Vous êtes sur la page 1sur 27

ASKEP ANEMIA PADA ANAK

TINJAUAN TEORI
Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara
fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut
oksigen ke jaringan.
Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah
secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi
sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang
akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal = 1 mg/dl, kadar diatas
1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik)
maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya
melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah
merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh dengan
dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda
dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia
viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

Etiologi:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin,
vitamin C dan copper
Klasifikasi anemia:
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
defek produksi sel darah merah, meliputi:
- Anemia aplastik
Penyebab:
· agen neoplastik/sitoplastik
· terapi radiasi
· antibiotic tertentu
· obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
· benzene
· infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang


Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik

Gejala-gejala:
· Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
· Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna,
perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
Morfologis: anemia normositik normokromik
2. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
· Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
· Hematokrit turun 20-30%
· Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi
eritopoitin

3. Anemia pada penyakit kronis


Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik
normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini
meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
4. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
a) Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
b) Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
c) Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus,
hemoroid, dll.)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)


sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi

Gejala-gejalanya:
a) Atropi papilla lidah
b) Lidah pucat, merah, meradang
c) Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
d) Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
5. Anemia megaloblastik
Penyebab:
· Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
· Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi) infeksi
parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan
ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi


6. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
destruksi sel darah merah:
· Pengaruh obat-obatan tertentu
· Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
· Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
· Proses autoimun
· Reaksi transfusi
· Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis
Tanda dan Gejala

 Lemah, letih, lesu dan lelah


 Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
 Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
Kemungkinan Komplikasi yang muncul
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
 Gagal jantung,
 Parestisia dan
 Kejang.
Pemeriksaan Khusus dan Penunjang
 Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe,
pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu
perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
 Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
 Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta
sumber kehilangan darah kronis.
Terapi yang Dilakukan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
 Transplantasi sumsum tulang
 Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
 Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
 Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk
aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang
dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
 Dicari penyebab defisiensi besi
 Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
 Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan
vitamin B12 dengan injeksi IM.
 Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup
pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
 Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1
mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian Keperawatan
a. Usia anak: Fe biasanya pada usia 6-24 bulan
b. Pucat
ü pasca perdarahan
ü pada difisiensi zat besi
ü anemia hemolistik
ü anemia aplastik
c. Mudah lelah
Kurangnya kadar oksigen dalam tubuh
d. Pusing kepala
Pasokan atau aliran darah keotak berkurang
e. Napas pendek
Rendahnya kadar Hb
f. Nadi cepat
Kompensasi dari refleks cardiovascular
g. Eliminasi urnie dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urine
Penurunan aliran darah keginjal sehingga hormaon renin angiotensin aktif untuk menahan
garam dan air sebagai kompensasi untuk memperbaiki perpusi dengan manefestasi
penurunan produksi urine
h. Gangguan pada sisten saraf
Anemia difisiensi B 12
i. Gangguan cerna
Pada anemia berat sering nyeri timbul nyeri perut, mual, muntah dan penurunan nafsu
makan
j. Pika
Suatu keadaan yang berkurang karena anak makan zat yang tidakbergizi, Anak yang
memakan sesuatu apa saja yang merupakan bukan makanan seharusnya (PIKA)
k. Iritabel (cengeng, rewel atau mudah tersinggung)
l. Suhu tubuh meningkat
Karena dikeluarkanya leokosit dari jaringan iskemik
m. Pola makan
n. Pemeriksaan penunjang
- Hb
- Eritrosit
- Hematokrit
o. Program terafi, perinsipnya :
- Tergantung berat ringannya anemia
- Tidak selalu berupa transfusi darah
- Menghilangkan penyebab dan mengurangi gejala
Nilai normal sel darah
Jenis sel darah
1. Eritrosit (juta/mikro lt) umur bbl 5,9 (4,1 – 7,5), 1 Tahun 4,6 (4,1 – 5,1), 5 Tahun 4,7 (4,2
-5,2), 8 – 12 Tahun 5 (4,5 -5,4).
2. Hb (gr/dl)Bayi baru lahir 19 (14 – 24), 1 Tahun 12 (11 – 15), 5 Tahun 13,5 (12,5 – 15), 8 – 12
Tahun 14 (13 – 15,5).

