperti keramik 10 x 10 ; 20 x 20 ; 40 x 40 dan
seterusnya.

9. Perencanaan tangga/akses vertikal memiliki ritme yang sangat bervariatif, hal ini
juga akan melelahkan bagi pemakai dan sangat berbahaya. Hal ini perlu
diperhatikan berkaitan dengan lebar tangga dan jumlah anak tangga hingga
bordes/landing yang tidak normal/ideal bagi fungsi bangunan ibadah.
Untuk itu kami tetapkan jumlah anak tangga hingga ke bordes/ landing/
penghentian maksimal 10 anak tangga.
Jika terdapat tangga dengan lebar hingga 3,00 m, pada bagian tengah lebar tangga
diberi railing/pegangan, mengingat lebar untuk tangga 2 orang minimal 1,80 m.

Apresiasi Juni 2004


6

Data Pustaka
• Alain Cheneviere, The Mediterranean, lands of the Olive Tree, Culture &
Civilizations, 1997.
• A.S. Assegaff, Sejarah Sadurangas atau Kesultanan Pasir. 1982
• Josep Prijotomo, Ideas and Form of Javanese Architecture, 1984
• Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Eksiklopedi Islam Cetakan 4 Jakarta
Ichtiar Baru Van Hoeve 1997.
• Oxford, ensiklopedi Pelajar, 1992.
• Seyyed Hossein Nasr, Oliver Leaman. Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam Buku
Pertama, London dan New york 1996
• Y.B.Mangunwijaya, Wastu Citra, Pengantar ke Ilmu Budaya Bentuk Arsitektur,
Sendi-sendi filasatnya beserta contoh-contoh Praktis. 1988
• Yulianto Sumalyo, Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim, 2000.

Catatan

Apresiasi Pembangunan Islamic Centre Samarinda Kalimantan Timur, telah


disampaikan dan dibahas dalam Rapat Kordinasi Khusus yang dihadiri oleh
Pihak terkait termasuk Depag Kaltim dan MUI Propinsi.

Selanjutnya dalam pelaksanaan diadakan penyesuaian pada bagian yang masih


memungkinkan untuk hal tersebut, mengingat Apresiasi ini dilakukan pada saat
Pembangunan Konstruksi Telah Berjalan.

Apresiasi Juni 2004


7

Apresiasi Juni 2004

Vous aimerez peut-être aussi