Vous êtes sur la page 1sur 3

Asal usul kehidupan,Teori Generatio Spontanea,Teori Evolusi  

Biokimia,

Filed under: Umum — gurungeblog @ 8:04 am


Tags: Aristoteles, asal usul kehidupan, Franscesco Redi, Spallanzani dan Louis Pasteur.,
Stanley Miller, Teori Evolusi Biokimia, Teori Generatio Spontanea

pak-miller

Kapan dimana dan dengan cara bagaimana kehidupan di bumi ini berawal? adalah pertanyaan
yang terus menggoda para ilmuwan.

Berbagai teori asal-usul kehidupan telah disusun oleh para pakar tetapi belum ada satupun
teori yang diterima secara memuaskan oleh semua pihak.

Teori tentang asal-usul kehidupan yang pernah disusun oleh para ahli di antaranya:

1. Kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (ghalib) pada saat istimewa (teori kreasi khas)
2. Kehidupan muncul dari benda tak hidup pada berbagai kesempatan (teori generatio
spontanea)
3. Kehidupan tidak berasal-usul (keadaan mantap)
4. Kehidupan datang di planet ini dari mana saja (teori kosmozoan)
5. Kehidupan muncul berdasar hukum fisika-kimia (evolusi biokimia)

Kita akan membahas teori no. 2 (teori generatio spontanea) dan teori no. 5 (evolusi biokimia).

Teori Generatio Spontanea


Disebut juga teori Abiogenesis pelopornya seorang ahli filsafat zaman Yunani Kuno
Aristoteles (384-322 SM) yang berpendapat bahwa makhluk hidup terjadi begitu saja
pendapat ini masih terus bertahan sampai abad kc 17 -18 Anthony van Leenwenhoek (abad
ke 18) berhasil membuat mikroskop dan melihat jasad renik di dalam air bekas rendaman
jerami penemuan Leeuwenhoek (salah seorang penganut teori abiogenesis) memperkuat teori
generatio spontanea teori terbukti makhluk hidup berasal dari benda mati (jasad renik berasal
dari air bekas rendaman jerarni).
Beberapa ahli berusaha mengadakan penelitian untuk menyangkal teori generatio spontanea
antara lain Franscesco Redi, Spallanzani dan Louis Pasteur.

Percobaan Redi dan Spallanzani masih belum dapat menumbangkan teori generatio
spontanea karena menurut pendapat para pendukung teori tersebut bahwa untuk dapat timbul
kehidupan secara spontan dari benda mati diperlukan gaya hidup dan gaya hidup pada
percobaan Spallanzani dan Redi tidak dapat melakukan fungsinya karena stoples dan labu
percobaan tersumbat rapat-rapat.

Pasteur mencoba memperbaiki percobaan Spallanzani dengan menggunakan tabung kaca


berbentuk leher angsa atau huruf S untuk menutup labu walaupun labu tersumbat udara
sebagai “sumber gaya hidup” dapat masuk ke dalam labu. Dengan percobaan ini Pasteur
berhasil menumbangkan teori generatio spontanea

Evolusi Kimia

Menerangkan bahwa terbentuknya senyawa organik terjadi secara bertahap dimulai dari
bereaksinya bahan-bahan anorganik yang terdapat di dalam atmosfer primitif dengan energi
halilintar membentuk senyawa-senyawa organik kompleks.

Stanley Miller mencoba mensimulasikan kondisi atmosfer purba di dalam skala laboratorium.
Ia merancang alat yang seperti terlihat dalam gambar di bawah ini.

tabung miller

Miller memasukkan gas H2, CH4 (metan), NH3 (amonia) dan air ke dalam alat. Air dipanasi
sehingga uap air bercampur dengan gas-gas tadi. Sebagai sumber energi yang bertindak
sebagai “halilintar” agar gas-gas dan uap air bereaksi, digunakan lecutan aliran listrik
tegangan tinggi. Ternyata timbul reaksi, terbentuk senyawa-senyawa organik seperti asam
amino, adenin dan gula sederhana seperti ribosa.

Hasil percobaan di atas memberi petunjuk bahwa satuan-satuan kompleks di dalam sistem
kehidupam seperti lipid, gula, asam amino, nukleotida dapat terbentuk di bawah kondisi
abiotik. Yang menjadi masalah utama adalah belum dapat terjawabnya bagaimana
mekanisme peralihan dari senyawa kompleks menjadi makhluk hidup yang paling sederhana.

Evolusi Biologi

Alexander Oparin mengemukakan di dalam atmosfer primitif bumi akan timbul reaksi-reaksi
yang menghasilkan senyawa organik dengan energi pereaksi dari radiasi sinar ultra violet.
Senyawa organik tersebut merupakan “soppurba” tempat kehidupan dapat muncul. Senyawa
organik akhirnya akan membentuk timbunan gumpalan (koaservat). Timbunan gumpalan
(koaservat) yang kaya akan bahan-bahan organik membentuk timbunan jajaran molekul lipid
sepanjang perbatasan koaservat dengan media luar yang dianggap sebagai “selaput sel
primitif” yang memberi stabilitas pada koaservat.

Meskipun begitu Oparin tetap berpendapat amatlah sulit untuk nantinya koaservat yang sudah
terbungkus dengan selaput sel primitif tadi akan dapat menghasilkan “organisme
heterotrofik” yang dapat mereplikasikan dirinya dan mengambil nutrisi dari “sop purba” yang
kaya akan bahan-bahan organik dan menjelaskan mekanisme transformasi dari molekul-
molekul protein sebagai benda tak hidup ke benda hidup.

Teori evolusi kimia telah teruji melalui eksperimen di laboratoriurn, sedang teori evolusi
biologi belum ada yang menguji secara eksperimental. Walaupun yang dikemukakan dalam
teori itu benar, tetap saja belum dapat menjelaskan tentang dari mana dan dengan cara
bagaimana kehidupan itu muncul, karena kehidupan tidak sekadar menyangkut kemampuan
replikasi diri sel. Kehidupan lebih dari itu tidak hanya kehidupan biologis, tetapi juga
kehidupan rohani yang meliputi moral, etika, estetika dan inteligensia.

Vous aimerez peut-être aussi