3. Leokosit (per mikro lt) Bayi baru lahir 17.000 (8-38), 1 Tahun 10.000 (5 – 15), 5 Tahun 8000
(5 – 13), 8 – 12 Tahun 8000 (5-12).
4. Trombosit (per mikro lt)Bayi baru lahir 200.000, 1 Tahun 260.000, 5 Tahun 260.000, 8 – 12
Tahun 260.000
5. Hemotokrit (%0)Bayi baru lahir 54, 1 Tahun 36, 5 Tahun 38, 8 – 12 Tahun 40.
II. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia
2. Kurang nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat: kurang
stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian asuhan
3. Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang
III. RENCANA
1) Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia
Rencana Tindakan:
1. Monitor Tanda-tanda vital seperti adanya takikardi, palpitasi, takipnue, dispneu, pusing,
perubahan warna kulit, dan lainya
2. Bantu aktivitas dalam batas tolerasi
3. Berikan aktivitas bermain, pengalihan untuk mencegah kebosanan dan meningkatkan
istirahat
4. Pertahankan posisi fowler dan berikan oksigen suplemen
5. Monitor tanda-tanda vital dalam keadaan istirahat
2) Kurang nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat : kurang
stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian asuhan
Rencana Tindakan:
1. Berikan nutrisi yang kaya zat besi (fe) seperti makanan daging, kacang, gandum,
2. sereal kering yang diperkaya zat besi
3. Berikan susu suplemen setelah makan padat
4. Berikan preparat besi peroral seperti fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat,
5. fero glukonat, dan berikan antara waktu makan untuk meningkatkan absorpsi berikan
bersama jeruk
6. Ajarkan cara mencegah perubahan warna gigi akibat minum atau makan zat besi dengan
cara berkumur setelah minum obat, minum preparat dengan air atau jus jeruk
7. Berikan multivitamin
8. Jangan berikan preparat Fe bersama susu
9. Kaji fases karena pemberian yang cukup akan mengubah fases menjadi hijau gelap
10. Monitor kadar Hb atau tanda klinks
11. Anjurkan makan beserta air untuk mengurangi konstipasi
12. Tingkatkan asupan daging dan tambahan padi-padian serta sayuran hijau dalam diet
3) Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang
Rencana Tindakan:
1. Libatkan orang tua bersama anak dalam persiapan prosedur diagnosis
2. Jelaskan tujuan pemberian komponen darah
3. Antisipasi peka rangsang anak, kerewelan dengan membantu aktivitas anak
4. Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan
5. Berikan darah, sel darah atau trombosit sesuai dengan ketentuan, dengan harapan anak
mau menerima
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, Rekawati, Sri Utami, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta, Medika, 2005
Robins, Dasar-dasar Patologi Penyakit, EBC, 2005
Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta, Medika, 2006

http://hidayat2.wordpress.com/2009/05/04/askep-anemia-pada-anak/

ASKEP ANEMIA SEL SABIT


Pengertian
Anemia sel sabit adalah sejenis anemia kongenital dimana sel darah merah berbentuk
menyerupai sabit, karena adanya hemoglobin abnormal. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal 535)
Anatomi fisiologi
Sel darah merah atau eritrosit adalah merupakan cairan bikonkaf yang tidak berinti yang kira-
kira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2 m pada bagian tengah tebalnya 1 m atau kurang. Karena
sel itu lunak dan lentur maka dalam perjalanannya melalui mikrosirkulasi konfigurasinya
berubah. Stroma bagian luar yang mengandung protein terdiri dari antigen kelompok A dan B
serta faktor Rh yang menentukan golongan darah seseorang. Komponen utama sel darah merah
adalah protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahankan pH normal
melalui serangkaian dapar intrasellular. Molekul-molekul Hb terdiri dari 2 pasang rantai
polipeptida (globin) dan 4 gugus heme, masing-masing mengandung sebuah atom besi.
Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang sangat sempurna. (Price A Sylvia, 1995,
hal : 231)
Penyebab / etiologi
Hal-hal yang dapat menjadi penyebab anemia sel sabit adalah : (Price A Sylvia, 1995, hal : 239)
a. Infeksi
b. Disfungsi jantung
c. Disfungsi paru
d. Anastesi umum
e. Dataran tinggi
f. Menyelam
Insiden
Prevalensi gen sel sabit yang tinggi terdapat di bagian tropik yang dapat mencapai hingga 40 %
di daerah tertentu. Dikenal 3 jenis mutasi gen yaitu bantu, benin dan senegal yang diberi nama
sesuai daerah asalnya. Prevalensi Hb S lebih rendah di dapat juga di daerah Mediteranian, Saudi
Arabia dan beberapa bagian di India. Hemoglobin S adalah hemoglobin abnormal yang paling
banyak didapat. Pembawa sifat diturunkan secara dominan. Insiden diantara orang Amerika
berkulit hitam adalah sekitar 8 % sedangkan status homozigot yang diturunkan secara resesif
berkisar antara 0,3 – 1,5 %. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal 535)
Patofisiologi
Defeknya adalah satu substitusi asam amino pada rantia beta hemoglobin karena hemoglobin A
normal mengandung dua rantai alfa dan dua rantai beta, maka terdapat dua gen untuk sintesa tiap
rantai.
Trail sel sabit hanya mendapat satu gen normal, sehingga sel darah merah masih mampu
mensintesa kedua rantai beta, jadi mereka mempunyai hemoglobin A dan S sehingga mereka
tidak menderita anemia dan tampak sehat.
Apabila dua orang dengan trait sel sabit sama menikah, beberapa anaknya akan membawa dua
gen abnormal dan mempunyai rantai ?s bila ada hemoglobin S, maka anak akan menderita
anemia sel sabit. (Smeltzer C Suzanne, 2002, hal : 943 – 944).
Manifestasi klinik
g.Sistem jantung : nafas pendek, dispnea sewaktu kerja berat, gelisah
h.Sistem pernafasan : nyeri dada, batuk, sesak nafas, demam, gelisah
i.Sistem saraf pusat : pusing, kejang, sakit kepala, gangguan BAK dan BAB
j.Sistem genitourinaria : nyeri pinggang, hematuria
k.Sistem gastrointestinal : nyeri perut, hepatomegali, demam
l.Sistem okular : nyeri, perubahan penglihatan, buta
m.Sistem skeletal : nyeri, mobilitas berkurang, nyeri dan bengkak pada lengan dan kaki.
(Price A Sylvia, 19995, hal : 240)
Tes diagnostik
a Pemeriksaan darah lengkap : retikulosit (jumlah darah bervariasi dari 30% – 50%),
leukositos (khususnya pada krisis vaso-oklusit) penurunan Hb/Ht dan total SDM.
b Pemeriksaan pewarnaan SDM : menunjukkan sabit sebagian atau lengkap, sel bentuk
bulan sabit.
c Tes tabung turbiditas sabit : pemeriksaan rutin yang menentukan adanya hemoglobin S,
tetapi tidak membedakan antara anemia sel sabit dan sifat yang diwariskan (trait)
d Elektroforesis hemoglobin : mengidentifikasi adanya tipe hemoglobin abnormal dan
membedakan antara anemia sel sabit dan anemia sel trait.
e LED : meningkat
f GDA : dapat menunjukkan penurunan PO2
g Bilirubin serum : meningkat
h LDH : meningkat
i IVP : mungkin dilakukan untuk mengevaluasi kerusakan ginjal
j Radiografik tulang : mungkin menunjukkan perubahan tulang
k Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang
(Doenges E.M, 2002, hal : 585).
Prognosis / penatalaksanaan
Sekitar 60 % pasien anemia sel sabit mendapat serangan nyeri yang berat hampir terus-menerus
dan terjadinya anemia sel sabit selain dapat disebabkan karena infeksi dapat juga disebabkan
oleh beberapa faktor misalnya perubahan suhu yang ekstrim, stress fisis atau emosional lebih
sering serangan ini terjadi secara mendadak.
Orang dewasa dengan anemia sel sabit sebaiknya diimunisasi terhadap pneumonia yang
disebabkan pneumokokus. Tiap infeksi harus diobati dengan antibiotik yang sesuai. Transfusi sel
darah merah hanya diberikan bila terjadi anemia berat atau krisis aplastik
Pada kehamilan usahakan agar Hb berkisar sekitar 10 – 12 g/dl pada trimester ketiga. Kadar Hb
perlu dinaikkan hingga 12 – 14 g/dl sebelum operasi. Penyuluhan sebelum memilih teman hidup
adalah penting untuk mencegah keturunan yang homozigot dan mengurangi kemungkinan
heterozigot. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal : 534)
Komplikasi
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak kematian mendadak
dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi pooling sel darah merah ke RES dan
kompartemen vaskular sehingga hematokrit mendadak menurun.
Pada orang dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung progresif. Komplikasi
lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis, serangan-serangan priapismus dan
dapat berakhir dengan impotensi karena kemampuan ereksi. Kelainan ginjal berupa nekrosis
papilla karena sickling dan infaris menyebabkan hematuria yang sering berulang-ulang sehingga
akhirnya ginjal tidak dapat mengkonsentrasi urine. Kasus-kasus Hb S trait juga dapat mengalami
hematuria. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal : 536).
Pengobatan
Sampai saat ini belum diketahui ada pengobatan yang dapat memperbaiki pembentukan sabit,
karena itu pengobatan secara primer ditujukan untuk pencegahan dan penunjang. Karena infeksi
tampaknya mencetuskan krisis sel sabit, pengobatan ditekankan pada pencegahan infeksi, deteksi
dini dan pengobatan segera setiap ada infeksi pengobatan akan mencakup pemberian antibiotik
dan hidrasi dengan cepat dan dengan dosis yang besar. Pemberian oksigen hanya dilakukan bila
penderita mengalami hipoksia. Nyeri hebat yang terjadi secara sendiri maupun sekunder terhadap
adanya infeksi dapat mengenai setiap bagian tubuh. Tranfusi hanya diperlukan selama terjadi
krisis aplastik atau hemolitis. Transfusi juga diperlukan selama kehamilan.
Penderita seringkali cacat karena adanya nyeri berulang yang kronik karena adanya kejadian-
kejadian oklusi pada pembuluh darah. Pada kelompok penderita terdapat insiden yang tinggi
terhadap ketergantungan obat, terdapat juga insiden yang tinggi atas sulitnya mengikuti sekolah
dan melakukan pekerjaan. (Price A Sylvia, 1995, hal : 239)

1. Profilaktik ? hindari faktor-faktor yang diketahui mencetuskan krisis.


2. Asam folat, misalnya 5 mg perhari, jika diit buruk.
3. Gizi umum baik dan hygiene.
4. Krisis – istirahat, dehidrasi, berikan antibiotik jika terdapat infeksi, bikarbonat jika pasien
asidosis. Analgetik kuat biasanya diperlukan, transfusi diberikan hanya jika anemia
sangat berat dengan gejala transfusi. Sukar mungkin dibutuhkan pada kasus berat.
5. Perawatan khusus diperlukan pada kehamilan dan anestesi sebelum persalinan atau
operasi, pasien dapat ditransfusi berulang dengan darah normal untuk mengurangi
proporsi haemoglobin S yang beredar.
6. Transfusi ini juga kadang-kadang diberikan pada pasien yang sering mengalami krisis
untuk menekan produksi Hb S secara lengkap selama jangka waktu beberapa bulan.
(Hoffbrand V.A, 1996, hal : 77).

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan untuk
meningkatkan, mencegah dan memulihkan kesehatan melalui 4 tahap yang terdiri dari
pengkajian, perencanam pelaksanaan, dan evaluasi.
Proses keperawatan adalah cara pendekatan sistematis yang diterapkan dalam melaksanakan
fungsi keperawatan, pendekatan yang dimiliki, karakteristik, sistematis, bertujuan, interaksi,
dinamis dan ilmiah.
Pengkajian data
Pengkajian merupakan dasar proses keperawatan, diperlukan pengkajian yang cermat untuk
masalah klien agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Informasi akan
menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan keperawatan yang meliputi kebutuhan fisik,
psikososial dan lingkungan. Sebagai sumber informasi dapat digunkan yaitu pasien, keluarga,
anak, saudara, teman, petugas kesehatan atau sumber data sekunder. Metode pengumpulan data
meliputi : pengumpulan data, klasifikasi data, analisa data, rumusan diagnosa keperawatan.
Data yang perlu dikumpulkan pada klien dengan anemia adalah sebagai berikut :
b. Pengumpulan data
1. Identifikasi klien : nama klien, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku / bangsa,
pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
2. Identitas penanggung
3. Keluhan utama dan riwayat kesehatan masa lalu
Keluhan utama : pada keluhan utama akan nampak semua apa yang dirasakan klien pada saat itu
seperti kelemahan, nafsu makan menurun dan pucat.
Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat kesehatan masa lalu akan memberikan informasi
kesehatan atau penyakit masa lalu yang pernah diderita,
Pemerisaan fisik
4. Aktivitas / istirahat
Gejala : Keletihan / kelemahan terus-menerus sepanjang hari.
Kebutuhan tidur lebih besar dan istirahat.
Tanda : Gangguan gaya berjalan
5. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi atau nyeri.
Tanda : Tekanan darah menurun, nadi lemah, pernafasan lambat, warna kulit pucat atai sianosis,
konjungtiva pucat.
6. Eliminasi
Gejala : Sering berkemih, nokturia (berkemih malam hari.
7. Integritas ego
Gejala : Kuatir, takut.
Tanda : Ansietas, gelisah.
8. Makanan / cairan
Gejala : Nafsu makan menurun.
Tanda : Penurunan berat badan, turgor kulit buruk dengan bekas gigitan, tampak kulit dan
membran mukosa kering.
9. Hygiene
Gejala : Keletihan / kelemahan
Tanda : Penampilan tidak rapi.
10. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala / pusing, gangguan penglihatan.
Tanda : Kelemahan otot, penurunan kekuatan otot.
11. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri pada punggung, sakit kepala.
Tanda : Penurunan rentang gerak, gelisah.
12. Pernafasan
Gejala : Dispnea saat bekerja.
Tanda : Mengi
13. Keamanan
Gejala : Riwayat transfusi.
Tanda : Demam ringan, gangguan penglihatan.
14. Seksualitas
Gejala : Kehilangan libido.
(Doenges, E, Marilynn, 2000, hal : 582 – 585).

c. Pemeriksaan Penunjang
1) Jumlah darah lengkap (JDL) : leukosit dan trombosit menurun.
2) Retikulosit : jumlah dapat bervariasi dari 30 % – 50 %.
3) Pewarnaan SDM : menunjukkan sebagian sabit atau lengkap.
4) LED : meningkat
5) Eritrosit : menurun
6) GDA : dapat menunjukkan penurunan PO2
7) Billirubin serum : meningkat
8) LDH : meningkat
9) TIBC : normal sampai menurun
10) IVP : mungkin dilakukan untuk mengevaluasi kerusakan ginjal
11) Radiografik tulang : mungkin menunjukkan perubahan tulang
12) Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang.

Klasifikasi data
Data subjektif
b) Keletihan / kelemahan.
c) Nokturi.
d) Nafsu makan menurun.
e) Nyeri pada punggung.
f) Sakit kepala.
g) Berat badan menurun.
h) Gangguan penglihatan.
Data objektif
a) Konjungtiva pucat.
b) Gelisah.
c) Warna kulit pucat.
d) Gangguan gaya berjalan.
e) Tekanan darah menurun.
f) Demam ringan.
g) Eritrosit menurun.
h) Bilirubin serumen : meningkat.
i) JDL : leukosit dan trombosit menurun.
j) LDH meningkat.
(Doenges E. Mariylnn, 2000, hal : 582 – 585).
Diagnosa keperawatan
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien anemia sel sabit baik aktual maupun
potensial adalah sebagai berikut :
a. Nyeri berhubungan dengan diogsigenasi jaringan (Hb menurun).
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan fungsi / gangguan pada sum-
sum tulang.
c. Aktifitas intolerance berhubungan dengan kelemahan otot.
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan porsi makan tidak dihabiskan.
e. Integritas kulit berhubungan dengan menurunnya aliran darah ke jaringan.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.
g. Kecemasan / kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakitnya.
Rencana keperawatan
Nyeri berhubungan dengan diogsigenasi jaringan (HB rendah)
Tujuan : Tidak merasakan nyeri,
Tindakan keperawatan
a) Kaji tingkat nyeri
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri dapat mempermudah dalam menentukan intervensi
selanjutnya.
b) Anjurkan klien teknik nafas dalam
Rasional : Dengan menarik nafas dalam memungkinkan sirkulasi O2 ke jaringan terpenuhi.
c) Bantu klien dalam posisi yang nyaman
Rasional : Mengurangi ketegangan sehingga nyeri berkurang.
d) Kolaborasi pemberian penambah darah
Rasional : Membantu klien dalam menaikkan tekanan darah dan proses penyembuhan.

Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan fungsi / gangguan sumsum tulang.
Tujuan : Perfusi jaringan adekuat
Tindakan keperawatan :
a. Ukur tanda-tanda vital :
Rasional : Untuk mengetahui derajat / adekuatnya perfusi jaringan dan menentukan intevensi
selanjutnya.
b. Tinggikan kepala tempat tidur klien
Rasional : Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler
c. Pertahankan suatu lingkungan yang nyaman.
Rasional : Vasekonstriksi menurunkan sirkulasi perifer dan menghindari panas berlebihan
penyebab vasodilatasi.
d. Anjurkan klien untuk menghentikan aktivitas bila terjadi kelemahan.
Rasional : Stres kardiopulmonal dapat menyebabkan kompensasi.

Aktivitas intolerance berhubungan dengan kelemahan otot


Tujuan : aktifitas toleransi, dengan kriteria : klien bisa melakukan aktivitas sendiri.
Tindakan keperawatan
a. Kaji tingkat aktifitas klien
Rasional : Untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan klien dan untuk menetukan intervensi
selanjutnya.
b. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien
Rasional : Untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
c. Bantu pasien dalam melakukan latihan aktif dan pasif
Rasional : Untuk meningkatkan sirkulasi jaringan
d. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADLnya
Rasional : Dengan bantuan perawat dan keluarga klien dapat memenuhi kebutuhannya.
e. Berikan lingkungan tenang
Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan regangan jantung dan paru..

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan porsi makan tidak dihabiskan.
Tujuan : Nutrisi terpenuhi dengan kriteria : nafsu makan meningkat, porsi makan dihabiskan.
Tindakan keperawatan :
a Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai
Rasional : Mengidentifikasi efisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
b Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering dan bervariasi
Rasional : Pemasukan makanan atau menambah kekuatan dan diberikan sedikit-sedikit agar
pasien tidak merasa bosan.
c Beri HE tentang pentingnya makanan atau gizi
Rasional : Makanan yang bergizi dapat mempercepat penyembuhan penyakitnya..
d Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Mengawasi penurunan BB atau efektivitas intervensi nutrisi.
e Penatalaksanaan pemberian vitamin B1.
Rasional : Vitamin bisa menambah nafsu makan.
f Konsul pada ahli gizi
Rasional : Membantu dalam membuat rencana diit untuk memenuhi kebutuhan individu.

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan menurunnya aliran darah ke jaringan


Tujuan : Mempertahankan integritas kulit dengan kriteria : kulit segar, sirkulasi darah lancar
Tindakan keperawatan .
a Kaji integritas kulit, catat pada perubahan turgor, gangguan warna
Rasional : Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilitas
b Anjurkan permukaan kulit kering dan bersih
Rasional : Area lembab, terkontamiansi memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan
organisme patogenik
c Ubah posisi secara periodik
Rasional : Meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit membatasi iskemia jaringan /
mempengaruhi hipoksia selular.
d Tinggikan ekstremitas bawah bila duduk
Rasional : Meningkatkan aliran balik vena menurunkan statis vena / pembentukan edema.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit


Tujuan : Mencegah / menurunkan resiko infeksi
Tindakan keperawatan
a. Berikan perawatan kulit
Rasional : Menurunkan resiko kerusakan kulit / jaringan dan infeksi
b. Dorong perubahan posisi / ambulasi yang sering
Rasional : Meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu mobilisasi sekresi
c. Tingkatkan masukan cairan adekuat
Rasional : Membantu dalam mengencerkan sekret pernafasan untuk mempermudah pengeluaran
dan mencegah statis cairan tubuh
d. Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia.
Rasional : Adanya proses inflamasi / infeksi membutuhkan evaluasi / pengobatan.

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya


Tujuan : Memahami tentang penyakitnya, mau menerima keadaan penyakitnya, klien tidak
bertanya tentang penyakitnya
Tindakan keperawatan
a. Berikan informasi tentang penyakitnya
Rasional : Memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat,
menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi
b. Kaji pengetahuan pasien tentang penyakitnya
Rasional : Memberi pengetahuan berdasarkan pola kemampuan klien untuk memilih informasi
c. Dorong mengkonsumsi sedikitnya 4 – 6 liter cairan perhari
Rasional : Mencegah dehidrasi dan konsekuensi hiperviskositas yang dapat membuat sabit /
krisis.
d. Dorong latihan rentang gerak dan aktivitas fisik teratur dengan keseimbangan antara
aktivitas dan istirahat.
Rasional : Mencegah demineralisasi tulang dan dapat menurunkan resiko fraktur.
Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah pengobatan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi
tindakan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter dan menjalankan
ketentuan dari rumah sakit. Sebelum pelaksanaan terlebih dahulu harus mengecek kembali data
yang ada, karena kemungkinan ada perubahan data bila terjadi demikian kemungkinan rencana
harus direvisi sesuai kebutuhan pasien.

Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran dari keberhasilan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan
pasien. Tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam menggunakan proses perawatan.
Hasil evaluasi yang diharapkan / kriteria : evaluasi pada klien dengan anemia sel sabit adalah
sebagai berikut :
a. Mengatakan pemahaman situasi / faktor resiko dan program pengobatan individu dengan
kriteria :
1. Menunjukkan teknik / perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.
2. Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.
b. Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan dengan kriteria :
1. Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala peyebab.
2. Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan.
c. Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi dengan kriteria :
1. Menyatakan penerimaan diri dan lamanya penyembuhan.
2. Menyukai diri sebagai orang yang berguna.
d. Mempertahankan hidrasi adekuat dengan kriteria :
Tanda-tanda vital stabil, turgor kulit normal, masukan dan keluaran seimbang.
e. Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan / mempertahankan
berat badan yang sesuai dengan kriteria :
Menunjukkan peningkatan berat badan, mencapai tujuan dengan nilai laboratorium
normal.

Sumber:
1.Doenges, E. M, Mary F.M, Alice C.G, (2002), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
2.Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, vol. 3, EGC :
Jakarta.
3.Price A. S, Wilson M. Lorraine, (1995), Patofisiologi, vol. 2, EGC : Jakarta.
4.Hoffbrand V.A, Pettit E.J, (1996), Kapita Selekta Hematologi, EGC : Jakarta.
5.Hall and Guyton, (1997), Fisiologi Kedokteran, EGC : Jakarta.
6.Noer Sjaifullah H. M, (1999), Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, FKUI, Jakarta.

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-anemia-sel-sabit/

1. PENGERTIAN
Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin dan volume pada sel
darah merah ( Hematokrit per 100 ml darah ).
Anemia dapat diklasifikasikan menurut :
1. Morfologi sel darah merah dan indeks-indeksnya
2. Etiologi
Klasifikasi Anemia Menurut morfologi Mikro dan Makro menunjukkan ukuran sel darah merah
sedangkan kromik menunjukkan warnanya.Ada tiga klasifikasi besar yaitu :
1.Anemia Normositik Normokrom adalah Ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta
mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal ( MCV dan MCHC normal atau rendah .
2.Anemia Makrositik normokrom adalah Ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal
tetapi konsentrasi hemoglobin normal ( MCV Meningkat,MCHC normal)
3.Anemia Mikrositik HipokromUkuran sel-sel darah merah kecil mengandung Hemoglobin
dalam jumlah yang kurang dari normal ( MCV maupun MCHC kurang ).
Yang termasuk dalam kategori Anemia Mikrositik Hipokrom adalah Anemia defisiensi bisa
terjadi akibat kekurangan besi, pirodoksin atau tembaga.
Anemia Defisiensi Besi adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh total turun dibawah
tingkat normal yang terjadi akibat tidak adanya besi yang memadai untuk mensintesis
Hemoglobin .
1.PATOFISIOLOGI
Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering menyerang anak-anak. Bayi cukup
builan yang lahir dari ibu nonanemik dan bergizi baik, memiliki cukup persediaan zat besi
sampai berat badan lahirnya menjadi dua kali lipat umumnya saat berusia 4-6 bulan. Sesudah itu
zat besi harus tersedia dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika asupan zat besi
dari makanan tidak mencukupi terjadi anemia defisiensi zat besi . Hal ini paling sering terjadi
karena pengenalan makanan padat yang terlalu dini ( sebelum usia 4-6 bulan) dihentikannya susu
formula bayi yang mengandung zat besi atau ASI sebelum usia 1 tahun dan minum susu sapi
berlebihan tanpa tambahan makanan padat kaya besi. Bayi yang tidak cukup bulan, bayi dengan
perdarahan perinatal berlebihan atau bayi dari ibu yang kurang gizi dan kurang zat besi juga
tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat. Bayi ini berisiko lebih tinggi menderita anemia
defisiensi besi sebelum berusia 6 bulan.
Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah yang kronik. Pada Bayi hal
ini terjadi karena perdarahan usus kronik yang disebabkan oleh protein dalam susu sapi yang
tidak tahan panas. Pada anak sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1-7 ml dari saluran
cerna setiap hari dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Pada remaja putri anemia
defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena menstruasi yang berlebihan.
1.CLINICAL PATHWAY
Kurangnya Asupan Zat Besi
Cadangan Zat besi tidak mencukupi
Anemia Def. Zat Besi
Lemah Pucat Demam
1.TANDA DAN GEJALA
1.Konjungtiva pucat ( Hemoglobin ( Hb) 6 sampai10 g/dl ).
2.Telapak tangan pucat ( Hb dibawah 8 g/dl )
3.Iritabilitas dan Anoreksia ( Hb 5 g/dl atau lebih rendah
4.Takikardia , murmur sistolik
5.Pika
6.Letargi, kebutuhan tidur meningkat
7.Kehilangan minat terhadap mainan atau aktifitas bermain.
1.KOMPLIKASI
1.Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
2.Daya konsentrasi menurun
3.Hasil uji perkembangan menurun
4.Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
1.PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG
1.Kadar porfirin eritrosit bebas —- meningkat
2.Konsentrasi besi serum ——- menurun
3.Saturasi transferin —— menurun
4.Konsentrasi feritin serum —- menurun
5.Hemoglobin menurun
6.Rasio hemoglobin porfirin eritrosit —- lebih dari 2,8 ug/g adalah diagnostic untuk defisiensi
besi
7.Mean cospuscle volume ( MCV) dan mean cospuscle hemoglobin concentration ( MCHC ) —-
menurun menyebabkan anemia hipokrom mikrositik atau sel-sel darah merah yang kecil-kecil
dan pucat.
8.Selama pengobatan jumlah retikulosit —- meningkat dalam 3 sampai 5 hari sesuadh
dimulainya terapi besi mengindikasikan respons terapeutik yang positif.
9.Dengan pengobatan, hemoglobin——- kembali normal dalam 4 sampai 8 minggu
mengindikasikan tambahan besi dan nutrisi yang adekuat.
1.THERAPI
Usaha pengobatan ditujukan pada pencegahan dan intervensi. Pencegahan tersebut mencakup ;
Menganjurkan Ibu-Ibu untuk memberikan ASI, Makan makanan kaya zat besi dan minum
vitamin pranatal yang mengandung besi.
Terapi untuk mengatasi anemia defisiensi zat besi terdiri dari program pengobatan berikut
1.Zat besi diberikan per oral dalam dosis 2 – 3 mg/kg unsur besi semua bentuk zat besi sama
efektifnya ( fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat, fero glukonat.
2.Vitamin C harus diberikan bersama dengan besi ( Vitamin C meningkatkan absorpsi besi ).
Terapi besi hendaknya diberikan sekurang-kurangnya selama 6 minggu setelah anemia dikoreksi
untuk mengisi kembali cadangan besi. Zat besi yang disuntikkan jarang dipakai lagi kecuali
terdapat penyakit malabsorpsi usus halus.
1.MASALAH KEPERAWATAN
1.Intoleransi Aktifitas yang berhubungan dengan kerusakan transpor oksigen sekunder terhadap
penurunan sel darah merah
2.Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh
3.Keletihan
4.Risiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan penurunan resistensi sekunder akibat
hipoksia jaringan dan atau sel-sel darah putih abnormal ( neutropenia, leukopenia )
5.Risiko terhadap cedera : Kecendrungan perdarahan yang berhubungan dengan trombositopenia
dan splenomegali
6.Risiko tinggi perubahan pertumbuhan dan perkembangan
1.MASALAH KOLABORASI
1.KP : Perdarahan
2.KP : Gagal Jantung
3.KP : Kelebihan zat besi ( Transfusi berulang ).
1.PERENCANAAN KEPERAWATAN
1.TUJUAN
Tujuan Utama meliputi Toleransi terhadap aktifitas, pencapaian dan pemeliharaan nutrisi yang
adekuat dan tidak adanya komplikasi.
1.KRITERIA HASIL
1.Warna kulit anak membaik
2.Pola tumbuih anak membaik ( seperti terlihat pada peta pertumbuhan )
3.Tingkat aktifitas anak sesuai dengan usianya
4.Orang tua menunjukkan pemahamannya terhadap aturan pengobatan di rumah ( Misalnya :
Pemberian obat, makanan kaya zat besi yang sesuai).
1.INTERVENSI
1.Pantau efek therapheutik dan efek yang tidak diinginkan dari terapi zat besi pada anak :
*Efek samping dari terapi oral ( misal : perubahan warna gigi )
*Ajarkan tentang cara-cara mencegah perubahan warna gigi:
oMinum preparat besi dengan air, sebaiknya dengan jus jeruk
oBerkumur setelah minum obat.
*Anjurkan untuk meningkatkan makanan berserat dan air untuk mengurangi efek konstipasi dari
zat besi
*Untuk mengatasi konstipasi berat akibat zat besi cobalah untuk menurunkan dosis zat besi
tetapi memperpanjang lama pengobatan.
1.Ajarkan pada orang tua tentang asupan nutrisi yang adekuat .
*Kurangi asupan susu pada anak
*Tingkatkan asupan daging dan pengganti protein yang sesuai
*Tambahkan padi-padian utuh dan sayur-sayuran hijau dalam diet.
2.Dapatkan informasi tentang riwayat diet dan perilaku makan
*Kaji faktor-faktor yang menyebabkan defisiensi nutrisi,-psikososial,perilaku dan nutrisional
*Buat rencana bersama orang tua tentang pendekatan pendekatan kebiasaan makan yang dapat
diterima
*Rujuk ke Ahli Gisi untuk evaluasi dan terapi intensif.
1.Anjurkan Ibu untuk menyusui bayinya karena zat besi dari ASI mudah diserap.
RASIONAL
*Dengan memantau efek therapheutik dapat diketahui keuntungan dan kerugian dari pemberian
therapheutik tsb sehingga memudahkan i untuk tindakan lebih lanjut.
*Dengan mengajarkan pada orang tua tentang asupan nutrisi yang adekuat kebutuhan zat besi
anak bisa terpenuhi sesuai dengan usianya disamping orang tua lebih memahami akan
pentingnya kebutuhan zat besi bagi anak.
*Dengan memberikan informasi tentang riwayat diet dan perilaku makan dapat diketahui
kebiasaan yang menguntungkan/merugikan bagi kesehatan klien.
*Dengan menganjurkan Ibu untuk menyusui bayinya defisiensi zat besi pada bayi dan anak dapat
dicegah karena pada ASI mengandung zat besi yang mudah diserap oleh tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
1.Cecily L. Betz, dkk, 2002, Buku Saku Keperawatan Pediatri, EGC Jakarta.
2.Suriadi,dkk, 2001, Asuhan Keperawatan Anak, cetakan I , penerbit C.V. Agung Seto, Jakarta
3.FKUI, 1998, Ilmu Kesehatan Anak, Percetakan infomedika, Jakarta.
4.Richard,R.,dkk, 1992, Ilmu Kesehatan Anak Bagian II.
5.Sylvia A.Price, dkk, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis proses-proses penyakit, Edisi 4, EGC ,
Jakarta.
6.Lynda Jual Carpenito, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
http://www.lenterabiru.com/2009/08/anemia-2.html

Vous aimerez peut-être aussi